Hallo blog readers, how are you?
I hope you all are very fine..
Sekarang saya melanjutkan cerita, setelah saya mengingat moment yang tidak dapat saya lupakan semasa
skripsi hingga pengumpulan softcover
skripsi.
Beberapa hari kemudian setelah
pengumpulan softcover skripsi, saya
boleh melepas rasa lega meskipun lelah gegara penjilidan ke daerah yang lumayan
jauh dari pulomas, saya juga takut kalau yang dikumpulkan tidak sesuai yang
diharapkan dari layanan mahasiswa cuma karena warna yang diminta berbeda dengan
beberapa teman angkatan saya. Untungnya, seorang staff dari layanan mahasiswa
menerima softcover yang saya serahkan
dengan baik serta fotocopy sertifikat tentang workshop dan saya menerima bon
tanda terima pengumpulan softcover
tersebut.
Sepulang dari kampus, saya bisa
istirahat dengan tenang, melepaskan beban pikiran tentang skripsi yang sudah
berlalu. Libur sebelum pra-sidang selama 2 mingguan, saya tiba- tiba memikirkan
kejadian akhir bulan kemarin yang membuat hati saya tidak tenang dan bingung,
bahkan saya tidak tahu harus berbuat apa dan masih galau. Pengen chat ke dia
(seseorang) rasanya berat di hati, hanya sebentar saja chatnya hanya
memberitahu bahwa saya sudah mengumpulkan softcover-nya.
Meskipun saya tahu dia hanya teman gereja saya kenapa tiba- tiba begitu. Sambil
merenungkan diri dalam istirahat, saya berusaha tidak memikirkan negatif
tentang apa- apa dari dia, saya tetap bersabar dan berdoa.
Masih dalam liburan sebelum pra-sidang,
kehebohan di grup chat angkatan saya terus berjalan membahas tentang skripsi
yang sudah dikumpul beberapa dan ada yang masih mengerjakannya padahal
deadlinenya semakin dekat hingga pra-sidang. Saya kembali pada komitmen seperti
sediakala yaitu membuat jadwal tugas di gereja dan bisa ikut pelayanan kembali
setelah saya selesai sidang.
Seminggu berlalu, saya sambil bermedia
sosial di salah satu official Line dan belajar untuk persiapan sidang skripsi
nanti. Saya dalam hatinya takut dan merasa tidak yakin, membayangkan bagaimana
rasanya sidang skripsi saya nanti, setelah beberapa waktu lalu saya mendengar
cerita banyak dari beberapa teman berkebutuhan khusus seperti saya tentang
sidang skripsi di kampus lain seperti apa lewat chatnya. Mereka menyarankan
bahwa saya tidak perlu takut dan tenang selama sidang, sebab dosen penguji
sudah tahu. Saya hanya mengiyakan cerita dari mereka, saya memahami apa yang
dimaksud dari mereka. Meskipun saya tahu, saya tidak perlu memakai bahasa
isyarat untuk berkomunikasi dengan dosen penguji karena mereka bukan orang
awam.
Beberapa hari kemudian sebelum
pra-sidang, di grup chat mulai heboh lagi memberi pengumuman tentang sidang
skripsi untuk jurusan IT dimajukan pada tanggal 25 Juli. Hal itu membuat teman-
teman termasuk saya kaget dan complain, padahal mereka belum mempersiapkan apa-
apa. Bahkan sudah meng-cek di kalbisphere jadwal sidangnya belum keluar. Karena
masih complain, jadi saling bertanya di grup chat saya untuk minta kepastiannya.
Saya yang kebingungan ini berusaha untuk tenang dan berdoa, saya tahu mungkin
saja ini adalah cobaan saja untuk kita. Dan saya sudah tahu bahwa pengumuman sidang
skripsi dimulai tanggal 25 Juli hingga pertengahan Agustus. Saya mencoba
mempersiapkannya lebih awal, mulai dari membuat PPT, baca- baca pdf skripsi
yang sudah jadi. Mau nge-print ulang skripsi yang sudah dibuat, namun saya baru
sadar tinta printernya belum dibeli maka saya nge-print di warnet lagi.
Berusaha untuk tidak panik dan tetap tenang, saya yakin persiapan sidang saya
lancar hingga hari H walau saya masih
menunggu jadwalnya.
Sesekali meng-cek website kalbisphere sambil mengerjakan PPT pra-sidang, saya berdoa
dan juga tidak selalu lupa untuk saat teduh setelah beberapa hari bolong gegara
lembur skripsi. Sehari kemudian tepatnya hari Sabtu, salah satu teman saya
memberi kabar via grup chat bahwa jadwal sidang skripsi sudah keluar, kehebohan
pun terjadi di grup chat saya. Dan saya langsung cepat- cepat mengecek di
kalbisphere dengan perasaan cemas. Begitu saya membuka bagian halaman news berisikan pengumuman sidang skripsi
di website-nya, saya baru melihat
halaman awal berisi nama- nama mahasiswa dari jurusan Manajemen, saya sedikit
terbelalak. Saya langsung scroll terus scroll hingga ke bawah, berhenti di
bagian halaman untuk jurusan IT, saya membaca satu-persatu dengan teliti karena
takutnya jika nama saya tidak masuk ke daftarnya padahal sudah bayar uang
sidang beberapa waktu yang lalu. ‘Eh ketemuuu…’ Dengan perasaan gembira saya
menemukan nama saya terdaftar di dalamnya, namun saya mendapat jadwal sidangnya
pada bulan Agustus di minggu kedua dan jam pagi. ‘Yaah….
Kenapa saya harus dapat yang jam pagi?’ Dari perasaan gembira
berubah jadi kecewa saat saya membacanya, padahal saya mengharapkan bisa sidang
di jam sore supaya ada beberapa teman dari luar saya mau datang. Meskipun
karena sudah mengikuti aturan dari kampus maka tidak boleh diubah secara sembarangan,
jadi saya menerima dengan baik.
Kehebohan di grup chat saya masih terasa karena beberapa teman
saya masih cemas dan takut akan sidang, apalagi saya. Tertawa penuh canda,
memberi semangat bagi yang mendapat giliran sidang serta mendoakannya. Saya
juga sempat berpikir mau datang ke kampus untuk melihat teman dari jurusan lain
sidang pada minggu akhir, namun saya tidak ada teman yang menemani maka saya
memutuskan untuk tidak datang.
Selama pra-sidang bergiliran oleh beberapa mahasiswa dari jurusan
Manajemen disusul dari jurusan TI pada hari Rabu, teman- teman dan saya memberi
support dan doa untuk beberapa dari
mereka yang maju hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari berikutnya dan
seterusnya sebelum hari H saya yang akan maju. Saya sering berpikir dalam hati
agar tidak menyia- nyiakan usaha belajar sama latihan presentasi setelah saya
mendapat informasi penting dari bapak dosen pembimbing skripsi via grup chat
yang membahas tentang persiapan sidang termasuk PPT yang akan dibuat.
Ketika saya membuat PPT, saya tahu minimal jumlah slide yang
diminta maks. 15 slide namun saya tidak menyadari jumlah slide saya buat di PPT
ini kelebihan dari batas maksimum. Saking karena saya merasa ragu- ragu akan
jumlah slidenya, saya sampai bertanya- tanya ke beberapa mahasiswa IT saya vdan
juga bertanya tentang sidangnya bagaimana rasanya via chat personal sampai diceritakan oleh salah
satu mahasiswa TI yang telah dinyatakan lulus sidang hari pertama. Dan ternyata
jawaban yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa IT yang saya tanyakan tentang
PPT di chat tersebut berbeda, ada juga 17 slide, 18 slide, bahkan juga ada 20
slide, terus katanya yang pasti harus maksimal waktu presentasinya 7-8 menit
kemudian sesi tanya jawab 10-15 menit. Saya mengiyakan atas apa yang
disampaikan mereka informasinya, saya baca lagi PPT yang telah dibuat dan
revisi lagi kata- katanya supaya tidak sampai 20 slide atau lebih, namun agak
sulit maka saya membiarkan sampai lebih dari 15 slide. Lalu, saya latihan
presentasi 2-3 kali hingga tenggorokanku kering. Tuhan tidak tuli. (batin saya dalam berdoa)
Setelah seminggu berlalu sidang bergiliran yang dilakukan beberapa
mahasiswa dari jurusan Manajemen, TI, SI, Akuntansi dan Ilkom, saya masih
tenang dalam mempersiapkannya dan tidak lupa untuk menanyakan janji saya mau
konsultasi tentang PPT sidang skripsi yang sudah jadi dengan dospemskrip saya.
Pada hari Rabu tanggal 3 di awal bulan Agustus sesuai janji saya untuk bertemu
dengan bapak dosen membicarakan tentang PPT yang saya buat di kampus. Saat itu,
saya bertemu dengannya saya masih tenang, walau sudah tahu setelah mendengar
kabar dari beberapa mahasiswa Kalbis lulus sidang sampai foto- foto terus
diposting di setiap media sosial sampai dibaca oleh banyak orang termasuk saya.
Senang mendengar mereka lulus dengan nilai terbaik, dalam hati saya masih belum
siap sama sekali.
Hari Rabu awal bulan Agustus telah berlalu, hari berikutnya,
Kamis…Jumat…Sabtu…Minggu…hingga Senin sebelum hari H sidang, saya ke kampus
karena saya memang ada planning untuk
mengobrol dengan beberapa mahasiswa TI saya tentang sidangnya sekalian menemani
salah satu mahasiswa, Juwita, yang lagi sidang, walaupun saya tahu itu sidang
tertutup jadi mahasiswa lain tidak diperbolehkan masuk kecuali dosen penguji.
Sambil membawa tas berisi laptop dan bahan persiapan sidang ke perpustakan,
saya belajar dan latihan, saya juga bertemu dengan salah satu mahasiswa TI saya
yang lagi revisi, Maria, saya langsung menyapanya tanpa mengganggunya. Kita
saling tanya dan bertukar pikiran sebentar sebelum saya mulai belajar. Sebelum
belajar, saya memilih berdoa dulu dan main HP sebentar untuk mengetahui ada
info terbaru atau tidaknya. ‘Kok saya
jadi deg- degan akan hari esok?’ saya merasakan jantung saya berdenyut.
Tanpa berpikir panjang dan menunggu kabar salah satu mahasiswa TI yang selesai
sidang, saya belajar dan latihan.
Sejam kemudian, saya berhenti belajar sebentar sambil melirik jam
tangan saya karena saya ingin tahu apakah dia sudah kelar sidang apa belum,
saya langsung turun ke lantai 4 dan bertemu dengan beberapa mahasiswa TI yang
lagi ngobrol. Saya menyalami mereka yang sudah lulus sidang dan menanyakan
nilainya. Saya duduk di samping Lisa dan ngobrol sebentar dengannya karena
kebetulan besok adalah giliran saya dan dia. Sambil menunggu hingga Juwita
keluar dari ruangnya, saya juga penasaran seperti apa ruangnya setelah tahu
dari mereka tentang suasana sidangnya. Saya langsung menghela napas panjang
karena cemas. Beberapa menit kemudian, dia keluar seakan- akan dengan hati
senang dari ruangnya setelah dia mendapat hasil akhir sidangnya. Senang mendengarnya
lulus. Mulailah foto- foto sambil memegang balon- balon sarjana dan bunga
pemberian teman- temannya.
* * * * *
Balik ke rumah lagi dari kampus setelah lelah belajar dan
menemaninya sidang skripsi dan juga sebelumnya sempat bertemu dengan mahasiswa
dari jurusan Manajemen yang baru lulus sidang. Saya ambil waktu sebentar dengan
istirahat sejenak sebelum melanjutkan belajar lagi.
Pada malam harinya, saya melanjutkan belajar lagi sambil nyatet
buat baca- baca lagi sambil latihan presentasi satu kali lalu latihan demo
aplikasi sebelum istirahat malam. Saya mendapat dukungan serta doa dari beberapa
teman saya via chat Line dan WA, hal itu membuat saya semakin semangat sebelum
menjelang sidang besok.
Jam dinding sudah menunjukkan hampir jam 11 malam, saya
menyelesaikan waktu belajar karena saya harus tidur daripada takutnya bangun
kesiangan. Meskipun saya sudah memasang alarm di HP. Kemudian, saya berdoa
sebelum tidur. Karena terlalu deg- degan akibat kepikiran hingga saya hampir
saja tidak bisa tidur sedikitpun.
* * * * *
TODAY IS MY DAY!
Jam 5 pagi teng, saya bangun dan berdoa pagi serta mempersiapkan
hati dan pikiran. Walaupun saya masih gugup akan hari ini, dalam hati saya
yakin bahwa saya akan melewatkannya dengan baik.
Setelah saya bersiap- siap mulai dari mandi, berpakaian rapi
dengan kemeja putih, rok item, sepatu, sedangkan blazer itemnya punya cicinya
dia (seseorang) saya bawa ke kampus. Saya juga tidak lupa untuk sarapan pagi
supaya tidak lapar pada saat sidang dan juga supaya otak saya fresh untuk presentasi, demo aplikasi, menjawab
pertanyaan yang diberikan nanti. Lalu, saya mempersiapkan dan memeriksa apa
saja yang harus dibawa dan tidak boleh sampai ketinggalan, terutama laptop,
charger, catatan, fotocopy skripsi dan alat tulis. And.. “Sidang skripsi, I am ready..”
Berangkat dari rumah ke kampus memakan waktu hanya 10 menit karena
jaraknya dekat jadi, saya tidak harus buru- buru sampai ke sana, padahal saya
sudah diinfo via grup chat bahwa harus datang sejam lebih awal sebelum masuk
ruang sidang.
Sesampai di kampus pada jam 7an lebih, situasinya sepi dan belum
ada orang yang datang kecuali hanya officer
boy dan staff yang jaga lobby. Saya menelusuri dalam kampus hingga ke
lantai 4 dengan lift samping kantin. Tiba di lantai 4, saya mendapati ada
seseorang bernama Davis, yang terlihat sedang mondar- mandir di depan meja berlingkar
besar dekat escalator. Dia kelihatannya lagi latihan presentasi. Saya sempat
nyamper sebentar ke dia tanpa mengganggunya dan kemudian mencari ruang sidang sesuai
jadwal sidang kemarin. Setelah menemukan ruang sidang bernomor 408 yang masih
terkunci, saya tanpa berpikir langsung memanggil salah satu officer boy dan meminta tolong padanya membuka
pintu ruangnya. “Oke, saya ambilkan kunci
dulu.” Begitulah
jawabannya sambil jalan ke belakang untuk mengambil kuncinya.
Masuk
ke ruang sidang, saya menaruh tas di kursi, mengeluarkan laptop, charger, serta
fotocopy skripsi yang sudah dipersiapkan lalu dipasang dan dinyalakan. Sambil berdoa
dalam hati di ruang sidang yang cukup dingin AC-nya sampai saya bolak balik
dari ruangnya ke toilet untuk merapikan diri terus ke tempat Davis yang masih
sibuk di depan laptop, saya memilih untuk tidak mengganggunya setelah
melihatnya ngapain. Balik lagi ke ruangnya dan melanjutkan latihannya sambil
menunggu jam 8 pagi teng kedua dosen penguji sudah harus datang. Saya melirik ke
arah jam terus dengan perasaan cemas dan gugup terus keluar dari ruang karena
jam tangan saya sudah menunjukkan jam 8 pagi namun dosen pengujinya belum
kunjung datang. “I am so curious who are
they?” Dengan penuh penasaran, saya menebak siapakah dosen
penguji tersebut dan apapun yang terjadi saya serahkan semua hasilnya kepada
Tuhan. Dalam hati saya masih berdoa sambil menutup mata rapat- rapat. Beberapa menit
kemudian, muncullah dua orang dosen penguji sidang di depan mataku, “Waduh… Ternyata prediksi saya benar. Siap atau tidaknya, saya
harus siap..” pikir saya. Saat kaget melihat sosoknya, saya menutup mata
dan berdoa. Tuhan tidak tuli.
Saya
buru- buru masuk ke dalamnya dan duduk di kursi, berusaha untuk tenang. Saya merasakan
bahwa Tuhan di sampingku dan menyarankan saya untuk tidak khawatir dan tidak
takut. Mereka masuk ke dalamnya, disusul oleh dosen pembimbing skripsi dan
staff lainnya. Sebelum mulai sidang, salah satu dosen penguji menanyakan kepada
saya bahwa semuanya sudah siap atau belum, saya akhirnya tenang karena dibantu
oleh dosen penguji A untuk menyalakan LCD setelah lama saya memasang kabelnya
dari laptop ke LCD. Lalu, dosen penguji A keluar lagi bersama staffnya untuk
mengambil tas kuning berisi remote, microfon dan mouse kecil. Terus dospemskrip
keluar sebentar, dosen penguji B menanyakan kepada saya bahwa apakah saya sudah
siap atau belum. Saya menjawab dengan tersenyum. “Iya pak, saya sudah siap.” Lalu, dosen penguji B
menjawab,”Oke.” Dengan
sedikit ketakutan, saya berusaha untuk positive
thinking sambil memeriksa PPT apakah sudah beres atau belum termasuk
koneksi internetnya dan LCD yang sudah terpasang lalu berdoa sebentar. Di saat
kedua dosen penguji sibuk membolak balik buku penilaian dan softcover, saya sudah dalam keadaan siap
tanpa merasa gugup. “Hmm.. sudah boleh
mulai, belum?” saya bertanya ke kedua dosen penguji yang masih sibuk
dengan bukunya. Tiba- tiba saya disuruh oleh dospemskrip untuk menggunakan mouse
wireless kecil supaya bisa mengendalikannya. Sebelum memulai sambutan dari
saya, dosen penguji B bertanya kepada saya tentang judul skripsi yang dibuat
bahwa apakah sudah sesuai dengan PPTnya, saya menggangguk. Dengan spontan saja,
dia menjawab, “Oke, silakan mulai.” Saya
mulai dengan sambutannya, “Selamat pagi bapak
dosen, perkenalkan saya Evant Christina, nama panggilan saya Christy. Saya di
sini mau mempresentasikan tentang …… “ dengan pelan- pelan saya memberikan
kata sambutan, tiba- tiba saya disambut dengan foto- foto dari dospemskrip dan
staff dokumentasi yang tadi,“Duh...ngapain saya difoto-
foto..? Memang saya artis? Hehehe..“ Dengan heran, saat saya dijepret berkali- kali sama kedua orang
tersebut, namun saya tetap tenang dan melanjutkan sambutan kemudian mulai
presentasinya meskipun sedikit terganggu sama jepretannya.
|
Suasana di mana saya harus berhadapan dengan dosen penguji. |
5
menit….10 menit…15 menit….20 menit waktu terus berjalan selama saya membuka
kata sambutan dan presentasi lalu melakukan demo aplikasi tanpa memeriksa jam
tangan karena saya tidak mau kalau harus terganggu sama jam tangan saya. Namun saya
tidak menyadari bahwa presentasi saya kecepatan, begitu saya melirik ke arah
jam tangan sudah menunjukkan jam 9 lebih. “Aduh…kecepatan ya
presentasi saya ya.” Karena kaget, saya tetap tenang di depan dosen
penguji setelah menyelesaikan presentasi dan demo aplikasi dengan baik. “Uhmm… Apa yang mau ditanyakan, pak?” Sambil menunggu
mereka memulai pertanyaan. Bahkan selama presentasi sidang skripsi saya, kedua
dosen penguji sibuk memeriksa skripsi saya bahkan coret- coret kasar di lembar
demi lembar skripsi lalu berdiskusi kecil, tidak peduli apa yang saya
presentasikan walaupun mereka hanya mendengarkan.
Secara
bergantian dosen penguji A dan B memberi beberapa pertanyaan yang harus saya
jawab dengan jujur sekalian menyodorkan skripsi yang sudah dicoret dengan
bolpen merah. Saya menjawab seadanya dan jujur, saat mereka ada yang menanyakan
tentang metode, saya berpikir dua kali sebelum menjawabnya supaya tidak salah jika
karena saya kurang tahu atau tidak paham maksudnya apa. Setelah lama dalam sesi
tanya jawabnya, saya disuruh keluar dari ruangnya. Saya mengiyakan perintahnya
dan keluar dengan perasaan lega. Tapi, hati saya masih was- was akan hasil
akhir sidang.
Saat
keluar dari ruangnya, sepi lagi sama seperti pagi tadi saya sampai di kampus. Padahal
ada beberapa mahasiswa lain dari jurusan lain yang lagi nunggu jam masuk sidang
dan juga ditemani oleh teman lainnya. Tak lama kemudian, datanglah Lisa yang
baru saja tiba di kampus nyamperin saya dan bertanya, “Gimana sidangnya?” saya langsung memeluk erat ke Lisa seakan- akan minta
didoain lulus. Saya menjawab, “Sudah selesai dan
lancar sih. Tapi…” saya langsung kepikiran bagaimana hasilnya. Dia menepuk-
nepuk punggung saya dan mendoakan agar saya lulus. Menunggu selama 10 menit memang
seharusnya, namun sekarang sudah lewat dari 10 menit. Saya semakin cemas akan
hasil akhirnya bagaimana, saya melirik sebentar ke dalam apa yang mereka
kerjakan dan diskusikan. Bolak- balik lalu duduk di sampingnya. Dia menemani
dan menunggu sampai sudah keluar hasil sidang skripsi saya. Beberapa menit
kemudian, dosen penguji B keluar dan memanggil saya masuk lagi. Saya masuk ke
dalam dengan sedikit takut. Dosen penguji B mengambil selembar kertas penilaian
dan membacakan kepada saya. “Kamu
ya… Selamat ya kamu sudah lulus dengan nilai ….. “ Dengan
serentak saya kaget dan boleh merasakan kelegaan saat mendengar hasilnya. “Puji Tuhan.. Terima kasih ya Tuhan..” Dijepret lagi
oleh dospemskrip. Mereka bergantian menyalami saya lalu memberikan skripsi yang
harus direvisi, lalu berfoto secara bergantian dengan dosen penguji lalu sama
dosen pembimbing skripsi. Saya tetap tersenyum saat difoto.
Setelah
lama mereka akhirnya keluar dari ruangnya, tinggallah saya seorang diri dan
masuklah Lisa dan menanyakan hasilnya. Saya memeluknya lagi dengan perasaan
senang serta dikasih salam dengan ucapan selamat. Disusul oleh Dewi dan Rere
hanya menyalami atas kelulusan saya. “Selesai sudah
sidang skripsi saya. Tinggal revision saja ya.” Dalam hati saya
setelah senang karena telah lulus. Begitu keluar dari ruangnya, saya memberi
kabar ke keluargaku karena disuruh oleh dosen pembimbing skripsi memang harus
begitu supaya mereka tidak khawatir, saya juga tidak lupa untuk memberitahu ke
dia (seseorang) mengenai hal tersebut.
* * * * *
Setelah lama saya selesai
sidangnya, saya tidak langsung pulang. Saya foto- foto dengan balon Sarjana dan
balon lainnya yang telah dipersiapkan oleh beberapa teman TI saya, bahkan foto
sama Davis lalu sama Lisa yang telah menyusul lulus serta teman- teman TI yang
sudah lulus terlebih dahulu dari kemarin- kemarin secara bergantian berfoto
dengan saya dan begitu pula dengan dosen pembimbing skripsi.
|
Sebuah penghargaan bagi saya setelah lulus sidang dan sudah (hampir menuju sah) S.Kom. |
|
Keceriaan kita setelah lulus sidang skripsi. That was the precious moment I had. |
Saya tidak dikasih
bunga sebagai tanda kelulusan. Namun saya tidak marah atau kecewa, malahan dikasih
bouquet berisikan coklat dari teman sekelas TI saya serta boneka Doraemon dari
Ibu Evawaty Tanuar, mantan pengajar TI Kalbis yang kini mengajar di Binus. Saya
masih bisa bersyukur atas pemberian hadiah tersebut dengan senang hati selain
foto bareng mereka untuk terakhir kali sebelum kita berpisah.
Selesai! Panjang yak ceritanya? Hehehe..
I hope you all aren’t tired of reading my story here. Stay
tune for the next story of mine…maybe it will be the different topic! God Bless you..
Wow.. deg degan juga ya ngalaminnya. Tapi seru....
BalasHapusWow.. deg degan juga ya ngalaminnya. Tapi seru....
BalasHapusHalo kak saya mau tanya, apakah makrab jadi syarat wajib untuk sidang skripsi? Terimakasih
BalasHapusHalo kak saya mau tanya, apakah makrab jadi syarat wajib untuk sidang skripsi? Terimakasih
BalasHapus