SIDANG SKRIPSI ... I AM READY!

Minggu, 06 November 2016

SIDANG SKRIPSI ... I AM READY!


Hallo blog readers, how are you?
I hope you all are very fine..

Sekarang saya melanjutkan cerita, setelah saya mengingat moment yang tidak dapat saya lupakan semasa skripsi hingga pengumpulan softcover skripsi.

Beberapa hari kemudian setelah pengumpulan softcover skripsi, saya boleh melepas rasa lega meskipun lelah gegara penjilidan ke daerah yang lumayan jauh dari pulomas, saya juga takut kalau yang dikumpulkan tidak sesuai yang diharapkan dari layanan mahasiswa cuma karena warna yang diminta berbeda dengan beberapa teman angkatan saya. Untungnya, seorang staff dari layanan mahasiswa menerima softcover yang saya serahkan dengan baik serta fotocopy sertifikat tentang workshop dan saya menerima bon tanda terima pengumpulan softcover tersebut.

Sepulang dari kampus, saya bisa istirahat dengan tenang, melepaskan beban pikiran tentang skripsi yang sudah berlalu. Libur sebelum pra-sidang selama 2 mingguan, saya tiba- tiba memikirkan kejadian akhir bulan kemarin yang membuat hati saya tidak tenang dan bingung, bahkan saya tidak tahu harus berbuat apa dan masih galau. Pengen chat ke dia (seseorang) rasanya berat di hati, hanya sebentar saja chatnya hanya memberitahu bahwa saya sudah mengumpulkan softcover-nya. Meskipun saya tahu dia hanya teman gereja saya kenapa tiba- tiba begitu. Sambil merenungkan diri dalam istirahat, saya berusaha tidak memikirkan negatif tentang apa- apa dari dia, saya tetap bersabar dan berdoa.

Masih dalam liburan sebelum pra-sidang, kehebohan di grup chat angkatan saya terus berjalan membahas tentang skripsi yang sudah dikumpul beberapa dan ada yang masih mengerjakannya padahal deadlinenya semakin dekat hingga pra-sidang. Saya kembali pada komitmen seperti sediakala yaitu membuat jadwal tugas di gereja dan bisa ikut pelayanan kembali setelah saya selesai sidang.

Seminggu berlalu, saya sambil bermedia sosial di salah satu official Line dan belajar untuk persiapan sidang skripsi nanti. Saya dalam hatinya takut dan merasa tidak yakin, membayangkan bagaimana rasanya sidang skripsi saya nanti, setelah beberapa waktu lalu saya mendengar cerita banyak dari beberapa teman berkebutuhan khusus seperti saya tentang sidang skripsi di kampus lain seperti apa lewat chatnya. Mereka menyarankan bahwa saya tidak perlu takut dan tenang selama sidang, sebab dosen penguji sudah tahu. Saya hanya mengiyakan cerita dari mereka, saya memahami apa yang dimaksud dari mereka. Meskipun saya tahu, saya tidak perlu memakai bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan dosen penguji karena mereka bukan orang awam.

Beberapa hari kemudian sebelum pra-sidang, di grup chat mulai heboh lagi memberi pengumuman tentang sidang skripsi untuk jurusan IT dimajukan pada tanggal 25 Juli. Hal itu membuat teman- teman termasuk saya kaget dan complain, padahal mereka belum mempersiapkan apa- apa. Bahkan sudah meng-cek di kalbisphere jadwal sidangnya belum keluar. Karena masih complain, jadi saling bertanya di grup chat saya untuk minta kepastiannya. Saya yang kebingungan ini berusaha untuk tenang dan berdoa, saya tahu mungkin saja ini adalah cobaan saja untuk kita. Dan saya sudah tahu bahwa pengumuman sidang skripsi dimulai tanggal 25 Juli hingga pertengahan Agustus. Saya mencoba mempersiapkannya lebih awal, mulai dari membuat PPT, baca- baca pdf skripsi yang sudah jadi. Mau nge-print ulang skripsi yang sudah dibuat, namun saya baru sadar tinta printernya belum dibeli maka saya nge-print di warnet lagi. Berusaha untuk tidak panik dan tetap tenang, saya yakin persiapan sidang saya lancar hingga hari H  walau saya masih menunggu jadwalnya.

Sesekali meng-cek website kalbisphere sambil mengerjakan PPT pra-sidang, saya berdoa dan juga tidak selalu lupa untuk saat teduh setelah beberapa hari bolong gegara lembur skripsi. Sehari kemudian tepatnya hari Sabtu, salah satu teman saya memberi kabar via grup chat bahwa jadwal sidang skripsi sudah keluar, kehebohan pun terjadi di grup chat saya. Dan saya langsung cepat- cepat mengecek di kalbisphere dengan perasaan cemas. Begitu saya membuka bagian halaman news berisikan pengumuman sidang skripsi di website-nya, saya baru melihat halaman awal berisi nama- nama mahasiswa dari jurusan Manajemen, saya sedikit terbelalak. Saya langsung scroll terus scroll hingga ke bawah, berhenti di bagian halaman untuk jurusan IT, saya membaca satu-persatu dengan teliti karena takutnya jika nama saya tidak masuk ke daftarnya padahal sudah bayar uang sidang beberapa waktu yang lalu. ‘Eh ketemuuu…’ Dengan perasaan gembira saya menemukan nama saya terdaftar di dalamnya, namun saya mendapat jadwal sidangnya pada bulan Agustus di minggu kedua dan jam pagi. Yaah…. Kenapa saya harus dapat yang jam pagi?’  Dari perasaan gembira berubah jadi kecewa saat saya membacanya, padahal saya mengharapkan bisa sidang di jam sore supaya ada beberapa teman dari luar saya mau datang. Meskipun karena sudah mengikuti aturan dari kampus maka tidak boleh diubah secara sembarangan, jadi saya menerima dengan baik.

Kehebohan di grup chat saya masih terasa karena beberapa teman saya masih cemas dan takut akan sidang, apalagi saya. Tertawa penuh canda, memberi semangat bagi yang mendapat giliran sidang serta mendoakannya. Saya juga sempat berpikir mau datang ke kampus untuk melihat teman dari jurusan lain sidang pada minggu akhir, namun saya tidak ada teman yang menemani maka saya memutuskan untuk tidak datang.

Selama pra-sidang bergiliran oleh beberapa mahasiswa dari jurusan Manajemen disusul dari jurusan TI pada hari Rabu, teman- teman dan saya memberi support dan doa untuk beberapa dari mereka yang maju hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari berikutnya dan seterusnya sebelum hari H saya yang akan maju. Saya sering berpikir dalam hati agar tidak menyia- nyiakan usaha belajar sama latihan presentasi setelah saya mendapat informasi penting dari bapak dosen pembimbing skripsi via grup chat yang membahas tentang persiapan sidang termasuk PPT yang akan dibuat.

Ketika saya membuat PPT, saya tahu minimal jumlah slide yang diminta maks. 15 slide namun saya tidak menyadari jumlah slide saya buat di PPT ini kelebihan dari batas maksimum. Saking karena saya merasa ragu- ragu akan jumlah slidenya, saya sampai bertanya- tanya ke beberapa mahasiswa IT saya vdan juga bertanya tentang sidangnya bagaimana rasanya via  chat personal sampai diceritakan oleh salah satu mahasiswa TI yang telah dinyatakan lulus sidang hari pertama. Dan ternyata jawaban yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa IT yang saya tanyakan tentang PPT di chat tersebut berbeda, ada juga 17 slide, 18 slide, bahkan juga ada 20 slide, terus katanya yang pasti harus maksimal waktu presentasinya 7-8 menit kemudian sesi tanya jawab 10-15 menit. Saya mengiyakan atas apa yang disampaikan mereka informasinya, saya baca lagi PPT yang telah dibuat dan revisi lagi kata- katanya supaya tidak sampai 20 slide atau lebih, namun agak sulit maka saya membiarkan sampai lebih dari 15 slide. Lalu, saya latihan presentasi 2-3 kali hingga tenggorokanku kering. Tuhan tidak tuli. (batin saya dalam berdoa)

Setelah seminggu berlalu sidang bergiliran yang dilakukan beberapa mahasiswa dari jurusan Manajemen, TI, SI, Akuntansi dan Ilkom, saya masih tenang dalam mempersiapkannya dan tidak lupa untuk menanyakan janji saya mau konsultasi tentang PPT sidang skripsi yang sudah jadi dengan dospemskrip saya. Pada hari Rabu tanggal 3 di awal bulan Agustus sesuai janji saya untuk bertemu dengan bapak dosen membicarakan tentang PPT yang saya buat di kampus. Saat itu, saya bertemu dengannya saya masih tenang, walau sudah tahu setelah mendengar kabar dari beberapa mahasiswa Kalbis lulus sidang sampai foto- foto terus diposting di setiap media sosial sampai dibaca oleh banyak orang termasuk saya. Senang mendengar mereka lulus dengan nilai terbaik, dalam hati saya masih belum siap sama sekali.

Hari Rabu awal bulan Agustus telah berlalu, hari berikutnya, Kamis…Jumat…Sabtu…Minggu…hingga Senin sebelum hari H sidang, saya ke kampus karena saya memang ada planning untuk mengobrol dengan beberapa mahasiswa TI saya tentang sidangnya sekalian menemani salah satu mahasiswa, Juwita, yang lagi sidang, walaupun saya tahu itu sidang tertutup jadi mahasiswa lain tidak diperbolehkan masuk kecuali dosen penguji. Sambil membawa tas berisi laptop dan bahan persiapan sidang ke perpustakan, saya belajar dan latihan, saya juga bertemu dengan salah satu mahasiswa TI saya yang lagi revisi, Maria, saya langsung menyapanya tanpa mengganggunya. Kita saling tanya dan bertukar pikiran sebentar sebelum saya mulai belajar. Sebelum belajar, saya memilih berdoa dulu dan main HP sebentar untuk mengetahui ada info terbaru atau tidaknya. ‘Kok saya jadi deg- degan akan hari esok?’ saya merasakan jantung saya berdenyut. Tanpa berpikir panjang dan menunggu kabar salah satu mahasiswa TI yang selesai sidang, saya belajar dan latihan.

Sejam kemudian, saya berhenti belajar sebentar sambil melirik jam tangan saya karena saya ingin tahu apakah dia sudah kelar sidang apa belum, saya langsung turun ke lantai 4 dan bertemu dengan beberapa mahasiswa TI yang lagi ngobrol. Saya menyalami mereka yang sudah lulus sidang dan menanyakan nilainya. Saya duduk di samping Lisa dan ngobrol sebentar dengannya karena kebetulan besok adalah giliran saya dan dia. Sambil menunggu hingga Juwita keluar dari ruangnya, saya juga penasaran seperti apa ruangnya setelah tahu dari mereka tentang suasana sidangnya. Saya langsung menghela napas panjang karena cemas. Beberapa menit kemudian, dia keluar seakan- akan dengan hati senang dari ruangnya setelah dia mendapat hasil akhir sidangnya. Senang mendengarnya lulus. Mulailah foto- foto sambil memegang balon- balon sarjana dan bunga pemberian teman- temannya.

* * * * *

Balik ke rumah lagi dari kampus setelah lelah belajar dan menemaninya sidang skripsi dan juga sebelumnya sempat bertemu dengan mahasiswa dari jurusan Manajemen yang baru lulus sidang. Saya ambil waktu sebentar dengan istirahat sejenak sebelum melanjutkan belajar lagi.

Pada malam harinya, saya melanjutkan belajar lagi sambil nyatet buat baca- baca lagi sambil latihan presentasi satu kali lalu latihan demo aplikasi sebelum istirahat malam. Saya mendapat dukungan serta doa dari beberapa teman saya via chat Line dan WA, hal itu membuat saya semakin semangat sebelum menjelang sidang besok.

Jam dinding sudah menunjukkan hampir jam 11 malam, saya menyelesaikan waktu belajar karena saya harus tidur daripada takutnya bangun kesiangan. Meskipun saya sudah memasang alarm di HP. Kemudian, saya berdoa sebelum tidur. Karena terlalu deg- degan akibat kepikiran hingga saya hampir saja tidak bisa tidur sedikitpun.

* * * * *

TODAY IS MY DAY!
Jam 5 pagi teng, saya bangun dan berdoa pagi serta mempersiapkan hati dan pikiran. Walaupun saya masih gugup akan hari ini, dalam hati saya yakin bahwa saya akan melewatkannya dengan baik.

Setelah saya bersiap- siap mulai dari mandi, berpakaian rapi dengan kemeja putih, rok item, sepatu, sedangkan blazer itemnya punya cicinya dia (seseorang) saya bawa ke kampus. Saya juga tidak lupa untuk sarapan pagi supaya tidak lapar pada saat sidang dan juga supaya otak saya fresh untuk presentasi, demo aplikasi, menjawab pertanyaan yang diberikan nanti. Lalu, saya mempersiapkan dan memeriksa apa saja yang harus dibawa dan tidak boleh sampai ketinggalan, terutama laptop, charger, catatan, fotocopy skripsi dan alat tulis. And.. “Sidang skripsi, I am ready..”

Berangkat dari rumah ke kampus memakan waktu hanya 10 menit karena jaraknya dekat jadi, saya tidak harus buru- buru sampai ke sana, padahal saya sudah diinfo via grup chat bahwa harus datang sejam lebih awal sebelum masuk ruang sidang.

Sesampai di kampus pada jam 7an lebih, situasinya sepi dan belum ada orang yang datang kecuali hanya officer boy dan staff yang jaga lobby. Saya menelusuri dalam kampus hingga ke lantai 4 dengan lift samping kantin. Tiba di lantai 4, saya mendapati ada seseorang bernama Davis, yang terlihat sedang mondar- mandir di depan meja berlingkar besar dekat escalator. Dia kelihatannya lagi latihan presentasi. Saya sempat nyamper sebentar ke dia tanpa mengganggunya dan kemudian mencari ruang sidang sesuai jadwal sidang kemarin. Setelah menemukan ruang sidang bernomor 408 yang masih terkunci, saya tanpa berpikir langsung memanggil salah satu officer boy dan meminta tolong padanya membuka pintu ruangnya. “Oke, saya ambilkan kunci dulu.” Begitulah jawabannya sambil jalan ke belakang untuk mengambil kuncinya.

Masuk ke ruang sidang, saya menaruh tas di kursi, mengeluarkan laptop, charger, serta fotocopy skripsi yang sudah dipersiapkan lalu dipasang dan dinyalakan. Sambil berdoa dalam hati di ruang sidang yang cukup dingin AC-nya sampai saya bolak balik dari ruangnya ke toilet untuk merapikan diri terus ke tempat Davis yang masih sibuk di depan laptop, saya memilih untuk tidak mengganggunya setelah melihatnya ngapain. Balik lagi ke ruangnya dan melanjutkan latihannya sambil menunggu jam 8 pagi teng kedua dosen penguji sudah harus datang. Saya melirik ke arah jam terus dengan perasaan cemas dan gugup terus keluar dari ruang karena jam tangan saya sudah menunjukkan jam 8 pagi namun dosen pengujinya belum kunjung datang. “I am so curious who are they? Dengan penuh penasaran, saya menebak siapakah dosen penguji tersebut dan apapun yang terjadi saya serahkan semua hasilnya kepada Tuhan. Dalam hati saya masih berdoa sambil menutup mata rapat- rapat. Beberapa menit kemudian, muncullah dua orang dosen penguji sidang di depan mataku, “Waduh… Ternyata prediksi saya benar. Siap atau tidaknya, saya harus siap..” pikir saya. Saat kaget melihat sosoknya, saya menutup mata dan berdoa. Tuhan tidak tuli.

Saya buru- buru masuk ke dalamnya dan duduk di kursi, berusaha untuk tenang. Saya merasakan bahwa Tuhan di sampingku dan menyarankan saya untuk tidak khawatir dan tidak takut. Mereka masuk ke dalamnya, disusul oleh dosen pembimbing skripsi dan staff lainnya. Sebelum mulai sidang, salah satu dosen penguji menanyakan kepada saya bahwa semuanya sudah siap atau belum, saya akhirnya tenang karena dibantu oleh dosen penguji A untuk menyalakan LCD setelah lama saya memasang kabelnya dari laptop ke LCD. Lalu, dosen penguji A keluar lagi bersama staffnya untuk mengambil tas kuning berisi remote, microfon dan mouse kecil. Terus dospemskrip keluar sebentar, dosen penguji B menanyakan kepada saya bahwa apakah saya sudah siap atau belum. Saya menjawab dengan tersenyum. “Iya pak, saya sudah siap.” Lalu, dosen penguji B menjawab,”Oke.” Dengan sedikit ketakutan, saya berusaha untuk positive thinking sambil memeriksa PPT apakah sudah beres atau belum termasuk koneksi internetnya dan LCD yang sudah terpasang lalu berdoa sebentar. Di saat kedua dosen penguji sibuk membolak balik buku penilaian dan softcover, saya sudah dalam keadaan siap tanpa merasa gugup. “Hmm.. sudah boleh mulai, belum?” saya bertanya ke kedua dosen penguji yang masih sibuk dengan bukunya. Tiba- tiba saya disuruh oleh dospemskrip untuk menggunakan mouse wireless kecil supaya bisa mengendalikannya. Sebelum memulai sambutan dari saya, dosen penguji B bertanya kepada saya tentang judul skripsi yang dibuat bahwa apakah sudah sesuai dengan PPTnya, saya menggangguk. Dengan spontan saja, dia menjawab, “Oke, silakan mulai.” Saya mulai dengan sambutannya, “Selamat pagi bapak dosen, perkenalkan saya Evant Christina, nama panggilan saya Christy. Saya di sini mau mempresentasikan tentang …… “  dengan pelan- pelan saya memberikan kata sambutan, tiba- tiba saya disambut dengan foto- foto dari dospemskrip dan staff dokumentasi yang tadi,“Duh...ngapain saya difoto- foto..? Memang saya artis? Hehehe..“ Dengan heran, saat saya dijepret berkali- kali sama kedua orang tersebut, namun saya tetap tenang dan melanjutkan sambutan kemudian mulai presentasinya meskipun sedikit terganggu sama jepretannya.

Suasana di mana saya harus berhadapan dengan dosen penguji.
5 menit….10 menit…15 menit….20 menit waktu terus berjalan selama saya membuka kata sambutan dan presentasi lalu melakukan demo aplikasi tanpa memeriksa jam tangan karena saya tidak mau kalau harus terganggu sama jam tangan saya. Namun saya tidak menyadari bahwa presentasi saya kecepatan, begitu saya melirik ke arah jam tangan sudah menunjukkan jam 9 lebih. “Aduh…kecepatan ya presentasi saya ya.” Karena kaget, saya tetap tenang di depan dosen penguji setelah menyelesaikan presentasi dan demo aplikasi dengan baik. “Uhmm… Apa yang mau ditanyakan, pak?” Sambil menunggu mereka memulai pertanyaan. Bahkan selama presentasi sidang skripsi saya, kedua dosen penguji sibuk memeriksa skripsi saya bahkan coret- coret kasar di lembar demi lembar skripsi lalu berdiskusi kecil, tidak peduli apa yang saya presentasikan walaupun mereka hanya mendengarkan.

Secara bergantian dosen penguji A dan B memberi beberapa pertanyaan yang harus saya jawab dengan jujur sekalian menyodorkan skripsi yang sudah dicoret dengan bolpen merah. Saya menjawab seadanya dan jujur, saat mereka ada yang menanyakan tentang metode, saya berpikir dua kali sebelum menjawabnya supaya tidak salah jika karena saya kurang tahu atau tidak paham maksudnya apa. Setelah lama dalam sesi tanya jawabnya, saya disuruh keluar dari ruangnya. Saya mengiyakan perintahnya dan keluar dengan perasaan lega. Tapi, hati saya masih was- was akan hasil akhir sidang.

Saat keluar dari ruangnya, sepi lagi sama seperti pagi tadi saya sampai di kampus. Padahal ada beberapa mahasiswa lain dari jurusan lain yang lagi nunggu jam masuk sidang dan juga ditemani oleh teman lainnya. Tak lama kemudian, datanglah Lisa yang baru saja tiba di kampus nyamperin saya dan bertanya, “Gimana sidangnya?” saya langsung memeluk erat ke Lisa seakan- akan minta didoain lulus. Saya menjawab, “Sudah selesai dan lancar sih. Tapi…” saya langsung kepikiran bagaimana hasilnya. Dia menepuk- nepuk punggung saya dan mendoakan agar saya lulus. Menunggu selama 10 menit memang seharusnya, namun sekarang sudah lewat dari 10 menit. Saya semakin cemas akan hasil akhirnya bagaimana, saya melirik sebentar ke dalam apa yang mereka kerjakan dan diskusikan. Bolak- balik lalu duduk di sampingnya. Dia menemani dan menunggu sampai sudah keluar hasil sidang skripsi saya. Beberapa menit kemudian, dosen penguji B keluar dan memanggil saya masuk lagi. Saya masuk ke dalam dengan sedikit takut. Dosen penguji B mengambil selembar kertas penilaian dan membacakan kepada saya. “Kamu ya… Selamat ya kamu sudah lulus dengan nilai ….. “ Dengan serentak saya kaget dan boleh merasakan kelegaan saat mendengar hasilnya. “Puji Tuhan.. Terima kasih ya Tuhan..” Dijepret lagi oleh dospemskrip. Mereka bergantian menyalami saya lalu memberikan skripsi yang harus direvisi, lalu berfoto secara bergantian dengan dosen penguji lalu sama dosen pembimbing skripsi. Saya tetap tersenyum saat difoto.

Setelah lama mereka akhirnya keluar dari ruangnya, tinggallah saya seorang diri dan masuklah Lisa dan menanyakan hasilnya. Saya memeluknya lagi dengan perasaan senang serta dikasih salam dengan ucapan selamat. Disusul oleh Dewi dan Rere hanya menyalami atas kelulusan saya. “Selesai sudah sidang skripsi saya. Tinggal revision saja ya.” Dalam hati saya setelah senang karena telah lulus. Begitu keluar dari ruangnya, saya memberi kabar ke keluargaku karena disuruh oleh dosen pembimbing skripsi memang harus begitu supaya mereka tidak khawatir, saya juga tidak lupa untuk memberitahu ke dia (seseorang) mengenai hal tersebut.

* * * * *

Setelah lama saya selesai sidangnya, saya tidak langsung pulang. Saya foto- foto dengan balon Sarjana dan balon lainnya yang telah dipersiapkan oleh beberapa teman TI saya, bahkan foto sama Davis lalu sama Lisa yang telah menyusul lulus serta teman- teman TI yang sudah lulus terlebih dahulu dari kemarin- kemarin secara bergantian berfoto dengan saya dan begitu pula dengan dosen pembimbing skripsi.

Sebuah penghargaan bagi saya setelah lulus sidang dan sudah (hampir menuju sah) S.Kom. 
Keceriaan kita setelah lulus sidang skripsi. That was the precious moment I had.
Saya tidak dikasih bunga sebagai tanda kelulusan. Namun saya tidak marah atau kecewa, malahan dikasih bouquet berisikan coklat dari teman sekelas TI saya serta boneka Doraemon dari Ibu Evawaty Tanuar, mantan pengajar TI Kalbis yang kini mengajar di Binus. Saya masih bisa bersyukur atas pemberian hadiah tersebut dengan senang hati selain foto bareng mereka untuk terakhir kali sebelum kita berpisah.

Selesai! Panjang yak ceritanya? Hehehe..

I hope you all aren’t tired of reading my story here. Stay tune for the next story of mine…maybe it will be the different topic! God Bless you..

4 komentar :

  1. Wow.. deg degan juga ya ngalaminnya. Tapi seru....

    BalasHapus
  2. Wow.. deg degan juga ya ngalaminnya. Tapi seru....

    BalasHapus
  3. Halo kak saya mau tanya, apakah makrab jadi syarat wajib untuk sidang skripsi? Terimakasih

    BalasHapus
  4. Halo kak saya mau tanya, apakah makrab jadi syarat wajib untuk sidang skripsi? Terimakasih

    BalasHapus