Oktober 29, 2016
Evant Christina
Hello blog readers,
I am back here after a few weeks I haven’t written blog.
Pada sudah membaca blog yang saya tulis
kemarin- kemarin itu kah? Meskipun saya menulis blognya tidak terlalu panjang
kayak macam novel kok. Jika pada mau saya menulis cerita untuk dijadikan sebuah
novel, saya terima dengan senang hati. hehehe..
Saya menulis dan menulis lagi sambil
mengingat moment yang tidak dapat saya lupakan, saya ingin mengabadikan momen –
momen seperti ini dengan harapan supaya kalian bisa membaca cerita saya sebelum
saya sudah tiada di dunia ini nanti.
Cerita berikutnya untuk blog saya ini
dengan topik: “SKRIPSI”. Sebelumnya saya selalu kepikiran mau menulis blog,
namun di waktu itu saya masih berkutat sama skripsi dan juga ditemani oleh
seseorang. Untung saya masih ingat part-
partnya.
Setelah semester 7 berakhir dengan mengumpulkan
proposal skripsi Bab 1 – 3 sebagai ujian terakhir salah satu matkul Metodologi
Penelitian sebelum liburan dimulai, semua sudah dilewati dengan perasaan lega
dan mulai liburan pendek sebelum pasca skripsi. Seminggu liburannya. Selama
itu, saya meluangkan waktu di rumah, jalan sama seseorang, dan gereja.
Seminggu kemudian liburan berakhir dan
pasca skripsi dimulai sambil kuliah, meskipun hanya satu mata kuliah. Sebelumnya
itu, saya bersama teman- teman kelas saya mendapat kabar oleh bapak Tedi untuk
mencari abstrak dan judul buat proposal skripsi. Awalnya saya stress dan
bingung mau judul apa dan mau bikin apa, saking sampai saya mencari sumber
internet satu- persatu, bahkan konsultasi dengan kedua dosen. Meskipun saya
tahu karena memang harus membuat program. Saya tidak pernah lupa berdoa dan
berdoa, juga membagi waktu teduh pagi dan malam dengan baca Alkitab….hingga
saya menemukan solusi dan jawaban untuk skripsi nanti setelah selesai membuat
abstrak untuk proposal skripsi di mana yang diminta minimal 2 abstrak dengan
topik yang berbeda. Setelah pencariannya selesai dan disuruh datang buat
briefing skripsi. Berdasarkan briefing skripsi yang disampaikan, saya disuruh memilih salah satu topik untuk skripsi saya nanti. Keliru, bingung sampai berpikir dalam hati tentang judulnya.
Tak lama kemudian setelah liburan natal dan tahun baru berakhir, proposal skripsi yang sudah saya buat dalam 3 bulan dikumpul bersamaan dengan berakhir UAS Semester 7, terbitlah pasca
skripsi dimulai dengan mengawal pengerjaan Bab 1. Pada saat itu, saya biasanya
ditemani sama dia (seseorang) selama pengerjaan skripsi, biasanya meluangkan
waktu untuk jalan dan makan bareng hanya refreshing otak. Saya masih bersyukur
karena dia ada di pihak saya sehingga saya jadi semangat dalam mengerjakan
skripsi, bahkan selalu memberi kabar ke dia bahwa saya sudah sampai bab mana
untuk skripsi. Dia tahu dan paham betul kelebihan dan kelemahan saya dari sejak
semester 5. Dia menemani saya pada setiap hari sabtu atau tidak hari minggu di
rumahnya, jarang- jarang juga. Selain itu, saya membagi waktu di rumah mulai
dari SaTe, bantu pekerjaan, nonton film upaya menghilangkan rasa stress karena
skripsi.
|
Berjuang demi lulus dan wisuda |
Seminggu kemudian 2 minggu selama skripsi
sambil kuliah dengan satu matakuliah, saya tengah mengerjakan Bab 1 namun belum
sampai selesai untuk Bab 1, saya bikin janjian sama dosen pembimbing, Pak Tedi,
untuk ngecek Bab 1 saya. Baru saja pertemuan ke-1 skripsi saya sudah ada revisi
pertama oleh bapak dospemskrip. Saya tahu hanya pertemuan ke-1 dan belum apa-
apa, sudah mendapat apa yang harus direvisi untuk Bab 1 ini, bapak Tedi menulis
catatan di buku bimbingan skripsi tersebut. “Christy, tolong dibaca catatan dari saya ya. Ada beberapa
yang harus direvisi.” Bapak mengembalikan buku bimbingan yang sudah
ditulis dan ditandatangani. Saya mengiyakan atas apa yang bapak jelaskan, saya
pamit dan pulang. “Semangat ya. Tenang saja semua pasti kelar.” Saya menjawab, ”Iya, oke pak.” Saya pulang dengan perasaan tidak semangat, padahal baru
saja awal skripsi.
|
Skripsi oh Skripsi... Bimbingan oh Bimbingan |
Seperti
pada biasanya di minggu- minggu berikutnya selama masa skripsian sambil
kuliah, saya berusaha untuk tidak terlalu serius mengerjakannya karena saya
belum menemukan ide yang mau disampaikan untuk Bab 1 sebelum menuju Bab 2,
bahkan sampai bertanya- tanya ke beberapa teman kelas saya supaya tidak salah
informasi. Saya tahu proses pengerjaan skripsi memang berat dan tidak mudah,
saya mencoba untuk tetap enjoy
mengerjakannya meskipun saya kadang takut dan stress sampai diberi nasihat
terus sama bapak Tedi dan juga dia (seseorang) tetap mendukung saya di setiap
saat melalui chat. Teman- teman saya sama seperti saya kadang galau, stress,
depresi bahkan capek karena skripsi dan kena revisi sama dospemskrip terus
sampai heboh di grup chat dan juga di media sosial, saya hanya diam dan bisa
tertawa geli. Namun, saya memilih tetap berdoa kepada Tuhan dan tidak lupa
untuk SaTe walaupun sering bolong gegara lembur skripsi demi lulus.
|
Semangat yang tidak pernah padam untuk menyelesaikan Bab demi Bab |
Sebulan
selama skripsi Bab 1 sudah lewat dan masih ada revisinya, saya disuruh lanjut
ke Bab 2 dulu. Saya lanjut di Bab 2 dengan mencari bahan atau materi dari
berbagai sumber, mulai dari internet, buku- buku, artikel dan jurnal yang
diminta harus ada related dengan Bab
1 dan Bab 3 supaya nyambung. Dalam pencariannya, saya memilih ambil sumbernya
sebagai daftar pustaka setelah sudah mendapat teorinya untuk Bab 2 agar tidak
memakan waktu lama, termasuk dalam mengutipnya. Waktu itu, saya kadang salah
dan terlalu buru- buru dalam mengambil teori untuk Bab 2 sehingga saya
kesulitan untuk memilih dan menghapus mana yang tidak perlu dimasukkan karena
tidak ada hubungan dan menambahkan yang baru dan sesuai dengan penelitiannya
untuk Bab 3 nanti.
Dua bulan,
tiga bulan, empat bulan seiring berjalan dengan waktu selama skripsi untuk Bab
2, 3 dan 4, mulai dari pencarian teori- teori Bab 2, membuat diagram serta
memberi penjelasan untuk Bab 3, dan seterusnya menunggu janjian ketemu dengan
bapak Tedi untuk ngecek hasil skripsi saya buat dan juga programnya. Di saat
itu, saya takut dan berdoa agar tidak ada revision. Kalau ada revision, saya
kadang bingung dan suka belum dapat inspirasi apa yang harus dimasukkan dan
diedit dan lain- lainnya. Bapak selalu memberi pesan penting berdasarkan
catatan yang sudah ditulis di buku bimbingan skripsi saya sembari meminjamkan
buku tentang web yang mau dikerjakan.
Saat itu, saya sambil refreshing otak dengan nonton film favorit saya di laptop
terus bantu pekerjaan rumah dan seterusnya, bahkan saya tidak lupa sama
pelayanan di gereja sampai selalu diminta untuk bikin jadwal tugas pada setiap bulan. Untung saya
tidak terganggu akan hal- hal itu karena waktu itu, saya biasanya lagi santai
atau rehat.
Selama
hampir 5 bulan skripsi, saya biasanya ditemani sama dia (seseorang) pada setiap
hari Sabtu atau Minggu sekalian menemani saya jalan supaya saya tidak stress
karena memikirkan ini dan itu, termasuk revisionnya. Kadang juga dia tidak bisa
menemani saya karena ada acara di kantornya dan juga liburan keluarganya, saya
mendukung dan mendoakannya. Sambil skripsi, saya tidak lupa untuk chat ke dia
bahwa saya sudah sampai mana dan mau istirahat, kalau dia tidak sibuk atau
sudah pulang ke rumahnya, dia memberi saya kabar. Saya senang karena saya telah
melewati semuanya dengan baik lewat dukungan dia dan juga keluargaku, meskipun
semangat saya kadang naik, kadang turun.
Tepatnya
bulan Juni, sebelum deadline skripsi saya sempat stress karena masih ada yang
harus direvisi, bahkan datang ke kampus untuk konsul sama bapak Tedi, sampai
saya lembur hingga tengah malam demi skripsi bahkan sampai dinihari seperti
pada bulan sebelumnya. Saking capek gegara revisiannya, saya berdoa meminta
tolong kepada Tuhan agar perjuangan saya selesai dengan baik tanpa ada
hambatan. Di waktu itu, saya punya firasat buruk setelah saya mendapat kabar
dari dia (seseorang), dia ada kerjaan di PRJ selama sebulan sehingga tidak bisa
menemani saya jalan, saya tahu dan sudah bilang tidak apa- apa, kadang pernah
bercandaan, dia tidak tahu kalau saya benar- benar serius padahal saya hanya
bercanda. Sama- sama sudah memaklumi tentang kesibukan di antara saya dan dia,
saya memutuskan tidak memikirkan mau ke mana- mana selama menuju deadline skripsi.
Saat
sebelum deadline akhir bulan Juni dan
masih ada revision untuk Bab 1 – 5 dan menambahkan daftar lainnya, saya mendapat kabar dari bapak Tedi di grup
chat yang isinya cukup merinding dari punggung sampai kepala saya. Cukup greget
dengan isi yang disampaikan sama seperti pada awalnya setelah pertemuan ke
berapa. Teman- teman saya yang ikut dospemskrip bapak Tedi juga merasakannya
walau hanya nyimak. Saya berdoa. Tuhan tidak tuli, saya pasti lulus tepat
waktunya. Siap atau tidak siap sebelum deadline pengumpulan draft Finalisasi
skripsi, saya berusaha untuk semangat menyelesaikan padahal sebentar lagi sudah
mau selesai sehingga saya masih punya waktu sama dia (seseorang) yang kebetulan
lagi off kerja di PRJ. Saya tidak merasa diri saya ada firasat buruk mungkin
karena sudah lama tidak ketemu dengan dia. Saya tidak menyadari saat saya
melihat dia ada perubahan yang berbeda dari yang saya bayangkan. Saya yakin dia
nya tidak apa- apa, begitu pula dengan saya. Setelah sehari bersama dia hanya
refreshing selesai, saya pulang dengan perasaan tidak semangat walaupun tidak
apa- apa. Saya berusaha untuk tidak menyakiti dia atau membuat dia sedih atau
bagaimana.
Kembali
pada skripsi sambil membantu pekerjaan di rumah, saya dengan pelan- pelan
memeriksa Bab per Bab hingga akhir sebelum mau diprint. Ke kampus hanya minta
dicek lagi, minta direvisi dan seterusnya sesuai perjanjian bapak Tedi secara
bergiliran dengan beberapa teman yang se-bimbingan dengan bapak tersebut. Tepatnya
pada hari Jumat, saya memilih untuk kumpul draft Finalisasi pada hari itu supaya
saya bisa tenang dan tidak memakan waktu lama untuk menunggu sehingga saya bisa
mendapat kabar dari bapak Tedi apabila ada revision lagi.
Dua hari
berikutnya setelah pengumpulan draft skripsi, saya diajak oleh dia ke PRJ bersama
keluarganya dan pacar adiknya. Saya ingat tanggal tersebut adalah tanggal saya
dan dia. “Wah.. kebetulan sekali ya…” Menikmati seharian di PRJ bersama keluarganya
tanpa memikirkan skripsi lagi dan ketemu dia lagi di sana. Sambil keliling dari
tempat ke tempat upaya melepas rasa bosan.
Setelah
pulang dari sana dan sudah di rumah lagi dengan perasaan lelah, saya mandi dan
tidur sore. Saya sempat chat ke dia kalau saya sudah di rumah dan juga memberi
semangat untuk dia yang masih kerja di sana. Saya tidak tahu ada firasat buruk
di saat itu, saya berusaha untuk positive
thinking dan berdoa.
Esok harinya,
tiba- tiba saya mendapat kabar buruk dari dia padahal perjuangan skripsi saya
belum selesai. “Oh God, it was shocking me. Really so shocked..” Saat
saya bangun tidur, saya baca chat dari dia dan membaca bagian chatnya yang
membuat saya kaget dan bingung sendiri. “Ada apaan ini…?” (dengan nada marah). Saya tidak paham
maksudnya apa dari chat tersebut, padahal sebelumnya tidak apa- apa kok dia
meminta pertemanan. Saya mengira dia hanya bercanda, namun kenyataannya tidak. Frustrasi
dan pengen teriak- teriak sendiri. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi
padanya, sampai saya bertanya- tanya kepadanya kenapa dan apa salahnya dengan
saya sampai dia berkata begitu di chatnya.
Masih dalam
skripsi saya tidak tahu harus berbuat apa, tidak semangat, bahkan tidak nafsu
makan saat ditanya soal makanan. Perjuangan saya memang tidak sia- sia sejak
saya kuliah, skripsi yang didukung oleh dia. Saya berpikir dan berpikir tentang
apa salah saya. Tidak dikira karena kejadian kemarin pagi apa yang telah saya
perbuat terhadap dia.
Setelah
beberapa hari kejadian tersebut, saya berusaha melanjutkan skripsi saat saya
mendapat kabar dari bapak dosen untuk mengambil draftnya yang harus direvisi
dan dirapikan. Mau lanjut atau tidaknya, rasanya malas karena kejadian
tersebut. Untungnya, Tuhan yang mendorong saya untuk melanjutkannya dan
memikirkannya nanti. Seminggu beberapa hari lagi menuju deadline pengumpulan softcover
supaya saya diperbolehkan ikut sidang, saya revisi lagi dan lagi, lalu
menambahkan detailnya beserta penjelasannya. Rasa sedih dan kecewa pun terasa
di hati saya hingga di kepala saya, konsentrasi skripsi saya jadi terganggu. Namun,
secara terus- menerus Tuhan yang mendorong saya hingga selesai dan tinggal melengkapi saja.
Sebelum
hari H pengumpulan softcover, karena
tinta printer di rumah saya sudah habis dan tidak bisa dipakai untuk nge-print,
saya terpaksa nge-print di luar meskipun saya sudah meminta tolong koko saya
untuk memilih tintanya via online, namun
tidak membantu sekali padahal sudah diingatkan. Berusaha untuk tidak panik
setelah ingat sama ayat alkitab, saya ngeprint di warnet dulu baru ke kampus
untuk minta dicek di Layanan Mahasiswa terus ke bapak Tedi. Semua memakan waktu
panjang, saking bolak- balik dari kampus ke warnet depan kampus gara- gara
terjadi kesalahan di beberapa Bab. Mau atau tidaknya untuk revisi memang harus,
yang penting semuanya sudah selesai dan sudah beres untuk dijild softcover.
Tepatnya
pada hari Kamis setelah kejadian kemarin yang cukup melelahkan, skripsi saya
sudah jadi dan lengkap setelah diprint ulang yang sudah direvisi saja lalu di-fotocopy satu kali. Pengeluaran cukup banyak
untuk membayar printan sama fotocopy, mana
lagi harus bayar uang jilidan softcovernya.
“Tidak
masalah jika saya harus mengeluarkan uang untuk bayar print dan fotocopy.
Terima kasih Tuhan atas waktunya yang telah menemani saya selama skripsi hingga
selesai. Besok tinggal jilid saja.”
Pikir saya. Hari Jumat,
hari berikutnya, saya ke daerah rawamangun untuk minta dijilid. Saya tidak
ingat untuk minta contoh potongan softcover
dari kampus saya sampai penuh tanda tanya ke beberapa teman di grup chat karena
keliru akan warna karton bufallonya supaya tidak salah. Daripada nunggu lama
dan salah pun tidak apa- apa yang penting softcovernya
sudah jadi tinggal kumpul saja, saya terpaksa minta dijilid dengan warna biru
yang lebih mendekati warna biru sesuai dengan prodinya. Proses penjilidan tidak
sampai satu hari, hanya beberapa jam lagi sudah kelar. Malam harinya, saya
mendapat kabar bahwa softcovernya
sudah jadi dan boleh diambil langsung.
Esok
harinya, hari Sabtu, saya ke kampus lagi hanya mengumpulkan softcover yang sudah dijilid bersamaan
dengan satu sertifikat tentang workshop yang sudah di-fotocopy. Semua akhirnya terlewati dengan perasaan lega,
saya menerima tanda terima softcovernya
setelah membayar uang sidang.
Panjang
bukan cerita saya tentang SKRIPSI? Hehehe.. I hope you will enjoy my story and
stay tune for the next story of my blog!
Tuhan Yesus memberkati..
Hai, Christy... terima kasih ya untuk cerita-ceritanya... dalam suatu perkara, mungkin saja ada masalah yang dihadapi. Tapi salut untuk Christy yang bisa mengatasinya bersama dengan Tuhan. MGbu...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus