Renungan Harian kita :) :)

Rabu, 09 Mei 2012

Renungan Harian kita :) :)



Manusia Seutuhnya

Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat HATI.”

– 1 Sam.16:7 –

M

embangun dan mendidik manusia seutuhnya bisa dijadikan sebagai konsep dasar dalam pembangunan bangsa tidak terkecuali juga dalam penyelengaraan pendidikan, diarahkan agar berhasil mengantarkan anak didik menjadi manusia yang utuh. Kalian tahu apa yang dimaksud dengan Manusia Utuh?

Manusia Utuh berarti sosok manusia yang tidak parsial, fragmental apalagi biasa dikatakan sebagai split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya.

Lihat kisahnya....

“Seorang Wanita Di Mata Seorang Pria”
            Saat masih remaja, ada seorang wanita misalkan si A mulai jatuh cinta pada seorang pria misalkan si B, tetapi si A merasa agak khawatir pada dirinya: ’Apakah seorang pria mau menerima orang cacat sepertiku? Maka si A terus berdoa dan berharap untuk seorang yang akan mencintai si A apa adanya, bahkan saat si A melewati usia 30 dan 40 tanpa pernah ada tanda- tanda seorang akan menerima diriku. Keinginannya untuk menemukan seorang pangeran baik hati yang memesona hanyalah MIMPI.
            Si A TAKUT hidup sendirian seumur hidupnya, tidak ada yang dapat mendampinginya untuk bisa hidup bersama- sama. Si A mulai bertanya- tanya dalam hatinya: ‘Apakah Allah tidak ingin aku menikah sedangkan keinginan dalam diriku masih membara?’ Si A sudah mencoba untuk bersosialisasi dan menjadi PERCAYA DIRI, berpikir bahwa si A sama seperti orang lain. Akhirnya, si A memahami dan menerima bahwa manusia melihat dan menilai orang dari penampilan dan sering tidak melihat orang SEUTUHnya.
      
Di mata manusia seperti saya mungkin tidak berarti, namun Allah telah menciptakan saya berharga dan UNIK. Saya berharga di mata Allah (Baca Yes.43:4). Dengan menyadari hal itu, saya melakukan kegiatan harian saya dengan SUKACITA dan memiliki IMAN terhadap janji Allah bahwa segala sesuatu indah pada waktunya (Baca Pkh 3:11). Kini saya yakin bahwa walaupun nantinya  saya akan menikah atau tidak, saya akan selalu melayani dan memuliakan Allah dalam segala hal yang saya lakukan.

“Apapun kondisi kita, Allah tetap MENGASIHI kita.”


Diambil dari sumber: ST (Rabu 9 Mei 2012)

0 comments :

Posting Komentar