THANKS GOD, I’M ALIVE

Sabtu, 11 Maret 2017

THANKS GOD, I’M ALIVE


Pada bulan Februari 2017…

Dua minggu sebelum kejadiannya, saya mengalami sesuatu yang teramat fatal terjadi, saya tidak merasakan apa-apa tentang sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari. Sampai saat ini saya masih bergumul tentang banyak hal, termasuk pelayanan salah satunya yang membuat saya sering bertanya- tanya kepada Tuhan karena saya lagi mengeluh dan tahu bahwa masa waktu saya sudah mau selesai, tidak ada kelanjutannya sampai berpikir dalam hatinya, ‘Andai saja waktunya diputar ulang.’ Saya berdoa dan meminta perlindungan Tuhan untuk ke depannya supaya semuanya baik- baik saja. ‘Tuhaaannn… Tolonglah saya….’ Meskipun sejak itu, hampir setiap malam saya pernah mendapat mimpi tentang sesuatu tidak seharusnya terjadi di kemudian hari,
saya juga memiliki bad feeling setelahnya. Padahal sejak itu, saya tidak pernah bolong saat teduh setelah cukup lama saya sudah bebas dari beban kuliah, masih dalam job-seeker sambil pelayanan seperti biasa di gereja tempat saya bertumbuh sebelum masa waktunya sudah selesai.

* * * * *

Pada hari Minggu tanggal 5 Februari ’17, saya diberi tugas sebagai usher dan sudah sekali diingatkan melalui bisikan dari Tuhan setelah jarkom kegiatan Pemuda ke grup chat khusus kemarin sore, sebelum pergi ke kondangan salah satu teman gereja saya. Beberapa jam kemudian setelah pelayanan di Pemuda selesai, doa penutup bersama para pelayan, dua orang penatua dan Ko Ocep. Saya tidak menyadari ada yang ketawa- ketawa, tetapi saya tidak peduli dan melanjutkan doa penutup bersma mereka. lalu hitung uang persembahan. Bersama seseorang usher, namun satu orang lainnya entah ke mana saya tidak tahu, mungkin pulang. Kami berdua bersama salah satu penatua meneruskan penghitungan uang sampai selesai, sedangkan seseorang PJ Kebaktian lagi sibuk menulis di lembaran kertas. Tidak lama kemudian, hati saya tiba- tiba digerakkan untuk membantu dia di saat satu usher yang sudah selesai penghitungannya tiba- tiba menghilang tanpa berpamitan lebih dulu untuk pulang. ‘Apa  artinya dari semua ini?’ pikir saya dalam hati saat melakukannya.

Setelah saya selesai bantu dikit untuk dia dan semuanya akhirnya sudah beres.tanpa ada yang ketinggalan. Saya tidak memikirkan untuk pulang meninggalkan dia, saya membantu membereskan sebagian, saat itu ruangannya sudah sepi hanya ada ko Ocep yang sibuk ngobrol dengan salah satu teman yang bernama Aditya di sofa coklat. Dan beberapa menit kemudian, kami jalan pulang masing- masing.

‘Thanks goodness.’ Saya akhirnya lega setelah melewatinya dengan baik. Tetapi, saya hampir lupa tentang kejadian mimpi beberapa waktu lalu, saya memilih tidak memikirkannya.

* * * * *

Beberapa hari kemudian, saat saya masih dalam pergumulannya hingga mendapat mimpi yang sama dan bukan sesuatu yang diinginkan terjadi di kemudian hari. Saya berdoa dan berharap agar tidak terjadi sesuatu apa- apa ke depannya. Sejak itu, ada satu hal yang membuat saya sedikit terganggu seolah- olah ada yang berusaha memanas- manasiin situasi di salah satu chat agar saya tidak mendekati dia melalui cara yang bukan cara teriseng atau candaan. Saya tidak marah saat dipanas-panasiin lewat chatnya, saya hanya bisa diam dan sabar. Upaya menghindari rasa cemburu, saya kembali fokus dengan aktivitas yang saya kerjakan.

* * * * *

Pada hari Minggu, 12 Februari 2017, saya ada tugas pagi seperti biasa di gereja umum tempat saya bertumbuh. Saya lupa tentang mimpinya dan pergumulan, meskipun sejak itu saya tidak semangat entah kenapa, saya mencoba menenangkan hati dan pikiran. Saya memohon kepada Tuhan untuk terus menjaga dan melindungi saya apapun yang terjadi. Saya bertugas bersama 3 orang tim MM dan didampingi oleh bapak Koor MM, pak Sugih.

Satu setengah jam yang lumayan lama dalam ibadah akhirnya selesai, saya pamitan dengan mereka dan pulang bersama mamaku.

Sebelum ke Pemuda, saya tidak pernah berpikir mau pergi lagi atau tidak dan yang penting adalah tetap ke gereja. Maka itulah, saya memilih istirahat sebentar di rumah sebelum pergi. Beberapa menit kemudian, saya berangkat lagi ke Pemuda naik gojek meskipun sedikit telat. Tetapi sebelumnya itu, saya sempat mengingatkan tentang ‘P3K’ yang telah ditanyakan minggu kemarin lewat chat tanpa tahu apa yang terjadi.

Tidak lama kemudian, ibadah Pemuda selesai dengan baik, saya keluar dan bersalaman dengan teman- teman lalu seorang pendeta dan dua orang penatua. Saya mengobrol sebentar dengan beberapa teman, meskipun kadang sengaja dicuekin atau hanya berlalu begitu saja. Saya tidak tahu mau ngobrol apa lagi saat situasinya sudah mulai sepi. Saya memilih langsung pulang duluan setelah mengirim sms untuk minta dijemput. Dan kebetulan saat itu ada tiga orang (tidak disebut namanya) yang mau ke gereja umum hanya mengurus keuangan. Antara mau ikut atau tidak, saya takutnya diapa- apain maka saya memilih pulang cepat menuju ke gereja umum dan menunggu dijemput karena jalanan di depan GSG tidak bisa lewat untuk kendaraan bermotor.

Menunggu dan menunggu terasa cukup lama, saya sudah dengan sabar. Bahkan saat bertemu dengan tiga orang yang tadi itu ke gereja umum dan ngobrol sebentar kemudian keluar dari gereja. Saya di-smsin untuk jalan ke arah depan gerbang remaja dan menunggu sampai papaku datang.

Begitu melihat dia sudah datang di depan jalanan dekat perbaikan jalan dan saat hendak mau menyeberang jalan, di mana saya sudah memastikan sebelah kiri tidak ada kendaraan yang lewat dan menengok ke sebelah kanan ada kendaraan bermotor lewat. Saya menunggu sampai di sebelah kanan sepi baru boleh menyeberang jalan. Dan saya tidak menyadari ada kendaran bermotor yang dikendarai oleh seseorang, yang usianya rata- rata masih pemuda yang tidak bertanggung jawab tiba- tiba menabrak saya. Menabrak berlawanan arus arah jalan saat saya hendak menyeberang. Alhasil saya terpelanting dan jatuh ke aspal setelah kejadiannya. Shock saat ditabrak, jatuh hingga hampir tidak sadar diri. Saya merasa tubuhnya tidak bisa bergerak karena sudah di aspal. Saya hanya bisa meringis kesakitan. Saya berpikir kalau diri saya sudah mati dan tidak tahunya saya ditolong oleh beberapa orang yang menyaksikannya. Sedangkan orang yang menabrak saya tidak kabur, langsung menghentikan motornya dan turun dengan penuh ketakutan. Saya ditolong oleh ibu tidak dikenal dan digotong ke arah trotoar.

Karena masih shock dan kesakitan sehingga tidak bisa membuka mata sedikitpun apalagi berkata- kata saat ditanya oleh beberapa orang termasuk papaku. Saya merasa nyawaku tidak ada tetapi untung saya selamat dan masih hidup meskipun hanya luka- luka di tangan dan kaki. Mau bangun saja tidak bisa. Perbincangan yang lumayan bising oleh orang- orang termasuk dua orang teman Pemuda Kaput, yang baru saya lihat sekilas di TKP di mana saya habis ditabrak, saya menjadi terdiam karena masih shock.

Tidak lama kemudian, saya disuruh ke Rumah Sakit daerah Pulomas diantar oleh supir bersama dua orang teman Pemuda. Sepuluh menit dalam perjalanan, saya masih kesulitan menjawab saat ditanya oleh salah satu teman Pemuda apalagi meminta tolong.

Tiba di salah satu rumah sakit daerah Pulomas dan dengan bantuan mereka berdua, saya dipapah ke arah ruang UGD untuk diperiksa. Karena masih shock hingga sakit kepala dan pernapasan saya menjadi terganggu akibat hantaman keras motor yang menabrak ke bagian dada saya sebelum terjatuh ke aspal.

Sambil menunggu pemeriksaan oleh dokter, saya belum sempat berterima kasih kepada mereka yang sudah mengantar saya ke rumah sakit karena tidak bisa bangun dan tidak bisa ngapa-apain. Saya mencoba untuk tenang dalam tidurnya, hanya memastikan kalau mereka bisa menunggu tetapi rasanya tidak enak. Bahkan orang- orang yang merupakan ibu bapak yang telah menolong saya datang hanya mengetahui kejadian dan meminta pertanggungjawaban pada orang yang menabrak saya.

Saat saya melihat ada yang marah- marah kepada orang yang merupakan seeorang yang masih pemuda dan ibunya, saya meminta agar orang yang menabrak saya tidak dihakimi atau disalahin karena dia sudah meminta maaf dan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Kemudian saya dalam keadaan tiduran diantar ke ruang radiologi untuk melakukan ronsen ditemani oleh kedua orangtua saya, tetapi mereka tidak ikut masuk. Satu jam selama ronsen, saya berontak kesakitan saat ditunjuk oleh tim medis untuk memindahkan posisi tangan dan bagian punggung. Sabar dan berharap semoga saja tidak ada yang patah atau retak. Proses ronsennya selesai, saya keluar meski tetap dalam keadaan tiduran juga.

Kembali ke tempat yang tadi sambil menunggu hasil pemeriksaannya, saya tidak bisa ke mana- mana meskipun sudah lapar dan mau ke kamar mandi rasanya sulit untuk bangun. Saya hanya bisa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas pertolonganNya yang tidak terlambat sehingga saya masih hidup sampai saat ini. Meskipun terlambat untuk menyelamatkan saya dari tabrakan motor, untung saja nyawa saya tidak terenggut kecuali hanya shock saja. ‘Jika tidak, mungkin saya sudah tiada. Bagaimana cara saya memberitahu kejadiannya ke mereka apalagi mereka yang tidak mengenal saya atau ada teman yang kenal saya tetapi tidak tahu orangnya. Atau jika saya selamat tetapi harus menunggu kesembuhan dan pemulihan, bagaimana dengan keluarga saya yang memikirkan tentang saya dan masa depan saya…?’ pikir saya dalam hati dengan sedih. Apalagi juga dengan teman- teman saya dan lainnya. Bagaimana pelayanan saya nanti kalau masih begini…? Karena ada beberapa kesempatan yang belum tercapai sebelum asa waktunya habis..’ Saya merasakan pergumulan hidup ini berat akibat kondisi saya dan saya bingung bagaimana menghadapinya termasuk penderitaan saya setelah kejadian tersebut. Saya berdoa meminta hikmat dari Tuhan atas pergumulan dan kesembuhan saya agar saya bisa beraktivitas dan melayani.

Berada di RS yang cukup lama sambil menunggu hasil ronsen dan resep obat dokter akhirnya selesai, saya diperbolehkan pulang ke rumah naik mobil untuk beristirahat meskipun harus berjalan pelan. Saya hampir lupa untuk bertemu kedua teman pemuda yang sudah mengantar saya ke RS waktu itu hanya berterimakasih saja, eh ternyata mereka sudah menghilang duluan dari beberapa jam yang lalu. Saya juga tidak tahu kalau mereka sudah memberitahu tentang kejadian tersebut ke teman- teman sepelayanan saya atau belum, hanya minta didoain pemulihan. Tetapi alhasilnya…. Saya tetap ikhlas atas semuanya yang terjadi bahkan saya merasa kesulitan untuk mengetik tulisan di HP karena tangan kanan saya masih cedera apalagi hendak makan dan mandi.

Tiba di rumah saya diantar oleh supir yang membawa mobil hitam bersama mamaku dan disusul ibu yang menolong saya pada kejadian itu, anak pemuda yang menabrak dan ibunya serta bapak lainnya. Saya merasa sedikit malu dan tidak tahu harus berkata apa saat sudah didatangi oleh mereka hanya meminta maaf dan membicarakan masalah dan tanggung jawab atas kejadian siang.

* * * * *

Beberapa hari kemudian setelah insidennya, saya belum bisa beraktivitas atau pergi ke luar karena masih dalam tahap pemulihan. Saya tidak menyangka jika segalanya terjadi, terjadilah pada saya. Bukan mimpi atau halusinasi apalah. Tetapi, syukurlah saya selamat dari maut meskipun tidak selamat dari tabrakan motor. Kejadian yang saya alami bukan kejadian yang berbahaya dari yang saya kira seperti pernah terjadi beberapa tahun lalu, tetapi kasusnya berbeda. Saya pasti memikirkan kondisi saya bagaimana, jika saya belum pulih dalam beberapa minggu ke depan. Saya bersyukur masih bisa ke gereja meskipun harus berjalan pelan- pelan, saya tidak peduli bagaimana saat saya dikritik atau dihina atau diledek karena kondisi saya. Saya juga bersyukur karena tidak dijadwalkan untuk bertugas di minggu berikutnya sehingga bisa beristirahat. Meskipun saya tahu setelah dikabarkan bahwa yang bertugas untuk kebaktian pagi hanya dua orang karena dua orang lainnya izin tidak bisa bertugas dan saya berharap bisa membantunya. Tetapi, bagaimana pun karena kondisi saya yang masih belum pulih itu, saya terpaksa meminta izin tidak bisa bertugas walaupun tidak memberi kabar tentang kejadian tersebut seminggu lalu. Sebelumnya, saya sudah didoakan oleh teman- teman sepelayanan saya setelah sehari insidennya, meskipun telat memberi kabar tentang hal tersebut.

Dan sampai saat ini saya sudah membaik, tetapi tangan kanan saya tetap harus dilatih motoriknya karena masih ada cedera di bagian dalam persendian atau engselnya. Jadi, saya tidak perlu konsultasi ke dokter setelah mendapat hasil ronsen dari dokternya.

* * * * *

‘Thanks God, I’m alive.’ Saya tidak henti- hentinya berdoa dan bersyukur kepada Tuhan karena sejak awalnya setelah kejadiannya saya berpikir Tuhan bakal mengambil saya sampai saya bertanya kepadaNya, ‘Kenapa Engkau tidak mengambil saya saja, malah Engkau menyelamatkan saya?’ saya merasa DIA tahu isi hati saya mau apa dan kepedihan saya selama ini, setelah saya sudah lama melupakan masa lalu yang menyedihan dan menyakitkan, yang membuat pelayanan saya hampir tidak berjalan dengan baik. Saya juga merasa Tuhan yang seharusnya mengambil saya, tetapi saya diselamatkan pada saat itu meskipun saya pernah mengakui salah atau berdosa di hadapanNya. Saya akhirnya mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan berbeda dengan rencana manusia. Meskipun setiap manusia kadang merencanakan yang jahat, seolah- olah tidak ingin saya ada di dunia melalui cara apapun, saya memilih tidak membalas dendam atas yang manusia lakukan. Saya memilih melepaskan pengampunan pada yang membenci atau jahat kepada saya seperti Tuhan juga melepaskan pengampunan untuk saya.

* * * * *

Cerita yang saya tulis di blog bukan cerita yang benar- benar terjadi seperti dalam berita di TV, yang sering kita tonton, misalkan tentang kecelakaan besar atau kecil, bencana seperti dalam bentuk apalah yang merenggut banyak korban jiwa. Ada yang selamat, ada yang tidak hingga menimbulkan kedukaan yang mendalam bagi yang ditinggalkan. Tetapi, sebenarnya Tuhan tidak merancangkan yang jahat atau buruk seperti kecelakaan atau penderitaan dalam hidup kita, DIA selalu merancangkan damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan. Meskipun tidak ada satupun yang mengerti atau menyelami rencana Tuhan bahkan selalu cenderung menyalahkan Tuhan dan rancanganNya. Padahal, segala sesuatu kadang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita itu ada maksud baik. Jika terjadi sesuatu yang buruk di dalam hidup kita berarti bukan rencana Tuhan, karena DIA tidak pernah merancangkan yang jahat atau buruk. Percobaan apa pun yang kita alami adalah hal biasa, kadang terjadi atas seizin-Nya dengan maksud baik yaitu mendatangkan kebaikan apabila kita mengasihi Tuhan karena DIA telah mengasihi kita lebih dahulu. Selain itu, Dia memberi kita jalan keluar untuk melewati setiap percobaan atau ujian yang terjadi sehingga kita belajar dari kesalahan orang lain.

* * * * *

0 comments :

Posting Komentar