THANKS GOD, I’M ALIVE
Pada bulan Februari 2017…
Dua
minggu sebelum kejadiannya, saya mengalami sesuatu yang teramat fatal terjadi,
saya tidak merasakan apa-apa tentang sesuatu yang akan terjadi di kemudian
hari. Sampai saat ini saya masih bergumul tentang banyak hal, termasuk
pelayanan salah satunya yang membuat saya sering bertanya- tanya kepada Tuhan
karena saya lagi mengeluh dan tahu bahwa masa waktu saya sudah mau selesai, tidak
ada kelanjutannya sampai berpikir dalam hatinya, ‘Andai saja waktunya diputar ulang.’ Saya berdoa dan meminta perlindungan Tuhan untuk ke
depannya supaya semuanya baik- baik saja. ‘Tuhaaannn… Tolonglah saya….’ Meskipun sejak itu,
hampir setiap malam saya pernah mendapat mimpi tentang sesuatu tidak seharusnya
terjadi di kemudian hari,
saya juga memiliki bad feeling setelahnya. Padahal sejak itu, saya tidak pernah bolong saat teduh setelah cukup lama saya sudah bebas dari beban kuliah, masih dalam job-seeker sambil pelayanan seperti biasa di gereja tempat saya bertumbuh sebelum masa waktunya sudah selesai.
saya juga memiliki bad feeling setelahnya. Padahal sejak itu, saya tidak pernah bolong saat teduh setelah cukup lama saya sudah bebas dari beban kuliah, masih dalam job-seeker sambil pelayanan seperti biasa di gereja tempat saya bertumbuh sebelum masa waktunya sudah selesai.
* * * * *
Pada
hari Minggu tanggal 5 Februari ’17, saya diberi tugas sebagai usher dan sudah
sekali diingatkan melalui bisikan dari Tuhan setelah jarkom kegiatan Pemuda ke
grup chat khusus kemarin sore, sebelum pergi ke kondangan salah satu teman
gereja saya. Beberapa jam kemudian setelah pelayanan di Pemuda selesai, doa
penutup bersama para pelayan, dua orang penatua dan Ko Ocep. Saya tidak
menyadari ada yang ketawa- ketawa, tetapi saya tidak peduli dan melanjutkan doa
penutup bersma mereka. lalu hitung uang persembahan. Bersama seseorang usher,
namun satu orang lainnya entah ke mana saya tidak tahu, mungkin pulang. Kami
berdua bersama salah satu penatua meneruskan penghitungan uang sampai selesai,
sedangkan seseorang PJ Kebaktian lagi sibuk menulis di lembaran kertas. Tidak
lama kemudian, hati saya tiba- tiba digerakkan untuk membantu dia di saat satu
usher yang sudah selesai penghitungannya tiba- tiba menghilang tanpa berpamitan
lebih dulu untuk pulang. ‘Apa artinya dari
semua ini?’ pikir saya dalam hati saat melakukannya.
Setelah
saya selesai bantu dikit untuk dia dan semuanya akhirnya sudah beres.tanpa ada
yang ketinggalan. Saya tidak memikirkan untuk pulang meninggalkan dia,
saya membantu membereskan sebagian, saat itu ruangannya sudah sepi hanya ada ko
Ocep yang sibuk ngobrol dengan salah satu teman yang bernama Aditya di sofa coklat. Dan
beberapa menit kemudian, kami jalan pulang masing- masing.
‘Thanks
goodness.’ Saya
akhirnya lega setelah melewatinya dengan baik. Tetapi, saya hampir lupa tentang
kejadian mimpi beberapa waktu lalu, saya memilih tidak memikirkannya.
* * * * *
Beberapa
hari kemudian, saat saya masih dalam pergumulannya hingga mendapat mimpi yang
sama dan bukan sesuatu yang diinginkan terjadi di kemudian hari. Saya berdoa
dan berharap agar tidak terjadi sesuatu apa- apa ke depannya. Sejak itu, ada
satu hal yang membuat saya sedikit terganggu seolah- olah ada yang berusaha memanas-
manasiin situasi di salah satu chat agar saya tidak mendekati dia melalui cara yang bukan
cara teriseng atau candaan. Saya tidak marah saat dipanas-panasiin lewat chatnya, saya
hanya bisa diam dan sabar. ‘Upaya menghindari rasa cemburu, saya kembali
fokus dengan aktivitas yang saya kerjakan.
* * * * *
Pada
hari Minggu, 12 Februari 2017, saya ada tugas pagi seperti biasa di gereja umum
tempat saya bertumbuh. Saya lupa tentang mimpinya dan pergumulan, meskipun sejak
itu saya tidak semangat entah kenapa, saya mencoba menenangkan hati dan
pikiran. Saya memohon kepada Tuhan untuk terus menjaga dan melindungi saya
apapun yang terjadi. Saya bertugas bersama 3 orang tim MM dan didampingi oleh
bapak Koor MM, pak Sugih.
Satu
setengah jam yang lumayan lama dalam ibadah akhirnya selesai, saya pamitan
dengan mereka dan pulang bersama mamaku.
Sebelum
ke Pemuda, saya tidak pernah berpikir mau pergi lagi atau tidak dan yang
penting adalah tetap ke gereja. Maka itulah, saya memilih istirahat sebentar di
rumah sebelum pergi. Beberapa menit kemudian, saya berangkat lagi ke Pemuda
naik gojek meskipun sedikit telat. Tetapi sebelumnya itu, saya sempat mengingatkan
tentang ‘P3K’ yang telah ditanyakan
minggu kemarin lewat chat tanpa tahu apa yang terjadi.
Tidak
lama kemudian, ibadah Pemuda selesai dengan baik, saya keluar dan bersalaman
dengan teman- teman lalu seorang pendeta dan dua orang penatua. Saya mengobrol
sebentar dengan beberapa teman, meskipun kadang sengaja dicuekin atau hanya berlalu
begitu saja. Saya tidak tahu mau ngobrol apa lagi saat situasinya sudah mulai
sepi. Saya memilih langsung pulang duluan setelah mengirim sms untuk minta
dijemput. Dan kebetulan saat itu ada tiga orang (tidak disebut namanya) yang mau ke gereja umum hanya mengurus
keuangan. Antara mau ikut atau tidak, saya takutnya diapa- apain maka saya
memilih pulang cepat menuju ke gereja umum dan menunggu dijemput karena jalanan di
depan GSG tidak bisa lewat untuk kendaraan bermotor.
Menunggu
dan menunggu terasa cukup lama, saya sudah dengan sabar. Bahkan saat bertemu
dengan tiga orang yang tadi itu ke gereja umum dan ngobrol sebentar kemudian
keluar dari gereja. Saya di-smsin untuk jalan ke arah depan gerbang remaja dan
menunggu sampai papaku datang.
Begitu
melihat dia sudah datang di depan jalanan dekat perbaikan jalan dan saat hendak
mau menyeberang jalan, di mana saya sudah memastikan sebelah kiri tidak ada
kendaraan yang lewat dan menengok ke sebelah kanan ada kendaraan bermotor lewat.
Saya menunggu sampai di sebelah kanan sepi baru boleh menyeberang jalan. Dan saya
tidak menyadari ada kendaran bermotor yang dikendarai oleh seseorang, yang
usianya rata- rata masih pemuda yang tidak bertanggung jawab tiba- tiba
menabrak saya. Menabrak berlawanan arus arah jalan saat saya hendak
menyeberang. Alhasil saya terpelanting dan jatuh ke aspal setelah kejadiannya. Shock
saat ditabrak, jatuh hingga hampir tidak sadar diri. Saya merasa tubuhnya tidak
bisa bergerak karena sudah di aspal. Saya hanya bisa meringis kesakitan. Saya berpikir
kalau diri saya sudah mati dan tidak tahunya saya ditolong oleh beberapa orang
yang menyaksikannya. Sedangkan orang yang menabrak saya tidak kabur, langsung
menghentikan motornya dan turun dengan penuh ketakutan. Saya ditolong oleh ibu
tidak dikenal dan digotong ke arah trotoar.
Karena
masih shock dan kesakitan sehingga tidak bisa membuka mata sedikitpun apalagi
berkata- kata saat ditanya oleh beberapa orang termasuk papaku. Saya merasa
nyawaku tidak ada tetapi untung saya selamat dan masih hidup meskipun hanya
luka- luka di tangan dan kaki. Mau bangun saja tidak bisa. Perbincangan yang
lumayan bising oleh orang- orang termasuk dua orang teman Pemuda Kaput, yang
baru saya lihat sekilas di TKP di mana saya habis ditabrak, saya menjadi
terdiam karena masih shock.
Tidak
lama kemudian, saya disuruh ke Rumah Sakit daerah Pulomas diantar oleh supir
bersama dua orang teman Pemuda. Sepuluh menit dalam perjalanan, saya masih kesulitan
menjawab saat ditanya oleh salah satu teman Pemuda apalagi meminta tolong.
Tiba
di salah satu rumah sakit daerah Pulomas dan dengan bantuan mereka berdua, saya
dipapah ke arah ruang UGD untuk diperiksa. Karena masih shock hingga sakit
kepala dan pernapasan saya menjadi terganggu akibat hantaman keras motor yang
menabrak ke bagian dada saya sebelum terjatuh ke aspal.
Sambil
menunggu pemeriksaan oleh dokter, saya belum sempat berterima kasih kepada
mereka yang sudah mengantar saya ke rumah sakit karena tidak bisa bangun dan
tidak bisa ngapa-apain. Saya mencoba untuk tenang dalam tidurnya, hanya
memastikan kalau mereka bisa menunggu tetapi rasanya tidak enak. Bahkan orang-
orang yang merupakan ibu bapak yang telah menolong saya datang hanya mengetahui
kejadian dan meminta pertanggungjawaban pada orang yang menabrak saya.
Saat
saya melihat ada yang marah- marah kepada orang yang merupakan seeorang yang
masih pemuda dan ibunya, saya meminta agar orang yang menabrak saya tidak
dihakimi atau disalahin karena dia sudah meminta maaf dan bertanggung jawab
atas kejadian tersebut.
Kemudian
saya dalam keadaan tiduran diantar ke ruang radiologi untuk melakukan ronsen ditemani
oleh kedua orangtua saya, tetapi mereka tidak ikut masuk. Satu jam selama ronsen,
saya berontak kesakitan saat ditunjuk oleh tim medis untuk memindahkan posisi
tangan dan bagian punggung. Sabar dan berharap semoga saja tidak ada yang patah
atau retak. Proses ronsennya selesai, saya keluar meski tetap dalam keadaan
tiduran juga.
Kembali
ke tempat yang tadi sambil menunggu hasil pemeriksaannya, saya tidak bisa ke
mana- mana meskipun sudah lapar dan mau ke kamar mandi rasanya sulit untuk
bangun. Saya hanya bisa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas pertolonganNya
yang tidak terlambat sehingga saya masih hidup sampai saat ini. Meskipun terlambat
untuk menyelamatkan saya dari tabrakan motor, untung saja nyawa saya tidak
terenggut kecuali hanya shock saja. ‘Jika tidak, mungkin saya sudah tiada. Bagaimana cara saya
memberitahu kejadiannya ke mereka apalagi mereka yang tidak mengenal saya atau
ada teman yang kenal saya tetapi tidak tahu orangnya. Atau jika saya selamat
tetapi harus menunggu kesembuhan dan pemulihan, bagaimana dengan keluarga saya
yang memikirkan tentang saya dan masa depan saya…?’ pikir saya dalam
hati dengan sedih. ‘Apalagi juga dengan teman- teman saya dan lainnya. Bagaimana pelayanan
saya nanti kalau masih begini…? Karena ada beberapa kesempatan yang belum
tercapai sebelum asa waktunya habis..’ Saya merasakan pergumulan
hidup ini berat akibat kondisi saya dan saya bingung bagaimana menghadapinya
termasuk penderitaan saya setelah kejadian tersebut. Saya berdoa meminta hikmat
dari Tuhan atas pergumulan dan kesembuhan saya agar saya bisa beraktivitas dan
melayani.
Berada
di RS yang cukup lama sambil menunggu hasil ronsen dan resep obat dokter
akhirnya selesai, saya diperbolehkan pulang ke rumah naik mobil untuk
beristirahat meskipun harus berjalan pelan. Saya hampir lupa untuk bertemu
kedua teman pemuda yang sudah mengantar saya ke RS waktu itu hanya
berterimakasih saja, eh ternyata mereka sudah menghilang duluan dari beberapa
jam yang lalu. Saya juga tidak tahu kalau mereka sudah memberitahu tentang
kejadian tersebut ke teman- teman sepelayanan saya atau belum, hanya minta
didoain pemulihan. Tetapi alhasilnya…. Saya tetap ikhlas atas semuanya yang
terjadi bahkan saya merasa kesulitan untuk mengetik tulisan di HP karena tangan
kanan saya masih cedera apalagi hendak makan dan mandi.
Tiba
di rumah saya diantar oleh supir yang membawa mobil hitam bersama mamaku dan
disusul ibu yang menolong saya pada kejadian itu, anak pemuda yang menabrak dan
ibunya serta bapak lainnya. Saya merasa sedikit malu dan tidak tahu harus
berkata apa saat sudah didatangi oleh mereka hanya meminta maaf dan membicarakan
masalah dan tanggung jawab atas kejadian siang.
* * * * *
Beberapa
hari kemudian setelah insidennya, saya belum bisa beraktivitas atau pergi ke
luar karena masih dalam tahap pemulihan. Saya tidak menyangka jika segalanya terjadi,
terjadilah pada saya. Bukan mimpi atau halusinasi apalah. Tetapi, syukurlah
saya selamat dari maut meskipun tidak selamat dari tabrakan motor. Kejadian yang saya alami bukan kejadian yang berbahaya dari yang saya kira seperti pernah terjadi beberapa tahun lalu, tetapi kasusnya berbeda. Saya pasti
memikirkan kondisi saya bagaimana, jika saya belum pulih dalam beberapa minggu
ke depan. Saya bersyukur masih bisa ke gereja meskipun harus berjalan pelan-
pelan, saya tidak peduli bagaimana saat saya dikritik atau dihina atau diledek
karena kondisi saya. Saya juga bersyukur karena tidak dijadwalkan untuk
bertugas di minggu berikutnya sehingga bisa beristirahat. Meskipun saya tahu
setelah dikabarkan bahwa yang bertugas untuk kebaktian pagi hanya dua orang
karena dua orang lainnya izin tidak bisa bertugas dan saya berharap bisa
membantunya. Tetapi, bagaimana pun karena kondisi saya yang masih belum pulih
itu, saya terpaksa meminta izin tidak bisa bertugas walaupun tidak memberi
kabar tentang kejadian tersebut seminggu lalu. Sebelumnya, saya sudah didoakan oleh teman- teman sepelayanan saya setelah sehari insidennya, meskipun telat memberi kabar tentang hal tersebut.
Dan sampai saat ini saya sudah membaik, tetapi tangan kanan saya tetap harus dilatih motoriknya karena masih ada cedera di bagian dalam persendian atau engselnya. Jadi, saya tidak perlu konsultasi ke dokter setelah mendapat hasil ronsen dari dokternya.
Dan sampai saat ini saya sudah membaik, tetapi tangan kanan saya tetap harus dilatih motoriknya karena masih ada cedera di bagian dalam persendian atau engselnya. Jadi, saya tidak perlu konsultasi ke dokter setelah mendapat hasil ronsen dari dokternya.
* * * * *
‘Thanks God, I’m
alive.’ Saya
tidak henti- hentinya berdoa dan bersyukur kepada Tuhan karena sejak awalnya
setelah kejadiannya saya berpikir Tuhan bakal mengambil saya sampai saya
bertanya kepadaNya, ‘Kenapa Engkau tidak mengambil saya saja, malah Engkau
menyelamatkan saya?’ saya merasa DIA tahu isi hati saya mau apa dan
kepedihan saya selama ini, setelah saya sudah lama melupakan masa lalu yang
menyedihan dan menyakitkan, yang membuat pelayanan saya hampir tidak berjalan dengan baik. Saya
juga merasa Tuhan yang seharusnya mengambil saya, tetapi saya diselamatkan
pada saat itu meskipun saya pernah mengakui salah atau berdosa di hadapanNya. Saya akhirnya
mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan berbeda dengan rencana manusia. Meskipun setiap manusia kadang merencanakan yang jahat, seolah- olah tidak ingin saya ada di dunia melalui cara apapun, saya memilih tidak membalas dendam atas yang manusia lakukan. Saya memilih melepaskan pengampunan pada yang membenci atau jahat kepada saya seperti Tuhan juga melepaskan pengampunan untuk saya.
* * * * *
Cerita
yang saya tulis di blog bukan cerita yang benar- benar terjadi seperti dalam
berita di TV, yang sering kita tonton, misalkan tentang kecelakaan besar atau
kecil, bencana seperti dalam bentuk apalah yang merenggut banyak korban jiwa.
Ada yang selamat, ada yang tidak hingga menimbulkan kedukaan yang mendalam bagi
yang ditinggalkan. Tetapi, sebenarnya Tuhan tidak merancangkan yang jahat atau
buruk seperti kecelakaan atau penderitaan dalam hidup kita, DIA selalu
merancangkan damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan. Meskipun tidak
ada satupun yang mengerti atau menyelami rencana Tuhan bahkan selalu cenderung
menyalahkan Tuhan dan rancanganNya. Padahal, segala sesuatu kadang Tuhan
izinkan terjadi di dalam hidup kita itu ada maksud baik. Jika terjadi sesuatu
yang buruk di dalam hidup kita berarti bukan rencana Tuhan, karena DIA tidak
pernah merancangkan yang jahat atau buruk. Percobaan apa pun yang kita alami
adalah hal biasa, kadang terjadi atas seizin-Nya dengan maksud baik yaitu
mendatangkan kebaikan apabila kita mengasihi Tuhan karena DIA telah mengasihi
kita lebih dahulu. Selain itu, Dia memberi kita jalan keluar untuk melewati
setiap percobaan atau ujian yang terjadi sehingga kita belajar dari kesalahan
orang lain.
* * * * *
0 comments :
Posting Komentar