"Unfinished Bussines about Campus Life"
SEMUA ADALAH IDE CERITAKU:
‘Masa- masa Kuliah yang tidak terlupakan’
Setelah melewati hari- hari libur dengan perasaan
senang maupun duka, kembali ke masa Kalbispheration Days selama 3 hari dan
mengikuti acara Gebyar BCA di Balai Sarbini berakhir, sehari lagi akan kembali
ke masa perkuliahan seperti biasa. Kembali ke kuliah, kembali ke kampusnya,
belum pernah merasakan bagaimana situasi yang baru, saat bergaul dengan
beberapa mahasiswa baru dan mengikuti mata kuliah yang diajarkan dosen- dosen
baru. Mendengar kata ‘Mahasiswa’
yang sering disebut- sebut dalam seminggu terakhir ini, membuat diriku yang
dianggap sebagai pribadi yang besar dan penuh kejiwaan... ‘Benar- benar kenyataan ya, seperti yang
telah aku impikan dulu...namun bukan seperti yang aku harapkan... ’
(kata- kata yang dilontarkan di luar benakku)
........
* * * * *
Hari pertama kuliah dimulai setelah Morning Prayer
bersama FIRE’s, saya tidak pernah mengira kalau tiba- tiba jadi ngeblank ikut
doa pagi untuk hari pertama. Bersama Maria
Tysna dan Dear Debora baru habis
doa pagi, keluar dari ruangan AR306,
naik ke lantai 4 dengan jalan kaki melalui eskalatornya yang masih belum jalan.
Tiba di lantai 4, sudah ada beberapa mahasiswa TI yang berbeda jurusan, yang
lagi duduk di lantai sambil ngobrol kecil walaupun belum apa- apa karena masih
baru. Duduk di lantai
menunggu kelas mata kuliah pertama, Algoritma dan Pemrograman yang diajarkan Bu Evawaty Tanuar. Lumayan ramai juga di lantai 4, yang pertama kali saya lihat. Saat melihat mereka, saya nimbrung ke mereka setelah nyamperin ke beberapa termasuk Tantri Kusumastuti dan Lisa Melyani. Belum ada beberapa mahasiswa yang mulai dengan pertanyaan serius dalam obrolannya, hanya terlihat sedang bengong sana sini sedangkan saya mengecek bb, memastikan ada sms atau bbm yang masuk, yang muncul di bb saya hanyalah chat grup dari TI Kalbis yang sudah lama diupdate oleh beberapa Mahasiswa cowok tadi pagi, yang menanyakan tentang Kelasnya mulai jam berapa sampai rempong di grupnya. Jam 8 tepat sekali, dosen dengan pakaian formalnya, sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangannya sudah ada di belakang satpam yang sedang membuka pintu kelas AR411-nya dan kami berada di belakangnya menunggu dengan ketidaksabarannya, saya hanya masih mengecek bbm chat grupnya ada yang bertanya, ‘Dosennya sudah datang apa belum?’ Yang bertanya itu adalah David Meibert satu- satunya yang belum saya lihat dari sejak Kalbispheration Days juga, saya membalasnya, ‘Sudah datang tuh dia, buruan aja. ‘ Tidak Cuma dia saja, ada beberapa Mahasiswa yang masih bertanya- tanya seperti Isna Oktaviani, Bimo Putro Utomo, Mirza Al Faris dan Izhhar, namun saya tidak sempat membalasnya karena sudah di kelas. Begitu sudah memasuki kelas, saya bingung mau duduk di mana, jadi saya memilih duduk ke depan sebagai percobaan pertama bagaimana rasanya. Ketika saya duduk di depan, ada seorang Mahasiswa dengan chinese wajahnya serta harum aromanya, yang belum saya kenal duduk di samping saya, dia itu Melvina Yosephine dan satu lagi duduk di samping kiri saya, Chandra Kurniawan. Di hari pertama kelasnya Bu Eva, suasananya masih biasa dan baru, saya yang sendiri kebingungan dan tidak tahu mau ngapain, hanya membuka buku tulis baru terus menuliskan tanggal serta Jadwal pertemuan sedangkan yang lain memakai buku file, tanpa merasa galau di seisi kelas ini. Menunggu dan menunggu hingga dimulai pengajaran oleh Bu Eva pada minggu pertama, belum lagi dengan riuhnya beberapa mahasiswa dalam mengobrol, dosennya sibuk memasangkan kabel laptopnya agar terhubung ke LCD-nya namun tidak bekerja dengan baik, dia keluar kelas berapa kalinya untuk memanggil LCD securitynya memperbaiki masalahnya walaupun hanya hari pertama dan belum dipakai sama sekali. Sambil menunggu saya bbm-an dengan Isna yang lagi- lagi dengan telat datang ke kampusnya, ‘Ci, dosennya udah datang? Aku masih di jalan, maceetttt.. ‘ begitu dia bilang di bbmnya dan saya menjawab, ‘Sudah datang tuh dia. Kamu sudah sampai di mana emang?’ obrolan kami masih ada sebelum masalah LCDnya beres. Hampir 30 menit menunggu, akhirnya LCD-nya bekerja dan sudah bisa nyala di layarnya, bu Eva membuka pembicaraannya di depan kami untuk pengenalan pertama. Lalu kami memulai dengan seriusnya di bawah pengajarannya tentang Pengenalan Algoritma dan Pseudocode terlebih lagi dengan saya menyandarkan tanganku ke atas meja bangku kelas sambil memperhatikan tulisan yang ada di LCD-nya kemudian mencatat. Walaupun belum keseluruhan yang saya catat, sudah berganti slide-nya di LCD-nya olehnya. Hampir saja beberapa mahasiswa yang ketinggalan nulis jadi kesal namun terdiam karena bingung apa yang ditulisnya. Saya juga ketinggalan setengah, terus menoleh ke arah Melvina yang cukup rapi di catatan bukunya, saya pikir- pikir mau minjam sebentar untuk mencatatnya. ‘Mel, boleh ga aku minjam catatannya itu? Ketinggalan nih aku catatannya. ‘ (sambil menoleh ke arah catatannya yang hampir lengkap yang dibahas di slidenya) ‘Ini? Oke, bentar ya. Aku lagi nyatet... ‘ Begitu Melvina menjawabnya, saya menganggukkan kepala saya, ‘Oke deh..’ kemudian menunggu dan kembali memperhatikan apa yang diajarkan Bu Eva hingga istirahat 15 menit. Tepatnya jam 10.00 menandakan istirahat 15 menit tiba, Bu Eva keluar lagi disusul beberapa mahasiswa dengan menenteng tas ransel di belakang yang disangka- sangka mau pulang padahal kelasnya belum selesai. Saya mengecek bbm lagi yang sudah berapa kali berdering di sakunya, ‘Ci, Masih lama? Ruang mana ya? Aku ga tahu nih, baru sampe di kampus nih....’ dan saya menjawab, ‘Sudah kelar nih, masuk aja. Di ruang AR411. Yang paling kiri dekat AR410. ‘ Tak lama kemudian, bersama beberapa mahasiswa TI yang telat datang masuk diikuti juga seorang mahasiswa dengan jilbabnya dan berkacamata masuk menghampiriku yang lagi mencatat catatan yang saya pinjam dari Melvina, ‘Maaf yaa ci, macet soalnya jalannya. ‘ Saya membalas dengan tolakan halus, ‘Tidak apa- apa na. Ini baru 1 ½ SKS nih, sekarang lagi istirahat. ‘ Kemudian dia melihat catatan saya, meminta izin, ‘Boleh ga aku pinjem?’ dan saya mengangguknya, ‘Boleh kok, bentar yaa. ‘ (sambil mencatatnya dengan seriusnya) Setelah mencatat, saya meminjamkannya ke Isna dan dia berbalik ke belakang, memulai mengebut nyatetnya tanpa harus diganggu, saya menemaninya. Tak lama kemudian, istirahat 15 menit selesai dengan sangat cepat, semua kembali ke kelasnya setelah Bu Eva masuk kelas lagi kami kembali belajar seperti biasanya termasuk saya, walaupuna pengajarannya terlalu cepat jadi hampir ketinggalan beberapa slide yang akan dicatatnya, dosennya tidak peduli ketika melihat kami yang lagi tertegun ketika pertama kali diajarkannya begitu cepat. 2 sks dari tadi pagi beralih lagi ke 2 sks bersama Bu Evawaty Tanuar di hari pertama yang cukup lama, belum ada yang pernah bilang merasa bosan atau gimana tak terkecuali dengan beberapa mahasiswa yang duduk di depan. Hari pertama dia mengajar, kami dari awalnya mendengarkannya dengan sangat serius, tiba- tiba jadi tidak serius dan merasa pusing walaupun hanya hari pertama, sudah dikasih tugas oleh dosennya, semua teman seisi kelas saya jadi galau. Pada pukul 12 tepat, kelasnya selesai dan semua mahasiswa berberes buku dan menentang tas, beranjak keluar dari kelas AR411-nya. Saya sendiri ditemani oleh Isna Oktaviani menyusul keluar dari kelasnya, belum apa- apa karena saya belum ada teman baru ketika melihat beberapa teman terpencar- pencar ke kiri dan kanan, ada yang hendak ke toilet namun tidak barengan terutama dengan Lisa Melyani bersama teman cowoknya, Davis Santoso, David Meibert, Regi Fasius, Rizky Natanael, Yoshendi Giovanni serta Kevin Lim itu, ada juga dengan teman yang lainnya yang hendak ke kantin dalam kampus untuk makan siang sebelum kelas berikutnya. Begitu keluar dari kelasnya, saya bertanya pada Isna yang lagi kebingungan, ‘Mau ke mana na?’ lalu dia menjawab sambil mengetuk- ngetuk bagian dagunya dengan jari telunjuknya dan berpikir, ‘Hmm... Mau ke kantin, mau ikut ga ci?’ Saya jadi tertegun dan berpikir sebentar- bentar ketika saya melihat Lisa sendirian ke toiletnya, saya langsung menjawabnya, ‘Yauda kamu duluan saja, saya mau ke toilet dulu.. ‘ langsung diacungkan jempol olehnya, ‘Oke deh ci...’ kemudian beranjak turun dengan eskalatornya tanpa ditemani oleh beberapa teman karena mereka sudah turun duluan. Saya menyusul Lisa yang hendak ke toilet, di mana saya melihat kerumunan mahasiswa yang baru keluar dari toiletnya, namun saya tidak tahu kalau mereka itu sesama junior kami atau senior. Di tengah istirahat setelah kelas matakuliah pertama di hari pertama yang cukup ramai dengan beberapa mahasiswa senior yang keluar kelas, saya masih belum hafal benar akan nama- nama mereka dari sejak ospek kemarin. 10 menit kemudian berada di toilet setelah bertemu dengan Lisa, kami keluar darinya bersama teman- teman cowoknya yang belum saya kenal pasti ke kantin yang ada di lantai 1 dengan jalan kaki pada eskalatornya, setiba di kantinnya yang masih baru dan agak sepi sekali karena kami lebih duluan keluar dari kelasnya. Kami mencari tempat duduknya, ternyata telah dipakai oleh beberapa mahasiswa TI dan jurusan yang lainnya. Bersama Lisa terpaksa duduk di kursi yang ada di dekat pintu masuknya itu dan terpisah dari teman- teman cowoknya yang juga terpaksa makan di pojok dekat jendela. Berduaan dengannya, makan hingga selesai walaupun sudah beberapa kali ngobrol dengan pertanyaan serius sambil makan. 20-30 menit kemudian di sela- sela istirahat, kami akhirnya selesai makan saat di mana ada beberapa teman mahasiswa TI seperti Tantri Kusumastuti, Qory Andrianni dan Isna Oktaviani lalu lalang dari kantin ke toilet saking sengaja mencubit bagian lengan Lisa yang baru kelar makan, kemudian ngerjain saya dari depannya. Tak lama kemudian, makan siang kami pun selesai sedangkan beberapa mahasiswa TI yang ada di dalamnya masih belum selesai dari 40 menit berlalu, saya tanpa habis pikir hendak ngobrol dengan Lisa yang lagi bbman dengan Davis yang ada di pojokannya sambil ketawa sendiri tanpa harus diganggu. Pertama kali ngobrol dengannya, masih belum biasa juga, hanya saya bisa ngomong pelan- pelan saja. Saat kami lagi ngobrol belum lagi ada yang menoleh sampai melirik sedikit ke arah kami, termasuk teman- teman cowoknya yang ada di pojokannya. Kami pun beranjak dari kantin, jalan kaki ke tangga hingga ke eskalatornya karena liftnya masih belum beroperasi juga. Berjalan kaki ke lantai 5, yang kami jejakkan itu di perpustakaan yang dalam bahasa Inggrisnya ‘LIBRARY’ , hal itu membuat saya jadi tertegun sedikit ketika menemukan sebuah perpustakaan yang baru itu. Belum lagi kami masuk ke dalamnya, setelah teman- teman cowok sudah masuk duluan, check in dan memasukkan tasnya ke loket, saya juga kepikiran mau masuk namun tidak tahu mau ngapain. Kami turun lagi ke lantai 4, duduk di lantai yang ada di dekat jendela, menunggu kelas berikutnya, Akuntansi, sambil menunggu kami ngobrol sebentar tentang pengalaman kami masing- masing. Tiba- tiba ada ci Vrisca Fau yang telah lama saya kenal menyapaku dan Lisa, ‘Haiiii....’ diikuti oleh ka Izzatul Ilah di belakangnya menghampiri kami yang lagi duduk ikut menyapaku. ‘Lagi ngapain kalian?’ Kami menjawab secara bergantian. ‘Ya, lagi nungguin kelas Akuntansi..’ dan diangguk- angguk olehnya, ‘Oh gituu.. Okelaahh... ‘ Ngobrol sebentar bersama 2 kakak Seniornya, sebelum mereka hendak ke kantin. 15-20 menit kemudian kami menunggu, ada beberapa teman TI datang berkumpul di hadapan kami, termasuk teman- teman cowoknya yang baru turun dari lantai 5-nya. Cukup lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam datang bersamaan dengan dosen perempuan dengan berkarakter keibu- ibuan dengan menenteng buku matakuliah dan buku absensi serta peralatan papan tulisnya yang saya perhatikan itu, dia mengikuti satpam ke kelas AR412. Kami bangkit dari duduknya, berjalan kaki ke kelas tersebut tanpa merasa gaduh di belakang mereka. Masuk kelasnya, lagi- lagi saya masih kebingungan mau duduk di mana, tiba- tiba teringat akan Isna yang ada di depannya, saya langsung nyamperin agar bisa duduk di depan bareng. ‘Na, duduk di depan yaa.. Temenin aku donk. ‘ kemudian dianggukin olehnya, ‘Oke ci....’ kami langsung duduk di depan, bersebelahan juga, sedangkan di samping kiri saya itu Tantri. Setelah kami duduk di tempat masing- masing, hanyalah Lisa duduk di belakang karena ada teman- teman cowoknya, saya jadi bingung mau gimana saat menoleh ke belakang yang cukup riuh dengan beberapa teman TI cewek yang duduk di belakang kami. Mata kuliah Akuntansi dimulai dengan dosen barunya, Bu Wiratmi, saya jadi tertegun sampai bertanya- tanya pada diriku sendiri, ‘Kok kenapa ada Mata Kuliah Akuntansi di jurusan TI? Padahal saya tidak terlalu bisa dengan Matakuliah itu.’ Ketika dosen memulai kelasnya dengan menjelaskan materi barunya di papan tulis, kami mencatat dengan seriusnya termasuk saya hanya bisa melihat catatan kepunyaan Tantri dan Isna secara bergantian karena tidak kelihatan di depan papan tulisnya. Tak lama kemudian, sudah hampir 1 ½ jam mata kuliah Akuntansi bersama Bu Wiratmi itu selesai walau terasa sebentar sekali, kami bubar dan pulang. Berganti dengan hari berikutnya, hari kedua kuliahnya, walaupun masih ada Morning Prayer saya tidak datang karena saya kuliahnya siang. Pada hari kedua, sudah bangun pagi dan masih bisa santai di rumah bahkan browsing juga. Beberapa jam kemudian hingga jam 13.00 tepat saya masih di rumah, saya ada kelas jam 13.30 setelah saya mendapat jadwalnya dari kalbis.ac.id yang telah baru saya download sekali. Beberapa menit kemudian, saya sudah bersiap- siap dari rumah dan berangkat ke kampus walaupun belum ada kabar dari beberapa teman TI yang sudah berada di kampus maka saya teringat untuk BBM dengan Lisa dan menanyakan kalau dia sudah di kampus apa belum. Hanya sebentar sekali bbm dengannya dilalui dengan balasan darinya, saya sudah berada di kampus namun belum bertemu dengan beberapa teman di kampusnya. Lalu saya mencari keberadaan teman- teman TI di kampus yang masih sedikit dengan kakak Seniornya serta Juniornya yang lagi makan di kantin, duduk di sofa sekitar lobby serta di bagian dalam ruang adminstrasi itu. Saya berjalan kaki ke tangga hingga eskalator menuju ke lantai 4, di mana yang saya sampai itu terlihat sepi sekali, ‘Ke mana nih mereka ya? Emang sudah mulai kelasnya?’ (Sambil celingak- celinguk ke kanan kiri lalu melirik ke arah jam tangannya, mengecek bbm chat yang di grup) Di lantai 4 yang agak sepi itu saya berjalan menuju ke kelas AR410 yang saya kira sudah mulai dan dosennya sudah datang, ‘Ternyata belum mulai... ‘ Saat saya bertemu dengan beberapa teman TI cewek yang lagi duduk di deretan bangku kelas, saya bingung lagi mau duduk di mana dan tidak habis pikir untuk duduk di depan saja. Setelah duduk di depan, saya menoleh ke belakang mencari seseorang yang duduk di belakang, tanpa saya meminta tolong tiba- tiba Tantri langsung bangkit dan pindah ke depan, tepatnya di samping saya. ‘Aku mau bantuin Christy di depannya.’ Begitu dia menjawab ketika ada teman cewek baik dia yang bertanya dari belakangnya. Bersamaan dengan waktunya, sudah beberapa teman TI yang baru datang itu dan mulai masuk kelas setelah dosen barunya masuk sambil menenteng tas selempang berwarna hitam, buku absensi serta peralatan tulis. Bertemu dengan dosen baru pada hari kedua membuat kami terheran- heran sendiri, dosen baru itu bernama Muhammad Lufti Saleh, memulai perkenalan dirinya dengan menulis namanya di papan tulis, kami hanya mengangguk- angguk mengerti setelah membaca nama yang ditulisnya dan langsung terdiam hingga dosen, Pak Lufti, mulai mengajar materi baru pada pertemuan pertama di hari kedua yang sama halnya dengan ajaran Bu Eva lewat LCD-nya. Ketika dosen mengajar sambil menjelaskan slide per slide yang bertuliskan bahasa Inggris itu, kami semua hanya terdiam dan serius mencatat. Apapun yang diajarkannya memakai bahasa Inggris di power point, hampir sebagian dari teman TI kewalahan ketika membaca tulisannya kecuali hanya dosen tersebut menerjemahkan kata- katanya dalam bahasa Indonesia, namun tidak semua yang diomongkannya langsung dicatat karena terlalu cepat termasuk yang ada di slidenya, jadi ketinggalan sedikit. Bersama dosen baru, Pak Lufti, kelasnya jadi serius dan tidak ada yang bersenda gurau kecuali hanya bisa mendengar penjelasannya hingga jam 15.30, jam istirahat tiba, saat saya bertanya ke Tantri tepat duduk di sebelah saya, ‘Apa kelasnya sudah selesai?’ ketika itu saya melihat ada beberapa teman termasuk geng Davis dan Lisa membereskan buku dan menenteng tas ransel di punggungnya, keluar kelas. Lalu Tantri menjawab, ‘Belum.... Ini lagi istirahat. ‘ Hanya saja, saya menjawabnya, ‘Oohh.. Oke deh.. ‘ Setelah 2 SKS berlalu, istirahat dimulai, saya jadi tercengang melihat beberapa teman pada keluar kelas dan ada juga yang masih di kelas untuk makan, ngobrol serta main games di NDSnya. Saya tidak tahu mau ngapain, saya tanpa sengaja nyamperin ke dosennya yang lagi mengecek data di PC-nya kemudian dia menanyakan padaku, ‘Bagaimana? Sudah mengertikah apa yang telah aku jelaskan di LCDnya?’ Saya menjawab dengan cepat tanpa harus berpikir panjang, ‘Iya, lumayan kok pak. Walaupun tulisannya memakai bahasa Inggris, saya mencoba untuk memahaminya. ‘ dengan jawaban dari saya, langsung dianggukkin oleh dosennya, ‘Oh begitu, oke deh.. Bagus. ‘ Beberapa menit obrolan dengan dosennya sambil menengok ke arah keluar di balik kaca jendela, terlihat lagi agak gelap sedikit. ‘Pantesan kelasnya dingin sekali, tak kukira akan hujan ternyata belum...’ Begitu kata- katanya yang dikeluarkan di benakku saat saya melihat Singgih Lomempow lagi asyik main games di Nintedo sendirian tanpa mau diganggu gugat oleh siapapun dan di belakangnya ada beberapa cowok yang lagi sibuk di depan laptopnya, mereka itu Dicken Putra Kusuma, Dhanang Fabiananda, Hanim Siregar, Mirza Al Faris dan Izhhar namun saya tidak tahu apa yang sedang mereka mainkan. Saya juga sengaja melihat 4 cewek teman TI, Qory Andrianni, Rofiatul Koramah, Dyah Maharani dan Vicky Nurchmawati, yang lagi duduk dan makan roti lalu saya menghampiri mereka tersebut dan ngobrol kecil di depan mereka yang lagi makan roti coklat dan sengaja menawarkan ke depan saya, saya hanya menolak secara halus, ‘Tidak, makasih.. Saya sudah makan dari tadi.’ tiba- tiba yang saya lihat di buku kecil milik siapa gitu, setelah minta izin di depan mereka untuk lihat isinya. Apapun yang telah saya lihat isi buku tersebut, saya mulai tertawa geli ketika melihat tulisan tentang pelajaran di SMA termasuk ujian- ujiannya hingga ospek di kalbis, saya menunjukkannya di depan mereka jadi ikut tertawa. Halaman demi halaman di dalam buku kecil milik siapa saya tidak tahu, tiba- tiba saya membaca jadwal tugas kuliah yang baru ditulis kemarin. ‘Tugas Algoritma dan Pemrograman, bikin Pseudocode dan Flowchart untuk bilangan prima ganjil dan genap. Kumpul hari Kamis.’ Begitu saya membaca tulisannya, saya langsung fotoin dengan kamera bb saya dengan nada kagetnya, ‘Kok ada tugas kayak ginian, saya sendiri tidak tahu ya...?’ Sekali foto tugas di buku kecil itu supaya tidak lupa. Jam istirahat setelah 2 SKS berakhir dalam kurang lebih 25 menit, beberapa teman TI yang lama keluar kelas hanya untuk istirahat kembali ke kelas lagi termasuk rombongannya Davis dan yang lainnya. Kami melanjutkan belajar dengan seriusnya bersama Pak Lufti hingga jam 17.00, walaupun kadang matakuliah di hari kedua agak melelahkan dan bikin ngantuk karena kebanyakan materi tapi beruntungnya kelas yang sekarang tidak sama seperti yang disebutkan dalam jadwal yang seharusnya kelasnya selesai jam 17.30, malah dipercepat 30 menit sebelum ini. Dengan suara bisingnya teman- teman TI beberes buku dan tas, bubar keluar dari kelas AR410-nya termasuk saya. Setelah hari kedua bersama dosen baru selesai, diganti dengan hari ketiga masuk pagi lagi dengan 2 mata kuliah yaitu Logika Berpikir Kritis dan Lab Praktikum Web Programming. Saya sendiri sehabis Morning Prayer bersama Maria naik ke lantai 4 sambil mengingat jadwal mata kuliahnya, saya kuatir kalau salah jadwal karena belum terlalu hafal seperti biasanya. Menunggu di lantai 4 sembari nyamperin teman- teman TI yang lagi duduk di lantai seperti halnya pada hari pertama dan kedua, ada Lisa dan teman- teman baik Davis. Saya pun duduk di lantai 4 bersamanya namun terpisah, saya masih penasaran lagi untuk ketiga kalinya siapa dosen baru dengan mata kuliah pertama, Logika Berpikir Kritis jam 08.00 sambil mengecek bbnya yang sering muncul chat grupnya pada nanyain, ‘Dosennya sudah datang apa belum? Di ruang mana?’ Itulah yang ditanyain oleh Mirza Al Faris dan beberapa teman TI yang lainnya. Sudah agak lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam muncul sambil mencari kunci dari segulungan kunci yang ada untuk membuka pintu yang ada di ruang AR412, yang sudah pernah dipakai pas matakuliah Akuntansi itu. Dia datang bersama dosen baru yang agak gemuk sedikit dan setengah batak jawa orangnya, dia mengikutinya dari belakang sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangan kirinya. Kami bangkit dari tempat duduknya, namun tidak berlari ke arah pintu, tetap menunggu hingga pintu kelasnya dibuka. Begitu masuk tanpa harus berdesak- desakan satu sama lainnya, saya berusaha untuk tidak berlari karena ingin memastikan temannya hendak duduk di mana. Dan saya menyadari untuk bisa duduk di depan sama Isna Oktaviani yang ada di sebelahku, eh tiba- tiba dia duduk di belakang saya, di baris kedua dari depan. Saya jadi duduk sendirian, lalu datanglah Tantri Kusumastuti yang telat 3 menit dari sebelumnya dan duduk di samping kanan saya. Dosen baru sudah berada di kelas dan teman- teman TI juga, duduk lebih tenang tanpa ada suara sedikitpun. Dosen baru itu memulai pengenalannya, ‘Nama saya adalah.....’ (sambil menulis namanya di papan tulis: ‘Muhammad Rusli.’) seperti halnya dengan Pak Lufti menulis namanya di papan tulis, kami satu kelas hanya mengangguk sekali saat membaca namanya dan memulai materi barunya di power point yang sedang dipersiapkannya itu. Ketika dosen sibuk membuka dan menyalakan LCDnya, saya dicolek- colek oleh teman yang di belakang, saya tidak kenal siapa dia. Dia yang bernama Adi Permana Wijaya menanyakan tentang tugas pertama dari Bu Evawaty Tanuar. ‘Hei, kamu tau dari mana tugasnya dikumpulkan hari Kamis ini?’ Hal itu menanyakan kepada saya, saya jadi tercengang ketika ditanyain olehnya. ‘Heh? Bukannya itu dikumpulkan hari Kamis kan? Ada matkul Algoritma juga kan? Aku tahunya dari buku punya siapa tertulis hari Kamis.’ Begitu saya menjawab sambil bertanya diri sendiri di depan mereka, sedangkan Isna Oktaviani dari awalnya bingung dan ikut memotong pembicaraan kami, ‘Ada apa ini? Tugas apaan?’ Adi memberitahu tentang masalah ini dengan rada kebingungan, ‘Aku ga tau tugas ini sebenarnya dikumpulkan hari apa? Kamis ini apa senin depan? Katanya, kumpulnya hari Kamis...’ (sambil menunjuk- nunjukkan ke arahku yang di depan) Lalu Isna memberitahuku setelah memanggilku dari belakangnya, ‘Tugas dari Bu Eva itu dikumpulkan hari Senin depan, bukan hari Kamis ini. ‘ Dia sengaja ngomong berulang kali lalu menulis apa yang dibicarakannya lewat kertas di buku filenya. Ketika membaca apa yang dituliskannya di kertas file, saya hanya mengangguk pelan dengan kebingungan. Tak lama kemudian, pembicaraan kami bertiga hampir selesai, saya jadi terdiam dan beberapa teman TI sekeliling kami bertiga itu terheran- heran dan bingung. Dosen baru, Pak Rusli, bangkit dari tempat duduknya, memulai pembukaan tentang materi baru setelah LCD dinyalakan dan muncul tampilan power point di slide pertama bertuliskan: ‘Minggu ke- 1’ yang disertai dengan judul materi dan nama dosen. Dengan sangat tenang tanpa suara, kami mendengarkan materi yang dijelaskan olehnya sambil mencatat rangkuman yang ada di power point itu. Walaupun mata kuliahnya terasa sangat sebentar, palingan 1 ½ jam sebelum mata kuliah berikutnya yang berbeda dosennya, selama belajar di kelas sudah mulai ada yang merasa mengantuk, bahkan ada yang menguap, tidak ada yang menyimak karena masih serius mencatat rangkuman dari slide per slide hingga habis. Namun materinya sedikit, kelasnya langsung selesai dengan sangat cepat. Setelah kelas matakuliah pertama kelar, kami langsung keluar satu- persatu tanpa berdesak- desakan, naik eskalator ke lantai 5 yang masih belum hidup juga menuju ke lab Praktikum Web Programming. Saya masih penasaran lagi siapa dosennya, ketika saya mengikuti Lisa Melyani ke toilet sebelah sebelum naik ke lantai 5. 10 menit kemudian, kami berdua naik ke lantai 5 dan menuju ke lab yang sudah penuh di tempat masing- masing oleh teman- teman TI yang sudah duduk duluan. Saya jadi panik sedikit, karena saya hanya ingin duduk di depan dan saya terpaksa duduk di belakang yang masih kosong, saat mengikuti Lisa yang hendak mencari tempat duduknya, tiba- tiba ada yang menariknya itu tak salah Juwita Oktaviani untuk duduk di sebelahnya. ‘Agak mirisnya jika aku ga dapat duduk di depan. ‘ (dengan perasaan kecewa sedikit sambil mencari tombol processor yang mau dinyalakan ke monitornya) Saya bingung gimana cara menyalakannya walaupun masih baru hari ketiga di lab dan saya meminta tolong kepada Davis Santoso yang duduk di pojok akhir bersama David Meibert itu. ‘Vis, gimana caranya nyalainnya?’ Lalu dia menunjukkan arah tombolnya di bagian paling atas itu, saya tetap kebingungan di mana, pada akhirnya dia membantu menyalakannya juga. Setelah komputernya menyala, ada seorang mahasiswa dengan buru- burunya sambil menenteng tas ransel yang hendak minta tukar dengan saya untuk duduk di depan. ‘Chris, pindah ke depan saja.. Aku tidak apa- apa di belakang daripada kamu tidak bisa memperhatikannya. ’ Saya tersentak kaget ketika dia mengatakannya di hadapan saya, padahal komputernya baru saja dinyalakan kemudian saya bangkit dari bangku dan mengambil tasnya, pindah ke depan bersama mahasiswa yang tak lain namanya Adi Permana Wijaya yang sering menanyakan tentang tugas di bbm chat grupnya, yang lagi tertawa kecil ketika mendengar ocehan dari beberapa teman di sebelahnya. Lagi- lagi saya mulai agak tersinggung sedikit ketika hampir saja saya dikerjain dari belakangnya, saya langsung buru- buru menyalakan komputernya tanpa harus banyak bicara. Sedangkan dosen barunya yang lumayan ganteng itu hanya diam dan sibuk mengecek program yang mau dikerjakan. Sudah memasuki hari ketiga, sudah mulai merasakan suara bising di labnya dari sebagian teman TI-nya. Tak lama kemudian, dosen baru itu bangkit dan memulai pengenalan dirinya di hadapan kami, saya sendiri tidak tahu apa yang diomongin termasuk namanya dan sebagainya. Dia itu bernama Alexander Waworuntu pengajar Web Programming saat saya mendapati buku absensi yang dioperin dari Adi Permana, teman sebelahku, untuk tanda tangan. Beberapa menit kemudian, sambil menunggu copy aplikasi program barunya ‘Notepad++’ selesai dari dosennya, pelajaran Web pertemuan ke-1 dimulai dengan materi tentang pengenalan HTML yang biasa dibilang sederhana setelah kami pernah mempelajari dari sejak SMA. Kami mengikuti apa yang diajarkan Pak Wawo lewat LCD-nya, walaupun saya tidak bisa melihat dengan jelas, dia sengaja memperbesar tulisannya dan Adi jadi tempat bertanya untuk membantuku jika saya ada kesulitan. Dari langkah awal, proses demi proses kami serius mengerjakannya, latihan membuat web sendiri dengan program HTML sederhana. ‘Chris, sudah ngerti apa belum?’ Dia bertanya saat saya lagi serius mengerjakan sambil memperhatikan tulisan di LCD maupun di komputer sebelahku, ‘Iya, lumayan saja. Kan ini pernah dipelajari juga kok. ‘ Adi hanya menjawab, ‘Oh gitu.. Coba aja latihan ya. ‘ Belum mulai dengan adanya candaan dari Adi, saya Cuma mengangguk- angguk saja. Dosen tersebut terlihat sibuk, saking mondar- mandir, memeriksa satu- persatu hasil kerjaan teman- teman TI yang baru ini termasuk saya juga. ‘Vant, gimana? Sudah bisakah?’ Begitu Pak Wawo bertanya di sebelah saya yang baru selesai mengerjakannya, sambil memperhatikan hasilnya. ‘Iya, pak saya bisa. ‘ Setelah bertanya, dia berbalik ke depan lagi untuk melanjutkan program yang akan dikerjakan lagi hingga selesai. Dan kami mengikuti terus apa yang dijelaskan dosen itu, lalu kami mengerjakan ulang lagi materi yang diberikannya sebagai latihan pribadi sebelum waktunya habis. Saya tidak menyadari karena keseriusan saya dalam menyelesaikan praktikum di pertemuan pertama ini, dosen terus- terusan memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan walaupun kadang saya ada sedikit kesalahan dalam mengerjakan dan dibantu oleh Adi dan dosennya juga, akhirnya selesai sedikit saya mencoba mengganti tampilan di latar belakangnya menjadi berwarna sesuai selera. Tanpa memperhatikan jam tangannya, saya hampir selesai dengan tampilannya dan dipuji oleh dosennya, ‘Bagus kok. ‘ (sambil tersenyum sendiri) Adi juga mengatakan hal yang sama dengan dosen tersebut, lalu memberitahuku kalau waktunya sudah habis, ‘Sudah selesai Chris, saatnya untuk pulang.’ Saya jadi tersentak ketika melihat ke arah jamnya, saya meng-save hasil kerjaannya di dalam komputer sementara kemudian beberes tas saya dan bersiap pulang, ‘Lumayan juga pada hari ketiga kuliahnya hanya sampai siang hari saja. Dibanding dengan hari yang sebelumnya.. J ‘
menunggu kelas mata kuliah pertama, Algoritma dan Pemrograman yang diajarkan Bu Evawaty Tanuar. Lumayan ramai juga di lantai 4, yang pertama kali saya lihat. Saat melihat mereka, saya nimbrung ke mereka setelah nyamperin ke beberapa termasuk Tantri Kusumastuti dan Lisa Melyani. Belum ada beberapa mahasiswa yang mulai dengan pertanyaan serius dalam obrolannya, hanya terlihat sedang bengong sana sini sedangkan saya mengecek bb, memastikan ada sms atau bbm yang masuk, yang muncul di bb saya hanyalah chat grup dari TI Kalbis yang sudah lama diupdate oleh beberapa Mahasiswa cowok tadi pagi, yang menanyakan tentang Kelasnya mulai jam berapa sampai rempong di grupnya. Jam 8 tepat sekali, dosen dengan pakaian formalnya, sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangannya sudah ada di belakang satpam yang sedang membuka pintu kelas AR411-nya dan kami berada di belakangnya menunggu dengan ketidaksabarannya, saya hanya masih mengecek bbm chat grupnya ada yang bertanya, ‘Dosennya sudah datang apa belum?’ Yang bertanya itu adalah David Meibert satu- satunya yang belum saya lihat dari sejak Kalbispheration Days juga, saya membalasnya, ‘Sudah datang tuh dia, buruan aja. ‘ Tidak Cuma dia saja, ada beberapa Mahasiswa yang masih bertanya- tanya seperti Isna Oktaviani, Bimo Putro Utomo, Mirza Al Faris dan Izhhar, namun saya tidak sempat membalasnya karena sudah di kelas. Begitu sudah memasuki kelas, saya bingung mau duduk di mana, jadi saya memilih duduk ke depan sebagai percobaan pertama bagaimana rasanya. Ketika saya duduk di depan, ada seorang Mahasiswa dengan chinese wajahnya serta harum aromanya, yang belum saya kenal duduk di samping saya, dia itu Melvina Yosephine dan satu lagi duduk di samping kiri saya, Chandra Kurniawan. Di hari pertama kelasnya Bu Eva, suasananya masih biasa dan baru, saya yang sendiri kebingungan dan tidak tahu mau ngapain, hanya membuka buku tulis baru terus menuliskan tanggal serta Jadwal pertemuan sedangkan yang lain memakai buku file, tanpa merasa galau di seisi kelas ini. Menunggu dan menunggu hingga dimulai pengajaran oleh Bu Eva pada minggu pertama, belum lagi dengan riuhnya beberapa mahasiswa dalam mengobrol, dosennya sibuk memasangkan kabel laptopnya agar terhubung ke LCD-nya namun tidak bekerja dengan baik, dia keluar kelas berapa kalinya untuk memanggil LCD securitynya memperbaiki masalahnya walaupun hanya hari pertama dan belum dipakai sama sekali. Sambil menunggu saya bbm-an dengan Isna yang lagi- lagi dengan telat datang ke kampusnya, ‘Ci, dosennya udah datang? Aku masih di jalan, maceetttt.. ‘ begitu dia bilang di bbmnya dan saya menjawab, ‘Sudah datang tuh dia. Kamu sudah sampai di mana emang?’ obrolan kami masih ada sebelum masalah LCDnya beres. Hampir 30 menit menunggu, akhirnya LCD-nya bekerja dan sudah bisa nyala di layarnya, bu Eva membuka pembicaraannya di depan kami untuk pengenalan pertama. Lalu kami memulai dengan seriusnya di bawah pengajarannya tentang Pengenalan Algoritma dan Pseudocode terlebih lagi dengan saya menyandarkan tanganku ke atas meja bangku kelas sambil memperhatikan tulisan yang ada di LCD-nya kemudian mencatat. Walaupun belum keseluruhan yang saya catat, sudah berganti slide-nya di LCD-nya olehnya. Hampir saja beberapa mahasiswa yang ketinggalan nulis jadi kesal namun terdiam karena bingung apa yang ditulisnya. Saya juga ketinggalan setengah, terus menoleh ke arah Melvina yang cukup rapi di catatan bukunya, saya pikir- pikir mau minjam sebentar untuk mencatatnya. ‘Mel, boleh ga aku minjam catatannya itu? Ketinggalan nih aku catatannya. ‘ (sambil menoleh ke arah catatannya yang hampir lengkap yang dibahas di slidenya) ‘Ini? Oke, bentar ya. Aku lagi nyatet... ‘ Begitu Melvina menjawabnya, saya menganggukkan kepala saya, ‘Oke deh..’ kemudian menunggu dan kembali memperhatikan apa yang diajarkan Bu Eva hingga istirahat 15 menit. Tepatnya jam 10.00 menandakan istirahat 15 menit tiba, Bu Eva keluar lagi disusul beberapa mahasiswa dengan menenteng tas ransel di belakang yang disangka- sangka mau pulang padahal kelasnya belum selesai. Saya mengecek bbm lagi yang sudah berapa kali berdering di sakunya, ‘Ci, Masih lama? Ruang mana ya? Aku ga tahu nih, baru sampe di kampus nih....’ dan saya menjawab, ‘Sudah kelar nih, masuk aja. Di ruang AR411. Yang paling kiri dekat AR410. ‘ Tak lama kemudian, bersama beberapa mahasiswa TI yang telat datang masuk diikuti juga seorang mahasiswa dengan jilbabnya dan berkacamata masuk menghampiriku yang lagi mencatat catatan yang saya pinjam dari Melvina, ‘Maaf yaa ci, macet soalnya jalannya. ‘ Saya membalas dengan tolakan halus, ‘Tidak apa- apa na. Ini baru 1 ½ SKS nih, sekarang lagi istirahat. ‘ Kemudian dia melihat catatan saya, meminta izin, ‘Boleh ga aku pinjem?’ dan saya mengangguknya, ‘Boleh kok, bentar yaa. ‘ (sambil mencatatnya dengan seriusnya) Setelah mencatat, saya meminjamkannya ke Isna dan dia berbalik ke belakang, memulai mengebut nyatetnya tanpa harus diganggu, saya menemaninya. Tak lama kemudian, istirahat 15 menit selesai dengan sangat cepat, semua kembali ke kelasnya setelah Bu Eva masuk kelas lagi kami kembali belajar seperti biasanya termasuk saya, walaupuna pengajarannya terlalu cepat jadi hampir ketinggalan beberapa slide yang akan dicatatnya, dosennya tidak peduli ketika melihat kami yang lagi tertegun ketika pertama kali diajarkannya begitu cepat. 2 sks dari tadi pagi beralih lagi ke 2 sks bersama Bu Evawaty Tanuar di hari pertama yang cukup lama, belum ada yang pernah bilang merasa bosan atau gimana tak terkecuali dengan beberapa mahasiswa yang duduk di depan. Hari pertama dia mengajar, kami dari awalnya mendengarkannya dengan sangat serius, tiba- tiba jadi tidak serius dan merasa pusing walaupun hanya hari pertama, sudah dikasih tugas oleh dosennya, semua teman seisi kelas saya jadi galau. Pada pukul 12 tepat, kelasnya selesai dan semua mahasiswa berberes buku dan menentang tas, beranjak keluar dari kelas AR411-nya. Saya sendiri ditemani oleh Isna Oktaviani menyusul keluar dari kelasnya, belum apa- apa karena saya belum ada teman baru ketika melihat beberapa teman terpencar- pencar ke kiri dan kanan, ada yang hendak ke toilet namun tidak barengan terutama dengan Lisa Melyani bersama teman cowoknya, Davis Santoso, David Meibert, Regi Fasius, Rizky Natanael, Yoshendi Giovanni serta Kevin Lim itu, ada juga dengan teman yang lainnya yang hendak ke kantin dalam kampus untuk makan siang sebelum kelas berikutnya. Begitu keluar dari kelasnya, saya bertanya pada Isna yang lagi kebingungan, ‘Mau ke mana na?’ lalu dia menjawab sambil mengetuk- ngetuk bagian dagunya dengan jari telunjuknya dan berpikir, ‘Hmm... Mau ke kantin, mau ikut ga ci?’ Saya jadi tertegun dan berpikir sebentar- bentar ketika saya melihat Lisa sendirian ke toiletnya, saya langsung menjawabnya, ‘Yauda kamu duluan saja, saya mau ke toilet dulu.. ‘ langsung diacungkan jempol olehnya, ‘Oke deh ci...’ kemudian beranjak turun dengan eskalatornya tanpa ditemani oleh beberapa teman karena mereka sudah turun duluan. Saya menyusul Lisa yang hendak ke toilet, di mana saya melihat kerumunan mahasiswa yang baru keluar dari toiletnya, namun saya tidak tahu kalau mereka itu sesama junior kami atau senior. Di tengah istirahat setelah kelas matakuliah pertama di hari pertama yang cukup ramai dengan beberapa mahasiswa senior yang keluar kelas, saya masih belum hafal benar akan nama- nama mereka dari sejak ospek kemarin. 10 menit kemudian berada di toilet setelah bertemu dengan Lisa, kami keluar darinya bersama teman- teman cowoknya yang belum saya kenal pasti ke kantin yang ada di lantai 1 dengan jalan kaki pada eskalatornya, setiba di kantinnya yang masih baru dan agak sepi sekali karena kami lebih duluan keluar dari kelasnya. Kami mencari tempat duduknya, ternyata telah dipakai oleh beberapa mahasiswa TI dan jurusan yang lainnya. Bersama Lisa terpaksa duduk di kursi yang ada di dekat pintu masuknya itu dan terpisah dari teman- teman cowoknya yang juga terpaksa makan di pojok dekat jendela. Berduaan dengannya, makan hingga selesai walaupun sudah beberapa kali ngobrol dengan pertanyaan serius sambil makan. 20-30 menit kemudian di sela- sela istirahat, kami akhirnya selesai makan saat di mana ada beberapa teman mahasiswa TI seperti Tantri Kusumastuti, Qory Andrianni dan Isna Oktaviani lalu lalang dari kantin ke toilet saking sengaja mencubit bagian lengan Lisa yang baru kelar makan, kemudian ngerjain saya dari depannya. Tak lama kemudian, makan siang kami pun selesai sedangkan beberapa mahasiswa TI yang ada di dalamnya masih belum selesai dari 40 menit berlalu, saya tanpa habis pikir hendak ngobrol dengan Lisa yang lagi bbman dengan Davis yang ada di pojokannya sambil ketawa sendiri tanpa harus diganggu. Pertama kali ngobrol dengannya, masih belum biasa juga, hanya saya bisa ngomong pelan- pelan saja. Saat kami lagi ngobrol belum lagi ada yang menoleh sampai melirik sedikit ke arah kami, termasuk teman- teman cowoknya yang ada di pojokannya. Kami pun beranjak dari kantin, jalan kaki ke tangga hingga ke eskalatornya karena liftnya masih belum beroperasi juga. Berjalan kaki ke lantai 5, yang kami jejakkan itu di perpustakaan yang dalam bahasa Inggrisnya ‘LIBRARY’ , hal itu membuat saya jadi tertegun sedikit ketika menemukan sebuah perpustakaan yang baru itu. Belum lagi kami masuk ke dalamnya, setelah teman- teman cowok sudah masuk duluan, check in dan memasukkan tasnya ke loket, saya juga kepikiran mau masuk namun tidak tahu mau ngapain. Kami turun lagi ke lantai 4, duduk di lantai yang ada di dekat jendela, menunggu kelas berikutnya, Akuntansi, sambil menunggu kami ngobrol sebentar tentang pengalaman kami masing- masing. Tiba- tiba ada ci Vrisca Fau yang telah lama saya kenal menyapaku dan Lisa, ‘Haiiii....’ diikuti oleh ka Izzatul Ilah di belakangnya menghampiri kami yang lagi duduk ikut menyapaku. ‘Lagi ngapain kalian?’ Kami menjawab secara bergantian. ‘Ya, lagi nungguin kelas Akuntansi..’ dan diangguk- angguk olehnya, ‘Oh gituu.. Okelaahh... ‘ Ngobrol sebentar bersama 2 kakak Seniornya, sebelum mereka hendak ke kantin. 15-20 menit kemudian kami menunggu, ada beberapa teman TI datang berkumpul di hadapan kami, termasuk teman- teman cowoknya yang baru turun dari lantai 5-nya. Cukup lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam datang bersamaan dengan dosen perempuan dengan berkarakter keibu- ibuan dengan menenteng buku matakuliah dan buku absensi serta peralatan papan tulisnya yang saya perhatikan itu, dia mengikuti satpam ke kelas AR412. Kami bangkit dari duduknya, berjalan kaki ke kelas tersebut tanpa merasa gaduh di belakang mereka. Masuk kelasnya, lagi- lagi saya masih kebingungan mau duduk di mana, tiba- tiba teringat akan Isna yang ada di depannya, saya langsung nyamperin agar bisa duduk di depan bareng. ‘Na, duduk di depan yaa.. Temenin aku donk. ‘ kemudian dianggukin olehnya, ‘Oke ci....’ kami langsung duduk di depan, bersebelahan juga, sedangkan di samping kiri saya itu Tantri. Setelah kami duduk di tempat masing- masing, hanyalah Lisa duduk di belakang karena ada teman- teman cowoknya, saya jadi bingung mau gimana saat menoleh ke belakang yang cukup riuh dengan beberapa teman TI cewek yang duduk di belakang kami. Mata kuliah Akuntansi dimulai dengan dosen barunya, Bu Wiratmi, saya jadi tertegun sampai bertanya- tanya pada diriku sendiri, ‘Kok kenapa ada Mata Kuliah Akuntansi di jurusan TI? Padahal saya tidak terlalu bisa dengan Matakuliah itu.’ Ketika dosen memulai kelasnya dengan menjelaskan materi barunya di papan tulis, kami mencatat dengan seriusnya termasuk saya hanya bisa melihat catatan kepunyaan Tantri dan Isna secara bergantian karena tidak kelihatan di depan papan tulisnya. Tak lama kemudian, sudah hampir 1 ½ jam mata kuliah Akuntansi bersama Bu Wiratmi itu selesai walau terasa sebentar sekali, kami bubar dan pulang. Berganti dengan hari berikutnya, hari kedua kuliahnya, walaupun masih ada Morning Prayer saya tidak datang karena saya kuliahnya siang. Pada hari kedua, sudah bangun pagi dan masih bisa santai di rumah bahkan browsing juga. Beberapa jam kemudian hingga jam 13.00 tepat saya masih di rumah, saya ada kelas jam 13.30 setelah saya mendapat jadwalnya dari kalbis.ac.id yang telah baru saya download sekali. Beberapa menit kemudian, saya sudah bersiap- siap dari rumah dan berangkat ke kampus walaupun belum ada kabar dari beberapa teman TI yang sudah berada di kampus maka saya teringat untuk BBM dengan Lisa dan menanyakan kalau dia sudah di kampus apa belum. Hanya sebentar sekali bbm dengannya dilalui dengan balasan darinya, saya sudah berada di kampus namun belum bertemu dengan beberapa teman di kampusnya. Lalu saya mencari keberadaan teman- teman TI di kampus yang masih sedikit dengan kakak Seniornya serta Juniornya yang lagi makan di kantin, duduk di sofa sekitar lobby serta di bagian dalam ruang adminstrasi itu. Saya berjalan kaki ke tangga hingga eskalator menuju ke lantai 4, di mana yang saya sampai itu terlihat sepi sekali, ‘Ke mana nih mereka ya? Emang sudah mulai kelasnya?’ (Sambil celingak- celinguk ke kanan kiri lalu melirik ke arah jam tangannya, mengecek bbm chat yang di grup) Di lantai 4 yang agak sepi itu saya berjalan menuju ke kelas AR410 yang saya kira sudah mulai dan dosennya sudah datang, ‘Ternyata belum mulai... ‘ Saat saya bertemu dengan beberapa teman TI cewek yang lagi duduk di deretan bangku kelas, saya bingung lagi mau duduk di mana dan tidak habis pikir untuk duduk di depan saja. Setelah duduk di depan, saya menoleh ke belakang mencari seseorang yang duduk di belakang, tanpa saya meminta tolong tiba- tiba Tantri langsung bangkit dan pindah ke depan, tepatnya di samping saya. ‘Aku mau bantuin Christy di depannya.’ Begitu dia menjawab ketika ada teman cewek baik dia yang bertanya dari belakangnya. Bersamaan dengan waktunya, sudah beberapa teman TI yang baru datang itu dan mulai masuk kelas setelah dosen barunya masuk sambil menenteng tas selempang berwarna hitam, buku absensi serta peralatan tulis. Bertemu dengan dosen baru pada hari kedua membuat kami terheran- heran sendiri, dosen baru itu bernama Muhammad Lufti Saleh, memulai perkenalan dirinya dengan menulis namanya di papan tulis, kami hanya mengangguk- angguk mengerti setelah membaca nama yang ditulisnya dan langsung terdiam hingga dosen, Pak Lufti, mulai mengajar materi baru pada pertemuan pertama di hari kedua yang sama halnya dengan ajaran Bu Eva lewat LCD-nya. Ketika dosen mengajar sambil menjelaskan slide per slide yang bertuliskan bahasa Inggris itu, kami semua hanya terdiam dan serius mencatat. Apapun yang diajarkannya memakai bahasa Inggris di power point, hampir sebagian dari teman TI kewalahan ketika membaca tulisannya kecuali hanya dosen tersebut menerjemahkan kata- katanya dalam bahasa Indonesia, namun tidak semua yang diomongkannya langsung dicatat karena terlalu cepat termasuk yang ada di slidenya, jadi ketinggalan sedikit. Bersama dosen baru, Pak Lufti, kelasnya jadi serius dan tidak ada yang bersenda gurau kecuali hanya bisa mendengar penjelasannya hingga jam 15.30, jam istirahat tiba, saat saya bertanya ke Tantri tepat duduk di sebelah saya, ‘Apa kelasnya sudah selesai?’ ketika itu saya melihat ada beberapa teman termasuk geng Davis dan Lisa membereskan buku dan menenteng tas ransel di punggungnya, keluar kelas. Lalu Tantri menjawab, ‘Belum.... Ini lagi istirahat. ‘ Hanya saja, saya menjawabnya, ‘Oohh.. Oke deh.. ‘ Setelah 2 SKS berlalu, istirahat dimulai, saya jadi tercengang melihat beberapa teman pada keluar kelas dan ada juga yang masih di kelas untuk makan, ngobrol serta main games di NDSnya. Saya tidak tahu mau ngapain, saya tanpa sengaja nyamperin ke dosennya yang lagi mengecek data di PC-nya kemudian dia menanyakan padaku, ‘Bagaimana? Sudah mengertikah apa yang telah aku jelaskan di LCDnya?’ Saya menjawab dengan cepat tanpa harus berpikir panjang, ‘Iya, lumayan kok pak. Walaupun tulisannya memakai bahasa Inggris, saya mencoba untuk memahaminya. ‘ dengan jawaban dari saya, langsung dianggukkin oleh dosennya, ‘Oh begitu, oke deh.. Bagus. ‘ Beberapa menit obrolan dengan dosennya sambil menengok ke arah keluar di balik kaca jendela, terlihat lagi agak gelap sedikit. ‘Pantesan kelasnya dingin sekali, tak kukira akan hujan ternyata belum...’ Begitu kata- katanya yang dikeluarkan di benakku saat saya melihat Singgih Lomempow lagi asyik main games di Nintedo sendirian tanpa mau diganggu gugat oleh siapapun dan di belakangnya ada beberapa cowok yang lagi sibuk di depan laptopnya, mereka itu Dicken Putra Kusuma, Dhanang Fabiananda, Hanim Siregar, Mirza Al Faris dan Izhhar namun saya tidak tahu apa yang sedang mereka mainkan. Saya juga sengaja melihat 4 cewek teman TI, Qory Andrianni, Rofiatul Koramah, Dyah Maharani dan Vicky Nurchmawati, yang lagi duduk dan makan roti lalu saya menghampiri mereka tersebut dan ngobrol kecil di depan mereka yang lagi makan roti coklat dan sengaja menawarkan ke depan saya, saya hanya menolak secara halus, ‘Tidak, makasih.. Saya sudah makan dari tadi.’ tiba- tiba yang saya lihat di buku kecil milik siapa gitu, setelah minta izin di depan mereka untuk lihat isinya. Apapun yang telah saya lihat isi buku tersebut, saya mulai tertawa geli ketika melihat tulisan tentang pelajaran di SMA termasuk ujian- ujiannya hingga ospek di kalbis, saya menunjukkannya di depan mereka jadi ikut tertawa. Halaman demi halaman di dalam buku kecil milik siapa saya tidak tahu, tiba- tiba saya membaca jadwal tugas kuliah yang baru ditulis kemarin. ‘Tugas Algoritma dan Pemrograman, bikin Pseudocode dan Flowchart untuk bilangan prima ganjil dan genap. Kumpul hari Kamis.’ Begitu saya membaca tulisannya, saya langsung fotoin dengan kamera bb saya dengan nada kagetnya, ‘Kok ada tugas kayak ginian, saya sendiri tidak tahu ya...?’ Sekali foto tugas di buku kecil itu supaya tidak lupa. Jam istirahat setelah 2 SKS berakhir dalam kurang lebih 25 menit, beberapa teman TI yang lama keluar kelas hanya untuk istirahat kembali ke kelas lagi termasuk rombongannya Davis dan yang lainnya. Kami melanjutkan belajar dengan seriusnya bersama Pak Lufti hingga jam 17.00, walaupun kadang matakuliah di hari kedua agak melelahkan dan bikin ngantuk karena kebanyakan materi tapi beruntungnya kelas yang sekarang tidak sama seperti yang disebutkan dalam jadwal yang seharusnya kelasnya selesai jam 17.30, malah dipercepat 30 menit sebelum ini. Dengan suara bisingnya teman- teman TI beberes buku dan tas, bubar keluar dari kelas AR410-nya termasuk saya. Setelah hari kedua bersama dosen baru selesai, diganti dengan hari ketiga masuk pagi lagi dengan 2 mata kuliah yaitu Logika Berpikir Kritis dan Lab Praktikum Web Programming. Saya sendiri sehabis Morning Prayer bersama Maria naik ke lantai 4 sambil mengingat jadwal mata kuliahnya, saya kuatir kalau salah jadwal karena belum terlalu hafal seperti biasanya. Menunggu di lantai 4 sembari nyamperin teman- teman TI yang lagi duduk di lantai seperti halnya pada hari pertama dan kedua, ada Lisa dan teman- teman baik Davis. Saya pun duduk di lantai 4 bersamanya namun terpisah, saya masih penasaran lagi untuk ketiga kalinya siapa dosen baru dengan mata kuliah pertama, Logika Berpikir Kritis jam 08.00 sambil mengecek bbnya yang sering muncul chat grupnya pada nanyain, ‘Dosennya sudah datang apa belum? Di ruang mana?’ Itulah yang ditanyain oleh Mirza Al Faris dan beberapa teman TI yang lainnya. Sudah agak lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam muncul sambil mencari kunci dari segulungan kunci yang ada untuk membuka pintu yang ada di ruang AR412, yang sudah pernah dipakai pas matakuliah Akuntansi itu. Dia datang bersama dosen baru yang agak gemuk sedikit dan setengah batak jawa orangnya, dia mengikutinya dari belakang sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangan kirinya. Kami bangkit dari tempat duduknya, namun tidak berlari ke arah pintu, tetap menunggu hingga pintu kelasnya dibuka. Begitu masuk tanpa harus berdesak- desakan satu sama lainnya, saya berusaha untuk tidak berlari karena ingin memastikan temannya hendak duduk di mana. Dan saya menyadari untuk bisa duduk di depan sama Isna Oktaviani yang ada di sebelahku, eh tiba- tiba dia duduk di belakang saya, di baris kedua dari depan. Saya jadi duduk sendirian, lalu datanglah Tantri Kusumastuti yang telat 3 menit dari sebelumnya dan duduk di samping kanan saya. Dosen baru sudah berada di kelas dan teman- teman TI juga, duduk lebih tenang tanpa ada suara sedikitpun. Dosen baru itu memulai pengenalannya, ‘Nama saya adalah.....’ (sambil menulis namanya di papan tulis: ‘Muhammad Rusli.’) seperti halnya dengan Pak Lufti menulis namanya di papan tulis, kami satu kelas hanya mengangguk sekali saat membaca namanya dan memulai materi barunya di power point yang sedang dipersiapkannya itu. Ketika dosen sibuk membuka dan menyalakan LCDnya, saya dicolek- colek oleh teman yang di belakang, saya tidak kenal siapa dia. Dia yang bernama Adi Permana Wijaya menanyakan tentang tugas pertama dari Bu Evawaty Tanuar. ‘Hei, kamu tau dari mana tugasnya dikumpulkan hari Kamis ini?’ Hal itu menanyakan kepada saya, saya jadi tercengang ketika ditanyain olehnya. ‘Heh? Bukannya itu dikumpulkan hari Kamis kan? Ada matkul Algoritma juga kan? Aku tahunya dari buku punya siapa tertulis hari Kamis.’ Begitu saya menjawab sambil bertanya diri sendiri di depan mereka, sedangkan Isna Oktaviani dari awalnya bingung dan ikut memotong pembicaraan kami, ‘Ada apa ini? Tugas apaan?’ Adi memberitahu tentang masalah ini dengan rada kebingungan, ‘Aku ga tau tugas ini sebenarnya dikumpulkan hari apa? Kamis ini apa senin depan? Katanya, kumpulnya hari Kamis...’ (sambil menunjuk- nunjukkan ke arahku yang di depan) Lalu Isna memberitahuku setelah memanggilku dari belakangnya, ‘Tugas dari Bu Eva itu dikumpulkan hari Senin depan, bukan hari Kamis ini. ‘ Dia sengaja ngomong berulang kali lalu menulis apa yang dibicarakannya lewat kertas di buku filenya. Ketika membaca apa yang dituliskannya di kertas file, saya hanya mengangguk pelan dengan kebingungan. Tak lama kemudian, pembicaraan kami bertiga hampir selesai, saya jadi terdiam dan beberapa teman TI sekeliling kami bertiga itu terheran- heran dan bingung. Dosen baru, Pak Rusli, bangkit dari tempat duduknya, memulai pembukaan tentang materi baru setelah LCD dinyalakan dan muncul tampilan power point di slide pertama bertuliskan: ‘Minggu ke- 1’ yang disertai dengan judul materi dan nama dosen. Dengan sangat tenang tanpa suara, kami mendengarkan materi yang dijelaskan olehnya sambil mencatat rangkuman yang ada di power point itu. Walaupun mata kuliahnya terasa sangat sebentar, palingan 1 ½ jam sebelum mata kuliah berikutnya yang berbeda dosennya, selama belajar di kelas sudah mulai ada yang merasa mengantuk, bahkan ada yang menguap, tidak ada yang menyimak karena masih serius mencatat rangkuman dari slide per slide hingga habis. Namun materinya sedikit, kelasnya langsung selesai dengan sangat cepat. Setelah kelas matakuliah pertama kelar, kami langsung keluar satu- persatu tanpa berdesak- desakan, naik eskalator ke lantai 5 yang masih belum hidup juga menuju ke lab Praktikum Web Programming. Saya masih penasaran lagi siapa dosennya, ketika saya mengikuti Lisa Melyani ke toilet sebelah sebelum naik ke lantai 5. 10 menit kemudian, kami berdua naik ke lantai 5 dan menuju ke lab yang sudah penuh di tempat masing- masing oleh teman- teman TI yang sudah duduk duluan. Saya jadi panik sedikit, karena saya hanya ingin duduk di depan dan saya terpaksa duduk di belakang yang masih kosong, saat mengikuti Lisa yang hendak mencari tempat duduknya, tiba- tiba ada yang menariknya itu tak salah Juwita Oktaviani untuk duduk di sebelahnya. ‘Agak mirisnya jika aku ga dapat duduk di depan. ‘ (dengan perasaan kecewa sedikit sambil mencari tombol processor yang mau dinyalakan ke monitornya) Saya bingung gimana cara menyalakannya walaupun masih baru hari ketiga di lab dan saya meminta tolong kepada Davis Santoso yang duduk di pojok akhir bersama David Meibert itu. ‘Vis, gimana caranya nyalainnya?’ Lalu dia menunjukkan arah tombolnya di bagian paling atas itu, saya tetap kebingungan di mana, pada akhirnya dia membantu menyalakannya juga. Setelah komputernya menyala, ada seorang mahasiswa dengan buru- burunya sambil menenteng tas ransel yang hendak minta tukar dengan saya untuk duduk di depan. ‘Chris, pindah ke depan saja.. Aku tidak apa- apa di belakang daripada kamu tidak bisa memperhatikannya. ’ Saya tersentak kaget ketika dia mengatakannya di hadapan saya, padahal komputernya baru saja dinyalakan kemudian saya bangkit dari bangku dan mengambil tasnya, pindah ke depan bersama mahasiswa yang tak lain namanya Adi Permana Wijaya yang sering menanyakan tentang tugas di bbm chat grupnya, yang lagi tertawa kecil ketika mendengar ocehan dari beberapa teman di sebelahnya. Lagi- lagi saya mulai agak tersinggung sedikit ketika hampir saja saya dikerjain dari belakangnya, saya langsung buru- buru menyalakan komputernya tanpa harus banyak bicara. Sedangkan dosen barunya yang lumayan ganteng itu hanya diam dan sibuk mengecek program yang mau dikerjakan. Sudah memasuki hari ketiga, sudah mulai merasakan suara bising di labnya dari sebagian teman TI-nya. Tak lama kemudian, dosen baru itu bangkit dan memulai pengenalan dirinya di hadapan kami, saya sendiri tidak tahu apa yang diomongin termasuk namanya dan sebagainya. Dia itu bernama Alexander Waworuntu pengajar Web Programming saat saya mendapati buku absensi yang dioperin dari Adi Permana, teman sebelahku, untuk tanda tangan. Beberapa menit kemudian, sambil menunggu copy aplikasi program barunya ‘Notepad++’ selesai dari dosennya, pelajaran Web pertemuan ke-1 dimulai dengan materi tentang pengenalan HTML yang biasa dibilang sederhana setelah kami pernah mempelajari dari sejak SMA. Kami mengikuti apa yang diajarkan Pak Wawo lewat LCD-nya, walaupun saya tidak bisa melihat dengan jelas, dia sengaja memperbesar tulisannya dan Adi jadi tempat bertanya untuk membantuku jika saya ada kesulitan. Dari langkah awal, proses demi proses kami serius mengerjakannya, latihan membuat web sendiri dengan program HTML sederhana. ‘Chris, sudah ngerti apa belum?’ Dia bertanya saat saya lagi serius mengerjakan sambil memperhatikan tulisan di LCD maupun di komputer sebelahku, ‘Iya, lumayan saja. Kan ini pernah dipelajari juga kok. ‘ Adi hanya menjawab, ‘Oh gitu.. Coba aja latihan ya. ‘ Belum mulai dengan adanya candaan dari Adi, saya Cuma mengangguk- angguk saja. Dosen tersebut terlihat sibuk, saking mondar- mandir, memeriksa satu- persatu hasil kerjaan teman- teman TI yang baru ini termasuk saya juga. ‘Vant, gimana? Sudah bisakah?’ Begitu Pak Wawo bertanya di sebelah saya yang baru selesai mengerjakannya, sambil memperhatikan hasilnya. ‘Iya, pak saya bisa. ‘ Setelah bertanya, dia berbalik ke depan lagi untuk melanjutkan program yang akan dikerjakan lagi hingga selesai. Dan kami mengikuti terus apa yang dijelaskan dosen itu, lalu kami mengerjakan ulang lagi materi yang diberikannya sebagai latihan pribadi sebelum waktunya habis. Saya tidak menyadari karena keseriusan saya dalam menyelesaikan praktikum di pertemuan pertama ini, dosen terus- terusan memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan walaupun kadang saya ada sedikit kesalahan dalam mengerjakan dan dibantu oleh Adi dan dosennya juga, akhirnya selesai sedikit saya mencoba mengganti tampilan di latar belakangnya menjadi berwarna sesuai selera. Tanpa memperhatikan jam tangannya, saya hampir selesai dengan tampilannya dan dipuji oleh dosennya, ‘Bagus kok. ‘ (sambil tersenyum sendiri) Adi juga mengatakan hal yang sama dengan dosen tersebut, lalu memberitahuku kalau waktunya sudah habis, ‘Sudah selesai Chris, saatnya untuk pulang.’ Saya jadi tersentak ketika melihat ke arah jamnya, saya meng-save hasil kerjaannya di dalam komputer sementara kemudian beberes tas saya dan bersiap pulang, ‘Lumayan juga pada hari ketiga kuliahnya hanya sampai siang hari saja. Dibanding dengan hari yang sebelumnya.. J ‘
* * * * *
Setelah melewati hari ketiga pada minggu pertama,
dari sore hari menjelang malam hari pengenalan tersebut masih berlanjut lewat
bbm setelah diadd oleh beberapa teman TI di bb contact saya dan bbm chat grup
yang di mana mereka lagi sibuk nanyain tugas Bu Eva yang agak membingungkan
hingga galau sedikit karena mereka ingin mengetahui kepastian kumpulnya kapan,
saya juga setelah diberitahu oleh Isna Oktaviani pada saat mata kuliah pertama
tadi pagi. Beberapa menit kemudian saya kedapatan bbm chat dari Kevin Lim, yang sudah diajak kenalan dari
sejak Kalbispheration Days minggu lalu itu lalu kami langsung memulai membuka
pembicaraan baru di bbmnya. Saya sendiri langsung kaget karena tidak pernah
menyangka tiba- tiba dia bertanya tentang kekurangan saya.
- Kevin: “Hai Chris, kamu ada kekurangan ya? Bisa ngikutin pelajaran ga tadi?”
- Aku: “Iya, vin.. Cuma kekurangan pendengaran nih aku. Ngikutin pelajaran? Lumayan lah, kan baru 3 hari kok.. Kenapa memang vin?”
- Kevin: “Gpp kok, hanya bertanya saja. Oh gitu, semoga Tuhan pasti menyembuhkanmu kok. Tetap berdoalah ya, Chris..”
- Aku: “Iyaa, ameenn.... Pasti, semoga ada mukjizat jatuh di atas aku dan aku pasti sembuh....”
- Kevin: “Sipp, Tuhan pasti akan menyertaimu dan ga usah takut ya. Kamu SMA-nya di mana, Chris?”
- Aku: “Iyaa, ameen jugaa... Thanks ya vin.. :D Aku SMAnya dari SMAK 2 Penabur.. Kalau kamu sendiri dari mana?”
- Kevin: “Oh hebat donk yg penabur itu. Pasti pinter” donk kalau sekolah di situ.. Aku di SMA Cendrawasih, Bekasi Chris. ”
- Aku: “Oow... Pasti kamu satu sekolah dengan Juwita ya? Hehehe..”
- Kevin: “Iyaa, dia satu sekolah sama aku, tapi beda kelas sih. “
Obrolan
antara saya dan dia tetap berlanjut hingga malam, saling bertanya termasuk
tentang Morning Prayer yang dia tanyakan saya di bbmnya, ‘Besok ada Morning Prayer ga? Aku akan coba
untuk datang lebih pagi atau ga coba aku ajakin Juwita untuk datang.’
Saya jadi terdiam ketika membaca bbmnya dan menjawab sambil bercerita, ‘Iya, jam 7 mulainya. Kemarin aku ga dtg sih kan kuliahnya
siang, jadi ga doa pagi. Oh, boleh aja. Ajakin aja. Siapa tau dia mau. ‘ dan
dibalas bbmnya oleh Kevin, ‘Ho’oh.. Oke” deh, liat besok ya. Aku coba bbm dia ya. ‘ Tak
lama kemudian, obrolan kami selesai karena sudah malam....
Pada esok harinya, setelah MP bersama Juwita dan
Maria seperti biasanya naik ke lantai 4 menunggu kelas jam 8 dengan matakuliah Teori Web Programming yang diajarkan
oleh dosen yang sama kayak di lab kemarin siang, Pak Alexander Waworuntu.
Walaupun belum terjadi apa- apa, sudah 10 menit berlalu menunggu hingga satpam
datang bersama dosennya dan berjalan ke ruang AR408, kami langsung bangkit dari tempat duduk di lantainya tanpa
harus berlari menuju kelas tersebut. Begitu kami masuk kelas, saya mencari
teman, Isna namun dia belum datang juga. Saya tidak bisa tinggal diam dan
langsung duduk di depan seperti biasanya, di sebelah saya itu Anis Fitriyah dan satu laginya di
sebelahnya, Disya Rizky Anindya sedangkan
yang duduk di belakang itu Nurul Endah
Amelia. Karena saya duduk di paling kiri, tepatnya ada kekosongan (tidak
ada tempat duduk) di sebelah saya, hanya sebagai penengah tempat duduknya dan
di sampingnya itu Adi Permana Wijaya yang
telah saya kenal dan pernah ngobrol dengan Isna kemarin. Cukup terkejut juga
ketika diri saya dicolek olehnya, seperti ingin diajak iseng dan saya hampir
untuk tidak mengubrisnya. Setelah semua duduk tanpa membuat kegaduhan di kelas,
dosennya lagi sibuk menyalakan laptop dan LCD-nya kemudian antusias di hadapan
kami sambil melebarkan senyumannya dan membuka pembicaraan yang sama kayak
kemarin, ‘Selamat
Pagi semuanya...’ dan kami membalas, ‘Selamat pagi, pak....’ (sambil
berteriak keras ga karuan) Ada yang tertawa kecil, ada yang diam karena
kebingungan paling tidak dengan saya juga. Mata kuliah di hari keempat dan
pertemuan pertama dimulai dengan materi di Power Pointnya yang sudah disiapkan
sambil meringkas apa yang akan dipelajari di papan tulisnya. Kami mencatatnya
di buku tulis maupun buku filenya, bahkan juga kami memperhatikan apa yang
diajarkan dosennya. Dosen tersebut terlihat sangat serius sekali, sama seperti
yang dilakukan Bu Eva mengajar pada hari pertama kemarin. Kadang membuat kami
jadi antusias mencatat dan memperhatikan apa yang dijelaskan di papan tulis
maupun materi yang ada di setiap slide. ‘Pintar sekali ya dosen itu...’ (pikir saya
tanpa mengeluarkan suara saat memperhatikan tulisan” yang berbahasa Inggris)
Setiap materi yang diajarkan langsung membuat kami jadi tercengang dan
kebingungan karena tulisannya memakai bahasa Inggris semua seperti yang pernah
diajarkan Pak Lutfi. Matakuliah di hari keempat, Web Progamming memakan waktu
yang lumayan lama, 3 ½ jam itu hampir membuat kami mengantuk sedikitpun. Ketika
ajarannya hampir selesai, Pak Wawo tiba- tiba memberi tugas dadakan yang hampir
membuat kami kaget. ‘Apa- apaan ini? Baru hari keempat sudah diberi tugas saja. ‘
Rupanya yang kami dugakan, dia memberitahu secara mendadak bahwa ada tugas
kelompok untuk membuat web tentang perusahaan, padahal materinya masih belum
selesai diajarkan sampai sebelum UTS, kami langsung panik dan kebingungan. Pak
Wawo berkata, ‘Nanti
saya akan memberi tugas baru untuk kalian semua setelah materi ini selesai
dalam setiap pertemuan. ‘ Dia menjelaskan sambil menulis sesuatu di
papan tulis, tentang kelompok. Awalnya dia menulisnya, ‘1 kelompok terdiri dari 4 orang dengan 2
cowok dan 2 cewek. ‘ Kami semua jadi terheran- heran dan bingung
saat membaca tulisannya, lalu cepat- cepat mencari teman kelompok namun ada
yang kurang. Pak Wawo yang lagi menunggu dengan sigapnya sambil memperhatikan
apa yang sedang kami lakukan, cuma saya saja kebingungan karena tidak mengerti
apa yang harus saya lakukan. Sedangkan yang masih sibuk satu sama lainnya, saya
berusaha untuk mencari tapi agak susah, tiba- tiba ada teman TI yang sama- sama
ikut doa pagi dengan saya, Maria Tysna,
menanyakan di depan saya, ‘Sudah dapat
kelompok apa belum? Mau ga sama aku? Bertiga sama Melvina?’ Ketika
dia bertanya di depan saya, saya belum sempat menjawab karena sudah muncul
kebisingan di kelas. Maria teriak ke arah teman cowok TI yang di belakang
ribut- ribut, ‘Woii..diam
donk.’ Sampai dia keliyengan saat menulis pertanyaan di kertas agar
cepat dimengerti. Saat itu, saya jadi bahan pertanyaan di antara ceweknya, ada
seorang teman TI namanya Kevin Lim,
yang saya ingat tentang chat di bbmnya semalam kemarin. Dia membantu saya demi
kelompoknya, ‘Hey,
bantuin dia donk, jangan hanya diam saja.’ Rupanya dia berteriak di
depan cewek- cewek yang hampir saja tidak menerima saya untuk kelompoknya
karena sudah ngepas. Saya hampir tersinggung sedikit apa yang ditulis oleh
Maria di kertasnya, ‘Atau kalau
kamu tidak mau? Coba saja sekelompok sama cowok saja?’ Beberapa
teman TI yang melihat kejadian saya, tidak ada yang angkat suara kecuali Maria
dan Kevin Lim. Adi juga menanyakan hal yang sama dengan Maria di kertasnya,
kemudian ngacir dari hadapan kami. Mendengar apa yang ditulisnya, saya pun
menjawab sambil menulis, ‘Hmm.. Engga..‘ Mengikuti apa yang telah saya
jawab, Maria melaporkan hal itu ke dosen yang lagi berdiri di depan kami. Pak
Wawo yang masih menunggu di depan, memperhatikan kesibukan kami sebelum
mengubah target kelompok jika ada masalah. Sedangkan teman- teman yang lain
sibuk mencari kelompoknya, namun ada yang merasa kekurangan hingga ada yang
sengaja ngoceh di depan dosen itu. Untuk kedua kalinya, setelah Pak Wawo
menghitung jumlah teman TI di kelas kemudian mengubah target untuk kelompok
menjadi 4 orang dengan 3 cowok dan 1 cewek, tulisannya membuat beberapa teman
cewek TI jadi ngeblank dan langsung teriak- teriak di depannya, ‘Tidak, pak. Tidaaakk.. ‘ Ada yang
mengeluh kesal ketika mendengar hal itu, saya masih aja kebingungan karena
merasa bising di kelas ini sehingga ada yang ngacir juga dari hadapan saya. Dan
untuk ketiga kalinya, Pak Wawo mengubah target lagi untuk kelompoknya seperti
semula dari biasanya, 4 orang dengan 2 cowok dan 2 cewek, ‘Saya
tidak ada pilihan lain lagi. Coba cari aja yang kalian mau. ‘ Saat
dosen selesai menulis target kelompok di papan tulis, kembali ke tempat duduk
dan membuka Kalbisphere untuk absensi mahasiswa. Beberapa menit kemudian
sebelum kelasnya selesai, Isna Oktaviani
datang di depan saya dengan upaya membantu saya, ‘Sudah dapat kelompok apa
belum?’ dan saya menjawab lagi, ‘Belum na....’ Mendengar jawaban saya, dia jadi
bingung sambil gigit jari telunjuknya, ‘Mau ga sama cowok?’
Tiba- tiba ada yang memotong pertanyaan lagi yang sama dengan Isna oleh
teman sebelahku, Anis Fitriyah, saat
memanggil saya dan menulis tentang tugas kelompok, ‘Kamu sama siapa?’ Saya jadi pusing
ketika ditanyain hal yang sama dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Anis
dan Disya mengalami hal yang sama dengan saya yaitu kurang 2 orang untuk teman
cowoknya karena teman yang lainnya sudah dapat duluan. Isna juga kebingungan
sekaligua mereasa kasian sama saya, saking melihat saya yang belum kedapatan
kelompok menghitung jumlah teman jika ada yang tidak masuk siapa karena belum
kenal juga. Tak lama kemudian dia menyusulkan ide di depan Anis dan Disya, ‘Dia gabung aja
sama kelompok kalian. Mau ga? Christy itu. Ntar dicari 1 orang lagi yang ga
masuk siapa.‘ Anis dan Disya saat
mendengar usulan darinya, langsung mengiyakan tanpa harus merasa putus asa dan
menulis nama kelompoknya sebelum sempat diserahin ke dosennya karena waktunya
habis. ‘Ci, kamu
sama Anis dan Disya ya. 1 orang lagi aku ga tau. ‘ Isna memberitahu
hal itu kepadaku, saya langsung mengiyakan dengan kecewa sedikit pada hari
keempat. ‘Yauda,
okee deh.. Thanks ya na. ‘ Membahas masalah kelompok akhirnya
selesai, kami langsung bubar kelas dan istirahat pertama sebelum ada kelas mata
kuliah berikutnya. Pas keluar dari kelas AR408,
saya ketemu Lisa Melyani yang hendak turun dengan eskalatornya, setelah
berpisah dengan beberapa teman yang hendak ke toilet maupun ke Kantin dan saya
bertanya kepadanya, ‘Lis, tugas web kamu sama siapa saja?’ Saat
saya menanyakan hal itu padanya, dia sedikit mengerti dan menjawab, ‘Oh, aku sama
Davis terus David dan satu lagi aku ga tau siapa, lupa namanya. Kalau kamu?’ Hampir
saja saya menangkap apa yang dijawabnya, lalu saya membalas pertanyaannya
balik, ‘Aku sama Anis, Disya dan satu lagi aku ga
tau siapa. Cuma bertiga doank, lis. ‘ Dia hanya menjawab, ‘Oh gitu..’ Pembicaraan
kami pun selesai walau hanya sebentar karena mau ke Kantin juga. Bersama
rombongan Davis, kami menuju ke kantin dalam kampus yang masih baru dalam 4
hari setelah Kalbisphere Days minggu lalu, kami masuk ke dalam, mencari tempat
duduk yang kosong. Setelah menemukannya, kami pun duduk secara berderetan
dengan Lisa di samping saya, sedangkan rombongan Davis duduk di sebelahnya lagi
dan berhadapan satu sama lainnya. Sambil menunggu, beberapa teman seperti
Davis, David, Rizky, Regi, Yoshendi dan Kevin mengeluarkan bekal masing- masing
dari tasnya, termasuk kami berdua. Kami mulai makan bersama, ada yang makan
sambil berbincang- bincang, bercanda hingga ada beberapa yang tertawa mendengar
kelucuan kecuali saya hanya tenang karena saya kurang ngerti apa yang sedang
mereka bicarakan, namun saya menikmati makan bersama mereka untuk pertama
kalinya. ‘Tumben
ya aku makan bareng mereka...bersama 6 orang cowok dan Lisa Melyani. ‘
pikir saya dalam hati saat memperhatikan kondisinya, ‘Yauda, gpp deh.... ‘ Saat saya
hampir menyelesaikan makan siangnya, saya celingak- celinguk mencari seseoarang
yang kalau bukan Kakak Senior yang telah kukenal dan sudah lama tidak pernah
kelihatan batang hidungnya. Tanpa sadar saat saya menoleh ke belakang, terlihat
ada Kak Andri Zefanya yang lagi
makan bersama teman- teman Akuntansi yang tidak saya kenal. Cukup jelas sekali
saya melihatnya, terus saya ketemu lagi dengan ci Vrisca Fau bersama Ka Izzatul
Ilah yang lagi berjalan melewati di depan kami yang lagi makan, disusul
pula dengan Kak Edward Guustaaf
mengikuti mereka berdua ke arah meja yang dekat dengan penjual makanan. ‘Sudah tidak
berasa setelah melewati beberapa hari dari sejak Kalbisphere Days.....’
Saat saya meneruskan kata- kata di dalam pikiran saya sambil menyelesaikan
makan siangnya, eh ditepuk oleh Lisa Melyani yang hendak mengatakan sesuatu, ‘Sudah
selesaikah? Kita ke atas yuuk. ’ Saya tidak kaget setelah ditepuk
olehnya, ‘Okee,
aku uda selesai kok. Yuuk... ‘ Kami berdelapan beberes makan siang
dan minum kemudian keluar dari kantinnya, menuju tangganya ke lantai 4. Dengan
berjalan kakinya, kami naik ke eskalator dan eskalatornya hingga tiba di lantai
4 yang masih sepi, kami meneruskan jalan kakinya ke lantai 5 yang masih sama
kayak di lantai 4. Tanpa merasa bingung mau ngapain, saya bersama Lisa Melyani
langsung duduk di lantai, berpisah dengan teman”nya Davis yang mau ke toilet
terus mondar- mandir sambil ngobrol disertai dengan bercanda. Sudah agak lama
menunggu bersama mereka, satu- persatu bersama beberapa temannya naik ke lantai
5, kemudian duduk di lantai di mana kami yang lagi duduk. Jam tanganku
menunjukkan pukul 13.30, dosennya masih belum datang. Walaupun tidak ada yang
galau dan protes tentang ketidakhadiran dosen itu, perlahan- lahan kami
menunggu di luar lab hingga merasa kepanasan. Tak lama kemudian, ada seorang
Juwita mengajak kami foto bersama, saya jadi tertegun saat duduk di dekat Vicky
dan Maria tanpa mau ngobrol. ‘Chris, mau foto ga? Foto yuk. ‘ Tiba- tiba
Vicky mulai menarik saya untuk ikut dan saya langsung ikut foto bersama Anis,
Maria, Fia, Lisa, Vicky, Tantri, Disya dan Dyah secara bergantian buat kenang-
kenangan di hari kuliah. Ketika 10 menit berlalu dalam foto bersama mereka,
muncullah seorang satpam datang dan diikuti oleh dosen yang pernah saya lihat
pada hari pertama sebelumnya, ‘Lab Praktikum dosennya Bu Eva lagi..? Sudah kuduga... ’ pikir
saya. Setelah satpam membuka pintu yang terkunci, kami dari belakang mereka
langsung masuk ke dalam tanpa berdesak- desakan. Begitu masuk ke dalam, saya
langsung dapat tempat duduk yang terdepan kayak kemarin, sedangkan Lisa memilih
duduk di belakang bersama teman- teman Davis. Kebisingan pun terjadi saat mereka
memasuki lab, diikuti Bu Eva dengan pakaian formal lagi, yang jadi sorotan bagi
kami di lab. Saat duduk di depan, saya teringat tentang chairmate saya, Adi Permana yang membantu saya di lab
Web Programming kemarin dan sekarang dia muncul lagi ketika melihatku duduk.
Kami memulai materi pertemuan pertama di mana saat Bu Eva menyalakan LCD-nya
dan memberikan copy aplikasi DEV C++ di
flashdisk milik Bu Eva secara satu-
persatu masing- masing mereka,
termasuk saya saat mendapat operan dari Adi. Semua sibuk minta copy aplikasi
itu sedangkan Bu Eva memulai pembicaraan di hadapan kami yang siap belajar
tentang apa yang sudah diajarkan Bu Eva di kelas sebelumnya. Beberapa menit
kemudian, copy aplikasinya selesai di seisi kelas saat ada yang mengembalikan
flashdisk itu ke Bu Eva yang masih berdiri di depan, ‘Sudah semuanya? Sudah dicopy?’ sambil
menunjukkan flashdisknya ke arah kami yang sibuk menginstall aplikasi itu dan
tidak memperhatikan apa yang ditanyakannya dan menjawab secara serentak, ‘Sudaaahh buu.... ‘ teriakannya lumayan
keras di seisi kelas. Tak lama kemudian, Ibu kembali ke tempat laptopnya,
memulai programnya yang sudah diinstallin sebelumnya kemudian muncul tampilan
aplikasi yang bertuliskan “DEV C++”
dengan huruf yang besar itu menuju tampilan berikutnya untuk membuat programnya
yang akan dikerjakan. Kami dari belakangnya hanya memperhatikan apa yang sedang
dikerjakan di layar Proyektor, langsung mengikuti perintahnya di komputernya. Sama
seperti diperintahkan dosennya dengan membuat program baru dengan nama Modul 1, saya dari awalnya kebingungan
karena tidak benar- benar mendengar apa kata dosennya dari kejauhan dan
biasanya dia terlalu cepat bicara, Adi yang duduk di sebelahku memberitahu, ‘Buat project
dengan nama Modul 1 lalu klik itu kemudian itu. ‘ (sambil
menunjukkan bagian tool yang akan diklik) Saya mengikuti apa yang telah dikasih
tau olehnya dan akhirnya bisa dibuka project kerja, kemudian Ibu memberi
instruksi latihan tentang ‘Belajar
Berhitung’ yang akan dikerjakan dan kami mulai serius memperhatikan
tulisannya yang ada di LCD Proyektor itu tanpa ada suara berisik atau ribut.
Dia mengubah tampilan tulisannya menjadi huruf besar dan jelas karena tidak
kelihatan bagi teman- teman TI yang duduk di belakang itu. Sambil mendengar
ajarannya, kami mulai mengetik apa yang telah dijelaskan dosen itu, sudah
beberapa menit Bu Eva mengetik beberapa bagian dan berdiri untuk memonitori
teman- teman TI yang lagi serius mengetik. Tak lama kemudian, dia mampir ke
tempat saya yang lagi hampir menyelesaikan ketikan terakhir tiba- tiba ada yang
salah setelah diminta untuk compile dan saya langsung mencari sumber kesalahan
di mana ketika melihat tulisan yang distabilo merah tua. Tanpa disadari, Bu Eva
sengaja memberitahu dengan berbisik di dekat telinga saya namun saya tidak bisa
menangkap apa yang dibicarakannya, saya mendengar suaranya dan menoleh ke
samping Bu Eva yang masih berbicara sambil bantu memperbaiki kesalahan. Setelah
dibenerin olehnya dan akhirnya bisa dicompile juga dan saya memulai menjalankan
programnya sebagaimana mestinya, dan kembali ke projectnya yang tadi. Teman
sebelahku, Adi mulai dengan candaan baru di depan saya ketika memperhatikan apa
yang sedang saya kerjakan. Saya jadi terusik akan bercandanya dan melanjutkan
projectnya dan mengubah tulisannya, akhirnya bisa dicompile untuk beberapa
kalinya. Dosennya masih sibuk memonitori dari depan hingga ke belakang kemudian
memutar balik ke depan lagi sambil memeriksa beberapa teman TI ada masalah
dengan project yang dikerjakan, walaupun masih pemula. Sudah agak lama kami
berada di Lab hingga jam 15.30 yang belum benar- benar saya lihat ke arah
jamnya, karena saya serius mengerjakan project baru lagi setelah latihan
Belajar Berhitung, tiba- tiba project yang telah saya kerjakan dan compile-in
error. Dosen dengan sigapnya datang membantu saya dalam menyelesaikan masalah
project saya sebelum kelas hendak bubar, saya menunggunya sambil bantu ketik
jawaban yang salah malah jadi salah karena tidak mendengar atau kurang jelas
dosen ngomong dari samping, Adi di sebelah saya kebingungan melihat saya yang
kelihatannya tidak mengerti apa yang dikatakannya. Tak lama kemudian projectnya
akhirnya bisa dijalani dan bisa dicompile di sebuah terminal akhir project.
Lalu kami langsung pulang bersamaan bubarnya kelas praktikumnya. Setelah
melewati hari keempat dengan 2 matakuliah penting itu, kami langsung bubar dan
pulang masing- masing seperti biasanya pada hari – hari sebelumnya. Tak lama
kemudian, pada malam hari saya kedapatan sms dari Ka Grace tentang Ibadah hari
Jumat sebagai minggu pertama di hari kuliah, saya juga disuruh untuk memforward
sms darinya ke teman- teman TI lewat grup chat maupun BM. Walaupun belum ada
tanggapan dari beberapa teman TI yang baru 4 hari kenalannya di bbm chat,
termasuk di grup chatnya. Saya tidak putus asa dan tidak berkecil hati karena
itu setelah saya kedapatan 2 Broadcast di bbm chat yang sama seperti yang telah
saya BM-in sebelumnya. Saya langsung sumringah... Pada esoknya hari adalah
libur karena tidak ada kelas di hari libur, jadi lumayan bisa bangun siang
walaupun tidak ikut doa pagi. Tiba- tiba saya teringat tentang sms semalam
darinya, saya mencoba untuk pikir- pikir bahwa saya benar- benar datang atau
tidak karena belum ada kabar juga dari beberapa teman TI yang yakin datang
untuk Ibadah. ‘Hmm..
Yaudah, aku datang aja deh.. ‘ batin saya. Sebelum berangkat untuk
Ibadah, kebetulan saya masih di rumah dan masih dalam persiapan, tiba- tiba ada
bbm chat dari Juwita Oktaviani, yang
bertanya tentang ibadahnya jam berapa dan bla bla bla yang membuat saya terus
menjawab secara terang-terangan tanpa rasa bersalah. ‘Chris, Ibadahnya jam berapa?’
Saya menjawabnya, ‘Jam 14.30 siang, datang yuukk Juu... Ajakin temanmu itu, Kevin Lim
dan yang lainnya. ‘ dibalas olehnya, ‘Okee deh, kamu di mana? Udah di kampuskah?
Aku bentar lagi sampe nih.. Tapi aku ga tau ibadahnya di ruang mana. Takutnya
salah masuk. ‘ dan saya membalasnya di chat, ‘Ooh, masih di rumah nih aku, ntar lagi mau
jalan kok. Yauda, kabarin aja kalau uda di kampus. Ibadahnya ada di ruang
AR606, kan ada di lantai 6. ‘ lalu saya mengetik lagi, ‘Tunggu aja di
lobby setelah aku sampai di kampus. Ntar kita bareng” ke sananya. ‘
beberapa menit kemudian, saya sampai di kampus dan bbm ke dia eh belum dibaca
sama dia, saya nge-PING beberapa kali namun belum ada respon balasan darinya.
Saya langsung naik ke lantai 6 tanpa harus menunggu jawaban darinya di bbmnya. Setiba
di lantai 6, saya ketemu lagi dengan kakak Senior yang pernah saya lihat dari
sejak Kalbispheration days, dia itu Kak Dedhi
Marditho yang jadi usher di depan lift. Kami bersalaman, lalu saya
dipersilahkan lewat jalan lurus ke ruang Rohkris yang tepatnya ada di bagian
pojok kiri. Tanpa disadari, saya terus berjalan kaki dan ketemu lagi dengan
teman TI yang sudah saya kenal itu, Lisa Melyani bersama seorang teman cowok TI
juga, Davis Santoso. Saya langsung nyamperin Lisa yang lagi jalan di depan
saya, ‘Haii
jugaa... ‘ Kami pun berjalan lagi dan berbelok ke kiri, yang saya
lihat ada ci Vrisca Fau dan Ka Iin Desmita Nathalia jadi usher. ‘Haii... sini
tanda tangan dulu. ‘ Ci Vrisca melambai- lambaikan ke arah saya
untuk maju ke tempatnya, kemudian saya tanda tangan di kertas absensi dan dibagikan
formulir kebidangan Rohkris yang harus diisi. Begitu saya masuk lewat pintu
samping itu, kulihat ada beberapa teman yang baru datang sedikit dan acaranya
baru mulai dibawakan oleh Ka Grace
Simanjuntak. Tanpa katapun yang dilontarkan dari mulutku setelah menyapa ke
arah dia dan bersama Lisa mencari tempat duduk yang paling belakang. Sudah
beberapa menit kemudian, teman- teman cowok TI yang ikut, mulai bermunculan di
Rohkris menyusul kami, termasuk Dear
Debora, Maria Tysna dan terakhir
yang baru saya lihat, Juwita yang agak telat datang ke Ibadah Rohkris. Lalu kami
bersama- sama mengikuti Ibadah Rohkris perdana di minggu kedua setelah beberapa
hari kuliah. Tak lama lagi, pada pukul 4 sore ibadahnya selesai dan kami
langsung pulang.........
*****
Setelah melewati Ibadah bersama FIRE’s, kembali
lagi ke hari Sabtu yang masih ada kelas dengan Matakuliah yang tidak terlalu
penting, Nasionalisme, yang tidak
aku sukai dan cukup ngangenin setelah saya menyelesaikan pelajaran
kewarganegaraan di masa SMA dan yang saya harapkan di kuliah ini tidak ada
ternyata kejadian itu terulang kembali. ‘Aduuh, kenapa harus ketemu matakuliah ini?’
Sekali memulai, penuh pertanyaan dengan perasaan kesal dikit, tapi maunya
gimana lagi ketika mendapat mata kuliah yang kurang penting itu. Pagi- pagi
sekali seperti biasanya, walaupun tidak ada MP di hari libur, saya masih bisa
bangun siang sedikit sebelum masuk kuliah jam 8. Saat itulah, saya sudah datang
pagi dan bertemu dengan beberapa teman TI yang lagi tidak semangat di hari
liburnya. 5 menit kemudian setelah kedatangan saya, dosen dengan umurnya sangat
tua mengikuti satpam ke ruang AR402
yang cukup mengejutkan kami, bangkit dari lantainya. Tanpa harus berlari-larian
karena takut akan keadaannya jadi tidak enak di mata kuliah itu. Setelah masuk
kelas tersebut dan duduk di tempat masing- masing, dosen baru mulai sibuk
mencari- cari saklar untuk kabel yang mau dipasangkan dengan kabel laptopnya,
sebaliknya kami hanya diam dan bingung satu sama lainnya. Dosen tiba- tiba
memanggil seorang mahasiswa yang duduk di depan itu, Singgih Lomempow untuk
bantu pasang kabel laptopnya, dia kaget dan bingung apa yang harus dilakukan
karena dia duduk sendirian dan teman baik dia, Eka Saputra dan Muhammad
Hanim Siregar datang telat. Tiba- tiba ada seorang teman TI yang duduk di
belakang saya itu, Dewi Kurnia Anggraeni,
sengaja membawakan beberapa permen KOPIKO
lalu membagi- bagikan itu ke kami. Saya juga dapat dan baru menyadari bahwa
agar tidak gampang mengantuk saat mengikuti matakuliah ini dalam 4 jam ini,
kemudian saya langsung membuka bungkusan permen kecil itu dan memakannya secara
diam- diam sebelum dosen mulai memperkenalkan dirinya. Setelah semua kembali
tenang dengan permen Kopiko yang dikasih oleh Dewi itu, dosen baru itu mulai
memperkenalkan diri yang sama dengan Pak Lufti dan Pak Rusli, yaitu menuliskan
namanya, Pater K. Mendengar dosen
selesai memperkenalkan dirinya dan menuliskan namanya di depan kami,
dilangsungkan dengan materi barunya di LCD yang sudah dipersiapkan olehnya,
yang hampir membuat kami jadi gelisah. Sudah sekali mendapat permen dari teman
belakang saya, saya tidak menyangka mulai sekali menguap ketika membaca 2-3
slide materinya, teman- teman TI juga hampir sama bahkan ada yang sengaja
tertidur di kelas. Agak lama kami berada di kelas matakuliah Nasionalisme
bersama Pak Pater tanpa istirahat, kami tidak bisa serius mendengar
penjelasannya, hanya bisa mencatat apa yang telah dijelaskannya. Slide demi
slide pun dijelaskan oleh dosen itu membuat kami jadi jenuh, bahkan ada yang
sengaja melirik ke arah Jamnya agar kelasnya cepat selesai tanpa harus sampai 4
jam itu. Tiba – tiba slide terakhir bertuliskan ‘Merdekaaa!!!!!!’ yang menandakan
bahwa materi pertemuan pertamanya selesai, kami pun bangkit kembali dari
rasa ngantuknya, tanpa disadari bahwa
kami mulai diberi tugas pertama dari Pak Pater, kami kaget dan bingung. Ada
yang complain dan ngoceh sedikit, ‘Baru sekali
pertemuan pertama sudah dikasih tugas!!!! Apa- apaan ini?’, saya
hanya diam saat dikasih tahu oleh Anis Fitriyah yang duduk di sebelahku setelah
saya selesai bertanya dan mencatat tugas pertama yang diberikan oleh Pak Pater
itu. Jam dindingnya menunjukkan pukul 11.00, Kelasnya selesai dengan perasaan
lega, dosennya buru- buru keluar setelah memperingatkan sekali lagi tentang hal
itu di depan kami, yang sengaja tidak memperhatikan apa yang dijelaskan olehnya
sebelumnya. Kelas terakhir di hari Sabtu selesai, kami pun keluar, ada yang
langsung pulang bahkan juga ada yang kebelet ke toilet karena tidak tahan akan
dinginnya AC itu, walaupun tidak diizinkan dosennya untuk keluar kelas. Saya
mengikuti beberapa teman yang hendak turun ke bawah dengan eskalatornya, teman-
temannya Davis namun Davis tidak pulang karena harus menemani Lisa ke
perpustakaan yang sengaja saya lihat saat saya naik ke lantai 5 yang tidak ada
siapa- siapa itu. Ketemu mereka yang cukup mengejutkan bagiku, saya langsung
disamperin Lisa, ‘Haii
Christyy.. Lagi ngapain? Kok belum pulang?’ sedangkan Davis hanya
mengikuti Lisa dari belakangnya, saya membalas sapaannya, menjawabnya, ‘Hai juga. Hanya
mau lihat- lihat buku saja. Kalau kamu?’ Dibalas olehnya, ‘Oh gituu.. Aku mau ngerjain tugas Algoritma sama Davis
ini.. ‘ Dan saya menjawab lagi, ‘Oh gituu..
Yauda silakan... Saya mau check in dulu ya..‘ (berbalik ke tas untuk
mencari KTPnya) Setelah Lisa check in dan menyimpan tasnya ke loker bersamaan
dengan tas milik Davis itu, menunggu sampai saya selesai check in dan menyimpan
tasnya. Kami berpisah karena saya mau mencari buku tentang Algoritma dengan
bantuan staff Librarier itu, namun sayangnya bukunya tidak ada karena belum ada
begitu kata staffnya. Saya mencari Lisa dan Davis yang lagi mengerjakan
tugasnya sambil ngobrol, kemudian saya pamit untuk pulang. Setelah saya
mengambil tas dari lokernya dan check out untuk pulang, tanpa sengaja saya
bertemu dengan teman – teman Cewek yang lagi duduk di lantai dekat pintu masuk
perpustakaan itu. Mereka itu Disya Rizky
Anindya, Nurul Amelia, Tantri Kusumastuti, Vicky Nurchmawati, Anis Fitriyah, Qory Andrianni, Windy
Nurbani, Juwita Oktaviani, Dyah Mahrani Rahmadi, Isna Oktaviani
dan Rofiatul Koramah, namun saya
belum melihat Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine setelah kelas tadi. Saya jadi penasaran mereka lagi
ngapain dan langsung nyamperin mereka tersebut. Mereka ternyata lagi sibuk
membicarakan tentang tugas Algoritma yang dikasih oleh Bu Eva pada pertemuan
pertama sebelumnya. ‘Ada yang uda
ngerjain tugasnya ga? Coba liat jawabannya donks.. gw ga ngertii...’
Begitu ada yang menanyakan tugas itu adalah Disya kepada Vicky di sebelahnya
yang lagi mengecek tugas yang sudah dibuat apa belum, demikian juga yang
lainnya, Qory serta Tantri yang belum ngerjain tugas karena tidak mengerti
tugasnya. Saat ada yang mengeluarkan tugas itu tidak salah adalah Vicky yang
kebetulan sudah dikerjakan dan Juwita juga apalagi. Pas saya membaca tugas yang
dibuat mereka tampaknya beda jawabannya, Disya dan yang lainnya ikut
melihatnya, kembali bingung, ‘Gimana ini
caranya? Gw ga ngertiiiii.... ‘ dengan mulai merengek saat ada teman
membawakan makanan gorengan serta snack besar di depan kami itu, Nurul dan
Windy. Semua cewek langsung serbu makan makanan yang dibawakannya tanpa
ditawar, saya jadi ikutan makan sedikit juga. Sedangkan Isna hanya sebentar
bersama kami dan langsung pamit pulang karena ada urusan. Sambil bertanya-
tanya ke Vicky untuk minta diajarkan gimana caranya, beberapa menit kemudian
bersama Vicky ada seorang Kakak Senior TI angkatan 2009, dengan kacamata dan
chinese orangnya, yang sudah saya kenal dari sejak Ospek minggu lalu, Kak Bismo Wirayuda yang membuatku kaget
saat duduk di samping saya. ‘Lagi ngapain kalian ini?’ Kami jadi tertegun
saat ditanyakannya tanpa disapa olehnya karena tidak memperhatikan dia datang
secara tiba- tiba dan memohon pertolongan dari kakaknya, ‘Kaakkk, ajain kami donk... Kami tidak
mengerti tugas pertama dari Bu Eva ituu... ‘ Kak Bismo tertegun juga
saat ditanyain oleh beberapa teman Cewek yang di sebelahnya, lalu menanyakannya
tanpa mau membantu, ‘Oh tugas tentang apa? Sini saya akan coba bantu deh... ‘
Saat ada yang menyodorkan tugas di kertas milik Vicky yang berisi 1 soal itu,
dia jadi diam dan berpikir, ‘Aduuh...aku lupa kayaknya, seharusnya aku ingat gimana
caranya. Pernah diajarin olehnya beberapa tahun yang lalu itu.. ‘
Sambil memegang kepala sebelahnya, menepuk- nepuknya dengan tangannya berusaha
mengingat caranya bagaimana. Lalu dia mencoba memberi instruksi pengerjaan di
kertas kosong, sedangkan kami di sebelahnya hanya memperhatikan apa yang
dijelaskannya. Sayangnya dia rada lupa caranya, kami jadi kecewa. Setelah
selesai memberi jawaban caranya dan kami masih agak bingung dan mengerti
sedikit. Tanpa sengaja dia mulai bertanya kepadaku, ‘Vant, kamu ngerti ga?’ Saya jadi
terheran- heran ketika ditanyakan olehnya dan menjawabnya, ‘Uhmm.. Iya, sedikit saja Kak, saya pernah
diajarin waktu di sekolah dulu, tapi materinya berbeda yang sekarang kak. ‘
Kak Bismo hanya menjawab ‘Oh’, sedangkan mereka yang mendengar apa yang saya
jawabkan di depan kakak ikutan bingung. Sudah hampir 1 jam berada di luar
perpustakaan, saya jadi kelupaan untuk pulang saat melihat ada beberapa teman
yang bangkit dari duduk di lantainya, mau balik karena sudah capek setelah
mengerjakan jawaban tugas Algoritma milik teman. Saya hanya memotret tugas yang
sudah dibuat olehnya kemudian pulang, tanpa harus menunggu mereka yang mau
pulang. Sudah weekend kuliah di Kalbis, bbm chat di grup masih berlanjut dengan
menanyakan tentang tugas Bu Eva dikumpul kapan, di twitter juga ada yang minta
difollow balik serta ngetweet tentang tugas kuliah yang sibuk ditanyakan ke
Kakak Senior untuk minta diajarkan. Saya juga ikutan meng-follow teman- teman
TI baru di twitter, sampai dimention balasan untuk minta difollow balik, serta
ngobrol bersama lewat BBMnya. Setelah melewati minggu kedua kuliahnya, libur
sehari dan kembali lagi ke hari Senin seperti biasanya. Semua bagaikan mesin
waktu yang suka berputar maju dengan cepatnya.
*****
BATTLE WITH ALGORITHM AND
PROGRAMMING ‘S SUBJECT
Kembali lagi ke hari Senin sebelum pertemuan ke-2
dengan Bu Evawaty Tanuar, saya habis doa pagi bersama Juwita Oktaviani tanpa Maria
Tysna Danielle, kami hendak ke lantai 4 dan tiba- tiba suasananya sunyi
senyap dan tidak siapa- siapa. Hal itu membuat kami kaget dan mengira bahwa
sudah mulai kelasnya, ‘Ke mana ya teman- teman kami?’ Bertanya- tanya kepada
Juwita yang kebingungan, kami berlari ke kelas AR412 namun kosong dan tidak siapa- siapa juga. Saya mengira kalau
saya salah masuk atau mimpi buruk. Kami pun mencari keberadaan teman- teman dan
kelasnya, namun tidak ada yang tampak di depan kelas yang saya datangi, benar-
benar kosong semua. Kami bingung padahal hari ini seharusnya ada kelas, saya
meminta Juwita untuk sms ke teman- temannya namun dia lagi tidak ada pulsa
untuk sms. Saya terpaksa Bbm dengan Lisa yang sekarang ada di mana. Bbmnya
pending lagi, saya terus nge-PING agar ada respon sinyalnya. Tiba- tiba dibalas
olehnya, ‘Emang dia masuk? Dia ga masuk hari ini, jadi kelasnya ditiadakan..’
Saya bukannya sumringah malah kaget bukan main, demikian juga dengan Juwita
hanya ikut kegirangan sedikit. Saya membalas BBMnya, ‘Oh gituu... Kamu skrg ada
di mana? Aku lg di lantai 4 bersama Juwita nih.. ‘ dan bb berdering, Lisa
membalas, ‘Ada di perpus, lantai 5.. Masuk aja.. ‘ Begitu kami berdua naik ke
lantai 5 tanpa harus merasa panik karena tadi, masuk ke perpustakaan, check in
untuk loker tas dan masuk ke dalam. Setelah ketemu dengan Lisa bersama Davis,
kami langsung menghembuskan rasa lega sekaligus lelah sedikit sudah kayak habis
berlarian. Tanpa merasa bingung, saya ngobrol sebentar dengan Lisa tentang
alasan tidak masuknya dia dan Juwita lagi sibuk mengecek ada sms yang masuk,
mendengar apa yang sedang kami obrolkan. Dan saya tidak menyadari ada chat grup
di bb dari Qory Andrianni menuliskan
apa yang ditulis Bu Eva di bbm Qory itu: ‘Maaf ya, saya
tidak masuk karena sakit demam dan butuh istirahat panjang. Nanti KP-nya akan
saya infoin kembali.. Terima kasih...‘ Begitu saya membaca bbm chat grupnya, saya
tidak berkomentar apa- apa saat ada beberapa teman cowok TI ribut- ribut dalam
mengomentari masalah itu sambil memberi bantuan doa kesembuhan buat dosen itu.
Selama itu, saya masih di perpus dengan perasaan lega tanpa harus merasa panik
setelah bertemu dengan Lisa dan Davis yang lagi ngobrol- ngobrol, saya jadi
ikutan ngobrol bareng mereka berdua itu walaupun masih belum terbiasa,
sedangkan Juwita masih sibuk mengecek sms dari beberapa teman dan bisa ngobrol
sedikit dengan Lisa. Tak lama kemudian, Juwita mengatakan kalau dia mau ke
kantin, ada teman- temannya, saya mengizinkan juga dan dia beranjak pergi
meninggalkan kami bertiga di perpustakaan saat saya membuka loker untuk tas
Juwita yang akan diambil dan saya kembali ke tempat mereka yang tadi. Selama
masih dalam obrolan, Davis tiba- tiba mau meminjam catatan Nasionalisme karena
dia belum sempat catat. Lewat Lisa, saya meminjamkan itu padanya buat fotocopy.
Dan ada beberapa teman Davis seperti Yoshendi, Kevin Lim, Regi Fasius dan Rizky
Natanael datang menghampiri ke tempat kami ngobrol, saya langsung dikejutkan
oleh Yoshendi dengan permen lolipop kecil itu, ‘Ada apa Yos?’ Saat saya
bertanya di depannya, hampir saja dia mengerti apa yang saya tanyakan, lalu dia
menjawab dengan isengnya, ‘Gapapa kok, Chris. Lagi ngapain?’ (sambil mengulum
permennya di depanku) Lalu saya menjawabnya, ‘Lagi ngobrol saja sama Lisa kok
Yos. Kamu di sini mau ngapain?‘ Keributan kecil terjadi saat temen- temen
cowoknya mulai bercanda ketika melihat Lisa bersama Davis. Secara bergantian
kami mengobrol dengan senang karena tidak ada kelas Bu Eva untuk pertama
kalinya. Sudah hampir 30 menit kami berada di perpustakaan, tanpa saya sadari
kalau saya sekilas melihat ada Sarah Yuli Yanti dan Erni Yesie lewat di depan
kami, hendak ke belakang ruang baca di mana kami berada dengan terburu-
burunya. Disusul pula dengan ada 3 orang cewek TI, Isna Oktaviani, Windy
Khairani Nurbani dan Dear Debora, yang lewat lagi ke belakang dengan arah
paling jauh tanpa memperhatikan kami yang lagi serius dengan obrolannya.
Setelah agak lama kami dalam mengobrol, tiba- tiba Yoshendi menanyakan
kepadaku, ‘Rumah kamu di mana?’ Lisa menanyakan yang sama dengan Yoshendi
bertanya walau saya tidak mendengar saat dia memanggil, ‘Oh, rumahku ada di
belakang kampus kok, lumayan deket dari sini Yos..’ Yos menjawab demgan sedikit
terkejutnya, ‘Oh, di belakang kampus? Di mana?’ Saya menjawab sambil memberi
instruksi arah jalan menuju ke rumahku, ‘Pokoknya di situlah rumahku dengan ada
spanduknya, kamu dapat melihatnya saat sampai di depannya. ‘ 4 orang cowok dan
Lisa langsung mengangguk- angguk mengerti kecuali Davis hanya sibuk dengan
bbnya. Tak lama kemudian, Lisa tiba- tiba bertanya padaku, ‘Kamu habis ini mau
ngapain? Mau di sini apa pulang? Soalnya kami mau pergi. ‘ Saya langsung
tersentak kaget saat ditanyakan olehnya dan berpikir. ‘Oh ya, ada Windy, Isna
dan Dear di belakang, kalau kamu mau ngobrol sama mereka, gabung saja. ‘ Lisa
baru menyadari setelah pernah melihat mereka yang barusan lewat di depan kami,
Yoshendi dan Rizky berjalan ke arah jendela kaca untuk melihat siapa yang ada
di sana. ‘Yauda, okee deh. Aku akan ke sana, Lis. ‘ saya menjawabnya saat
bersamaan dengan mereka bersiap pamit untuk pergi. Tanpa merasa bingung karena
di sini tidak ada siapa- siapa karena tidak ada kelas, sedangkan bb aku hampir
Low Batt dan saya memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan di meja duduk
dari kejauhan saya di ruang baca. Tidak habis pikir, saya langsung berjalan
kaki ke tempat mereka bertiga yang lagi ngobrol itu. ‘Haiii semuanya, boleh
saya duduk di situ? Saya lagi ga ada teman, mereka mau pergi soalnya. ‘ Saat
saya menyapa di depan Isna yang lagi main bb, sedangkan Windy dan Dear lagi
asyik bbm-an sambil denger lagu dengan headsetnya. Ngobrol sebentar bersama
Isna, walaupun saya tidak ada cara lain mau ngapain karena sudah agak lama saya
berada di kampus dari sejak tadi pagi. ‘Aneh ya, kenapa jadi tidak terbiasa
juga padahal aku berada di depan mereka, namun mereka lagi sibuk dengan HP-nya.
‘ pikir saya, ‘I have no idea, I have no idea......... ‘ sambil memainkan bb
yang hampir mau low batt itu dan saya bertanya pada Isna, ‘Bawa charger ga?’
lalu dia menjawab sambil menggelengkan kepala, ‘Ga ci... ‘ saya hanya mengelus
rasa kecewa di depan bbnya sudah langsung low batt mendadak dan harus menunggu
sebelum ada kelas berikutnya nanti siang. Jam tanganku menunjukkan hampir pukul
10.00, saya tidak mau tinggal diam di perpustakaan walaupun tidak ada kerjaan
karena tidak membawa laptop, mau membaca buku namun tidak tahu apa yang mau
dibaca. Lalu saya pamit ke Isna untuk ke tempat komputernya sebelum hendak
balik ke rumah untuk meng-charge kembali bb saya yang sudah drop. Beranjak dari
tempat mereka bertiga itu, saya jalan ke tempat komputer yang masih kosong itu,
saya menyalakannya tanpa harus merasa bingung. Browsing sebentar sambil smsan
kemudian saya balik ke rumah dulu.....
Pada minggu ke-4, pertemuan kedua setelah Bu Eva
tidak masuk karena sakit dan dia sehat kembali namun belum ada kabar darinya
kalau tugasnya akan dikumpulkan malahan dilangsungkan pengajaran baru lagi di
pertemuan kedua, kami jadi stress sedikit ketika mendengar materi baru. Tidak
Cuma itu, pengalaman yang sama di pertemuan pertama tanpa disengaja, dia
mengajarnya sangat cepat di setiap slide dan kami jadi kewalahan mencatatnya
dan tak lama lagi kami langsung dapat latihan yang akan dikerjakan sebelum
disuruh maju ke depan buat mengerjakan jawaban latihan soal tersebut. Setelah
saya mencatat 2 soal yang saya pinjam dari teman sebelah saya, Nurul Endah Amelia, yang baru saja
selesai mencatatnya, saya mencoba menjawabnya namun ada yang membuat saya
bingung caranya bagaimana, demikian juga dengan yang di sebelahnya sengaja
melihat jawaban milik teman karena bingung. Hanya saja 2 soal yang harus
dikerjakan dalam waktu 30 menit sebelum akan dibahas dosen itu. Walaupun kami
masih belum selesai menjawab soal tersebut karena kurang mengerti, dosen itu
tiba- tiba maju ke depan untuk menjelaskan jawaban dari 2 soal itu sambil mengerjakan
jalan cara di papan tulis dan kami di belakangnya hanya memperhatikan
penjelasannya dan bisa mengangguk- angguk mengerti namun masih bingung. Saat
pembahasan jawaban darinya, dosen tidak tahu apa komentar dari kami yang hanya
memperhatikannya dan ada yang bertanya sedikit, sisanya lagi sibuk mencatat
jawabannya. Kemudian untuk soal nomor dua dimajukan oleh Ali Iqbal untuk
mengerjakan jawaban di papan tulis setelah dia baru selesai bertanya kepada
dosen itu. Dan dosen memeriksa jawaban milik Ali Iqbal di papan tulisnya,
mengoreksinya beberapa bagian ada yang salah. 2 soal yang dibahas dosennya,
kami akhirnya mengerti untuk kedua kalinya dan dosen memberi soal latihan lagi
sebanyak 8 soal di papan tulis. Kecuali saya, teman- teman TI langsung ngeblank
dan mulai jenuh saat mencatat soal tersebut sebelum kami akan dibagi tugas
untuk maju ke depan oleh dosennya. Setelah dosen selesai mencatat soal tersebut
di papannya, dia mengambil buku absensi, membuka nama teman- teman TI yang akan
maju ke depan. Dosen berteriak di depan kami yang sibuk mencatat soal itu,
‘Nanti maju ya kalau uda selesai jawabannya, soal nomor satu, Dyah Maharani
Rahmadi, nomor dua Ali Furqon, nomor tiga Prayoga, nomor empat.........Evant. ‘
Ketika dia sengaja mengetes di depan saya yang lagi mencatat, Nurul di
sebelahnya tengah memanggilku kalau saya dapat giliran untuk maju ke depan....
Dan tiba- tiba dosen itu memotong topik nama giliran saya diganti dengan Juwita
Oktaviani yang disuruh maju selanjutnya setelah nomor tiga. Penggiliran untuk
maju ke depan dilanjutkan lagi oleh Bu Eva, ‘Terus nomor lima.... ‘ Dosennya
sibuk mencari nama- nama di absensinya, ‘Singgih Lomempow yaa... ‘ Nama- nama
yang disebut langsung terbelalak matanya dan jadi tidak fokus saat hendak
mengerjakan jawabannya, ‘Sudah yaaa, waktu kita tinggal 40 menit lagi loh,
cepat kerjakan ya sebelum waktunya habis.... ‘ begitu Bu menerangkannya dan
sambil mengerjakan tugasnya kami hanya menjawab dengan teriak- teriak keras,
‘Iyaaa buuu....’ 40 menit berlalu, sesuai urutan nomor soal yang akan
dikerjakan di papan, Dyah Maharani mulai mengerjakan soal itu secara cepat
walau ada yang salah, diganti oleh Ali Furqon untuk nomor dua, berikutnya
Prayoga dan Juwita. Dosen itu kembali memeriksa sekaligus mengoreksi jawaban
itu jika ada yang salah, lalu dimajukan oleh Singgih untuk nomor lima.
Demikianlah akhir pertemuan keduanya, kami mulai berberes buku termasuk saya.
Saat saya lagi berberes bukunya, tiba- tiba Bu Eva datang di depan saya dan
bertanya, ‘Sudah mengertikah? Jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan, ketemu
saya ya di ruang dosen. ‘ Karena saya tidak tahu di mana, dia memberi isyarat
di mana ruangnya dan saya langsung manggut- manggut saja. ‘Oke deh buu.. ‘
Begitu saya menjawabnya, dia langsung buru- buru keluar setelah berhadapan
dengan teman- teman TI yang hendak keluar kelas. Seperti biasanya saya kembali
lagi makan siang bersama Lisa Melyani dan teman- teman Davis sebelum kelas mata
kuliah berikutnya, Akuntansi.
Berikutnya, hari Kamis akhir bulan September di
kelas Praktikum lab Bu Eva yang seperti biasanya di ruang AL502, saya ingat akan teman classmate yang sudah sekali menolongku
selama mengerjakan praktikum, Adi
Permana, yang tidak terduga bagiku karena hanya ada satu berkat oleh Pradita Chandra Kurniawan yang sengaja
memanggilku untuk pindah ke depan pada pertemuan ke-1. Tidak seperti teman-
teman yang lain bisa menolongku seperti biasanya, walaupun bukan karena
kemauanku, saya ingin ada yang bisa membantu kalau sudah melihat titik
kesulitan saya saat itu juga. Di pertemuan ke-2 berubah lagi posisi yang belum
saya kenal saat berada di lab, Bu Eva sudah berdiri sambil menenteng buku
absensi dan tas laptopnya di depan pintu menunggu sampai kami masuk ke dalam
tanpa ada yang terlambat dan satpam yang baik hati menutupi pintu lab yang
tidak terkunci itu, saya duduk di depan lagi seperti biasanya dan menyadari ada
seorang cowok TI yang tak lain bukan Adi Permana yang pertama saya lihat
sengaja duduk di samping saya, dia adalah Ali
Iqbal kembaran dari Ali Furqon
yang cukup mengejutkan saya, ‘Hmm....’ Beberapa
menit kemudian, dosen berdiri di depan kelas, memulai praktikum seperti
biasanya. Saya dari awalnya serius berubah jadi tidak serius saat kehadiran Ali
Iqbal yang cukup membuat saya bingung. ‘Chris, nti kita
praktikin ya, perhatiin apa yang dijelaskan dia. ‘ Dia memberi isyarat
di depan saya yang lagi membuka program Dev
C++ -nya dan menjawab ‘Iya’
kepada yang duduk di sebelah saya lalu mulai memperhatikan penjelasan dosen di
depan layar LCD-nya sambil mempraktiknya sebelum kita hendak dikasih latihan.
Sudah hampir 40-50 menit latihan praktikum biasa bersama Bu Eva dan kami
melanjutkan prakteknya sebagaimana caranya supaya bisa di-compile, sedangkan
dosen itu menuliskan sesuatu di papan tulis yang dapat terbaca sedikit jelas
dari depan saya adalah: ‘Latihan’
yang membuat mataku jadi sipit dan sedikit bingung apa yang akan dikerjakan.
Teman- teman TI yang sibuk praktek dan praktek termasuk Ali Iqbal beserta teman
yang duduk di sebelah kananku itu, Dyah Maharani. Berdasarkan apa yang diminta
oleh dosen itu, kami disuruh latihan praktikum tentang waktu seperti yang sudah
dijelaskan pas teori sebelumnya. Kami memulai praktek lagi di lab dengan cara
yang berbeda, walaupun agak sebentar kami prakteknya setelah dibantu sedikit oleh
Ali Iqbal lewat komputer labnya. Bukan Cuma karena tidak kelihatan atau kenapa
yang membuatku tidak mengerti, saya kadang bingung apa yang harus dikerjakan,
saya sengaja meminta bantuan sekali ke Ali Iqbal untuk menulis apa yang
tertulis di papan tulis yang kurang jelas itu. Dan akhirnya saya langsung
memulainya sebelum sejam lagi kelasnya kelar. Sudah agak lama kita latihan,
Cuma latihan saja dan tidak dikumpulkan seperti yang sudah saya tanya ke Adi Permana yang barusan lewat di depan
saya sekaligus mengganggu pekerjaan Ali
Iqbal dan Johan Gunawan yang
duduk di depan juga bersama Eka Saputra
dan Muhammad Hanim Siregar, kemudian
sengaja menceloteh ke arah Anis Fitriyah
dan Disya Rizky Anindya sehingga
membuat Disya marah saat diganggu oleh Adi. Saat saya lagi mengerjakan dan
belum bisa dicompile benar karena ada kesalahan kecil, Adi lagi- lagi main
iseng di hadapan Ali Iqbal sampai dipukuli olehnya dan saya langsung tertawa
kecil mendengar kelucuan. Bu Eva, dosen itu tidak memperhatikan apa yang sedang
kami kerjakan, dia mondar- mandir mengecek pekerjaan beberapa teman TI yang
belum bisa dicompile, saya juga sengaja meminta bantuan Adi beserta Ali Iqbal
untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir bagaimana karena tidak bisa dicompile.
Tak lama kemudian, praktikum milik Ali Iqbal sudah selesai saat dibantu oleh
Chandra dan Adi langsung berpindah dengan buru- buru ke belakang karena Bu Eva
dengan sebagai monitoringnya mendekati ke titik di mana saya dan Ali Iqbal lagi
mengerjakan praktikumnya dan dia menghampiri ke arah saya dan bertanya,
‘Gimana, vant? Sudah bisa atau belum?’ (Sambil memperhatikan apa yang sedang
saya kerjakan) Saya sudah mengerjakan hanya separuh karena belum ada yang
ngerti dan saya langsung men-compile hasilnya di depan dosen, namun tidak bisa
dicompile.. ‘Kalau tidak bisa dicompile berarti ada kesalahan kecil di mana
yang dikerjakan itu..... ‘ Begitu Bu Eva menerangkan keras di dekat telingaku
namun saya tidak tahu apa yang dibicarakan karena tetap fokus ke arah komputer,
sedangkan yang bisa melihat dari belakang kami itu, Ali Iqbal yang duduk di
sebelahku dan Adi Permana yang ikut- ikutan melihat karena ingin iseng lagi
dengan Iqbal bersama Johan. 10 menit kemudian setelah diperbaiki oleh dosennya
akhirnya bisa dicompile juga dan saya meneruskan latihannya sampai jam pulang.
Tiba- tiba waktunya habis di lab, ada yang ribut- ribut di belakang yang baru
kelar mengerjakannya namun saya tidak tahu mereka sudah benar- benar selesai
apa belum, malah langsung buru- buru pulang terutama teman- teman cowok dekat Davis Santoso dan Lisa Melyani, disusul lagi oleh Melvina Yosephine dan Maria
Tysna Danielle dan terakhir oleh teman- teman cowok TI. Saya jadi
keliyengan saat mengerjakan beberapa bagian terakhir itu selesai, lalu compile
eh, programmnya tidak bisa berjalan dengan baik, yang tertulis di program itu
setelah dicompile ‘Application is not Responding. ‘
yang cukup mengejutkan bagiku saat ada Dhanang
Fabiananda dan Pradita Chandra
Kurniawan memperhatikan apa yang sedang saya lakukan tidak bisa bekerja.
Dan mereka mencoba membantu sedikit di depan saya ketika Ali Iqbal buru- buru
pulang mengikuti Adi Permana dan Johan Gunawan meninggalkanku. Dibantu oleh
Chandra dan Dhanang beberapa kalinya, hasilnya tetap sama dan Chandra sengaja
memanggil Singgih Lomempow yang baru
lewat di depannya dengan menenteng tas ranselnya ikut memperhatikan apa yang
dicompilenya, lalu dia membantu membetulkan kerjaan saya dan akhirnya bisa
bekerja dengan baik setelah dicompile. ‘Terima kasih yaa singg... ‘ (dengan perasaan
senang) Setelah 10 menit berada di lab, Bu Eva keluar dengan buru- burunya dan
teman- teman cewek ikut menyusulnya dengan pusing kepalanya dan terakhir saya
bersama mereka yang berbaik hati membantu praktikum ini bersiap pulang. Saat
keluar dari lab, saya teringat kalau hari ini ada pelatihan lab bagi Beasiswa
yang sudah diberitahu oleh Bu Eva hari Rabu kemarin dan saya langsung mencari
Isna Oktaviani dan Qory Andrianni di mana mereka perginya. Dan saya akhirnya
menemukan mereka yang ada di perpustakaan, lagi membicarakan tentang pelatihan
lab dengan Eka Saputra yang kebingungan itu, sedangkan Double Ali (sebutan
untuk Ali Furqon dan Ali Iqbal) tidak tahu ke mana perginya. Saat saya bertemu
mereka bertiga di perpustakaan, di mana Isna hendak menitipkan tas ke loket dan
Qory lagi bbm-an dan saya bingung mau ngapain di sini dan mulai teringat lagi
kalau mau ketemu sama kakak Senior yang ingin saya temui, Ka Iind Desmita
Nathalia dan Ci Vrisca Fau namun saya belum lihat keberadaan mereka sekarang di
mana, lalu saya mencoba BBM-an dengan Ka Iind ada di mana sekarang, ‘Kaa, kamu
di manaa? Mau ketemu nih aku sama kamu..’ sinyalnya buruk di perpustakaan jadi
pendingnya lama dan aku langsung nge-PING ke dia 2x akhirnya ke-delivered juga,
tak lama kemudian dibalas juga oleh dia, ‘Iyaa chris, aku lagi di ruang diskusi
di perpustakaan ini. Kenapa? Ke sini dong.’ BB-ku berdering kembali dan kubuka
bbm chat dari dia lagi, ‘Oh ngapain di situ? Ngerjain tugas lagi ya ka?’ lalu
dibalas olehnya, ‘Iya, lagi ngerjain tugas sekaligus nungguin si Ika nyelesaiin
tugas ini. ‘ Chat BBM balasan darinya kubuka lagi dan belum saya balas karena
sudah tahu dia ada di mana sekarang setelah pernah melihat mereka pada hari
Rabu minggu lalu. Saya langsung meminta tolong kepada Isna untuk menitipkan tas
saya bersama dengan Qory juga ke loket milik Isna supaya tidak repot kalau bawa
tasnya ke lab buat pelatihan lab nanti. Setelah menitipkan itu, kami sengaja
masuk ke dalam perpustakaan demi menunggu jam pelatihan labnya dan meninggalkan
Eka Saputra seorang diri di bangku berwarna oranye itu. Saya masuk ke dalam dan
tanpa merasa bingung mau ngapain, saat ditemani oleh mereka berdua itu ke dalam
ruang santai samping ruang diskusi itu. Begitu masuk ke dalamnya, mereka ada di
pojokan kiri tampaknya lagi ngobrol dengan teman- teman cowok baik ci Vrisca
yang tidak saya kenal. Isna dan Qory mengikutiku namun tidak sampai ke arah
mereka, malah duduk di bangku santai warna hitam itu sambil BBM-an dan Eka
Saputra datang menyusul kami dengan gaya lucunya adalah mendengar musik sambil
membaca buku sendirian di jarak jauh dari mereka itu. Tiba- tiba Isna memanggil
saya ketika saya ada di tempat Ka Iind dan Ci Vrisca untuk ngobrol sebentar
sambil menunggu kelasnya. ‘Ci, aku dan Qory mau shalat sebentar. Nanti bbm aku
ya kalau Bu Eva sudah datang..’ dan saya menjawab, ‘Okay dehh na..’ (dengan
mengacungkan jari jempolnya) Kemudian mereka pergi meninggalkan aku dan Eka
Saputra di tempat ini..... ‘Kamu ngapain di sini?’ Ka Iind bertanya saat saya
berada di depan mereka, ‘Lagi nunggu pelatihan lab kak. Sama mereka itu.‘ Ka
Iind hanya menjawab ‘Oh’ setelah saya menjawab pertanyaannya dan bertanya lagi,
‘Jam berapa emang?’ Saya memberi isyarat berupa angka di depannya sambil
menjawab, ‘Jam setengah 5...’ Ka Iind bertanya, ‘Terus sampai jam berapa?’ dan
saya menjawab lagi tanpa pakai isyarat lagi, ‘Sampai jem 6an sih kak... ‘ ‘Oh,
kok lama amat ya? Buat apaan pelatihan lab Chris?’ Ngobrol sambil bertanya-
tanya berlanjut di mana keributan teman- teman cowok baik ci Vrisca yang lagi
mengerjakan tugas, saya tetap mengobrol dengan Ka Iind dan Ci Vrisca tanpa
menyadari kalau sudah agak lama kami menunggu padahal jamnya sudah menunjukkan
pukul 17.00 yang saya lihat di jam tanganku. ‘Kok belum datang ya, hmm..’
(dengan perasaan kuatir dan bingung) Menunggu Isna dan Qory selesai shalat
terasa agak lama dari jam 16.00 sebelumnya dan mereka kembali sejam kemudian
dan menunggu di bangku yang tadi setelah BBM dengan saya kalau dosennya sudah
datang apa belum. Tanpa disadari Bu Eva masuk ke dalam perpustakaan dan bertemu
dengan Qory dan Isna yang lagi BBM-an, yang membuatku kaget ketika melihat
kedatangannya, ‘Dia tau dari mana kalau kita di sini....?’ (dengan kebingungan)
Bu Eva sibuk bertanya kepada Qory, ‘Kalian ngapain di sini? Aku pikir kalian
sudah ke dalam, ke mana yang lainnya? Nanti kumpul di ruang AL501 seperti biasa
yaaa..’ Lalu ada yang menjawab saat saya memperhatikan apa yang dibicarakan di
antara Isna dan Qory di depannya, sedangkan Eka Saputra masih sibuk dengan
headsetnya dan baca buku. Saya bangkit setelah pamit ke Ka Iind dan Ci Vrisca
dan berjalan ke arah mereka, kemudian kami bersiap- siap ke Lab setelah
dosennya berjalan keluar dari perpustakaan karena mencari sisa teman- teman TI
dan SI yang belum kelihatan batang hidungnya. Kami berempat keluar dari
perpustakaan tanpa membawa tas, berjalan kaki ke arah Lab yang hampir gelap
tempatnya. Masuk ke dalam dan duduk bertiga di depan, tanpa menunggu teman-
teman yang lain menyusul ke Lab sudah ada beberapa teman dari jurusan Sistem
Informasi yang tidak saya kenal datang secara bersamaan, disusul pula oleh
Double Ali dan Grady Askarika. Saat saya duduk bersama Isna dan Qory,
menyalakan komputer eh, tiba- tiba komputernya rusak dan tidak mau jalan dengan
baik dan saya terpaksa pindah tempat ke baris kedua di sebelah kanan, duduk
sendirian. Tidak terlalu ramai di Lab karena hanya diperuntukkan pada yang
mendapat Beasiswa diperkenankan ikut pelatihan Lab buat persiapan Tahun Ajaran
baru ke depan nanti. Saat Bu Eva baru selesai memberi pengarahan tentang tujuan
ini, kami diberi soal latihan tes mengetik selama 1 jam, ‘Kalian sudah pernah
belajar mengetik kan? Coba kalian ditest mengetik cepat dalam 1 jam ini.. ‘
Begitu dia menjelaskan sambil menunjukkan kertas berisi bacaan yang lumayan
sedikit isinya. Dibagikan kepada kami, terutama ke saya jadi langsung semangat
dalam memulai mengerjakannya. Walaupun ada banyak format- format pengerjaan
yang tertera di bacaan itu, saya jadi langsung mengerti dan tidak menyadari
kalau ada yang bilang bahwa mengetiknya secara bebas dan yang penting harus
rapi. Saya jadi kebingungan saat melihat ke teman sebelah, Gabriella Ratna
Putri, yang hampir selesai dengan pengetikannya. Untungnya, saya sudah selesai
mengetik walaupun belum satu jam pun sudah ada yang langsung mengumpulkan hasil
tes pertama di Lab terutama pada Ali Furqon kemudian Ali Iqbal berikutnya Kevin
Niasta, saya belum bilang apa- apa ketika Bu Eva memberitahu tentang hasil
pengerjaan saya yang sudah bagus itu, lalu keluar dari Lab sebentar. Mereka
sibuk mengembalikan kertas itu dan menandatangani absensi Pelatihan Lab di
kertas HVSnya, dosennya belum kembali dan menunggu sambil memperhatikan satu
sama lain teman- teman yang masih membetulkan pengerjaan sebelum men-Save itu
ke Flashdisk milik Bu Eva. Saya belum terakhir yang mengumpulkan kertas dan
tanda tangan absensi setelah menyelesaikan latihan itu dan melihat sebentar
milik Gaby, walaupun sudah tahu kalau formatnya bebas dan saya kembali mengecek
dan mengubah format tulisan dan yang lainnya, di samping saya itu, Qory
Andrianni yang sudah selesai dengan latihannya tiba- tiba menghampiri di mejaku
dan bersamaan dengan Ali Iqbal juga agar bisa melihat apa saya sudah selesai,
saya seakan- akan bertanya pada Qory untuk membantu sekali sebelum hendak harus
mengumpulkan kertas dan tanda tangannya. 10 menit kemudian, saya lari kecil ke
meja dosen, mengembalikan kertasnya lalu tanda tangan. Bu Eva yang telah lama
keluar kelas pun kembali lagi dengan buru- burunya, kami langsung kembali ke
tempat duduk dan menunggu penjelasan berikut darinya sebelum hendak pulang. 5
menit hanya penjelasan dari Bu Eva bahwa minggu depan masih ada Pelatihan Lab
sebagai peringatan sekali untuk kami yang sudah hadir di pertemuan pertama,
kemudian dia bersiap- siap dengan kertas yang sudah ditandatangani sama kertas
soal latihan itu dan keluar dari Lab, kami yang sudah menyelesaikan pertemuan
pertama di Lab ikut pulang juga. Keluar dari Lab, langit pada sore hari
menjelang malam sudah agak gelap dan cukup mengerikan padahal lampu- lampunya
sudah dinyalakan di satu lantai ini tapi
tetap terlihat agak mengerikan maka saya buru- buru pulang setelah mengambil
tas dari loketnya tanpa menyadari Ka Iind dan Ci Vrisca Fau masih ada di dalam
atau sudah pulang. Begitu keluar yang paling saya lihat pada pertama kali di
kampus ini sudah agak gelap gulita di luar, sepi pula di kampus dan saya cepat-
cepat miscall maupun sms untuk minta dijemput walaupun masih ada 2 orang satpam
yang jaga- jaga di depan kampus. 10 menit langitnya sudah hampir menghitam dan
saya belum bisa melihat dengan jelas tiba- tiba ada sinar motor keluar dari
gerbang kampus, saya tidak mengetahui siapa mereka. Ternyata Ka Iind dan Ci
Vrisca Fau dengan motornya yang hendak bersiap pulang, yang cukup mengejutkan
bagiku saat melihat penampakan mereka. ‘Chris, belum dijemput? Mau aku antar
pulang ga? Naik motor ini...’ Ka Iind bertanya saat saya sibuk dengan BBm-nya,
Ci Vrisca menanyakan pertanyaan yang sama dengannya, dia turun dari motor dan
menawarkan saya untuk naik ke situ dan saya menolak dengan halus, ‘Ga perlu,
saya sudah minta dijemput kok dari tadi. Makasiiih.. ’ Ka Iind langsung nyengir
dan mencoba menggodaku sambil menunggu sampai saya dijemput.
Kembali lagi ke hari Senin awal bulan Oktober
seperti biasanya, namun ada sesuatu yang membuat kami satu kelas menjadi kuatir
sedikit. Apa yang sedang dikhawatirkan? Hari itu ada Quiz yang terakhir kali
sering dibicara- bicarakan lewat bbm chat grupnya kemarin malam, ada yang
nanyain, ‘Kawans, besok ada apa ya?’ itu yang ditanyakan oleh Yoshendi
Giovanni, terus saya tidak memperhatikan ada chatting baru dari beberapa teman
TI karena saya lagi sibuk, ‘Besok ada Quiz bu Evaaaaa Joes. ‘ Lisa Melyani
membantu menjawab, bersamaan dengan Disya dan Anis menjawab hal yang sama.
Hampir ada yang sengaja ngegalau di chat grup BBMnya karena membicarakan
tentang Quiz-nya, ‘Besok Quiz??? Yang benar saja? Belajar dari mana saja?’
Izhhar memulai kegalauannya di chat grupnya karena dia belum terlalu siap
dengan belajarnya, sama halnya juga dengan Mirza Al Faris, Rizky Natanael,
David Meibert dan Sebastian, yang cukup ramai di chatnya dan hampir saja BB
saya jadi ngehang. Walaupun saya tidak ikut- ikutan membalas chatnya karena
bingung apa yang harus saya jawab setelah melihat kegalauan teman- teman TI di
grup chatnya, yang cukup cetar membahana. Sudah 2 minggu kami bertemu dengan Bu
Eva dan di awal bulan Oktober sudah ada Quiz yang sudah dipersiapkan oleh Bu
Eva, kami di seisi kelas menjadi was- was saat menyiapkan selembar kertas dan
bolpen. ‘Sudah siap kalian? Saya akan memberi soal Quiz di pptnya. ‘ Begitu Bu
Eva menerangkan di hadapan kami yang hampir dengan kegalauan belajarnya dan
tidak tahu apa yang harus dipelajari dan cepat- cepat menutup bukunya. Quiz di
pertemuan 3, minggu terakhir dimulai dengan ada 2 soal dengan beberapa
pertanyaan A, B dan C, kami membaca satu- persatu soal quiznya tiba- tiba mulai
keliyengan saat mengerjakan soal pertanyaan sebelum hendak menjawab pertanyaan
Quiz tersebut. Terutama dengan saya yang lagi sibuk mengerjakan soal yang ada
di papan tulis tanpa harus meminjam punya teman sebelah saya, Isna Oktaviani,
satu- satunya mulai serius mengerjakannya. Setelah saya selesai menulis soal
Quiznya, saya mencoba menjawab pertanyaan tanpa basa- basi, sedangkan teman-
teman yang lain sibuk mengerjakan, ada yang sengaja menyontek jawaban milik
siapa tanpa minta diajarkan terlebih dahulu karena tidak ngerti, termasuk pada
Singgih Lomempow dan Hanim Siregar yang sudah dikerumuni oleh teman- teman
cowok yang hendak melihat jawaban terus nyalin. Tidak hanya mereka saja, ada
juga yang lain yang bertanya- tanya pada Isna Oktaviani yang duduk di depan,
serta Disya Rizky Anindya, Vicky Nurchmawati dan Rizky Natanael di belakangnya,
jadi bahan rebutan teman- teman cewek dan cowok. Saya hampir merasa terganggu
saat mengerjakan jawaban, tanpa sengaja saya juga ikut melihat jawaban yang dikerjakan
oleh Isna di sebelahku. Dan dia ikut melihat jawaban saya dan merasa bingung
karena jawabannya berbeda dengan miliknya, saya tidak menyadari saat membaca
jawaban soal no.1 bagian a yang belum saya ketahui adalah cara pengerjaan saya
ada kesalahan. ‘Oh ya, itu pake Pseudocode ya na? Bukan pakai cara tertulis?’
Saya langsung bertanya kepadanya dengan perasaan was- was, ‘Iya, pake
pseudocode yang pake coding sederhana, bukan pakai cara tertulis. ‘ Alhasilnya,
saya jadi kewalahan sedikit walaupun belum selesai secara keseluruhan dan hanya
setengah jawaban dan saya menghapus bagian yang salah kemudian memperbaikinya.
Sudah agak lama kami mengerjakannya sampai ribut di seisi kelas, dosen, Bu Eva
sibuk keluar kelas dan tak lama kemudian ada yang datang telat, mereka itu Dewi
Kurnia Anggraeni, Adinda Indra Pebrianto, Izhhar Fauzan dan Mirza Al Faris yang
dengan buru- buru masuk kelas tanpa sepengetahuan dosen. Ketelatan Dewi yang
cukup mengejutkan saat dia duduk di sebelah saya dan mulai mengerjakan soal Quiznya
dengan terburu- burunya karena takut waktu 90 menitnya habis. Saya ada salah
jawabannya sudah diperbaiki dan melanjutkan mengerjakan jawabannya, walaupun
sudah setengah jawaban yang dikerjakan dan masih bisa lihat jawaban ke teman
sebelah saat saya mendengar keributan dari beberapa teman TI cewek yang duduk
di belakang yang sibuk melihat jawaban punya teman terus dikerjakan sebagaimana
caranya. Dan Dewi yang duduk di sebelah saya, yang masih terburu- buru
mengerjakan jawaban Quiz tanpa merasa terganggu tiba – tiba ikut menoleh ke
samping di mana saya masih mengerjakan jawaban dengan sedikit pasrah, ‘Eh dewi,
sudah selesai? Bisa ga?’ saya menoleh ke arah Dewi yang tengah memperhatikan
jawaban Quiznya. Lalu dia menjawab sambil menggaruk kepala dengan pensilnya
sembari memperhatikan lembar jawaban di kertas dengan sedikit tertawa, ‘Ga tau
deh aku, pusiingg.. Kalau kamu gimana? Sudah selesai?‘ Saya menjawab hal yang
sama dengan Dewi, ‘Aku juga bingung, belum yakin jawaban ini benar apa ga.
Hehe. ‘ Waktu mengerjakan Quiz Algoritma hampir habis, Isna yang tengah selesai
dalam mengerjakan jawabannya, Singgih Lomempow dengan gesitnya dalam
mengerjakan jawaban Quiznya, langsung mengumpulkannya di depan Bu Eva yang
sibuk mengecek kerjaan di depan laptopnya, terlonjak kaget sedikit saat
kertasnya diletakkan di samping buku absensi itu dan langsung melihat jawaban
miliknya dengan cermat. Diikuti pula oleh Hanim Siregar kemudian Isna Oktaviani
dengan lari kecilnya di hadapan dosen, menyerahkan jawaban untuk minta diperiksa.
‘Oke na, tunggu sebentar ya. Kumpul di sini saja. ‘ Begitu dosen menerangkan di
depan Isna yang masih berdiri di samping dengan harapan untuk minta diperiksa,
saya dari kejauhan memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan, demikian pula
juga bersama Dewi Kurnia yang tengah menoleh ke belakang, ngobrol kecil dengan
Nurul Endah Amelia yang baru saja selesai mengerjakan Quiznya. Saya sudah
selesai dengan jawaban Quiz, saya seperti berharap- harap bisa mendapat hasil
yang lebih baik untuk jawaban benar walaupun saya masih belum mengerti. Waktu
90 menit untuk Quiz pertama di pertemuan ke-3 habis, semua teman TI berhamburan
mengumpulkan jawaban Quiz tersebut kemudian istirahat 15 menit sebelum materi
berikut yang akan dipelajari. Kami istirahat sebentar, makan kecil dan kamar
kecil karena tidak tahan akan AC-nya dan dosennya yang tengah membereskan
kertas- kertas jawaban teman- teman TI lalu memeriksa satu- persatu yang
dimulai dari Singgih. Saat saya mengumpulkan jawaban di kertasnya di depan
dosen yang sibuk menilai hasil Quiz yang hampir sama kayak di sekolah, yang
saya perhatikan. Ada nilai 100 di kertas
jawaban pertama yang dikumpul itu, ‘Aah, punya Singgih ternyata...’ (dengan
sedikit kaget karena tahu bahwa dia lebih duluan cepat menyelesaikan setiap soal)
Sambil memperhatikan jawaban miliknya, secara keseluruhan, tiba- tiba
dikejutkan oleh Lisa datang telat mengumpulkan kertas jawaban terakhir dengan
wajah pucat sedikit di depan dosen yang sibuk mengecek jawaban milik Isna di
sampingnya. Saya sengaja menanyakannya kepadanya, ‘Bisa ga lis? Quiznya?’ Lisa
hanya mengangkat bahu dan menandakan bahwa dia tidak tahu gimana hasilnya.
Walaupun tidak ada komentar apapun, saya kembali ke tempat bangkunya dan ke
toilet sebentar buat menghilangkan rasa penat setelah 1 ½ jam mengerjakan Quiz
yang lumayan susah itu. Istirahat 15 menit habis, dosen hanya bisa keluar kelas
±10 menit setelah selesai memeriksa jawaban Quiz milik Isna ada kesalahan yang
lumayan banyak sambil memberi penjelasan untuk jawaban benar. Saya kembali ke
tempat duduknya, menunggu sekaligus relaks otak sebentar, teman- teman TI
termasuk Lisa dan yang lainnya baru saja kembali dari kantin dengan menenteng
tas ransel terus, sedangkan teman- teman TI ada yang sibuk makan roti, kue
kecil jajanan di kantin, ada yang lagi main laptop walaupun tidak banyak yang
bawa laptop karena masih permulaan kecuali Singgih Lomempow, yang hampir mulai
dengan aktingnya membuka laptop terus membaca cerita di situ sambil mendengar
lagu dengan headsetnya tanpa merasa terganggu oleh teman- teman sekelilingnya.
Setelah istirahatnya selesai, kami kembali dengan materi barunya di pertemuan
ke-3, kelas yang semula galau karena kuis berubah menjadi diam dan sunyi tanpa
suara saat Bu Eva dalam 1 jam kemudian menjelaskan materi barunya tentang
operasi- operasi pengerjaan Algoritma ditambah pula dengan latihan soal di
papan tulis. Kelas mata kuliah pertemuan ke-3 yang sangat lama dan agak
melelahkan akhirnya selesai, kami pun bubar satu- persatu keluar dari kelasnya
untuk istirahat sebelum kelas berikutnya.
Hari Kamis awal bulan Oktober, seperti biasanya
saya baru selesai MP tanpa Juwita dan Maria karena belum ada kabar dari mereka
berdua sedikitpun dan saya jadi sendirian saat mengikuti MP bersama FIRE’s. Ada
sms masuk dari Juwita di mana saat saya lagi dalam pembacaan Alkitab di MP,
‘Kamu ada di mana? Aku sudah di kampus....’ saya membalas smsnya secara
singkat, ’Lg MP aku nih juu, km di mana? Masuk aja.. Di ruang AR310.’ Dan
dibalas oleh Juwita, ‘Ooo, ga ah..Uda telat nih. Ga enak aku klo msuk ke situ.
‘ sms dengannya hanya sebentar sekali sambil mendengar sharing dari Kak Andri
Zefanya hingga selesai MP.. Begitu saya keluar, saya sms lagi ke Juwita
sekarang ada di mana, lalu saya ke lantai 4 bersama Kak Andri untuk
mengembalikan gitarnya setelah berpisah dengan Edwin Surya Pratama, Zefanya
Yessica, Glenn Ronadi, Erni Yesie dan Sarah Yuli yang harus ke kelas jam 8.20
dan naik lagi ke lantai 5 bersamanya, lalu berpisah dengannya saya mencari di
mana Juwita itu berada. Akhirnya saya menemukannya, dia duduk sendirian di
pojokan dekat jendela. Setelah bertemu dengannya, saya menyapanya dan ngobrol
sebentar sambil menunggu kelas Lab Bu Eva yang sudah diganti jadwalnya dari
minggu lalu sebelumnya supaya tidak ribet untuk datang. Bersamanya menunggu,
sudah ada beberapa teman Cewek TI, Disya Rizky Anindya, Nurul Endah Amelia dan
Anis Fitriyah duduk di lantai terpisah dari kami berdua, sedangkan Isna
Oktavian hanya sibuk mondar- mandir bersama Windy Nurbani dan teman- teman
cowok TI belum kelihatan dari tadi pagi. Kami duduk di dekat jendela, ngobrol
berdua, tanpa sadar ada Kak Andri muncul dari kejauhan, hendak ke toilet, dia
nyamperin ke arah Juwita, ‘Eh, kamu ga MP kenapa?’ (sambil ngoceh sedikit)
Juwita dengan perasaan malu, ‘Iya, telat abis tadi pagi.. Maaf ya kak. ‘
(sambil tersipu malu dengan menutup mulut, tertawa kecil) Sudah sekitar 8.40
kami menunggu hingga mulai merasa kegerahan dan panas, ‘Juu, ke perpus aja
yuukk.. Kepanasan nih aku. ‘ Juwita langsung
mengiyakan dan memutuskan menemaniku ke perpustakaan. Akhirnya kami baru bisa
merasakan kelegaan setelah jalan kaki secara cepat ke situ dan tidak menyadari
juga untuk kedua kalinya ada Dicken
Kusuma Putra yang lagi duduk di pojokan kanan dekat jendela sambil browsing
dengan laptopnya bersama dengan Richart
Junius juga melakukan hal yang sama. Kami kebingungan mau duduk di mana dan
kami akhirnya memutuskan duduk di pojokan jauh dari mereka berdua dekat jendela
juga walaupun sudah kena sinar matahari setengah dan panas sedikit. Duduk bersamanya,
bbm-an dan sms-an serta mengecek status bbmnya, saya hanya bisa celingak-
celinguk setelah teringat kalau ada Kak Andri yang baru ada di perpustakaan,
saya tidak tahu dia ngapain. Karena Juwita sibuk dengan Bbnya, saya titip tasku
ke dia dan pergi menemui Kak Andri di mana dia lagi browsing dengan laptop yang
dibawanya dan saya bertanya padanya tanpa basa- basi, ‘Lagi ngapain?’ Lalu dia
menjawab, ‘Lagi liat komik ini. ‘ Tidak ada rasa yakin untuk bisa mengganggu
dia karena dia lagi tidak ada kerjaan setelah itu, saya mencoba mau ngobrol
dengannya walaupun perasaanku jadi tidak enak. Hanya sebentar sekali ngobrol
dengannya, sebentar- sebentar lihat jam yang tinggal 5 menit lagi sebelum
dosennya datang dan tidak enak pula jika Juwita masih menunggu sendirian di
sana. Setelah pamit padanya yang belum mau kembali ke kelasnya, saya langsung
lari ke tempat yang tadi dan bersiap untuk kelasnya walaupun dosennya masih
belum datang- datang juga padahal jamnya sudah menunjukkan pukul sembilan
lebih. Teman- teman TI yang baru nyampai menjadi bingung dan pucat, ‘Dosennya
sudah masuk apa belum?’ termasuk pula dengan chat grup di bb saya muncul itu,
tidak salah lagi dari David Meibert itu dan ada lagi chat dari Ali Furqon,
‘Dosennya masuk kan?’ Hampir sebagian teman TI jadi galau tentang dosen
Praktikum Lab saat ini, padahal hari Senin yang lalu dia tidak masuk karena
sakit dan sekarang belum jelas kabarnya bagaimana, kami menunggu dan menunggu
sambil ngobrol satu sama lain. Saya juga setelah bertemu dengan Lisa Melyani
yang baru sampai di kampus dan lagi duduk bersama Davis Santoso dan yang
lainnya di pojokan serong kanan dekat Lab. Bersamaan dengan jam sembilan lebih
lima belas menit kami menunggu yang sangat lama itu, akhirnya dosen dengan
penampilan formal lagi sambil menenteng buku absensi beserta alat tulisnya naik
dari elevatornya menuju ke arah Lab namun masih terkunci, dia kembali mencari
keberadaan satpam ke mana perginya sedangkan kami di tengah- tengah langsung
berambisi seperti hendak merebut di depan Lab yang masih terkunci itu, terutama
pada Dewi Kurnia Anggraeni yang membuat Disya dan Anis menjadi bingung ketika
melihat tingkahnya. Setelah satpam yang baik hati itu membuka pintu masuk Lab,
timbullah keributan mereka masuk ke dalam seraya mengeluarkan suara berisik,
saya mengikuti mereka dengan berdesak- desakan di depan pintu Lab seperti
terdorong- dorong oleh beberapa teman. Dan diakhiri oleh dosennya dan pintunya
ditutup kembali tanpa dikunci karena belum lagi ada beberapa teman TI yang
hadir, walaupun jadwalnya sudah berubah. Adi Permana, teman sebangku saya yang
pernah saya kenal pada hari pertama di hari kuliah pun kembali lagi duduk di
sebelahku, setelah Ali Iqbal dengan gaya nakalnya sengaja memindahkan tas
miliknya ke depan dan saya jadi kebingungan melihat kelakuannya. Tak lama
kemudian, Bu Eva memulai latihan praktikum lagi dengan materi lain yang berbeda
dan cukup sulit dari yang sebelumnya, kami saat mengerjakan praktikum dengan
perasaan gelisah sampai sakit kepala, terutama yang duduk di belakang ada yang
merasa resah, ada juga sengaja main BB dan tidak peduli akan praktikumnya,
bahkan juga ada yang bertanya ke dosennya yang sibuk mondar- mandir memonitori
pekerjaan kami. Saya juga saat hampir gelisah sedikit karena tidak jelas di
depan LCD proyektor yang agak gelap ditutupi oleh sinarnya, maka saya sengaja
melihat pekerjaan milik Adi di sebelahku, yang juga meminta bantuan kepada
Johan Gunawan dengan kesibukan melihat pekerjaan punya Eka Saputra yang
kelihatannya bingung dan stres saat mengerjakan praktikum, sampai minta dikasih
lihat ke Bu Eva dari depannya. Dosen membantu pekerjaan Eka kemudian melihat
lagi pekerjaan punya Muhammad Hanim Siregar, lalu kembali ke belakang mencari
suara panggilan beberapa teman yang masih kesulitan dalam mengerjakan
praktikumnya. Sesibuk apapun kami kerjakan selama di Lab, dosen juga sibuk
dalam memonitori pekerjaan kemudian menjelaskan kembali latihannya yang belum
selesai karena ada beberapa teman masih tidak mengerti caranya, hanya ada
beberapa teman sudah men-compile terus ada yang salah saking minta bantuan
teman sebelah untuk memperbaiki sambil melanjutkan pekerjaan hingga selesai.
Pada jam 12 tepat, Lab praktikumnya selesai dengan baik setelah dosen keluar
menyusul teman- teman TI yang mulai ributnya saat keluar kelas. Dan kemudian
saya terakhir keluar kelas menyusul Juwita dan 4 orang teman TI nya untuk makan
siang sebelum kelas Web Programming yang diajarkan Pak Wawo.
Setelah waktu berjalan dengan cepatnya, kembali ke
pertemuan ke-4 dengan Bu Eva seperti biasanya sebelum mendekati dengan UTS,
hanya tinggal 2 pertemuan terakhir. Di lantai 4 setelah MP bersama Juwita dan
Maria, kami hampir telat masuk kelas saat melihat dosen dengan pakaian
formalnya, memegang alat tulis dan buku absensi yang cukup mengejutkan bagiku
dan langsung lari kecil di depannya setelah teman- teman TI yang baru sampai
dengan telat sedikit langsung mengikuti dan masuk kelas AR411. Dengan buru-
burunya tanpa merasa takut dimarahin, saya masuk kelas lalu mencari tempat
duduk terdepan lagi dan pas sekali saya duduk, di sebelahku itu Isna Oktaviani
dan di sebelah kanan, Dyah Maharani Rahmadi. Materi lanjutan dari pertemuan
ke-3 untuk pertemuan ke-4 dimulai tentang Aritmetika, kami sudah siap dengan
posisi masing- masingnya, serius memperhatikan penjelasan dosen satu- satunya.
30 menit berlalu, akhir pertemuan ke-3 selesai dan ditutup dengan latihan soal
mandiri. Tidak ada yang merasa keliyengan, tenang- tenang saja, tak terkecuali
dengan saya hanya bisa meminjam soal punya Isna yang sudah mencatat cepat pada
sebelumnya, langsung ngobrol dengan 2 orang teman yang duduk di belakangnya,
Windy dan Dear. Dikasih 3 soal latihan, belum ada yang mengerti sedikitpun oleh
beberapa teman TI, malahan ada yang sengaja mencontek punya Singgih yang sering
saya lihat ke arah samping. Namun saya tidak mau memikirkannya, kembali
melanjutkan menjawab pertanyaan tersebut sambil berpikir. Keributan di kelas
mulai terjadi karena istirahat 15 menit dimulai, saya memutuskan tidak keluar
kelas untuk sementara setelah habis dari kamar mandinya dan tetap melanjutkan
mengerjakannya, ‘Aaaaa... Gimana ya?’ pikir saya di dalam hati (sambil memegang
daguku dengan kedua jari) Saat Isna yang semula habis dari toilet, malah jalan
bersama Dear dan Windy ke kantin untuk jajan terus duduk di kursi dengan meja
melingkar itu yang berada jauh dari kelasnya. Sedangkan Lisa juga keluar
bersama teman- teman cowok TI seperti biasanya mau ke kantin, hanya duduk dan
makan sebentar. Saya sendirian di kelas, masih ada Singgih yang sibuk membaca cerita
yang berbahasa Inggris di laptopnya sambil mendengarkan lagu dengan headsetnya
dan di belakangnya ada keributan beberapa teman dari Tim Hore- Hore yang lagi
main game di laptop, termasuk Dicken Putra Kusuma juga lagi main game, tidak
peduli dengan soal latihan yang harus dikerjakan. Saya jadi terheran- heran
saat melihat apa yang sedang mereka lakukan, saya tidak menggubrisnya dan
melanjutkannya namun belum satupun saya bisa. Tak lama kemudian waktu
istirahatnya habis, semua kembali ke kelasnya setelah dosennya masuk. Tiba-
tiba ada 3 orang teman dipanggil satu- persatu oleh Bu Eva untuk maju ke depan
buat menjawab soal latihan yang tadi. Mereka itu Yoshendi Giovanni, David
Meibert dan Melvina Yosephine. Saat saya mendengar dosen menanyakan kepada
David, ‘Kamu mengerjakan nomor berapa?’ (sambil memeriksa nama di buku
absensinya) lalu David menjawab sambil menunjukkan angkanya dengan teriak keras,
‘DUA.....’ teriakannya cukup terdengar di seisi kelas, dia kembali
mengerjakannya di papan tulis. Setelah mereka selesai dengan satu- persatu
untuk jawaban soal latihan dan diperiksa oleh Bu Eva, saya menunggu sampai ada
Isna atau Dyah mencatat jawaban yang di papan tulis karena tidak kelihatan
dengan jelas dari kejauhan. Latihan di pertemuan ke-3 selesai dan dosen sibuk
meng-close materinya, kami menyangka sudah selesai eh...........masih ada
materi pertemuan ke-4. Kami jadi terbengong- bengong dan kembali pusing saat
melihat materi barunya. Ada yang tertawa kecil, ada yang ngoceh dan ada yang
diam. Dosen tidak peduli akan apa yang kami rasakan saat bertemu materi baru,
langsung menjelaskan slide demi slide sambil mencoret- coret kalimat dengan
menuliskan operasi pemrogramannya dan kami mencatat ringkasannya namun belum
semuanya, sudah ketinggalan sedikit bahkan ada yang berhenti sampai mana dan
kembali memperhatikan program Dev Cpp yang dikerjakan (dipraktikkan) olehnya
tentang soal latihan program yang diberikan di materi tadi. Ada yang mencatat
bahkan coret- coret karena takut ketinggalan bagian- bagiannya. Tak lama
kemudian dosen itu maju ke depan, mulai menjelaskan jawaban soal latihan nomor
dua karena ada yang belum mengerti. Begitu dia menjelaskan secara detail sambil
coret- coret di samping soal yang ditampilkan di layar LCD, kami memperhatikan
dengan seksama lalu mencatat bagian- bagiannya dan langsung mengerti sedikit.
‘Paham kan? Coba kerjakan soal nomor satu dan tiga yaaa... ‘ Dosen menyuruh
kami untuk menjawab lagi seperti yang diminta olehnya, mendengar perkataannya
ada yang menyimak dan ada yang diam tidak mendengarkan. ‘Sret...sreettt.....’
suara beberapa teman TI yang lagi sibuk mengerjakan jawaban soal yang di papan
dan langsung berebutan sama teman yang di belakang atau di samping untuk
bertanya bagaimana caranya. Saya sendiri berapa kali meminjam catatan milik
Dyah dan Isna yang duduk di antara saya, lalu mengerjakan lagi nomor satu dan
tiga sebelum disuruh untuk maju ke depan. 15 – 25 menit kemudian, ada yang
sudah selesai dan menyerahkan jawabannya di depan Bu Eva yang kelihatan sibuk
mengetik project di Dev Cppnya, Ali Iqbal beserta Rizky Natanael sengaja mampir
di tempatnya dan bertanya. Secara bergantian mereka bertanya, disusul pula oleh
beberapa teman TI yang lainnya dan waktu pengerjaannya belum selesai tiba- tiba
mereka dimintain maju ke depan, Ali Iqbal dan Rizky Natanael. Mereka jadi panik
dan bingung. Ada yang tertawa kecil dari belakang dan saya hanya kaget sedikit
karena mendengar ada yang ribut. Setelah mereka selesai mengerjakan jawaban
nomor satu dan tiga lalu kembali ke tempat duduknya. Dosen yang tengah
memperhatikan sambil mengecek laptopnya, bangkit dari tempat duduknya,
memeriksa jawaban mereka tersebut. ‘Yaaa,, ini ada yang salah,
seharusnya........ ‘ (sambil mencoret bagian jawaban yang salah dan
menggantikan jawaban yang benar dan selesai) Kami memperhatikan gaya dosen
tersebut, kadang bingung, kadang mengerti dan langsung mencatat apa yang
dijelaskannya. Tak lama kemudian pertemuan ke-4 hampir selesai walaupun belum
sempat menjelaskan soal nomor empat, maka itu dijadikan tugas kedua lagi.
‘Untuk nomor empat dikerjakan di dev cpp ya, dikumpulkan minggu depan ya jangan
lupa. ‘ lagi – lagi dosen itu menjelaskan sambil memakai bahasa tubuh, lalu dia
berkata ‘Nanti kita ada kuliah pengganti tanggal 22 bulan ini ya sebelum UTS. ‘
Begitu dia menerangkan sambil melingkari tanggal yang ditulis sebelumnya supaya
tidak ada yang bentrok dengan jadwal lain, melihatnya cara pengajaran dia cukup
membuat kami jadi terkesan, walaupun belum ada yang merasa pusing atau
bagaimana, mereka langsung berberes buku dan mengeluarkan flashdisk untuk minta
softcopy materi yang di PPT karena disuruh olehnya. Saat saya melihat beberapa
teman mengerumuni ke tempat Bu Eva dan saya bertanya ke Isna, lalu dia memberi
isyarat kecil sambil berbicara pelan, ‘Itu minta materi Algoritma yang di PPT
buat dipelajari saja. Kalau kamu mau, minta saja sama dia ci. ‘ Saya langsung
mengangguk apa yang dimaksud olehnya dan segera mengambil flashdisk dari kotak
pensilku, berlari kecil ke tempatnya dan meminta dicopy. 10 menit kemudian,
banyak yang meminta sampai rempong dan dosen jadi kewalahan meng-copy satu-
persatu materinya. Istirahat dimulai setelah kebubaran kelas Algoritma
pertemuan ke-4.........
Pada hari kamis, setelah MP bersama Juwita, lagi-
lagi ada pengalaman yang serupa dengan minggu lalu di mana masih ada Kak Andri
yang kami temui di perpustakaan itu. Tiba- tiba ada feeling aneh yang saya
rasakan saat melihatnya, dia ada teman dekat itu adalah Kak Lukas sama Kak Kiki
yang lagi menunggu kedatangannya. Mereka masuk ke dalam perpustakaan, tepatnya
di ruang diskusi tertutup. Sedangkan kami berdua duduk di ruang baca sambil
ngobrol demi menunggu kelas Lab Praktikum Bu Eva itu. Ngobrol dengan dia sambil
bercandaan, tiba- tiba ada sms masuk dari Maria di hpnya Juwita, ‘Ju, kamu di
mana? Aku ada di perpus, duduk di lantai. ‘ lalu Juwita membalas smsnya, ‘Ada
di perpus sama Chris, karena bb aku lowbatt jadi dicash. ‘ tiba- tiba dia mulai
tertawa saat mendengar sms balasan dari Maria karena ada kata ‘Cash’ itu
memakai bahasa Akuntansi dan saya jadi ikut tertawa kecil. Lalu saya berdiri
karena hendak minum sebentar sekaligus memeriksa keadaan di luar, eh ada Eka
Saputra datang mengejutkan kami berdua. Dia datang menghampiri dan bertanya,
‘Lagi ngapain?’ (sambil menarik kursi dan duduk) ‘Iya, kami lagi ngobrol saja..
‘ Juwita menjawab saat dia mulai mengeluarkan headset dan dipasang ke kedua
telinganya dan membuka majalah yang diambil dari rak majalahnya, dia mulai
membaca setelah mendengar jawaban dari Juwita dan tidak menggubris sama sekali.
‘Tenang sekali dia membaca majalah seorang diri sama halnya yang terjadi pada
minggu- minggu sebelumnya. ‘ melihatnya dengan terheran- heran lalu pamit
sebentar di depan Juwita untuk keluar. Saat mendekati di depan loket, ada Maria
yang lagi duduk sendirian dan di belakangnya ada teman- teman Hore- hore yang
lagi browsing di laptopnya sambil ribut- ribut, sedangkan Dicken yang sudah lama
datang dan duduk di pojok kiri dekat saklar kabel dan mulai browsing tanpa mau
diganggu gugat. ‘Chris, tolong bilangin ke Juwita nanti ganti gw pulsa yang
tadi ya. Gw uda kirim pulsa ke dia. ‘ Mari setengah memanggilku saat saya
selesai minum. ‘Okee mar. Masuk aja ke dalam. ‘ Lalu dia menolak secara halus,
‘Ga usah... Di sini saja cukup... ‘ Sekembalinya saya ke tempat Juwita dan Eka,
saya memberitahukan hal itu ke dia apa yang dikasih tau oleh Maria. 10 menit
berlalu, jam tanganku menunjukkan pukul sembilan, kami bangkit lagi dari tempat
duduk dan bersiap- siap untuk lab, Eka yang masih sibuk membaca saat Juwita
memanggilnya untuk bersiap. Belum dijawab juga sama dia, fokus ke tulisan demi
tulisan di majalahnya dengan telinganya dalam keadaan tertutup oleh headsetnya.
Tiba- tiba dia melepas headsetnya, ‘Iya, sudah datang dia?’ Juwita menjawab,
‘Mungkin ka, aku ga tau..’ Eka berubah jadi diam seribu bahasa dan kembali
fokus ke majalahnya dan headsetnya mulai dipasang kembali. Kami keluar
meninggalkan Eka seorang diri di ruang baca, menengok ke arah kejauhan mulai
ada keributan kecil dari sebagian teman TI yang bersiap untuk keluar dari
perpus karena dosen, Bu Eva sudah datang saat dia barusan keluar dari liftnya
dengan buku absensi serta peralatan tulis di tangannya dan tas berisi laptop
ditenteng di bahunya. Tidak ada yang merasa heran atau kaget, kami langsung
berlari menyusulnya ke arah Lab. Dengan cepat kilat, bersama sebagian teman TI
yang lain yang baru bangkit dari lantainya mengikuti Bu Eva masuk ke Lab lalu
duduk di posisi masing- masing seperti biasanya pula saya duduk di samping
dengan Adi Permana itu. Setelah seisi kelas yang datang hanya sebagian, masih
ada yang belum hadir sedikitpun karena kelasnya dimulai jam 9, dosen langsung
menyalakan LCD proyektor dengan remote, lalu menuliskan sesuatu di papan tulis:
‘Praktek..... bla...bla... ‘ yang terbaca cukup jelas dari depan, saat saya
menyalakan komputer lab itu dan bertanya kepada Adi apa yang dijelaskan dia
tadi karena saya kurang mengerti. Saat dia menjelaskan apa yang diomongkan
olehnya adalah Quiz Praktikum lab, ‘Lihat saja, apa yang akan dikerjakan di
papan itu. ‘ Adi menunjukkan sesuatu di layar LCDnya agar saya tidak salah
nangkap karena tidak kelihatan sedikitpun. ‘Oh Quiz Praktikum lab ternyata....
Okelah, thanks ya Adi. ‘ saya mengangguk pelan dan memulai mengerjakan
praktikumnya. Hampir semua teman TI sibuk mengerjakan praktikumnya, ada yang
bingung dan tidak mengerti sampai sengaja melihat sedikit jawaban punya teman.
Apalagi saya juga sengaja melihat namun tidak secara keseluruhan karena ada
perbedaan coding pengerjaannya. Tiba- tiba Bu Eva turun dari mimbar setelah
menjelaskan secara detail di hadapan kami sambil menuliskan codingannya,
‘Gimana? Bisa kelihatan apa ga? Kalau tidak, saya akan tulis soal di kertas
saja. Kamu coba praktikin ini ya. ‘ saya langsung mengiyakan apa yang
ditunjukkannya lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas sama bolpen,
dia mulai menulis soal satu- persatu beserta codingan pengerjaannya. Setelah
dia selesai menuliskan soal- soalnya, Adi sengaja ikut melihat sebentar dari
sebelahku terus menoleh ke belakang dan samping seperti sedang meminta bantuan.
Sedangkan Johan masih bingung, Eka juga apalagi sampai ngegalau melihat jawaban
punya Hanim yang duduk di pojokan kiri, yang terdekat dengan tembok. Saya
mengerjakan apa yang telah dijelaskan olehnya, hampir saja selesai untuk harga-
harga yang akan ditulis sebelum hendak dicompile. Tiba- tiba mulai muncul
‘Program is not responding’ setelah akhir dicompile, saya mulai kesal sedikit
lalu meng-closenya dan mencari di mana kesalahannya. Waktu pengerjaan di Lab
hampir habis setelah sekian lama, dosen dengan kesibukan mengabsensi teman-
teman TI yang hadir berapa orang lalu meminta softcopy kuis yang tadi itu
dikumpulkan dengan mengirim lewat komputer Lab ke komputer dosennya. Ada
beberapa teman sudah selesai tugasnya, langsung mengirim ke dosen dan mampir ke
tempatnya untuk memeriksa apakah sudah masuk apa belum. Dan terakhir saya yang
masih kebingungan bagaimana caranya, lalu minta tolong ke Adi Permana untuk
memasukkan nomor pin komputer Lab sama memindahkan file praktikum itu lalu
mengirimnya. Beberapa menit kemudian kelasnya selesai dengan baik, saat
sebagian teman TI baru saja keluar kelas dengan buru- buru karena sudah capek
dan ada yang sakit kepala akibat Quiz tadi itu....
Pada hari Senin tanggal 15 Oktober, ketemu lagi di
pertemuan ke-5 yang sangat mencengangkan, tidak seperti biasanya termasuk saya
juga. Saat saya sampai di lantai 4 setelah MP bersama Juwita dan Maria, menuju
ke rombongan teman TI yang lagi sibuk memeriksa jawaban Akuntansi yang harus
dikumpul hari ini. Saya nyamperin ke Tantri Kusumastuti yang duduk di samping
Disya Rizky Anindya yang sibuk memeriksa Jawaban Akuntansi dengan perasaan
gelisah. ‘Hai tan, kemarin kamu sms aku tanya soal itu ya? Emang kamu dapat
fotokopi itu punya siapa?’ lalu Tantri menjawab, ‘Yah, aku tidak tahu. Tidak
ada nama soalnya, maka aku tanya kamu hehe. Kamu sudah selesai Akuntansinya
kan? Aku takut jawabannya salah karena beda jawaban masing- masing. ’ Saya
mendengar dia menjawab, saya langsung cemas dan buru- buru mengeluarkan kertas
folio yang berisi jawabannya dan mencari teman terdekat lalu meminjam
jawabannya untuk diperiksa sebelum dosen Algoritma datang. Karena semua lagi
sibuk sana – sini, saya jadi bingung dan panik sedikit, tiba- tiba Vicky baru
saja mengambil kertas folio kembalian dari Anis setelah memeriksa, saya
langsung meminta izin untuk meminjamnya. Periksa satu demi satu jawabannya
dengan penuh keringat dingin karena khawatir kalau jawabannya tidak sama. Tak
lama kemudian dosen dengan pakaian tidak formal lagi, dia hanya memakai celana
panjang bermotif, sambil menenteng tas laptop, buku absensi serta peralatan
papan tulis. Kami kaget dan langsung bangkit dari duduknya, ada yang berlarian
kecil menuju ke kelas, Dewi sengaja memotong jalan di depan Disya dan Anis
dengan badannya sendiri langsung masuk ke dalam. Mereka yang dipotong olehnya
hanya diam dan bingung saat melihat tingkahnya, tidak menanggapi sama sekali,
sedangkan yang di belakang mengikuti mereka masuk tanpa berebutan atau
berdesakan karena Bu Eva sudah di depan duluan. Di kelas, saya tidak duduk di
depan lagi seperti minggu – minggu yang lalu karena kosong di sebelah kanan
atau kiri saya tidak mau merasa kesepian kalau duduk di depan maka saya sengaja
pindah ke baris kedua, duduk di samping Juwita. Mulai lagi materi baru di
pertemuan ke-5 tentang Repetisi dan Looping, dosen menerangkan lewat LCD-nya
sambil coret- coret di papan tulis sampingnya dan kami memperhatikan
penjelasannya tiba- tiba langsung pusing dan ada yang mengantuk, ada yang
datang telat terutama setengah dari tim
Hore- Hore, Isna Oktaviani, Chandra Kurniawan dan Dyah Maharani Rahmadi. Dosen
tersebut terkejut melihat kedatangan mereka, tidak tertawa atau marah, hanya
diam setengah bingung. Kembali mengajar dan menjelaskan materi secara terang-
terangan kami memperhatikan dengan serius, walaupun yang duduk di belakang
ribut- ribut. Setelah beberapa menit berlalu, Eka Saputra datang telat yang
membuat seisi kelas tertawa keras, dosen jadi diam dan bingung lagi.
Ketelatannya, dia tidak peduli apa yang sedang kami lakukan kecuali saya
terhadap dia, langsung masuk dengan tersenyum kecil dan duduk di samping
Singgih seperti biasanya. Tak lama kemudian ada seorang cowok TI berkacamata,
dengan kaos merah di balik jaket biru ketuaan itu datang telat dengan menenteng
tas ransel hitam berat isinya di punggungnya, Muhammad Hanim Siregar orangnya
yang membuat bingung bagi Bu Eva. Dia berhenti menjelaskan karena ada yang
tertawa kecil sambil ngoceh saat melihat ketelatan Hanim, lalu dosen itu mulai
tertawa kecil sambil menutup mulutnya. ‘Kenapa akhir- akhir ini ada yang telat
datang ya?’ dosen tersebut mulai sedikit mengoceh. Mendengar ocehan oleh
sebagian teman TI maupun dosen , Hanim tidak peduli juga, berjalan begitu saja
dan duduk di baris kedua dari depan sendirian karena di belakang sudah penuh.
‘Lucu sekali ya, sudah berminggu- minggu kuliah ini kenapa jadi banyak yang
telat?’ pikir saya saat melihat Hanim terakhir datang telat tidak banyak bicara
setelah mendengar ocehannya. ‘Sudah....sudah......... ‘ Bu Eva menenangkan
beberapa teman yang sengaja mengoceh karena Eka dan Hanim, lalu kembali
melanjutkan materinya sambil meringkas codingan dan looping dan sibuk lagi di
depan laptop untuk melakukan pengodingan di Dev Cpp. Kami mencatat soal yang
diberikannya serta jawaban codingan, namun ada yang belum selesai karena
kecepatan pengerjaannya lalu dihapus secara sengaja. ‘Ali Iqbal..... Coba kamu
maju di meja Ibu, lakukan pengodingan dalam segitiga sama sisi. ‘ saat dia dipanggil,
langsung tertawa sekaligus kesal sedikit karena merasa dipanggil kenapa. Dan
yang lain malah tertawa terkekeh- kekeh kecuali teman- teman cewek hanya diam.
Saya jadi bingung sedikit karena tidak kelihatan dari depan saya ke papan
tulis, sengaja pinjam punya Juwita ataupun Dyah namun saya belum mencatat
secara keseluruhan. Dari jam 8 hingga jam 10 yang cukup panjang materinya belum
habis- habisnya, kami istirahat selama 15 menit Bu Eva keluar kelas dengan
buru- buru, disusul lagi oleh Lisa dan 7 orang teman TI dengan membawa tasnya,
Disya dan yang lainnya kemudian tim Hore- Hore, kecuali saya masih bisa
melanjutkan mencatat materi dari punya Dyah dulu setengah, sedangkan yang lain
pada keluar kelas, ada yang mau ke kantin, ngobrol di luar kelas dengan duduk
di meja melingkar dan sisanya sama seperti pada minggu lalu terutama dengan
Singgih yang cukup asyik di depan laptop tanpa mau diganggu, Dicken juga
apalagi, dia sengaja menghampiri ke bangkunya untuk ikut melihat juga terus
main games dan Hanim sibuk dengan laptopnya bersama Dhanang, Faris dan Izhhar. ‘Aneh
sekali ya, hampir setiap hari mereka jadi jarang keluar kelas. ‘ pikir saya
dengan keheranan saat melihat kerjaan mereka yang cukup menggelikan. Saya sudah
lama berpikir kalau mau ngobrol sama Singgih bagaimanapun di tengah kesibukan
dia kayak gituan. Saya teringat akan perkenalan pertama sebelum ospek dengan
dia setelah Maria, Tantri dan Dicken. ‘Kok dia jadi berbeda ya dari yang
sebelumnya....?’ saya terus memperhatikannya namun tidak sampai ke ujungnya.
Demikian juga dengan beberapa teman cewek yang tidak berniat keluar kelas
setelah kembali dari toilet, hanya sengaja makan roti yang baru dibeli, dengan
perasaan heran saat memperhatikan sebagian teman yang masih di kelas lagi sibuk
di depan laptop, saya kembali mencatatnya sebelum jam istirahatnya selesai. Tak
lama kemudian jam istirahatnya selesai, semua kembali ke kelas saat dosen masuk
mendadak, ‘Kita mulai dengan latihan sekarang. ‘ Sebagian teman TI ada yang
kaget dan bingung karena tidak mengerti apa yang dingomongkannya, disusul pula
oleh sebagian lagi dari teman TI yang lain yang telah lama keluar untuk
isitirahat jadi bahan pertanyaan serius kepada teman sebelahnya dan yang lain
namun tidak ada yang menyahut sama sekali karena ada yang lagi kesal saat
mendengar apa kata dosen itu. Dosen yang bermatakuliah Algoritma den
Pemrograman, Bu Eva, dengan sigapnya mulai menuliskan soal latihan di papan
tulisnya setelah LCD-nya dimatikan. Kami mulai panik satu sama lainnya termasuk
saya saat Dyah memanggil saya untuk meminta kembali buku file untuk mencatat
soal pertanyaan latihan itu. ‘Sreet....sreet...sreet...’ dengan buru- buru
kami mencatat soal yang ada di papan,
saya masih bisa melihat soal ke teman yang duduk di sebelah saya, Juwita, lalu saya
mencoba menjawab bagaimana ketika saya melihat ada yang ribut di belakang hanya
minta diajarkan sama Melvina dan dia mulai mengomel sedikit ke 3 orang teman
cowok TI yang mengganggunya. Tidak Cuma dia saja, ada lagi yang sengaja rebutan
sama Kevin Niasta dan Chandra untuk minta diajari Algoritma, mereka itu Isna,
Dear dan Windy. Mereka yang dimaksa- maksain jadi bingung sendiri. Beberapa
menit berlalu, belum satupun yang bisa mengerjakan satu nomor saja tidak tahu
bagaimana caranya, dosen bertanya di depan kami yang sibuk mengerjakan sendiri
maupun berkelompok, hasilnya tidak ada yang bisa semua. Malahan ada yang ngasal
menjawab termasuk saya juga apalagi. Dosen berubah jadi diam seribu bahasa
karena tidak ada yang menyahut sedikitpun, lalu dia maju ke depan lagi membantu
menjelaskan jawaban nomor satu dari 3 soal latihan tersebut. Kami memperhatikan
sampai sakit kepala karena lelah mendengarkannya, hanya bisa mencatat begitu
saja. Satu nomor pun sudah dijelaskan olehnya, dilanjutkan nomor dua harus dikerjakan
lagi dan dosen menunggu sambil mengabsensi kami satu- persatu sebelum kelasnya
selesai. Tak lama kemudian, sama seperti kejadian yang tadi soal nomor dua saja
belum bisa – bisa, kami sekelas hampir mengeluh kecuali Hanim tiba- tiba mulai
bertanya ke dosen yang tengah selesai mengabsensi. ‘’Hmmmph.....’ ada beberapa
teman cewek jadi bingung saat melihat Hanim ada di depannya. Lalu dia disuruh
oleh dosennya untuk menooba mengerjakan jawaban nomor dua, diperiksa lagi dan
akhirnya jawabannya benar. Waktu kelas di pertemuan ke-5 hampir habis, dosen
memberi tugas lagi......... ‘Ada tugas kelompok, 1 kelompok 5 orang yaa...
Siapa yang jadi ketua kelompok? Ayo acungkan tangan, saya harus menuliskan nama
untuk masing- masing kelompok. ‘ Bu Eva yang serius sekali dalam memperhatikan
niat beberapa teman yang baru mengacungkan tangan lalu menghitung. ‘Ya, ada 9
kelompok ya... Silakan pilih setiap anggota. ‘ Saya dari awalnya diam berubah
jadi panas dingin saat mendengar penjelasannya dan semakin tidak mengerti apa
yang dibicarakannya, saya bertanya kepada Juwita yang duduk di sebelahku, ‘Ya,
tugas kelompok...1 kelompok 5 orang untuk mengerjakan tugas Algoritma itu,
Chris.’ Saya langsung mengiyakan, lalu mulai mencari siapa yang harus saya
ikuti. (sambil mencari- cari dan perasaan was- was) Tiba- tiba Juwita
memanggilku, ‘Kamu sama Melvina ya, 1 kelompok Chris. ‘ Dia menunjukkan diriku
untuk dipanggil ke belakang ada Melvina memberi isyarat kecil untuk diminta 1
kelompok. ‘Chris, kamu sama aku ya. ‘ Lalu saya mengiyakan lagi, ‘Oke deh,
vina. Siapa lagi?’ dan dia menjawab, ‘Sama Maria, Kevin Lim dan David. ‘ saya
memperhatikan apa yang ditunjukkan jari telunjuk oleh Melvina, ‘Yaudah, oke
aja. ‘ Saya jadi ngeblank dan pusing lagi, teman- teman yang lain langsung
berlarian dan berpindah untuk tugas kelompok. Dosen bertanya lagi sebelum kami
hendak keluar kelas, ‘Ada yang mau materi pertemuan 5 sama tugas kelompoknya. ‘
Beberapa teman berlarian menghadapinya agar tidak ketinggalan untuk mendapat
softcopy. Saya sendiri tidak perlu bingung karena sudah tahu untuk minta materi
dengan flashdisknya, saya langsung menyerahkan fd saya di meja. Sambil menunggu
sampai dia selesai meng-copy satu- persatu, saya sengaja memotret tulisan yang
ada di papan tulis karena ketinggalan beberapa bagian. Dan kami langsung keluar
kelas untuk istirahat setelah mengambil kembalian fd darinya.....
Sebelum ada kelas di Lab hari Kamis, saya baru
kelar MP tanpa ditemani Juwita dan Maria seperti biasanya karena mereka tidak
datang, ‘Aduh, mereka ke mana ya? Ga MP kenapa..’ pikir saya setelah sms ke
mereka berdua namun sedikit belum dibalas juga. ketika melihat situasi MP ada
yang tidak beres. Dan saya juga jadi bingung setelah keluar dari ruang AR310
meninggalkan 2 kakak Senior itu. ‘Mau ke mana ya...?’ karena teman- teman
FIRE’s yang habis MP ada kelas jam 8 dan saya kelasnya 1 jam lagi. Saya
berpikir, ‘Oke, aku ke perpus saja. Siapa tahu ada seseorang di dalamnya. ‘
Naik ke lantai 5, yang saya lihat di dalam perpus itu ada Lisa Melyani duduk
sendirian di bangku oranye terpisah dari Davis Santoso dan yang lainnya,
‘Tumben mereka datang lebih awal. Hmmm...’ saya tidak mau tinggal diam,
langsung masuk ke perpus dan menyapa Lisa yang lagi bengong sambil memegang
Bbnya. ‘Haiii Lisaaa... Tumben kamu datang pagi. ‘ lalu dia menjawab dengan
ekspresi seperti lagi kelelahan, ‘Iya, karena ada yang jauh rumahnya jadi kami
harus datang pagi saja Chris. ‘ saya hanya mengiyakan tanpa menjawab apapun,
lalu saya duduk di sampingnya. Tanpa disadari, ada 3 orang teman dari Jurusan
Akuntansi yang merupakan teman baik Kak Andri Zefanya lewat di depan kami,
hanya Lisa tidak mengetahui siapa mereka. Saya mengira dia ada di perpus
ternyata masih di ruang AR310 dan sekarang dia ada di mana coba. Tak lama
kemudian, Kak Andri datang lagi dengan roti coklat yang dimakannya sambil
menenteng tas berisi Laptop yang hampir mengejutkanku. ‘Hai ce, ngapain?’ lalu
terdengar ada yang mengoceh dan bersiul sedikit oleh teman- teman Akuntansi.
‘Ciee...ciee.. ‘ Lisa tiba- tiba jadi tertawa ketika mendengar siulannya,
‘Hehehehe...’ dengan menutup mulut menahan tertawa sambil memperhatikan kami
berdua. ‘Eh, lagi nunggu kelas Lab.’ Kak Andri belum sempet mendengar jawaban
saya sudah langsung malu saat mendengar siulan mereka itu. Dia langsung marah sedikit
di depan mereka yang suka bersiul. Lisa mulai ikut bersiul lagi seperti yang
dilakukan oleh teman- teman Akuntansi itu, ‘Ya ampuun kamu.. Ssstttt... ‘ saya
menyuruhnya diam sambil menempelkan jari telunjuk ke bibirku agar dia tenang.
‘Iyaa...iyaa..aku akan diam.. ‘ Gara- gara saya mengupdate status di twitter
sebelumnya, pada siang hari ada 2 teman FIRE’s jadi tahu setelah membaca tweet
saya dan tiba- tiba nge-mention ke saya lalu meng-sms juga dan saya jadi
terkejut, tidak tahu harus berkomentar apa. Setelah kejadian tadi, Kak Andri
harus keluar dari perpus karena mau bersiap ke kelas di lantai 4 bersama 3
orang temannya. ‘Duluan ya ce..’ dia pamit di depan saya, ‘Okee deh. ‘ saya
mengangguk dan melanjutkan ke BB untuk mengecek lokasi di Foursquare demi
menunggu kelas Lab. Sudah jam 9 lebih, dosennya belum datang – datang saat saya
melirik ke arah jam tanganku dan Lisa berubah jadi gelisah sedangkan Regi
Fasius lewat ketika memperhatikan kegelisahannya, menemani sebentar dengan
bercandaan. Dosen baru datang bersamaan dengan tim Hore- Hore yang keluar dari
Liftnya, ‘Ayoo teman- teman...’ Bu Eva melihat kami di dalam perpus ngapain,
kami kaget dan langsung bangkit dari duduknya, berjalan kaki ke Labnya. Masuk
ke Lab seperti biasanya, tidak ada yang berebutan. Dosen sibuk kelihatannya,
meletakkan peralatan tulis dan menyalakan laptop dan komputer bersamaan, LCD
Proyektor dihidupkan. Kami duduk tanpa bertanya padanya saat melihat
kesibukannya, hanya langsung menyalakan komputer. Saya tidak menyadari kalau ada
yang bawa Laptop di Lab karena ada tugas kelompok, ‘Oh yaa.. ‘ saya mulai
teringat dengan Melvina yang sekelompok sama saya sudah dibuat apa belum
tugasnya. Keributan terjadi saat Adi menanyakan ke saya tentang tugas
Nasionalisme, ‘Kamu sudah buat tugas nasionalisme apa belum?’ Saya dari awal
diam berubah jadi kaget, ‘Ha? Ada tugas emang itu? Bukannya sudah dibuat minggu
yang lalu kok ada tugas lagi?’ (mulai lemes dan stress sedikit) ‘Iya ada tugas
lagi... Yang pertemuan pertama sampai pertamuan ketiga diketik lagi. ‘ Namun
saya kurang mengerti apa yang dijawab olehnya, saya meminta dia mengetik apa
yang diomongkannya di BB saya. Saya berbalik bertanya kepada Dyah yang duduk di
sebelah saya, berjauhan sedikit dari saya, ‘Nasionalisme ada tugas ya dy?’ (dengan
perasaan agak malas) Dyah mengangguk, ‘Iya ada tugas kok. Dia lagi tulis tuh,
coba dilihat tentang tugasnya. ‘ Saat saya membaca apa yang ditulisnya di notes
BB saya dan saya mengangguk, ‘Oh, saya pikir Cuma tugas yang kemarin saja. ‘
Kami asyik ngobrol sebentar dan yang duduk di belakang juga hingga Bu Eva
merasa terganggu akan keributan kami. Tak lama kemudian kami memulai praktikum baru
untuk pertemuan terakhir di Lab, ‘Coba kita ketik codingan yang saya ketik di
LCD proyektor. ‘ (sambil melihat ke arah LCD yang sudah dinyalakan sebelumnya,
lalu melihat kembali ke arah laptop dan meneruskan codingan) Sedangkan kami
mengikuti petunjuk Bu Eva tersebut tanpa diam, serius sekali kami
mengerjakannya. Tidak ada keributan seperti biasanya, kami memperhatikan setiap
codingan yang dibuat dosen itu tentang ‘Nilai IPK dan GRADE’. Termasuk saya,
semua hampir mengerti caranya bagaimana dalam memasukkan perkiraan nilai yang
diinginkan agar sesuai dengan IPKnya terus ditulis hasilnya menggunakan element
codingan yang ada dan sebebas-bebasnya. Begitu setelah selesai mengerjakannya,
saya mencoba me-compile hasilnya dengan ‘Run’ namun tidak mau keluar program
compilenya, malah muncul stabilo merah tua di tengah- tengah codingan yang
menandakan bahwa ada kesalahan dalam codingan. ‘Yaah.. Gimana nih?’ Saya jadi
bingung, Adi melihat hasil compile saya salah dan dia mencoba menyelesaikan
terlebih dahulu padahal sengaja melihat jawaban sedikit milik Johan Gunawan
yang duduk agak berdekatan dengannya. Sedangkan saya melihat codingan milik
Dyah yang awalnya duduk sendirian dan sudah ada yang menemaninya, Adinda itu.
Saat melihat apa yang dikerjakan Dyah codingannya, saya berubah jadi bingung
karena ada perbedaan sedikit dari beberapa element pengodingan dan dia meneoba
me-compile hasilnya namun tetap saja sama tidak berhasil. Dia mulai pasrah dan
mencari titik kesalahan di mana, sedangkan Adinda di sebelahnya mulai malas
mengerjakan setelah melihat codingan yang rumit itu. Saya kembali ke tempat
duduk yang tadi menunggu kalau ada yang bisa menolong untuk menyelesaikan
masalah pengodiangan sebelum kelasnya kelar. Di lab sudah terasa lama sekali
dari jam 9 lebih dan sudah agak telat 10 menit dari jam 12 siang yang
seharusnya sudah selesai kelas namun masalah pengodingannya belum selesai,
kebanyakan teman hampir mulai mengeluh mengerjakannya sampai ada yang sengaja
mengupdate status di BBM statusnya. Saya sendiri menunggu Adi selesai
pengodingannya dan sudah bisa dicompile, ‘Lama sekali ya, huuh.. ‘ sambil
menyelesaikan solusi terkecil agar bisa keluar kelas. Hanya Singgih saja sudah
selesai latihannya tanpa mengumpulkan jawabannya lewat kiriman ke dosen, dia
langsung keluar dari Lab. Saya sendiri masih bingung apa yang harus saya
lakukan, dosennya masih sibuk mengecek beberapa teman yang ada masalah codingan
itu. Mondar- mandir dari sana sini tiada hentinya, Adi datang menolongku
mengetik di mana kesalahan sekaligus memeriksa pengodingan saya agar sama
dengan dia punya. ‘Jangan diubah- ubah ya codingan itu ya, kalau diubah ntar
ada salahnya. Ngerti?’ dengan ketegasannya membuat saya langsung mengiyakan
sambil memperhatikan di mana kesalahan dan diperbaiki agar cepat selesai walaupun
tidak dikumpul seperti biasanya. Akhirnya kami selesai dengan pengodingannya,
kecuali saya tetap di meja Lab karena harus bertanya ke dosen tentang codingan
serta kisi- kisi untuk UTS. Saat dosen masih sibuk mengecek laptop untuk
dimatikan, saya sengaja berlari di depannya untuk minta copy jawaban praktikum
yang tadi sekaligus bertanya- tanya...............
Pada minggu terakhir, sehari sebelum UTS hari
Selasa, masih ada Kuliah Pengganti Algoritma dan Pemrograman yang sebelumnya
dosen tidak masuk karena sakit. Pagi- pagi sekali, saya seperti biasa bangun
tidur dan bersiap ke Kampus karena ada MP terakhir bersama FIRE’s hanya berdoa
bersama untuk persiapan UTS serta KP matakuliah Algoritma. Sudah di kampus,
ikut MP bersama kakak Senior dan FIRE’s selama 1 jam. Sehabis itu, saya tidak
menyadari kalau ada sesuatu yang tidak pernah saya tahu sesaat itu. Karena sudah
menunjukkan pukul delapan tepat di jam tangan, bersama Maria, saya berpamitan
dengan mereka secara bergantian dan keluar dari ruang AR310, kami langsung
jalan kaki ke lantai 4 dan saya baru bertemu Melvina yang lagi mengecek
codingan di laptop milik Maria. Saya jadi tercengang kalau Maria bisa ada di
sini dan tidak datang MP kenapa. ‘Mar, kamu ga MP kenapa?’ lalu dia menjawab,
‘Ya, lagi sakit perut Chris. ‘ dengan ketegasannya menjawab di depanku. Saya
hanya mengangguk saja. Tidak hanya mereka berdua saja yang lagi mengecek
codingan, ada Adi bersama Ali Iqbal dan Bimo juga lagi mengerjakan tugas yang
sama sedangkan Vicky yang baru saja dikejutkan oleh Juwita setelah MP bersama
saya, dia ikut memeriksa jawaban codingannya. Karena sekelompok sama Maria dan
Melvina, 2 orang teman saja belum datang dari tadi, saya menunggu kedatangan
dosen di lantai 4 sambil memeriksa jawaban codingannya serta bertanya- tanya.
Saat itu, saya tidak menyadari bahwa ada penampakan teman- teman cowok TI yang
lagi duduk di lantai 5, tampaknya lagi main gitar. Dan tiba- tiba Bu Eva muncul
di depan kami, yang cukup mengejutkan saat kami lagi mengerjakan tugas namun
dia tidak melihat apa yang sedang kami lakukan, hanya berjalan terburu- buru ke
lantai 5. Beberapa teman TI yang di lantai 4 langsung mengikuti dosen itu
dengan berjalan kaki ke lantai 5, termasuk saya, Maria, Melvina serta Kevin Lim
dan David baru saja datang menengok pekerjaan kami namun belum sempat minta
penjelasan dari Melvina. Di lantai 5, dosen masuk ke dalam yang membuat mereka
yang semula duduk sambil mengerjakan tugas dan sisa teman yang lain pada asyik
ngobrol langsung berdiri dan buru- buru masuk ke dalam Lab tanpa berebutan.
‘Teman- temaan, saya tidak mengajar seperti biasa yaa. Ada presentasi langsung
dari tugas yang sudah kalian buat. ‘ dia mulai menerangkan keras di hadapan
kami sambil menyalakan proyektor dengan remote dan menghidupkan laptop untuk
dicolokkan kabelnya. Kami dengan sekagetnya menoleh ke arah suara dosen itu dan
berubah jadi bingung, walaupun sudah lama tidak mengikuti presentasi dari sejak
kelulusan SMA dan sekarang baru sekali mengikuti itu di masa kuliah. ‘Chris,
kembali ke kelompok kamu sekarang, nanti ada presentasi langsung. ‘ Saya dari
awal tidak mengerti apa yang diomongkannya, untung dia memberi isyarat suara
kecil di depan saya untuk pindah ke belakang dengan maksudnya kembali ke
kelompok masing- masing. ‘Okee, thanks ya di..’ Saya menoleh ke belakang, sudah
terlihat ramai di dekat meja David Meibert. ‘Ada apa ini?’ (dengan kebingungan)
Bu Eva bersiap dengan buku absensi sama bolpen, berjalan ke meja komputer
bernomor 6, tepat di sebelah saya dan berjauhan sedikit. Dia menulis tanggal
terus......... ‘Ya, semua pada sudah bikin tugas apa belum? Kalau ada yang
sudah silakan maju sekarang....’ dia mulai menoleh ke arah teman- teman yang
sibuk berkelompok untuk diberi penjelasan agar siap untuk presentasi. Walaupun
hampir sekali tidak ada yang menyahut, tiba- tiba terdengar suara jawaban
beberapa teman, ada yang bilang sudah bikin namun belum siap dan ada yang belum
selesai sedikitpun. Dosen jadi diam dan bingung, ‘Gimana? Masih tidak bisa?
Masih bingung?’ saat dia bertanya lagi, belum ada jawaban baik dari beberapa
teman kelompok. Serius sekali mereka dalam mengerjakan tugasnya, termasuk
kelompok saya walaupun saya tidak mendengar apa kata dosen karena sibuk melihat
codingan tugas Type B untuk kelompok
kami tentang ‘Segitiga dan Menghitung
Saldo dan Deposito’ yang diminta oleh dosen itu. ‘Kelompok Singgih harap
maju sekarang.....’ kata Bu Eva. Kelompok Singgih yang terdiri dari Hanim,
Dicken dan Eka, namun Eka tidak masuk pada KP Algoritma dan dosen tetap tidak
tahu penyebabnya apa jadi dia mengabsensinya. Mereka mulai presentasi satu-
persatu tentang codingan yang mereka buat itu, di belakang mereka ada yang
sengaja mendengar pembicaraan mereka selama presentasi saking meneruskan
pengodingan bersama sebelum bersiap presentasi berikutnya. Cukup cepat mereka
mempresentasikan tugas bertiga secara bergantian tanpa Eka dan mereka diberi
komentar oleh dosen terus dinilai. ‘Ayo tepuk tangan untuk mereka...’ Dosen
menyuruh kami bertepuk tangan keras- keras setelah mendengar hasil akhir
presentasi mereka. ‘Berikutnya kelompok Juwita silakan maju....’ Kelompok
Juwita tersentak kaget saat dipanggil olehnya, termasuk Vicky, Dyah, Fia dan
Qory. Mereka mengenakan name tag yang lama didapat dari layanan mahasiswa itu,
Vicky mulai memasang flashdisknya ke komputer itu dan LCD proyektornya di-freeze
dulu sama Juwita. Menunggu hingga program Dev CPPnya dibuka untuk
dipresentasikan. Sambil menunggu giliran kami, saya mondar- mandir dari depan
ke belakang, upaya diminta petunjuk sama Melvina dan Kevin Lim kalau saya tidak
perlu mempresentasikan karena saya ada kurang pendengaran walaupun tidak
disuruh oleh Bu Eva pada sebelumnya dan akhirnya mereka sekelompok mengerti.
Lalu saya minta Melvina memberi penjelasan tentang codingan itu, saya membaca
tulisan sambil mendengar penjelasannya dari komputer langsung ke Melvina yang
berbicara kalau tidak, saya tidak akan mengerti apa-apa. Setelah kelompok
Juwita dilanjutkan dengan kelompok Disya kemudian Adi Permana berikutnya Lisa
dan Chandra. Sangatlah lama sekali mereka dalam mempresentasikannya dari jam delapan
hingga jam sepuluh lebih, walaupun waktu presentasi mereka ada yang cepat dan
ada yang lamaaaa karena sengaja diberi komentar tentang hasil tugas mereka. Tak
lama kemudian, diganti lagi ke kelompok Adinda yang terdiri dari Dhanang, Grady
dan Richart tanpa Reinaldo. Dosen tersebut tidak tahu juga tentang penyebabnya,
walaupun dia tidak bertanya kepada kelompoknya karena mengira dia masuk, dia
sengaja mengabsensi dulu bersaman mulai presentasi kelompok Dhanang itu.
Menunggu dan menunggu bersama Melvina, Maria, David dan Kevin Lim. Dan David
sebelumnya yang saya datangi lagi main Dota di komputer paling belakang bersama
Kevin Niasta. Hal itu membuat Melvina hanya mengelus dada saja terhadapnya.
Beberapa menit kemudian presentasi kelompok Dhanang selesai dikomentari dan
dinilai oleh dosennya, ‘Kelompok Melvina silakan maju sekarang. ‘ Saat saya
kembali ke meja depan lagi, mengambil name tag untuk bersiap- siap presentasi,
baru saja melihat pembacaan bibir dosen tentang kelompok kami untuk maju.
Kelompok kami pun maju ke depan, saya jadi pengontrol komputer sedangkan mereka
berempat langsung presentasi bergantian yang dimulai dari Maria, Melvina, Kevin
Lim dan David Meibert. 20-25 menit presentasi kelompok kami yang cukup lama dan
sangat akurat penjelasannya karena Melvina sengaja memberi coretan kecil
tentang Segitiga di papannya. Dosen serius mendengar penjelasan kelompok kami,
lalu memberi komentar sedikit. Saya hanya diam dan memperhatikan apa yang
dibicarakan olehnya, presentasinya selesai dan diberi applause oleh teman-
teman TI yang menonton. ‘Lega sudah presentasi kami, semoga jadi yang terbaik.
‘ Begitu kata saya dan Melvina, ‘Terima kasih, terima kasih... ‘ Saya jadi
senang saat mendengarnya dan kembali duduk di depan. ‘Terakhir, kelompok Ali
Furqon harap maju sekarang... ‘ dengan sibuk, dia menulis dan mengabsensi
setiap nama kelompok. Mereka mulai mempresentasikannya sebelum kelas pertemuan
ke-6 selesai tanpa ada materi baru lagi. Menunggu dan memperhatikan penjelasan
mereka secara bergantian, lama sekali mereka presentasinya. Yang duduk di
belakang masih bisa main Dota sepuas- puasnya, termasuk David, Kevin Lim, Regi
Fasius dan sebagian dari tim Hore- Hore setelah usai presentasi, dosen tidak
mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan. ‘Lucu sekali mereka tuh. ‘ sambil
memperhatikan kerjaan mereka ketika lewat jalan ke tempat Lisa yang lagi
ngobrol dengan Davis, saya tidak sengaja nyamperin dia. Sedangkan kelompok
Juwita, Fia lagi tiduran karena merasa bosan, Qory lagi BBM-an, Dyah duduk di
dekat Juwita dan Vicky di sampingnya lagi main laptop milik Juwita hanya
melihat- lihat foto. Kelompok Disya tampaknya lagi ngerumpi bersama dengan
bercandaan. Tak lama kemudian kelompok terakhir selesai, sebelum pulang kami
diberi kisi- kisi UTS teori dan praktikum Algoritma, ‘Presentasi kalian sudah
selesai yaa... Tapi jangan lupa pelajari kisi- kisi itu yang di papan tulis.. ‘
(sambil menunjukkan kisi- kisi itu di papan tulis yang telah ditulisnya) Saya
sengaja memotret kisi- kisinya kemudian bertanya sebentar sama dosen tentang
Segitiga segala macam dengan pengodingan bagaimana, dia langsung mengajarkan
saya lewat penjelasan fungsi coding itu tanpa menyadari kalau kelasnya sudah
sepi............
*****
WHY MUST WE MEET A
UN-IMPORTANT SUBJECT: INTRODUCTION TO ACCOUNTING
Seperti biasanya pada hari Senin minggu
lalu, mata kuliah Akuntansi bersama Bu Wiratmi, kami hampir semua mendapati
materi yang hampir persis dipelajari di masa SMA dulu. Di kelas saat ini, kami
tidak bisa lebih serius belajar ataupun memperhatikan penjelasan dosen di papan
tulis, kami hanya bisa mencatat apa yang dibahas olehnya. Sekali dijelaskan dan
sebentar sekali kami berada di kelas Akuntansi dalam 1 ½ jam baru kelar setelah
mendapat peringatan dari dosen untuk bisa meminjamkan buku milik anak Akuntansi
untuk fotocopy materi yang ada di buku. Saya sendiri awalnya bingung dan
langsung tersentak kaget saat melihat apa yang ditampilkan di layar
Proyektornya berisi materi Akuntansi dalam bentuk buku yang berbahasa Inggris
semua. Dan teman- teman yang lainnya di belakang memperhatikan setiap tulisan
yang berbahasa Inggris itu langsung keliyengan, tidak ada komentar yang keluar
dari mulut saat dosennya sibuk menjelaskan panjang lebar hingga kelasnya bubar.
Setelah dosennya keluar sambil menenteng buku berat itu, kami jadi ikut dengan
terburu- buru keluar kelas untuk pulang dan sisanya mau siap- siap untuk UKM CC
termasuk saya saat mengikuti Juwita Oktaviani dan Dyah Rahmadi yang hendak ke
Lab, yang sengaja mempertanyakan hal itu kepada saya, ‘Ikut CC ga?’ Saya awalnya
bingung dan tidak tahu mau ikut apa engga, lalu saya langsung memutuskan ikut
setelah naik ke atas dan melihat ada Lisa Melyani bersama Davis Santoso menoleh
ke arah kedatangan saya bersama Dyah dan Juwita. ‘Kamu jadi ikut CC ya?’ lalu
saya menjawab, ‘Jadi kok lis. ‘ Saya langsung mengikuti Lisa ke arah Lab AL502
yang sudah ada teman- teman TI cewek yang lagi duduk itu, diikuti pula dengan
kakak Senior cowok TI angkatan 2010 yang belum saya kenal, ada 3 orang
pula bersama Ketua CC, Kak Bismo Wirayuda, yang cukup mengejutkan bagiku saat
saya duduk di samping Lisa Melyani. Hampir semua teman- teman TI yang ikut CC
walaupun tidak banyak. Mengikuti UKM CC di pertemuan pertama hari kuliah itu
hampir membuat saya teringat akan Ekskul yang tidak terlupakan di masa sekolah.
‘Dulu aku suka gonta- ganti ikut kegiatan Ekskul di sekolah dan di masa kuliah
sudah ada UKM... ‘ kenang saya. UKMnya dimulai saat Kakak Senior bernama Kak
Jihansyah Muhammadiyah, memulai perkenalan baru di depan kami bersamaan dengan
Kak Bismo Wirayuda. Setelah perkenalan selesai, dilangsungkan latihan praktikum
tentang cara membuat Web sendiri dengan memasang gambar beserta tulisan
bagaimana melalui program Notepad, saking karena duduk sama Lisa jadi kurang
jelas saat membaca tulisan HTML di LCD proyektor di mana ada program yang
dikerjakan oleh Kak Jihan. Tidak mau merasa tertinggal, saya langsung melihat
tulisan HTML di Notepad milik Lisa yang cukup cepat dalam mengerjakannya tanpa
merasa terganggu. Merasa sangat lama dalam mendengar penjelasan Kak Jihan serta
dibantu oleh Kak Bismo, saya jadi serius mengerjakan sambil melihat pekerjaan
punya Lisa yang hampir selesai dengan gambarnya saat dibantu oleh Kak Jihan dan
dikelilingi pula oleh Kak Bismo dan satu kakak senior yang lain yang tidak saya
kenal itu. Sambil menunggu dengan melihat pekerjaan punya Lisa yang sudah
lumayan bagus itu dan hampir selesai, saya hampir merasa panik dan bingung
karena belum selesai setengah pun. Akhirnya Lisa dengan sigapnya menolong saya
mengetik tulisan- tulisan yang masih tertinggal sedikit itu, lalu kembali
melanjutkan latihan berikutnya. Kakak Senior ada 5 orang cowok, dengan sibuk
mondar- mandir ke sana – sini memeriksa pekerjaan hampir semua teman kelas TI
maupun SI, dengan harapan mereka agar kami bisa mengerjakannya sendiri
sebagaimana mestinya. Saat ada tambahan baru di Notepad yang dikerjakan Kak
Jihan bersamaan dengan Kak Bismo, kami jadi serius mengerjakan walaupun agak
kecepatan di beberapa bagian saya takut ketinggalan dan terpaksa melihat hasil
pekerjaan milik Lisa itu sudah sampai mana. Saya kebingungan saat sudah
mengerjakan sampai mana seperti yang sudah saya lihat milik Lisa, hasilnya
belum keluar di Web Browsernya dan saya meminta bantuan sama Kakak senior yang
lainnya untuk mengerjakannya gimana, yang saya perintahkan agar bisa
menghasilkan gambar di webnya. Tidak pernah menyangka kelas UKM CC yang kami
ikuti cukup lama 2 jam, dan sekarang waktunya tinggal beberapa menit lagi
kelasnya akan berakhir. Saya belum sempat melirik ke arah jam tanganku sudah
jam berapa karena merasa sibuk dan sedikit frustrasi saat mengerjakan latihan,
tidak ada yang bisa menolong sedikitpun, mereka semua buru- buru pulang dengan
menenteng tasnya masing- masing karena takut kalau langit di luarnya hampir
gelap. Tanpa disadari, saya terakhir yang menyelesaikan latihan setelah dibantu
oleh Kakak Senior itu, saya kaget melihat jamnya sudah menunjukkan pukul 6
lebih dan langitnya sudah berubah jadi biru tua dan hampir gelap dan saya buru-
buru mengambil tas yang ada di loker lab itu dan langsung mengkilat pulang. ‘Ya
ampun kelas ini......’ Lalu pada saat sore hari menjelang malam, saya masih
kebingungan setelah teringat tentang chat BBM dengan Kevin Lim tadi sore yang
baru pulang bersama teman- teman cowok TI itu sambil membawa buku Akuntansi
besar itu untuk fotocopy, buku yang dia pinjam itu punya anak Akuntansi namun
saya tidak tahu kepunyaan siapa, ‘Vin, kamu pinjem buku itu punya siapa? Boleh
ga gw titip fotocopy itu? Nanti gw ganti uangnya..’ dibalas olehnya, ‘Iya, itu
punya Melisa anak Akuntansi Chris. Coba kamu minta titip sama anak Akuntansi
yang lain saja. Banyak yang minta fotocopy ini soalnya. ‘ Saat membaca BBM chat
darinya, membuatku jadi bingung dan stress sedikit, ‘Aduuuh, gimana ya? Harus
pinjam punya siapa coba. Ga banyak teman Akuntansi yang tidak aku kenal.....’
(sambil mikir- mikir sebelum membalas BBm-nya) Tak lama kemudian, saya membalas
Bbmnya, ‘Yauda, oke deh. Gw usahain carinya yang punya saja. Thanks ya vin.‘
Pada esok harinya, saya berusaha mencari bukunya di perpustakaan namun tidak
satupun buku yang persis seperti yang saya kirakan. ‘Beda judul, beda penerbit,
beda edisi namun isinya bahasa Inggris semua. Cukup memusingkan.’ ......
Kembali lagi ke hari Senin minggu ke-4 akhir bulan September, jam istirahat
dimulai setelah kelasnya Bu Eva yang cukup melelahkan, akhirnya saya bisa
keluar kelas dan ke Toilet sebentar setelah diingat- ingat oleh Lisa untuk
makan siang bareng, dia menunggu saya kembali dari toilet dan 5 menit kemudian
saya keluar, langsung berkumpul dengan Lisa dan bersama teman- teman baik Davis
menuju ke kantin. Tak terasa makan bersama mereka sangatlah cepat dan selesai
tepat pada waktunya, kami langsung beberes makan siangnya dan kembali lagi ke
lantai 4 yang sangat sepi itu, kemudian duduk di lantai sambil menunggu teman-
teman TI yang lain datang membawakan buku fotocopy Akuntansi tak lain itu
adalah Mirza Al Faris, yang dimintain tolong oleh Juwita Oktaviani dan Qory
Andrianni sejak minggu lalu. Dia datang dengan kardus yang sudah tersisa
beberapa, lalu membagikannya ke teman- teman TI yang belum kedapatan
fotocopi-annya. ‘Akhirnya aku mendapatkan itu juga, daripada tidak dapat
fotocopi-an ini mana aku tidak bisa belajar. ‘ pikir saya saat teringat bahwa
saya dikasih fotocopi-an ini oleh Faris tadi pagi setelah Morning Prayer.
Beberapa menit kemudian, kami menunggu hingga sudah ada beberapa teman TI yang
lain itu Juwita Oktaviani baru saja naik ke lantai 4 dari lantai 3 bersama
Vicky Nurchmawati karena habis menunggu 3 orang teman lagi shalat namun belum
kelar dari tadi juga, mereka langsung duduk di samping saya dan Lisa Melyani
tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, malah Juwita lari ke kamar mandi setelah
minum susu UltraMilk jajanannya. Disusul pula oleh teman- teman cewek lain itu
Disya Rizky Anindya, Anis Fitriyah, Tantri Kusumastuti, Nurul Endah Amelia dan
Dewi Kurnia Anggraeni yang juga sama- sama habis shalat namun saya tidak
melihat siapa saja karena tidak bareng mereka juga dan langsung duduk di
sebelah kami, agak berjauhan dari arah kami ngobrol seakan- akan ada yang minta
diributin oleh tim Hore- Hore. 3 orang teman yang baru selesai shalat menyusul
Juwita dan Vicky, sengaja ke kamar mandi sebentar agar tidak mengantuk saat
kelas matakuliah Akuntansi. Saya belum pernah melihat 2 orang teman cewek TI
terakhir, Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine itu belum datang dari tadi
siang di mana kami sama- sama makan bareng namun tempatnya terpisah jauh. Dan
pada akhirnya mereka berdua kembali berkumpul bersamaan dengan teman- teman TI
yang lain itu Ali Iqbal, Adi Permana, Johan Gunawan dan sisanya terdengar
suara... ‘PUK..PUK..PUK..’
itulah Dicken Putra Kusuma yang baru saja turun dari lantai 5 dengan hentakan
kaki yang menyentuh ke tiap bagian elevator cukup keras mulai terasa dari
lantai 4 di mana kami duduk sampai dikomentarin serta tertawa kecil oleh
beberapa teman TI, ‘Kok suara kakimu seperti mau gempa bumi saja?’ Suara dari
mereka yang lagi tertawa pun terdengar saat saya memakai alat bantu dengar juga
merasakan adanya hentakan keras dari kedua kaki Dicken yang besar itu. Semua
terkumpul kembali bersamaan dengan pembagian buku fotocopi-an, ada beberapa
teman belum kebagian fotocopi-an juga langsung meminta ke Qory sambil
menyodorkan uang 20ribu itu, sedangkan Lisa di sebelahku kebingungan saat say
bertanya padanya, ‘Kamu sudah dapat fotocopi ini?’ Lalu dia menjawab sambil
mengangkat bahunya dengan perasaan gelisah karena dia belum mendapat
fotocopi-an dari tadi pagi, ‘Yah, aku belum dapat. Orang temenku belum datang
membawa fotocopi-annya malah.’ Kami menunggu dan menunggu sambil melirik ke
arah jam tanganku sudah menunjukkan pukul 13.30 lebih, dosen Akuntansi, Bu
Wiratmi belum kelihatan batang hidungnya dan satpamnya sibuk, mondar- mandir
memperhatikan kegelisahan kami di lantai 4 yang cukup panas. Dia bertanya
kepada salah satu teman TI, Ali Furqon, ‘Permisi, ada kelas apa hari ini?
Dosennya belum datangkah?’ lalu Furqon menjawab saat dikerjain oleh beberapa
teman TI yang ribut- ribut soal Dicken Putra Kusuma dan Eka Saputra yang
kelihatan merasa kesepian itu, ‘Akuntansi pak, iya, dia belum datang dari tadi.
Sudah 5 menit yang lalu pak. ‘ Pak Satpam itu mengiyakan apa yang dimaksud
Furqon, langsung berjalan ke tempat teleponnya dan dia menelepon ke layanan
dosen tersebut. Tiba- tiba dosen wanita yang baru muncul dari kejauhan di depan
mataku yang tidak kelihatan itu, berjalan menuju ke ruang AR412 di mana ada
Dear Debora lagi mendengar musik di Bbnya bersama Windy Nurbani dan Isna
Oktaviani yang lagi asik ngobrol pun kaget melihat kedatangan Bu Wiratmi dan
langsung melepas headset, bangkit di samping dosen itu, menunggu satpam membuka
pintu depan kelas AR412, kami mengikuti jalannya tanpa berlarian lalu masuk ke
dalam. Dosennya menunggu dari belakang hingga kami selesai dengan masuk
kelasnya tanpa ada yang keluar kelas. Keributan mereda setelah kami duduk di
tempat masing- masing di mana saya duduk di depan lagi sedangkan di samping
saya itu kosong dan di sebelah kanan saya itu, Dyah Maharani Rahmadi yang
terakhir masuk kelas karena habis dari kamar mandi. Dosen Akuntansi, Bu
Wiratmi, memulai pembicaraan sambil menyalakan komputer dan Proyektornya, kami
mendengar apa yang diomonginnya sambil mengeluarkan buku catatannya serta buku
fotocopi-an yang sudah dibagikan. Termasuk saya juga, tanpa disadari kalau saya
dikasih fotocopi-an yang sama dari teman- teman Davis Santoso atas permintaan
Kevin Lim minggu kemarin, ‘Ya ampun, aku sudah mendapatkan ini. ‘ (melihat
sebuah jilid-an fotocopi yang dioper dari Vicky Nurchmawati dengan kaget) Dia
mengembalikan itu ke Kevin Lim dengan upaya membatalkan apa yang saya minta
karena mereka tidak tahu kalau saya sudah meminta lewat Qory Andrianni.
Pelajaran untuk pertemuan ke-3 dimulai dengan membuka lembaran fotocopi yang
sudah didapat, ‘Tolong buka halaman ..... sekarang. ‘ Begitu Bu Wiratmi teriak
di depan kami, dia tidak bangkit dari tulis untuk menjelaskan sesuatu dengan
menuliskan apapun di papan tulis. Saya dari semula mengeluarkan bukunya dengan
kebingungan, ‘Halaman berapa dy. ‘ (Sambil melihat teman sebelahku mulai sibuk
membolak- balik jilid fotocopi karena bingung di mana halaman itu berada)
Menunggunya, saya mulai sibuk melihat ke teman yang duduk di belakang itu Isna
Oktaviani yang berada di sebelah kiri berserongan dengan saya dari baru saja
keep halaman berapa gitu dan menunjukkannya ke arah saya dan langsung mencari
di mana. Sudah membuka halaman baru, tulisannya bahasa Inggris semua yang
hampir membuat sebagian teman TI jadi keliyengan kecuali saya hanya terdiam
karena bingung sendiri bahkan menulis tanggal di buku catatannya. Setelah 25
menit berlalu tiba- tiba terdengar suara amarah dosen saat melihat ada teman
cowok TI yang duduk di belakang sengaja tidak memperhatikan penjelasannya,
malah memperhatikan ke arah buku saja. Kami mendengar dengan kagetnya lalu
mencari siapa yang sengaja, namun tidak jelas di mana sumbernya yang saya lihat
dengan mataku sendiri dan meneruskan membaca bukunya. Sambil mendengar
penjelasan dosen, mencatat apa yang dimaksudnya dengan melihat milik teman sebelahku,
Dyah Maharani, muncullah keributan dan kemarahan dosen saat melihat ada yang
ngobrol dan ribut di kelas, ‘Kalau kalian tidak suka mata kuliah ini. Silakan
keluar.’ Begitu Bu Wiratmi dengan tingkat amarahnya yang cukup keras sehingga
yang duduk di belakang menjadi diam ketakutan ketika mendengar omelannya. Tidak
ada tertawa atau cela- mencela dari beberapa teman TI saat ada yang dimarahin,
semua jadi diam dan sunyi senyap saat mendengar amarahnya. 10 menit
kemarahannya mereda, semua kembali belajar dan konsentrasi mendengar penjelasan
Bu Wiratmi menjelaskan tentang Transaksi Jual Beli yang merupakan materi yang
sering dipelajari di masa SMA namun hanya mengulang materi yang sama dan ada
yang berbeda materi dari yang sebelumnya. Hanya saya saja cukup mengerti apa
maksudnya namun tulisannya berbahasa Inggris semua, yang cukup membingungkan
bagiku. Tiba- tiba Dyah bertanya sambil menunjukkan kalimat ini dengan tujuan
karena disuruh dibacakan oleh Bu Wiratmi, saya kebingungan saat ditanyakan
olehnya, ‘Kalimat ini artinya apa?’ Belum ada jawaban yang saya keluar karena
sibuk memperhatikan kalimat demi kalimat untuk dapat menjawabnya, belum pernah
merasakan saat ada yang dipanggil untuk membaca arti kalimat itu. Kemarahan
dosen itu mulai menjadi- jadi karena tidak mendengar atau memperhatikan
penjelasan dosennya kecuali ada teman cowok TI yang duduk di depan yang sangat
tenang duduknya adalah Singgih Lomempow, yang satu- satunya yang bisa
mendapatkan softcopy dari mana, jadi lumayan bisa membaca ringkasannya di
aplikasi Adobe Readernya di dalam laptopnya, dia membantu menjawab kalimat demi
kalimat setelah mengacungkan tangannya. Disusul pula oleh Muhammad Hanim
Siregar juga tapi jarang menjawab pertanyaan karena tidak terlalu suka
matakuliah Akuntansi namun terpaksa mengikutinya, dia tidak membawa bukunya
karena tidak minta fotocopi-an pula. Satu- persatu dari 46 orang, dipanggil
dosennya untuk menjawab kalimat dan artinya, lembar demi lembar pun dibolak-
balik hingga berpindah halaman ...... Halaman yang kami sampai itu berisi soal
latihan Akuntansi yang harus dikerjakan, kami semua berubah jadi bengong saat
mendengar perintah dosen itu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya
melihat Dyah terus- menerus upaya meminta penjelasan karena saya tidak mengerti,
dibantu olehnya sambil menulis artinya di buku fotocopi-an saya dengan
berduaan. Karena diberi soal latihan, kami mengerjakan di selembar kertas
sebelum disuruh kumpul ke dosennya. Ketika melihat beberapa teman cewek TI yang
duduk di belakang itu Vicky Nurchmawati, Dear Debora dan Isna Oktaviani lagi
serius memberi garisan di selembar kertas sebelum memulai mengerjakan jawaban.
Saya jadi ikut mengambil selembar kertas dari tasku, siap mengerjakannya.
Hampir semua teman TI mulai serius mengerjakan tapi belum benar- benar serius
menjawab soal latihan yang ada di buku itu, jadi sengaja mencontek ke teman
sebelah bahkan di depan atau di belakang upaya mencari jawaban. Dosen, Bu
Wiratmi, tidak memperhatikan apa yang sedang kami kerjakan karena sibuk
mengecek komputer untuk cek absensi kelas TI ini walaupun sudah ada yang
teriak- teriak di depannya tentang kehadiran kami sambil mengerjakan latihan
tersebut. Waktu kelas ini tinggal 30 menit lagi, kami masih mengerjakan soal
latihan kadang bisa menemukan jawaban yang pas, kadang tidak menemukan jawaban
karena tidak mengerti artinya, jadi beberapa teman suka bertanya satu sama
lainnya, terutama ke Lisa Melyani dan Melvina Yosephine, belum ada rasa
kepedulian mereka dalam membantu menjelaskan karena terlalu fokus ke soal- soal
yang berbahasa Inggris itu. Dosen sibuk memonitori kami dari depan dia duduk,
membantu menjelaskan artinya sebelum kami hendak menjawab soal latihannya
dan........soal yang dikasih olehnya dijadikan tugas pertama untuk kami.
Kegalauan sekaligus keributan di kelas ini mulai terjadi karena kaget saat
diberi tugas olehnya, ‘Tugasnya dikumpulkan minggu depan ya, dalam bentuk
kertas folio dari soal latihan itu ya dan kelas kita selesai. ‘ Belum sampai
setengah 4 pun langsung bubar kelasnya, ‘Kok sudah selesai ya?’ saya bertanya
kepada Dyah yang masih kebingungan karena tidak mengerti soal berbahasa Inggris
ini, ‘Iya, sudah selesai Chris. ‘ jawabnya dengan anggukan pelan. Tanpa merasa
bingung setelah dosennya keluar kelas, disusul oleh teman- teman Hore- Hore
serta Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine dan terakhir pula dengan Lisa
Melyani dan teman- teman baik Davis Santoso yang kelihatan buru- buru keluar,
saya sengaja memanggil Isna yang baru saja selesai bertanya kepada Bu Wiratmi
bersamaan dengan Singgih Lomempow, ‘Na, ajarin dong Akuntansi ini. Aku ga
ngerti nih. ‘ lalu Isna menjawab, ‘Oke, tunggu sebentar yaa.. ‘ (sambil
membereskan buku serta peralatan tulis dan sibuk ngobrol dengan Dear Debora
yang mau ke kamar mandi) Tak lama kemudian Isna mulai mengajariku untuk tugas
pertama Akuntansi yang sudah dia kerjakan di kertas itu, saya sambil
memperhatikan apa yang ditulisnya di kertas saya. Sedangkan beberapa teman TI
yang sudah beberes tas dan keluar bersama- sama hingga tinggal sedikit palingan
saya dan Isna, sisanya ada Windy Nurbani yang sibuk dengan hpnya, Dyah Maharani
Rahmadi langsung keluar setelah melihat 4 orang teman Juwita keluar. 15-20
menit kemudian bersama Isna dalam belajar Akuntansi yang cukup memusingkan itu
akhirnya selesai dan saya pun mengerti bagaimana caranya. Dear Debora yang lama
di kamar mandi itu kembali ke kelasnya, saya langsung bersiap pulang setelah
mengucapkan terima kasih padanya.
Selama istirahat di minggu pertama bulan Oktober yang cukup menegangkan adalah
tugas Akuntansi yang diperintahkan oleh dosen minggu sebelumnya, lucunya hampir
semua teman TI pada ngerjain tugasnya di kantin hanya setengah pun. Di kantin
walaupun saya tidak makan bareng Lisa dan teman- temannya, karena saya tidak
menyangka kalau mereka sudah keluar duluan. Saya tidak mau mempermasalahkan,
semua hanya pertama kali saya bertemu dengan mereka. Saat itu, setelah kelas Bu
Eva yang cukup pusing oleh Quiznya dan akhirnya bisa istirahat dengan makan
siang. Saya langsung keluar kelas setelah mengumpulkan jawaban kuis yang
lumayan sulit itu, menyusul Lisa namun dia sudah tidak tampak batang hidungnya,
saya kebingungan mencari ke mana padahal sudah tahu bahwa dia ada di kantin
bersama teman- temannya. Tiba- tiba saya melihat ada teman- teman Juwita yang
hendak ke kamar mandi setelah saya menemui Dyah Maharani Rahmadi yang tengah
diam mengikuti Rofiatul Koramah dan Qory Andrianni ke sana juga. 10 menit
kemudian saya akhirnya ikut mereka untuk makan siang di kantin dalam kampus
sebelum kelas berikutnya. Tidak terasa bahwa saya masih bisa makan siang
bersama mereka berlima dan saya tidak lupa akan pertemuan saya dengan Ci Vrisca
Fau dan Ka Iind Desmita Nathalia, yang barusan lewat di depan kami yang lagi
makan terus berbelok ke samping kanan menuju ke meja kosong. Disusul pula oleh
Kak Edward Guustaaf dengan topi baret abu- abunya dan Ka Izzatul Ilah bersama 2
cowok TI yang tampaknya saya kenal pas di UKM CC sebelumnya. Saya memutuskan
makan sampai habis daripada banyak bicara ketika melihat Juwita, Vicky, Fia
lagi habis jajan makanan nasi di tempat penjualan makanan itu kecuali Dyah dan
Qory hanya membawa bekal dari rumah, padahal saya hanya bisa makan bareng
mereka setelah lama menunggu. Di kantin yang cukup ramai, lewatlah 2 orang
cewek TI yang hendak makan siang, Maria dan Melvina, yang tengah sibuk mencari
meja yang tersisa dan langsung dapat lalu duduk di tengah- tengah secara
berhadapan. Tidak hanya mereka berdua saja, ada pula 3 orang cewek TI yang
lainnya itu Dear Debora, Windy Nurbani dan Isna Oktaviani tengah mencari meja
yang masih tersisa, bersebelahan dengan meja Maria dan Melvina kemudian duduk
dan makan santai. ‘Ya ampun... Asyik sekali saat ini juga ya, kenapa tidak bisa
makan seperti biasanya kok suka terpisah- pisah....?’ (sambil melihat kondisi
di mana mereka lagi makan dengan kebingungan) Selama di kantin cukup penuh
dengan beberapa teman- teman TI yang terpencar di mana- mana, sehingga teman-
teman dengan jurusan lain hampir tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa
pulang bahkan makan di kantin luar. Di sisi lain oleh 2 teman FIRE saya, Sarah
Yuli Yanti dan Erni Yesie, yang cukup mengejutkan saya adalah mencari meja
makan yang masih kosong dengan arah yang jauh dari kami, namun mereka tidak
melihat saya lagi makan, malah menyapa Maria yang lagi makan. Mereka sengaja
makan berduaan setelah memindahkan bangku yang tersisa ke meja yang tersisa
satu, ‘Lucu sekali mereka ya.. hihi...’ (pikir saya seolah- olah melihat
tingkah mereka yang lagi mengangkat bangku yang berat untuk digeserkan ke meja)
Dan saya juga sengaja melihat teman- teman Akuntansi yang ada Kak Andri Zefanya
lagi asyik makan sambil ngobrol, untungnya teman- teman saya berlima itu tidak
bertanya atau gimana bahwa saya lagi melihat dia satu- satunya karena masih
lagi makan setelah saya selesai makan dan cuci tangan. Menunggu mereka selesai
makan siang itu sangat lama, namun tidak masalah. Saya teringat kembali saat
melihat kakak Senior yang baru saja lewat ke sana lagi memesan makanan, saya
sengaja berlari kecil ke arah mereka dan nyamperin, ‘Haoiiiii....’ Saya
mengejutkan Ci Vrisca yang lagi meletakkan makanan di meja kanan pun kaget,
‘Iyaa, haiii chris.. Udah makan?’ lalu saya menyapa lagi ke Ka Iind yang masih
duduk, menunggu pesanan, ‘Chris, kamu ga makan? Uda selesaikah?’ Dengan
perasaan senang saat mendengar mereka bertanya, ngobrol sebentar sambil mereka
makan tapi tidak enak kalau meninggalkan teman- temanku berlima yang berada di
pojokan jauh itu, jadi saya berdiri untuk memeriksa apakah mereka masih ada di
situ. Sudah cukup lama ngobrol bersama Ka Iind, Ci Vrisca Fau dan Ka Ilah yang
lagi makan serta dengan teman- teman cowok TI juga ikut memesan makanan yang
sama kayak mereka namun dalam porsi banyak, saya bangkit dari bangku karena
merasa tidak enak kalau harus nganggu mereka lagi makan, saya pamit untuk
kembali ke tempat yang tadi sambil nyamperin ke Isna yang lagi makan bersama
Dear dan Windy yang sama- sama membawa bekal dari rumahnya. Lalu berpindah
sebentar ke mejanya Maria dan Melvina, saya tidak sengaja mencicipi makanan
jajanan milik Melvina. Belum 1 jam berada di kantin, saya kembali ke tempat
Juwita yang tadi baru saja selesai makan siang dan lagi ngobrol satu sama lain
dan bersiap- siap keluar dari kantin ini dan naik ke lantai 3 karena ada 3
orang mau shalat dulu, maka saya dan Juwita menemani mereka di dalam musholla.
Sambil menunggu mereka shalat, kami tidak bisa masuk ke dalam, hanya bisa duduk
di dekat pintu masuk saja dan saya sengaja meminjam jawaban Akuntansi milik
Juwita yang lagi sibuk meminta kertas folio yang berisi jawaban Akuntansi untuk
dikumpulkan, saya memeriksa punyaku dan punya dia upaya kalau ada kesalahan
bisa diperbaiki gimana. 10 menit, 15 menit mereka masih shalat sebelum bersiap-
siap untuk masuk kelas lagi. Saya melirik ke arah jam tangan yang sudah tinggal
5 menit waktunya dan masih dalam pemeriksaan jawaban Akuntansi bersama Juwita
di dalam musholla itu. Tiba- tiba ada suara aneh terdengar lagi dari luar pintu
musholla, saya jadi kuatir kalau sudah harus kelas. Tak lama kemudian mereka selesai
shalat, kami pun bersiap keluar dari sana dan menuju ke lift untuk naik ke
lantai 4 namun tidak jadi. Di saat saya bersama mereka, saya tidak menyadari di
belakang saya ada yang mencolek- colek sekaligus memukul pelan mengejutkan
saya, ‘Iya...’ saya menoleh ke belakang, mengira Fia yang memukul ternyata
teman Fikom ’12 yang saya kenal dari sejak Kalbisphere-days, Cita Suci Auliah
dengan mungil badannya menyapaku. Saya jadi kaget dan hampir lupa tentang dia.
‘Haii, lagi ngapain???’ dia bertanya, saya menjawab, ’Iya, mau kelas aku chi.
Kamu sendiri mau ke mana? Ga kelas?’ Uchi dengan gaya yang lucu saat menjawab
pertanyaan, ‘Kelas apa? Iya sama aku juga ada kelas ntar. ‘ lalu saya menjawab,
‘Kelas Akuntansi. Oke aku duluan ya. ‘ Tiba- tiba ada yang turun jalan di
eskalatornya, Kevin Niasta, dengan tangan memegang kertas folio jawaban
Akuntansi yang belum dibuat, mencari kami... ‘Pinjam dong jawaban akuntansinya.
Gw belum buat nih. ‘ (sambil mengobrak- abrik kertas folio dari kami berenam
dan mengambil milik Qory) Namun saat itu, Qory lagi tidak ada bersama kami
setelah shalat tadi. Kami jadi kebingungan dan panik sedikit melihat tingkah
Kevin itu bersama Adinda langsung naik ke lantai 5 sambil berlarian. Kami
berlima naik ke atas, bertemu lagi dengan beberapa teman TI yang ada Lisa
Melyani beserta teman- teman Davis Santoso, menunggu sambil mengobrol ria
kecuali Lisa hanya duduk di lantai dengan kakinya terdengkur, merasa sendirian.
Saya sengaja nimbrung ke arah Lisa bersama mereka itu dan tak lama kemudian
disusul pula oleh teman- teman cewek TI itu, Disya, Anis, Nurul, Dewi dan
Tantri bersamaan dengan Maria dan Melvina. Lagi- lagi saya melirik ke arah jam
tanganku yang sudah menunjukkan jam 13.40, dosennya tidak datang- datang
beberapa menit yang lalu. Satpam yang berjaga di lantai 4 kebingungan melihat
kami menunggu, sedangkan teman- teman yang lain sudah pada kelas duluan dari
awalnya. Sudah lewat 30 menit, ‘Biasanya kalau sudah lewat 30 menit, dosen
dikatakan tidak boleh ngajar setelah kami menunggu. ‘ kata- kata itu yang
pernah dikasih tahu oleh siapa gitu masih terngiang- ngiang di benak saya. Saya
menunggu bersama mereka, tiba- tiba ada cowok TI namanya Ali Iqbal menyuruh
kami turun ke lantai 1 dengan upaya tidak ada kelas dan disuruh pulang. Kami kebingungan
dan tidak tahu harus berbuat apa, bisa- bisanya mengikuti perintahnya untuk
turun lewat eskalatornya tanpa harus melaporkan diri ke siapa- siapa. ‘Emang
tidak ada kelas? Ada yang ngasih kabar?’ Begitu ada beberapa teman pada teriak-
teriak di depannya dan Adi Permana yang juga menyuruh kami pulang karena tidak
ada kelas. Setiba kami di lantai 1 dan bingung mau ngapain karena tidak ada
kelas benar- benar padahal kami sudah mengerjakan tugas mandirinya untuk
dikumpul dan tugas- tugasnya masih ada di tangan Qory Andrianni kemudian
dipindahkan ke Adinda untuk langsung ke ruang dosen dan mengumpulkannya.
Sedangkan Lisa yang tadi bersamaku saat turun ke lantai 1 langsung balik
bersama teman- temannya tanpa menunggu ada kelas UKM CC jam 4 sore, Maria dan Melvina
juga ikut pulang karena sudah kecapekan setelah diisengkan oleh Joes dan David
Meibert. Sisanya hanya kami berempat kecuali Juwita dan Vicky yang lagi pergi
ke luar dan ditambah oleh Disya, Anis, Tantri, Nurul dan Dewi berjalan ke
Kantin untuk beristirahat duduk di bangkunya. ‘Bosennyaaaa..... Ngantuk sekali
aku...’ Rofiatul Koramah ‘Fia’ yang mulai mengeluh pada kondisinya sekarang
sambil mendengkur kepalanya di atas meja, Dyah juga melakukan hal yang sama
dengan Fia dan Qory lagi sibuk BBM-an. Saya duduk dan mulai merasa bosan dengan
diri saya sendiri, saking mengecek BB yang sudah mau low baterainya lalu
melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 14.15 lalu minum air putih
karena haus dan ingin pulang sebelum ada UKM CC nanti sore namun masih bingung
mau ikut apa engga. (sambil melihat keadaan sekitar di kantin dengan pusing
kepala) Tiba- tiba ada 3 orang cewek TI masuk ke kantin itu Isna, Dear dan
Windy, mereka itu duduk bersebelahan dengan tempat duduk kami. Dengan perasaan
lemes, Dear tiduran sambil mendengkur kepalanya ke samping lalu mendengar musik
dengan headsetnya, sedangkan Windy mengeluarkan suatu benda asing buat foto-
foto, dia sengaja memotret Isna dan Dear yang lagi ngapain. Teman- teman yang
duduk di sebelahku menoleh ke arah mereka dengan perasaan heran dan tidak
menanggapi apa yang sedang mereka lakukan karena sudah kelelahan. Beberapa
menit kemudian, Disya bangkit karena harus pulang sama Tantri, saya
memperhatikan mereka yang kelelahan melambaikan tangannya ke arah kami dan keluar.
Lalu saya bangkit dari tempat duduk dan mampir ke tempat 3 orang cewek itu
sebentar sebelum saya bersiap untuk pulang, saya tidak menyadari kalau mereka
sengaja mengajak saya untuk foto sekalian. Setelah itu, saya pamit untuk pulang
dan tidak lupa menitipkan pesan kecil ke Dyah untuk sms ke saya tentang UKM CC
nanti sore, ‘Dy, kamu ikut UKM CC ga?’ saya mulai bertanya padanya, lalu dia
menjawab saat saya berbisik di depan telinganya, ‘Kayaknya ikut sih, Chris.
Kenapa? Kamu ikut kan?’ (dengan penuh berharap) Saya menjawab dengan
kebingungan karena capek, ‘Kayaknya iya, nanti sms aku ya kalau kamu jadi ikut
itu. Aku harus balik ke rumah dulu ya. Daaa.. ‘ Keluar dari kantin, berjalan ke
lobby dan duduk di sofa warna hijau tua besar itu tiba- tiba dismsin oleh
Juwita untuk mengajak main ke rumahku namun beberapa menit kemudian tidak jadi
karena saya sudah di rumah dan tidak bisa janji untuk menunggu sampai dia balik
ke kampus. 1 jam kemudian, saya ke kampus lagi untuk CC. Saya datang dengan
perasaan lelah padahal sudah istirahat dengan tidur sebentar. Sesampai di
kampus, naik ke lantai 5 dengan liftnya dan menuju ke AL502, yang saya lihat di
dalam ternyata............ ‘Kok dikit banget ya yang datang?’ (sambil melihat
sekeliling kelas ini) ‘Ke mana ya Juwita?’ (bingung saat mengamati teman satu-
persatu namun tidak kelihatan mukanya) Dengan lemesnya, saya berjalan ke baris
keempat di samping kanan dan duduk sendiri karena yang di depan sudah penuh,
lalu tiba- tiba di belakang saya, Chandra Kurniawan memanggil saya, ‘Chris,
duduk di depan aja. Yang di sebelah Singgih itu. Pindah saja sana. ‘ (sambil
memberi petunjuk di depanku) Dan saya memutuskan duduk di depan dan duduk di
sebelah Singgih yang lagi mengutak- atik laptopnya dengan serius. UKM CC
dimulai seperti biasa, pengajarnya Kak Jihan dan dibantu oleh ketua CC-nya, Kak
Bismo, kami mulai mengerjakan latihan praktikum tentang web sedikit demi
sedikit, saya sendiri dibantu oleh Singgih sambil menunjukkan tulisannya lewat
ketikan. Dari pukul 16.30 sampai jam 18.00 yang sudah didatangi oleh kakak
Senior TI angkatan 2010, Ci Vrisca Fau yang lagi membaca novel sambil
memonitori pekerjaan kami, lalu Kak Made yang sibuk memperhatikan kami dari
sampingnya dan mulai asyik bercandaan dengan Kak Bismo dan 2 orang cowok TI
itu. Tak lama kemudian kelasnya selesai dan yang membuatku teringat adalah ada
doa malam bersama FIRE’s yang sudah saya diberitahu oleh Juwita namun sampai
sekarang tidak ada kabar, saya BBM-an dengan Hanna malah pending dan sms Kak
Andri ternyata tidak ada respon sama sekali, maka saya langsung pulang dengan
perasaan kecewa.....
Kembali lagi ke hari Senin, minggu kedua bulan Oktober, saya tidak mau
mengingat lagi kejadian minggu lalu yang ada doa malamnya. Di saat istirahat
setelah makan siang bersama Juwita dan 4 orang teman TI saya, habis shalat di
lantai 3 dan naik ke lantai 4 menunggu kelas Akuntansi. Keasyikan ngobrol dan
bercanda bersama mereka termasuk ada Lisa yang duduk di sebelahku sendirian,
tiba- tiba saya melihat ada seorang teman dari jurusan FiKom ’12, Hanna Naomi
Kojongian lewat menjauh di depanku sendirian, dia menyapaku. Saya membalas
sapaannya lalu memanggilnya untuk mau ngomong sesuatu, ‘Na, nanti malam ada doa
malam lagi ga?’ Saya mulai bertanya di depannya dengan pelan- pelan, dia
membalas pertanyaanku, ‘Ga ada kok. Edwin yang bilang tadi, Chris. ‘ Saya
langsung mengangguk untuk menyakinkan kalau benar- benar tidak ada. Kami
langsung ‘TOS’ sebelum Hanna kembali ke teman- temannya, dia sudah disamperin
oleh teman Fikom lainnya, yang tidak saya kenal siapa dan mereka langsung
berlari meninggalkanku. Tak lama kemudian, dosen Akuntansi datang kami langsung
ngoca- ngacir dan berlarian ke kelas AR412 terutama pada Dewi Kurnia yang lucu
gayanya saat masuk kelas sambil berebutan dengan Disya dan Anis. Di kelas
Akuntansi, saya sudah minta Juwita booking untuk bisa duduk di depan demi
bantuin saya bersama Dyah yang duduk di sebelahnya. Dan apa yang telah saya
rencanakan kepadanya untuk minggu ini sukses juga. Sudah berada di kelas untuk pertemuan
ke-4 dimulai seperti biasanya, Bu Wiratmi menjelaskan tentang pembuatan laporan
Akuntansi bagaimana, lalu menjelaskan tentang jurnal Akuntansi di depan kami
lewat buku jilid fotokopi-an Akuntansi yang sudah didapat pada sebelumnya.
Semakin lama semakin bosan saat mendengar penjelasan dosen, terutama oleh
teman- teman cowok TI yang duduk di belakang ada yang main ribut sampai ada
yang mengantuk. Setelah 1 jam lewat, sama halnya seperti pada minggu sebelumnya
kelasnya sudah kelar dengan cepatnya namun kami sengaja diberi tugas kedua lagi
untuk membuat Jurnal Akuntansi. Mendengar apa yang diminta oleh dosen, Bu
Wiratmi, kami langsung pusing kepalanya, ‘Tugas lagi...tugas lagi....’ Namun
dosennya tidak peduli, langsung keluar kelas meninggalkan kami yang masih
kepusingan itu. Saat itu, saya juga kaget mendengar Dyah bilang ada tugas lagi,
‘Iya ada tugas. Bikin laporan Jurnal. ‘ (sambil menunjukkan halaman ini dan itu
terus melipat ujung atas jadi bentuk segitiga kecil) ‘Oke deh... Dibuat di
folio kan?’ Saya bertanya lagi padanya dan dia langsung mengiyakan
pertanyaanku. Tak lama kemudian, kami juga mendapat pembagian hasil tugas
pertama yang sebelumnya itu dari Adi Permana. Melihat nilai Akuntansi, saya
langsung menyakinkan diri dan kembali membereskan buku catatan dan buku
Akuntansinya, lalu keluar kelas bersama Dyah untuk persiapan UKM CC.......
*****
EASY SUBJECT: INTRODUCTION
TO COMMUNICATION AND TECHNOLOGY
Masuk siang untuk kuliah TIK yang diajarkan Pak
Lufti kadang membuat teman- teman TI ada yang senang, kadang ada yang malas.
Ada sedikit alasan yang membuat beberapa teman tersebut malas datang siang
adalah panas, malas gerak/jalan ke kampus, tak terkecuali dengan saya. Saya
masih bisa kuliah siang hanya bisa bolak- balik dari rumah ke kampus hanya ikut
Morning Prayer walaupun tidak ada kelas pagi, jadi lumayan bisa ngobrol dengan
Kakak Senior sedikit. Pada hari Selasa Minggu kedua, saya teringat ajakan dari
Ka Iind Desmita Nathalia, untuk makan bareng sebelum dia ada kelas jam 10. Saya
jadi bersemangat untuk ke kampus walaupun sedikit malas, tapi masih bisa ikut
MP dan ngobrol bentar dengan Kak Andri dan Kak Indah di ruang AR310 tentang
buku Akuntansi. Setelah MP selesai, teman- teman FIRE’s ada kelas jadi harus
keluar duluan dan saya masih bisa santai sedikit sebelum hendak bertemu dengan
Ka Iind dan Ci Vrisca Fau untuk makan bareng di hari ulang tahunnya Ci Vrisca.
Di lantai 4, kami bertemu kembali setelah beberapa hari tidak ketemu, lalu
duduk di lantai, membuka tutup bungkusan kotak merah yang dii dalamnya berisi
kue coklat yang berbentuk bulat itu dan kami mulai berpesta sedikit di depan ci
Vrisca sambil bertepuk tangan kecil, disusul oleh 2 orang teman baik ci Vrisca,
mereka itu Ka Ilah dan Ka Viki, ‘Haiii Christyy... ‘ mereka menyapaku di
depanku, sedangkan Ka Viki mulai minta kenalan sama saya terus ngobrol sebentar
sambil makan sepotong kue coklat tersebut. ‘Senangnya bisa bertemu dengan mereka
akhirnya....’ (dengan perasaan senang) 30 menit bersama mereka cukup menghibur
diriku sebelum mereka hendak kembali ke kelasnya masing- masing dan saya
bersiap pulang daripada harus menunggu sampai jam setengah dua..........
Berpindah ke jam sebelum kelas Pak Lutfi, saya sudah tidak perlu memikirkan
untuk buru- buru berangkat seperti halnya pada pagi hari karena saya masuk
siang. Tidak pernah saya lupa adalah BBM dengan Lisa Melyani yang sekarang ada
di mana, ‘Lis, kamu di mana? Sudah di kampus?’ namun BBMnya masih bertanda ‘D’
dan belum diread sama dia, ‘Yaudahlah, kayaknya lagi di jalan kali.....’ Pikir
saya, lalu bersiap- siap dengan pakaianku dan tas berisi buku tulis serta
peralatan tulis dan berangkat. 10 menit di jalan, saya sampai di kampus seperti
biasanya untuk kedua kalinya lalu saya berjalan kaki di tengah kampus yang
sepi, 2 orang satpam masih menjaga di depan lobby sengaja menyapa kedatangan
saya. Begitu saya masuk ke dalam, tampaknya ada seorang teman dengan badan yang
mungil dan sebagian rambut dikuncir di tengah sedikit, yang lagi nunggu di
lobby yang sepi itu. ‘Hmm.. Sepertinya aku telah mengenalnya. ‘ (sambil
memperhatikan penampilannya di balik tas warna krem kecoklatan kotak- kotak)
Tiba- tiba seorang tersebut berbalik arah saat melihat kedatanganku, ‘Haiii
Christy.’ Dia itu Lisa Melyani yang baru saja sampai dan lagi nunggu teman,
‘Haii lis. Lagi ngapain? Nunggu siapa?’ lalu dia menjawab, ‘Ya, lagi nungguin
Davis. Dia ada di toilet. ‘ Saya hanya mengangguk ‘Oohh..’ Tidak kepikiran
untuk menemaninya dulu sebelum naik ke lantai 4 bersama- sama, akhirnya Davis
keluar juga dan mengikuti saya dan Lisa naik tangga panjang itu menuju ke
lantai 4. Tiba- tiba ada suara orang berlari di belakang kami, Dewi Kurni
Anggraeni, yang satu- satunya tidak mau telat kelas siang. ‘Haiii kalian...
Belum mulai kan?’ Dia mulai bertanya dengan terengah- engah karena habis
berlari. Lisa menjawab langsung saat menoleh kedatangannya, saya hanya tidak
mengerti apa yang dia ngomongkan setelah menolehnya. ‘Belum, wi. Kami baru
datang kok. Hehehe...’ Dewi akhirnya menghembuskan rasa lega setelah sampai di
kampus. Saya jadi tertawa kecil melihat kelucuannya, sedangkan Davis hanya diam
dan berjalan di depan, kami bertiga mengikuti sampai ke lantai 4 dengan
eskalatornya. Setiba di lantai 4, suasananya masih sepi kecuali hanya ada
Disya, Anis dan Tantri bersama Ali Iqbal, Johan, Adi yang lagi duduk di lantai,
ngobrol demi menunggu kelas TIK. Disusul pula oleh Vicky, Fia, Qory tanpa
Juwita dan Dyah. Kami berkumpul kembali seperti biasanya, belum banyak bicara.
Lalu di sudut kejauhan dari kami, ada Isna bersama Dear dan Windy tampak lagi
duduk ngobrol bertigaan di dekat pintu kelas AR412 padahal matakuliahnya di
kelas AR410. Setelah Juwita datang menyusul sendiri kemudian Melvina bersama
teman TI cowok yang berbaik hati mau mengantarnya, David Meibert itu. Singgih
baru saja turun sendiri dari lantai 5 yang belum pernah saya lihat pada minggu
kedua, ada pula dengan Dicken yang baru muncul tiba- tiba dari lantai 3 bersama
Dhanang, Grady, Izhhar dan Faris lalu berjalan ke kamar mandi sebentar. Tak
lama kemudian jam tanganku yang sering ditanya- tanya oleh Tantri dengan
perasaan cemas sekaligus bete, ‘Eh, jam berapa sekarang sih?’ saat saya lagi
mengecek lokasi kampus di Foursquare setelah Wifi untuk di BB diaktifkan namun
tidak mau minta konek sampai sengaja mengupdate masalah itu ke Twitter
sekalian. Tiba – tiba jadi dimention reply oleh Kak Debby Devina, ‘Kalau mau
konek ke wifi kampus ini, harus registrasi dulu. Hehehe.. ‘ saat membaca
mention reply darinya, saya jadi ngeh dan berpikir karena baru ingat kalau
kalbisphere saya tidak bisa dilog-in. Saya membalas mention reply dia, ‘Oo gitu
ya, oke deh. Makasih ya buat infonya. Cuma saya ada masalah dengan
kalbispherenya, ga bisa dilog-in gitu. (dengan perasaan sedih)‘ Ngobrol
dengannya hanya sebentar walau sinyal di kampus kurang bagus jadi telat ngirim
mention replynya. Teman- teman yang sudah hampir terkumpul masih bisa ngobrol
sedikit walau belum jadi teman baik. Saya duduk di dekat Lisa yang sibuk
BBM-an, begitu juga dengan yang lain bersamaan datangnya Juwita di depan Vicky.
Ketika saya lagi mengecek BBku, Qory memanggilku dan menanyakan, ‘Kamu mau
bayar 20ribu ga? Buat bayar fotokopi-an Akuntansi yang kemarin itu...’ Saya
setengah kaget saat dipanggil olehnya, ‘Oh ya...’ tiba- tiba saya teringat
sesuatu yang sudah dijanjikan oleh Joes untuk memberikan saya fotokopi
Akuntansinya, saya berpikir panjang sebelum membayar. Qory sibuk meminta
bayaran dari beberapa teman TI termasuk sebagian teman cewek yang mau
membayarnya dan yang cowok belum sebagian karena ada kemalasan untuk belajar. ‘Gimana
ya? Gimana yaa?’ Tidak habis pikir sebelum Pak Lufti datang, saya langsung
mengeluarkan uang kertas senilai 20 ribu, bayar ke Qory itu. Sambil memeriksa
note kecil miliknya, nama- namanya sudah terdaftar hanya beberapa teman saja
dan belum keseluruhan yang mau karena dibagi kelompok untuk fotocopinya. 10
menit berlalu dari jam setengah dua, dia baru datang tanpa memperhatikan kami
ada di pojok jauh darinya. Dia masuk ke dalam kelas AR410, disusul oleh Isna
dan 2 orang itu kemudian kami di belakang mereka. Seperti biasa, kami masuk
kelas tanpa menyapa dosen yang sudah duduk duluan sambil menyalakan komputer
lalu kami duduk dengan pelan- pelan. Lagi- lagi saya duduk di depan seperti
biasa, Tantri duduk di belakang saya, ‘Sedihnya.....’ (pikir saya dengan
ekspresi kecewa saat melihat dia sengaja pindah tempat) Dia tidak ngomong apa-
apa kecuali hanya melihat saya dengan tersenyum) Menunggu beberapa teman TI
yang berniat menemani saya di depan, terutama pada Dyah yang lama sudah saya
sms dan belum dibalas sama sekali. Isna sengaja duduk di depan lagi bersama
saya, diam- diam berubah jadi sumringah akan kehadirannya di depan, Dear duduk
di sebelah Isna sedangkan Windy duduk di baris kedua depan dekat dengan Dear,
tiba- tiba Dear langsung keluar sebentar, hendak ke toilet bersama Isna yang di
belakang menyusul. Saya jadi heran melihat tingkah mereka itu, kelasnya dimulai
materi pertemuan kedua hanya teori semua. Walaupun hanya sekedar materi yang
dijelaskan Pak Lufti, ada yang mengantuk bahkan tidak serius mendengarnya,
langsung mencatat ringkasan yang ada di slide. Tak lama kemudian Dyah datang
telat, masuk ke dalam dan memberi salam ke dosennya lalu duduk di sebelahku
lagi. ‘Haiii.. ‘ menyapa biasa di depanku. ‘Kok telat kenapa?’ dia menjawab
dengan kesal sedikit, ‘Jalannya macet Chris.’ Saya hanya mengangguk tanpa
bertanya lagi dan kembali ka materinya dan mencatat beberapa, Dyah sibuk
mengeluarkan buku file dari tasnya, meminjam catatan ke saya karena sudah
ketinggalan beberapa slide. Menunggu dia selesai mencatat dengan gesitnya tanpa
banyak ngomong, saya memperhatikan penjelasan Pak Lufti yang sungguh cepat dan
komat- kamit di bibirnya sehingga beberapa teman TI ada yang mengerti palingan
dalam bahasa Indonesia terjemahan dosen dan masih ada bahasa Inggris di semua
slide materinya dan mereka tidak mengerti maksudnya apa. Saat dosen memberi
pertanyaan, tidak ada yang menyimak karena pusing dengan tulisan- tulisan yang
berbahasa Inggris kecuali Singgih dan Hanim yang serius memperhatikan materi
sehingga mampu menjawab pertanyaannya tanpa mencatat sedikitpun, Eka juga
apalagi yang seolah- olah membaca tulisan langsung mencatat secara singkat
seperti sudah tahu maksud apa. 10 hingga 15 menit bersama dosen itu yang
lumayan melelahkan karena capek mencatat ringkasan pendek di setiap slide dan
slide yang berganti terus yang hampir membuat kami ketinggalan catatan sedikit.
Sebelum jam istirahat dimulai, kami disuruh oleh dosennya untuk mencatat arti
dari berbagai singkatan yang lumayan banyak itu. ‘Catat semuanya dalam waktu 10
menit, dimulai sekarang. ‘ Dengan kegemporan, kami mencatat satu- persatu arti
dari singkatan itu berikutnya itu, saking melihat catatan punya Dyah yang sudah
mencatat beberapa dan Isna juga. Saya dengan buru- buru mencatat semuanya
sebelum waktunya habis dan slidenya akan diganti. ‘Aduuhh,, kecil sekali
tulisan itu.. Aku tidak kelihatan. Perbesarin tulisan pak.‘ Ada beberapa teman
sengaja ngambek ke bapaknya yang lagi mondar- mandir du dejat jendela tidak
mendengar hirauan mereka tersebut, padahal yang di slide itu hanya gambar yang
mencakup tentang arti dari singkatan itu. Ada yang tertawa mendengar kelucuan,
ada yang marah bahkan frustrasi saat mencatat dengan buru- buru di buku file
masing- masing dan.......slide mulai terganti oleh dosen. ‘Yaaaaahhh, belum
selesai ini paaak. Kembalikan itu dulu. ‘ Kengambekan pun mulai melanda dan
memecah suara seisi kelas ini. ‘Hahahahaha... ‘ dosen itu tertawa mendengar
mereka ngambek, ‘Sudah berapa yang kalian catat?’ Ada yang menjawab ‘Sudah 15
pak’, ‘Tinggal dikit lagi selesai pak. ‘ dan seterusnya dari beberapa teman dan
langsung tertawa terkekeh- kekeh mengingat kelucuan tadi upaya melepas rasa
bosan. Termasuk saya juga, setelah menghitung jumlah yang tercatat, ‘Hanya 16
nih... Kalau kamu berapa?’ sambil melihat kepunyaan Dyah. ’15 chris’ (dengan
kecewa kecil lalu tertawa ‘Haha’ ) kemudian ke arah Isna yang baru melihat
catatan saya, ‘Kamu berapa na?’ lalu dia menjawab, ‘Sama kayak cici, 16 ‘
padahal tulisannya rapi dan jelas dibaca. Jam istirahat dimulai, semua pun
keluar kecuali saya dan beberapa teman TI yang mau santai dengan laptop dan
games NDS itu. ‘Chris, kamu ga keluar kelas? Aku mau shalat dulu yaa.. ‘ lalu
saya berpikir mau ngapain keluar di saat cuaca yang tidak mendukung seperti
itu, ‘Engga dyah, di sini aja. ‘ Kelas yang cukup dingin sekali, membuat
badanku hampir membeku sedikit sehingga saya berlarian ke kamar mandi. Setelah
Dyah keluar bersama Fia dan Qory ditemani Vicky dan Juwita ke Musholla di
lantai 3 itu, saya keluar dari kamar mandi, secara tidak sengaja saya bertemu
dengan Kak Agung Mulyadi lewat bersama Kak Gustaaf Andriannus Walangitang dan
Kak Edo menyapaku. Kak Agung sengaja main tos-tosan sekali sama saya, ‘Tos
dong.’ Saya langsung ‘TOS’ dengan
kakak itu sambil tertawa. ‘Okee, duluan yaa.. ‘ Dia bersama mereka berdua pamit
untuk kembali ke kelasnya, ‘Oke kak. ‘ (dengan tersenyum) Namun saya tidak
melihat keberadaan Kak Andri sekarang di mana, ‘Mungkin lagi kelas kali sama
mereka yang tadi. ‘ Saya kembali memeriksa ada BBM atau SMS di BB, lalu kembali
ke kelas upaya ngobrol dengan bapaknya sebentar. Saat di depan bapak yang lagi
mengecek materi di PPT dan yang lainnya, mulai menyapa kedatanganku, ‘Hai vant.
Ada apa?’ lalu saya dengan tersenyum, ‘Tidak apa- apa pak. ‘ saya memulai
pembicaraan kecil dengannya, ada Singgih yang duduk sendirian sambil main games
di NDSnya. Saya sengaja melihat apa yang dia mainkan, ‘Ya ampun...malah main
games segala. ‘ komentar saya di depan Singgih yang keasyikan main pun tertawa
dengan heran saat mendengar saya berbicara padanya, ‘Ya, males keluar kelas.
Mending main ini saja. Haha..’ dia main games sambil mendengar lagu di HPnya.
Sedangkan di belakangnya, ada Dhanang, Izhhar, Faris yang lagi main games di
laptop dan Dicken hanya mondar- mandir tidak jelas lalu main games bersama
mereka itu. 30 menit hampir berlalu dan hampir berakhir masa istirahatnya,
semua termasuk teman cewek kembali ke kelasnya dan disusul oleh teman cowoknya.
Materi lanjutannya dimulai seperti biasa tanpa ada tugas, kami terus- menerus
mendengar penjelasan bapak dalam terjemahan Indonesia berganti Inggris itu,
saya mencatat ringkasan lewat buku file punya Isna dan Dyah bergantian kalau
ada yang ketinggalan slide di PPT. Dari jam 4 sore hingga jam 5 lebih, kelasnya
langsung bubar karena takut hujan di luar maka kami semua cepat- cepat pulang
tanpa harus menunggu....
*****
NEED MORE LOGIC?? A CRITICAL
THINKING LOGIC
Berikutnya hari Rabu, sehabis MP bersama Kak Andri
sebagai leader tanpa Ka Grace karena sakit dan bersama FIRE’s baru dalam 2
minggu itu. Saya keluar hanya sendirian, cuma Maria dan Juwita tidak datang. L Lalu saat saya menginjak
di lantai 4, sudah cukup ramai dengan teman- teman TI dan jurusan lain, saya
mencari keberadaan mereka di mana. Setelah menemukan mereka, saya bergabung
dengan mereka setelah menyapa Tantri yang duduk selonjoran di lantai dengan
Disya. Dan Maria dan Juwita baru datang, ‘Cukup mengejutkan saja.’ saya menoleh
kedatangan mereka dengan berpakaian rapi, begitu juga tasnya. Ramai di mana-
mana, padahal sudah jam 8 lebih namun dosen setengah batak jawa belum
kelihatan. Kami dengan riuh ngobrol sana- sini, termasuk tim Hore- Hore yang
suka mengajak ribut. Tak lama kemudian dosennya datang, kami langsung berdiri
dan masuk ke dalam seperti biasa. Saat saya hendak mencari tempat duduk di
depan lagi, ada Isna di depan saya mulai duduk dan saya langsung duduk di
sebelahnya, ‘Hei... ‘ dia mulai tertawa saat melihat saya datang
menghampirinya. Lalu Dyah baru datang telat 5 menit dan bersedia menemani saya.
‘Fiuuh, akhirnya...’ (melepas rasa lega) Dosen dengan semangatnya yang sungguh
membara berdiri dari bangkunya dan mulai membuka pembicaraan bersamaan LCD
proyektornya dinyalakan. Kadang saya tidak mengerti apa yang diomongkan dia
biasa dibilang penting atau tidak, saya berusaha memperhatikannya namun dia
ngomong terlalu cepat. ‘Yasudahlah...’ pikir saya di dalam hati dengan mulai
mengeluh sedikit. Saat dosen menyelesaikan pembicaraan dan langsung duduk di
bangku tersebut, kami mengeluarkan buku catatan tak terkecuali dengan saya.
Materi pertemuan kedua dimulai dengan sangat cepat dan serius dalam catatan
waktu 1 jam lebih 15 menit, ditambah absensi mahasiswa yang hadir. ‘Lucu sekali
kelas ini ya...’ pikir saya sambil mencatat ringkasan yang ada di PPT di mana
ditampilkan di layar. Walaupun ada yang tidak mendengarkan Pak Rusli, dosen
matakuliah Logika Berpikir Kritis itu menjelaskan seputar ringkasan termasuk
inti dan contoh, malah asyik ngobrol sedikit sambil mencatat. 1 jam berlalu,
tiba- tiba datanglah seorang karyawan Kalbis yang tidak kami kenal masuk ketika
saya lagi mencatat yang belum selesai dari catatan punya Isna yang dipinjam.
Dia datang menyerahkan kertas memo kecil ke Dosen, ‘Tolong diinfoin ya pak,
terima kasih. ‘ lalu dosen menjawab dengan tidak seriusnya, ‘Iya, oke. ‘ dia
keluar dari ruang AR412, dosen membacakan memo tersebut walau saya tidak
memperhatikan kecuali Isna memanggil saya dari samping. ‘Ci, nanti jam 4.30
kumpul di Lab hari ini. ‘ saya berhenti menulis dan mengembalikan catatannya
berubah jadi kaget, ‘Oh ya? Ada apaan tuh?’ Isna menjawab dengan mengangkat
bahu, ‘Aku ga tahu ci, katanya ada pelatihan Lab sama Bu Eva.... ‘ Saat
mendengar dia menjawab sambil menulis di kertas dalam buku apa yang
diomongkannya daripada mendengar ada yang mengoceh, saya menjawab dengan pelan,
‘Oh gitu, siapa aja yang ikut? Cuma aku doang?’ dia menggeleng kepala, ‘Engga,
aku juga dipanggil kok ci, kalau yang lain aku ga tau siapa lagi, mungkin ada
sih. ‘ Saya Cuma mengangguk kepala dengan mengerti apa yang dimaksud dia, ‘Oh
gitu, oke deh. Thank you ya na. ‘ setelah itu, materi dari dosen dilanjutkan
kembali hanya 20-30 menit sebelum kelas itu bubar. Saya jadi tidak serius
memperhatikan pembicaraan dosen maupun yang di slide itu, saya langsung
mencatat rapi di buku tulis dari pinjaman punya Dyah dan Isna bergantian.
Beberapa menit lagi kelasnya akan bubar, dosen sengaja memberi tugas pertama
saat saya melihat Isna mencatat ‘TUGAS.....’
semangat saya jadi down, ‘Tugas kelompok 3-4 orang per kelompok ya. Tolong
setiap kelompok menuliskan namanya di kertas terus dioper ke yang lainnya, saya
mau mencocokkan di buku absensi.‘ dosen tersebut menyuruh ke teman yang duduk
di depan itu sibuk merobek selembar kertas dan menulis kelompok. Saya berubah
jadi panik sedikit, lalu memberitahu ke Dyah yang lagi kebingungan, ‘Dyah, kamu
sama aku ya gimana?’ Dia menjawab dengan sedikit bingung, ‘Iya, tinggal satu
lagi siapa. ‘ (sambil mencari teman yang tersisa ternyata sudah pas semua) Sedangkan
Isna sengaja berpindah tempat sebentar mencari teman kelompok yang paling dekat
itu Dear dan Windy. ‘Yaudah, tunggu saja kalau ada yang kurang, minta
sekelompok saja sama kami. ‘ Saya mencari arahan teman yang tidak ada yang
menghampiri ke hadapan kami, saya jadi agak bersalah. ‘Apa salah aku ya, kenapa
tidak ada yang mau sama aku?’ (dengan sedikit kecewa) Waktunya sudah habis
untuk pertemuan kedua, Ali Iqbal tiba- tiba muncul mendadak dengan memegang
selembar kertas, mengagetkanku ‘Kamu sama siapa kelompoknya?’ dia bertanya
karena merasa kasihan, lalu saya menjawab dengan terheran- heran, ‘Sama Dyah
doang tapi kurang 1 orang bal. ‘ dia hanya menjawab, ‘Ooo..’ kemudian menoleh
ke belakang, mencari teman yang tersisa dan mengingat siapa yang tidak masuk.
‘Oh ya, mau ga sama Michael Wongkar?’ saya jadi ngeh karena tidak mengerti,
Dyah menjawab, ‘Ya udah, gapapa kalau dia sekelompok sama kami. ‘ Saya menulis
nama- nama kelompok yang dibantu oleh Dyah itu. ‘Oke deh, makasih ya Chris. ‘
Ali Iqbal pun kembali ke belakang, mencari yang tersisa siapa sebelum
menyerahkan kertas itu ke Pak Rusli bersamaan bubarnya kelas. Setelah pertemuan
kedua selesai, kami semua keluar seperti biasa namun belum pulang langsung
karena ada kelas tambahan tanpa istirahat, Web Programming. Kami langsung naik
ke lantai 5 bersama- sama.
*****
DIFFICULT SUBJECT: INTRODUCTION
TO WEB PROGRAMMING
Pada hari Rabu setelah kelar kelas
Logika Berpikir Kritis, tidak ada istirahat seperti yang terjadi pada hari
Senin dan Kamis biasanya di siang hari istirahat. Kami setelah keluar kelas, ke
toilet bentar lalu naik eskalator yang belum jalan ke lantai 5 dan duduk di
lantai menunggu Pak Alexander Waworuntu, dosen Web Programming datang. Ada yang
sengaja ngerumpi ke kantin, mondar- mandir tidak jelas karena merasa bosan dan
ada yang ke perpus sebentar untuk buka laptop. Saya bersama Dyah keluar dari
kelas AR412, Isna juga di belakang mengikutiku dan dia bersama Dear dan Windy.
Mau naik ke lantai 5 tiba- tiba saya kebelet dan mau ke kamar mandi yang di
lantai 5 eh, tertulis di kertas yang ditempel di pintu toilet, ‘Maaf, ini sedang
diperbaiki. Ada yang rusak. ‘ Saya jadi kesal sedikit bersama Dyah, lalu
terpaksa pindah ke kamar mandi di lantai 4. Setelah lega dari kamar mandi dan
naik lagi ke atas dan sudah ada dosen masuk ke dalam dari biasanya, ‘Kok cepat
sekali ya dosen itu datang?’ (dengan keheranan) Padahal belum banyak yang
datang ke Lab dari 10 menit yang lalu kecuali hanya Singgih masuk duluan
bersama Chandra lalu Hanim dan Eka yang satu- satunya langsung duduk di depan. Lisa
dan teman- teman Davis, Juwita dan 3 orang teman itu disusul oleh Disya dan 4
orang teman dan terakhir saya bersama Dyah. Awalnya saya berpikir untuk
berharap agar Dyah bisa menemani saya di sebelahku, namun saya tidak enak sama
Adi Permana yang suka membantu seperti 2 pertemuan yang sebelumnya. Menunggu
sampai Adi datang terasa sangat lama sekali, beberapa menit kemudian teman-
teman yang lain tak lain dari tim Hore- Hore sudah masuk dan Adi menyusul
bersama Ali Iqbal itu, saya tidak sengaja melirik Adi yang masih berdiri dengan
kebingungan lalu duduk, sedangkan Ali Iqbal juga duduk di sebelah saya namun
berjauhan sedikit. Dyah malah duduk di barisan kedua sebelah kiri bersama Fia
dan Vicky itu. Lalu dosen berdiri di depan mimbar dengan senyuman yang cukup
menghanyutkan bagi kami, ‘Haii selamat pagi teman- teman, gimana kabar kalian
hari ini?’ Senyumannya benar- benar ini........... ‘Hmm...’ (tidak ada komentar
yang dikeluarkan dari mulutku karena bingung apa yang ditanyakan saat mereka
menjawab sapaan dosen itu) ‘Okee, kalian sudah belajar tentang cara membuat web
sendiri dengan menggunakan HTML minggu lalu?’ lalu terdengar jawaban yang jelas
dari belakang yang membuat dosen tertawa, ‘Sudaaah paaak...’ diikuti suara
tertawa tidak jelas dari beberapa teman cowok kecuali teman- teman cewek itu.
‘Okee, mari kita mulai belajar apa yang sudah diajarkan di kelas sebelumnya. ‘
(sambil menyalakan LCD Proyektor dengan remotenya, lalu meneruskan pencarian
materi untuk dicopy ke flashdisk) Kami kembali dengan keributan kecil termasuk
saya dan Adi yang suka diajak bercanda, Ali Iqbal juga apalagi. ‘Huuhh...’ Saya
hampir merasa terganggu akan keributan Adi namun saya senang bisa dibantu sama
dia untuk pertama kali dan Iqbal juga. Lalu Pak Wawo dengan cepatnya,
menyerahkan fd yang sudah dicopy dari laptopnya ke Eka yang duduk di depan,
‘Tolong copy file pertemuan kedua dengan nama..... ‘ dosen itu memutar arah ke
meja Eka dan mencari nama file lalu meng-copynya. Setelah dari Eka, dipindahkan
ke Hanim lalu Johan dan fdnya dioper ke Adi berikutnya saya dan terakhir ke Ali
Iqbal. ‘Chris, oper itu ke Iqbal. ‘ Menunggu sampai semua sudah mendapat file
tentang soal latihan HTML, saya membuka file tersebut dari yang penuh rasa yakin
berubah jadi ngeblank. ‘Hmmm...’ Adi juga begituan saat membuka file itu dan
diam tanpa suara. Dosen itu berpindah jalan ke belakang untuk mengambil balikan
flashdisk yang sudah dipinjam sebelumnya lalu kembali ke mimbarnya, ‘Sudah
semuanya?’ (sambil mengangkat tangan tinggi- tinggi dengan flashdisk di
tangannya) ‘Sudaaaaaah paakk..’ Yang di belakang beberapa teman berteriak keras
di depan dosen tersebut. Dan dosen kembali ke meja dan meletakkan kembali
flashdisknya, menyiapkan materi baru dibuka di LCD proyektor itu. ‘Mari kita
mulai belajar.........’ dia membuka pembicaraan yang cukup terdengar di alat
bantu dengar saya saat saya lagi melihat- lihat gambar yang baru dikasih itu.
‘Chris, buka notepad++ sekarang. Nanti perhatikan itu ya.. ‘ Adi memanggilku
dengan mencolek- colek kasar sedikit, ‘Iya di. Ini lagi dibuka. ‘ Dosen itu
menjelaskan dengan panjang lebar dan kami memperhatikannya sambil membaca
gambar yang berisi tulisan itu. ‘Coba kita latihan dulu di Notepad’ Kami
mengikuti bapaknya sambil menulis codingan HTML dan seterusnya karena diminta
olehnya untuk meng-test dengan soal latihan yang diberikan sebelumnya. Dengan
seriusnya, kami mengetik sambil melihat codingan yang ada di gambar itu tanpa
harus melihat punya teman ataupun bertanya ke bapak. Bagian demi bagian dari
HTML di soal latihan tersebut diketik sampai akhir tanpa merasa terganggu oleh
siapapun, semua terlihat serius mengetik sambil melirik gambar selangkah demi
selangkah. Dosen memonitori pekerjaan kami, termasuk milik saya dan bertanya,
‘Bisa kan?’ saya tidak mendengar saat bapak bertanya, saya menoleh, ‘Iya.. ‘
(asal menjawab karena lagi konsentrasi mengetik tulisan itu) Dia kembali ke
meja laptopnya dan hendak mengabsensi teman- teman yang hadir sebelum waktu
kelasnya habis. Saking sibuk dalam mengetik dan ada yang sudah selesai boleh
pulang, dosen itu menunggu beberapa teman terutama pada saya sudah selesai
dengan latihan proktikumnya. Singgih nomor satu baru saja keluar dari Lab
dengan menenteng tasnya, disusul pula dengan teman- teman cowok lainnya dengan
gesitnya dalam mengetik soal tanpa ada kesalahan kecil karena hasil yang keluar
di Web Browser itu sudah benar. Lalu kembali ke saya, saya tidak pernah panik
untuk pertama kalinya dan masih bisa menyelesaikan langkah demi langkah,
bersamaan dengan Adi dan Iqbal yang memperhatikan dari samping kiri dan kanan.
Beberapa menit sebelum jam 12 bubar kelasnya, Adi, Johan, Eka dan Hanim sudah
selesai menyusul Singgih dan yang lainnya namun belum mau pulang kecuali Eka
yang suka buru- buru pulang duluan. Jam 12 teng yang menandakan jam istirahat
dimulai, sebagian dari teman TI sudah bersiap untuk pulang setelah soal latihan
pertemuan kedua selesai. Saya terakhir jadi keliyengan karena merasa terganggu
akan keributan mereka yang mondar- mandir itu, untungnya saya sudah
menyelesaikan. ‘Hampir saja tidak mau keluar hasilnya.... Di web browser itu.....
‘ pikir saya saat memperhatikan hasil tersebut. Mau mengcopy file itu, saya
tidak membawa flashdisk. ‘Oh yaa...’ (dengan perasaan kecewa sedikit) Saat saya
hendak beberes buku tulis dan mau mematikan komputer, Dyah mampir ke tempat
saya duduk di depan dari samping kiri bersama Fia dan Vicky. Dyah mulai kaget
melihat hasil saya, ‘Bagus itu... Lihat, dia akhirnya sukses tuh.. Haha...’ dia
mengomentari pelan di depan Fia, Vicky, Qory dan Juwita. ‘Hehehe...’ saya hanya
tertawa, lalu kami pun bersiap pulang...... Saat keluar dari lab, berpisah
dengan mereka berlima itu dan turun ke lantai 1 dan teringat mau ketemu Ka Iind
dan Ci Vrisca Fau yang paling saya kangen padahal baru beberapa hari di Kalbis,
saya langsung BBM-an Ka Iind sekarang ada di mana, ‘Kaa... Lagi kelas? Sudah
kelar? Lagi di mana?’ sambil turun, BBMnya dalam keadaan pending yang bikin
saya bete. Tiba- tiba BB saya berdering menandakan ada balasan chat darinya,
‘Haiii, uda kelar kok. Sekarang lagi di kantin nih aku, Chris. Kenapa? Sini saja..’
Saat membaca BBM chat darinya dan berpikir untuk bertemu apa engga sebelum
hendak balik. ‘Oke’ dengan penuh yakin, ‘Ooo, ntar aku ke sana yaa.. Tunggu
ya.’ Lagi- lagi BBMnya masih pending, saya baru menginjak di lantai 1 dan
berjalan kaki ke kantin yang cukup ramai dengan teman- teman junior maupun
senior. Masuk ke dalam, mencari keberadaan mereka ada di mana namun tidak
kelihatan sedikitpun sama sekali. ‘Ketemuuuu....’ saya terlonjak kaget saat
melihat ada yang melambaikan tangan di depanku, ‘Haiiii..... Sini, sini..’ Ka
Ilah itu menyambut kedatanganku dari kejauhan. Saya berlari kecil menuju tempat
mereka yang lagi makan, ‘Haii semuanya.. ‘ Ci Vrisca menoleh kaget, begitu juga
Ka Iind baru baca BBM chat dari saya. ‘Kamu ngapain? Udah kelar kelas?’ Ka Iind
bertanya, saya menjawab dengan perasaan senang karena bisa ketemu mereka di
kantin, ‘Iya, mau ketemu kalian hihi.
Udah kok, sekarang mau balik. ‘ (dengan tersenyum lebar) Ci Vrisca bertanya
lagi, ‘Uda makan?’ dan saya menjawab dengan heran sedikit, ‘Belum ci. Ga bawa
bekal soalnya. Hehe. ‘ tiba- tiba Ka Iind menawarkan saya untuk makan bareng,
‘Makan yuuk sini, kalau mau beli makanan. Aku temenin deh. Yuk.’ Dia mengajakku,
saya berpikir untuk bisa makan bareng mereka untuk kedua kalinya, ‘Okee deh. ‘
(sambil mengeluarkan dompet dari dalam tas) Bersama Ka Iind ditemani oleh Ci
Vrisca, Ka Ilah juga sengaja mengikutinya karena mau beli indomie kuah. Saya
melihat setiap makanan di balik kaca ada berbagai macam menu makanan, ‘Mau apa
yaa...?’ (bingung) ‘Mbak, saya mau pesen yang ini. Pesen 1 porsi ya. ‘ (sambil
menunjukkan menu Rendang yang merupakan makanan padang ditambah dengan sup ayam
semangkok) Mbak dengan halus menjawab, ‘Oke, ditambah nasi juga?’ Lalu saya
menjawab dengan santai sekaligus kaget ada Bu Eva di samping saya dan kepalaku
jadi dingin, ‘Iyaa mbak..’ (menjawab pelan terus membayar pesenan itu yang
diminta olehnya) Bu Eva kelihatannya
memesan makanan untuk makan siang juga bersama dengan dosen yang lainnya itu Pak
Dion, Pak Anjar Dwi Astono dan Pak Wawo, saya dengan buru- buru mengambil
pesenan itu ditemani oleh Ka Iind yang berbaik hati mau membawakan menu itu ke
meja di mana kami bertemu. Setelah meletakkan menu yang dipesan tadi bersamaan
dengan Ka Ilah, kami mulai makan bersama- sama. Sedangkan teman- teman cowok
baik Kak Edward yang tidak saya kenal hanya diam memperhatikan saya, tanpa
berkomentar apa- apa karena masih sibuk ngobrol satu sama lain di saat kami
lagi makan. Teman- teman TI saya kelihatannya sudah pulang duluan, ‘Lega sekali
ya untuk hari ini, masih bisa bersantai sedikit. ‘ pikir saya dengan tenang
dalam makan. Seru adalah bisa ketemu mereka dan makan bareng kakak Senior
seperti mereka bertiga itu. Saat saya lagi santai makan, Ka Iind sengaja
menawarkan makanan yang dibawa dari rumah, ‘Mau ini ga?’ Ci Vrisca juga dengan
tersipu malu menawarkan hal yang sama di depan saya, saya jadi terkekeh- kekeh
mendengar tawarannya, ‘Ooo, makasih yaa.. Ini saja sudah cukup kok.’ Dengan
lahapnya saya makan hingga habis dan tersisa hanya kuah sup saja, begitu mereka
juga. Tiba- tiba Ka Ilah sengaja menyisakan Indomie yang terlalu banyak
porsinya dan belum habis, ‘Iiindd... Mau ini gaa? Kalau mau, bisa ga makan ini
dong,, aku uda kenyaaangg...’ Ka Iind langsung ngotot di depannya, ‘Engga ilah,
aku uda kenyaang...kasih saja sama yang lain. Tuh kan kenapa kamu pesen itu. ‘
Saya jadi kebingungan saat melihat tingkah mereka yang lumayan lucu, Ci Vrisca
yang baru saja selesai makan dan minum langsung menoleh keributan mereka
berdua. Ka Ilah dengan paniknya karena sudah merasa kekenyangan tiba- tiba
langsung kabur meninggalkan indomie yang tersisa, Ka Iind mulai mengomel,
‘Hey,, kok ini ga dihabiskan woii..’ Ci Vrisca juga mengatakan hal yang sama
namun Ka Ilah sudah berlari menjauh dari hadapan kami. Ka Iind mengendus rasa
kesal lalu menyambar tasnya untuk minum dan berdandan sebentar sebelum keluar
dari kantin. ‘Chris, kamu ga ada kelas lagi? Atau mau ke mana?’ ketika saya
menahan tertawa akan kelucuan mereka tadi itu sambil minum air putih, menoleh
ke arah panggilan Ka Iind dan menjawab, ‘Ga ada kak. Mau balik kok aku
sekarang. Kalau kamu ada kelas lagi?’ Ka Iind menjawab, ‘Iya, ada kelas. Sampe
sore nih aku. Huhuhu.. ‘ Saya mengangguk dengan perasaan kasihan sama dia lalu
berbalik bertanya ke Ci Vrisca, ‘Kalau kamu ada kelas juga?’ Dia mengangguk
seperti yang dikatakan Ka Iind, ‘Iya, aku ada kelas ntar. Sama seperti dia,
sampai sore. ‘ Keluar dari Kantin setelah melewati tempat makannya Bu Eva
bersama 5 orang dosen itu, saya berpisah dengan mereka serta teman- teman cowok
Ko Edward yang hendak menuju ke Lift, ‘Aku duluan ya, ada kelas soalnya. ‘ Saya
mengiyakan setelah mereka berpamitan baik denganku di depan kantin, ‘Oke jam
berapa kak?’ Lalu dia menjawab, ‘Setengah dua sama kayak mereka itu. ‘ Pada
akhirnya, mereka masuk ke Lift setelah saya pamit untuk pulang................
3 jam berlalu, saya teringat ada kelas pelatihan Lab jam 4.30 yang membuatku
terkejut tadi pagi, ‘Ada apa ya? Yang membuatku terpanggil di jam segini...?’
(sambil bersiap- siap dengan baju biasa yang dipakai di kampus sebelumnya)
Belum sampai jam 4.30 titik saya langsung berangkat dari rumah... Tiba di
kampus lagi untuk kedua kalinya, yang membuatku malas untuk berpijak. ‘Aduuh..
‘ lalu saya berjalan kaki hingga ke Lobby yang sangat sepiiiiiii tanpa suara,
hanya saja ada angin sepoi- sepoi yang cukup menggeluti badanku padahal
udaranya sangat panas. Saya tidak peduli akan panasnya udara itu, tetap
melanjutkan jalan kakiku ke lift menuju lantai 5 dan tidak pernah lupa untuk
BBM dengan Isna sekarang ada di mana, ‘Naa, kamu di mana? Masih di kampus?’
Lama belum dibalas juga sama dia, saya tetap bersabar menunggu pintu liftnya
terbuka dan membawaku ke lantai 5. Tiba di depan lantai 5, tetap saja agak sepi
seperti biasanya, saya hampir melewati ke perpustakaan eh malah berbelok ke
arah Lab itu. Saya tersentak kaget saat tiba di depan Lab, ‘Kok sepi sekali ya
di sini? Ke mana tuh orang- orang sekarang?’ (dengan perasaan was- was
sekaligus lemes) BB saya berdering lagi, Isna baru membalas BBM chat saya,
‘Iya, aku lagi main di rumah Adinda nih. Bentar yaa ci. Kamu di mana sekarang?
Dosen sudah datang emang?’ Saya jadi bingung tentang keberadaan Isna saat ini,
‘Oke deh, aku uda di kampus, udah di depan Lab. Tidak ada siapa- siapa pula.
Sepi banget na. Ke sini doongg.. ‘ Setelah membalas BBMnya dan saya duduk di
lantai sendirian. Tanpa sadar, saya sengaja mengupdate statusnya di bb status
saya kalau saya ada di kampus, sampai ada yang menanyakan saya adalah Ka Iind
Nathalia, ‘Eh, ngapain balik di kampus lagi?’ kemudian ada Melvina yang
menanyakan hal yang sama, ‘Ngapan di kampus Chris?’ BB berdering beberapa
kalinya, saya diam dan menahan sampai deringnya berhenti lalu membalas, ‘Ya ada
pelatihan Lab soalnya. ‘ saya membalasnya ke kedua orang teman itu dan menunggu
Isna datang. Sambil BBM-an dengan Ka Iind sebentar tanpa sadar kalau ada teman
lewat dari kejauhan. Tau- taunya, ada seorang cowok TI yang tinggi badannya
dengan baju merah itu, Ali Furqon, yang cukup mengejutkan saya. Dia tidak menyapaku
karena belum mengerti siapakah saya. Saya melanjutkan kembali BBMnya, sedangkan
Ali Furqon duduk di pojok kanan dekat ruang CC yang belum jadi karena masih
dalam renovasi. Tiba- tiba muncullah seorang teman dengan jilbab pinknya
berlari sampai berjingkrak- jingkrak di depan saya, ‘Haiii Ci.. Baru datang
ya?’ Saya mengiyakan pertanyaannya, ‘Kamu dari mana na?’ dan dia menjawab
dengan santai, ‘Abis dari rumah Dinda, sekarang mau ke perpus.. Mau ke sana
ga?’ Saya tidak habis berpikir karena dosennya belum datang, akhirnya saya ikut
dia ke perpus. Saya meminta tolong seperti yang disuruh Isna, ‘Kalau dosennya
sudah datang jangan lupa bbm aku ya. Kami mau ke perpus sebentar. ‘ Furqon yang
lagi bengong menunggu di pojokannya sambil memegang Bbnya, ‘Oke, aku lagi ga
ada pulsa nih. Ntar aku kasih tau ya. ‘ Saya langsung mengacungkan jempolnya di
depannya, Isna hanya mengangguk saja, ‘Oke, ditunggu ya qon. ‘ Kami berjalan
meninggalkan Furqon sendirian di pojokan itu.
Setiba di perpustakaan yang cukup dingin, yang membuat saya terkejut
adalah ada Eka Saputra yang lagi browsing di komputer milik perpustakaan itu
sedangkan ada Qory Andrianni yang baru masuk ke perpustakaan mencari Isna. ‘Dia
ikut juga?’ saya bertanya pada Isna, ‘Iya, kalau yang lain aku tidak tahu. Eka
juga palingan. ‘ Saya mengangkat dagu, lalu kami bertiga menunggu di bangku
oranye itu sambil ngobrol sebentar. Saya tidak menyadari ada ci Vrisca lewat di
depan saya, ‘Hai, ngapain kamu?’ sambil mengambil tas untuk mencari kartu KTP
buat check in di perpustakaan untuk loker. ‘Hai ci.. Ya, lagi nunggu pelatihan
Lab sama dosen itu. ‘ lalu dia mengangguk- angguk dan berbalik ke librarian
untuk mengisi datanya dan mengambil kunci, ‘Oke, aku duluan ya. Mau masuk ke
dalam. Daaah.. ‘ Saya mengangguk cepat dan kembali menunggu di perpustakaan
seperti biasanya, dosen dengan pakaian formalnya, rok panjang warna hitam
bermotif bagus muncul di depan perpustakaan dari kejauhan Lab itu. Bu Eva
menyapa di depan kami yang lagi duduk bersantai, ‘Hei, kalian. Lagi ngapain?
Kumpul di dalam sana, ruang AL501 ya..’ dosen memperingatkan dan ‘Oke buu... ‘
saya tidak mendengar saat diberitahu olehnya, sudah ada Ali Iqbal yang baru
naik ke lantai 5 bersama Grady Askarida, Ali Furqon menyusul dosen di depan
perpustakaan dengan kebingungan. ‘Kalian juga kumpul di sana sekarang. ‘ dosen
kembali memberitahu ke Ali Iqbal dan Grady yang bertanya – tanya, ‘Ada apa
ini?’ Perundingan selesai, kami disuruh ke Lab, saya melihat Isna tidak membawa
tas, ‘Na, tasmu ke mana?’ Isna menjawab, ‘Ada di loker ci. ‘ Saya berpikir
sebagai punya ide, ‘Na, bisa titip tas aku ga?’ saya meminta tolong padanya,
‘Kamu mau dititipin? Oke. ‘ Isna hampir mau jalan dari perpustakaan langsung
berbalik sebentar untuk membuka loker perpustakaan dan memasukkan tas saya ke
dalamnya, sedangkan Qory juga ikut menitipkan tas di dalam lokernya. Kemudian
kami berjalan kaki dari perpustakaan ke arah Lab yang hampir gelap itu hingga
tiba di ruang AL501 itu. Sesampainya kami bertiga di ruang itu, Eka bersama Ali
Iqbal dan Ali Furqon menyusul. Saya mulai bingung saat melihat situasi di Lab
yang saya masuki itu, ‘Kok dikit banget yah, Cuma kami yang berada di sini?
Atau Cuma hanya pelatihan Lab saja?’ Hampir setengah melamun sambil menunggu
dosen, Bu Eva, mulai bersiap- siap maju ke mimbar dan tiba- tiba terbukalah
pintu Lab, ada teman- teman dari jurusan mana itu masuk ke dalam seketika yang
cukup mengejutkan kami kecuali dosen yang sibuk menulis sesuatu di papan tulis
itu. Saya hendak membaca apa yang sedang ditulisnya namun tidak kelihatan jelas
karena ada sinar dari jendela belakang kami itu. Dosen mulai memberi pengarahan
atau briefing sebentar di hadapan kami yang baru datang beberapa dan belum
ramai, ‘Kalian semua dari jurusan Teknik Informatika, Sistem Informasi dan Ilmu
Komunikasi yang mendapat beasiswa diharapkan rutin mengikuti pelatihan Lab ini
ya...bla...blaa...’ Dengan semula dia jelas sekali memberi peringatan sambil
menunjukkan tulisan 3 jurusan yang di papan tulis lalu berubah jadi cepat
bicaranya. ‘Hmm.. Oh ternyata teman- teman terakhir yang baru datang dan duduk
di sebelah kanan itu dari Sistem Informasi ya..’ pikir saya saat memperhatikan
teman- teman itu kebanyakan cewek dibanding cowok yang sedikit datang. Namun
saya tidak melihat teman- teman dari Ilmu Komunikasi yang mendapat beasiswa itu
siapa. Saya meneruskan briefing dengannya demikian juga teman- teman yang
lainnya sampai jam 6 sore. Saat mendengar apa yang diomongkan, saya sengaja
bertanya kepada Isna yang duduk di sebelahku, ‘Na, apa yang dibicarakannya?’
lalu Isna memberi isyarat dengan maksud, ‘Tunggu.’ ... ‘Ci, tunggu bentar ya..’
dia serius sekali mendengar pengarahan dia dengan perasaan was- was. ‘Ci, dia
nanya kita jadinya pelatihan lab ini kapan gitu. Mau diatur jadwal sama dia. ‘
Saya hanya mengangguk ‘Oh gitu. ‘ Dosen tidak hentinya menjelaskan tujuan
pelatihan lab, syarat- syaratnya sampai jadwal pelatihan lab yang direncanakan.
Beberapa teman yang mendengar penjelasannya sampai pada pertanyaan serius dari
dosen, ada yang bertanya bahkan memberitahu tentang masalah pembentrokan antara
pelatihan Lab dan urusan lain, termasuk Isna itu dengan baiknya memberitahu
permasalahan saat dosen berencana bahwa pelatihan Labnya dimulai hari Rabu,
namun tidak ada yang setuju. ‘Bu, aku ada urusan, mau kursus Bahasa Inggris. ‘
Isna menimpali, begitu juga beberapa teman yang lain juga berkomentar yang
sama. Dosen kembali bingung, ‘Yah, kalian maunya hari apa?’ (sambil mengangkat
tangan dengan bersudut 90 derajat) Menunggu persetujuan dari beberapa teman
untuk pelatihan Lab ini kecuali saya hanya diam karena bingung dan benar- benar
tidak mengerti apa yang dibicarakan. Tak lama kemudian, ada yang setuju kalau
pelatihan Labnya hari Kamis dan dosen itu menerima persetujuannya. ‘Oke, kita pelatihan Labnya hari kamis ya,
jam 4.30 di ruang ini yaa.’ Isna membantu memberitahu apa yang dijelaskan pada
akhir briefing serta fix rencana. Saya langsung sumringah sedikit kalau hari
Kamis mulai pelatihan Lab padahal jadwalnya padat yang saya pikirkan. ‘Oke, na.
Thanks ya. ‘ Saya menerima persetujuan yang diminta oleh dosen itu. Dan
briefingnya selesai, kami langsung pulaaangggg.... Jam tanganku yang dilihat, ‘Wah udah jam 6
kok sebentar sekali ya di sini. ‘ saya jadi kaget dan bingung sedikit. Isna dan
Qory sibuk berjalan kaki, saat mendengar saya ngomong yang cukup keras. ‘Kenapa
ci?’ Saya menggeleng kepala, ‘Gapapa kok na. Yuk ke perpus. ‘ Isna mengangguk,
‘Oke.. ‘ Kami bertiga berjalan ke perpustakaan lagi, berpisah dengan teman-
teman yang ikut Lab itu harus pulang duluan. Masuk ke dalam, hawanya berubah
jadi dingiiiinnn dan semakin dingin, saya baru menyadari kalau saya tidak
membawa jaket setelah mandi sebelum berangkat ke kampus lagi. ‘Ya ampuuun
dingin sekali di malam hari ya. ‘ Isna dan Qory diam saja, meneruskan jalannya
ke dalam ruang diskusi yang kebetulan ingin saya janjikan sama Ka Iind
sebelumnya. Sebelum itu, saya BBM dia sekarang ada di mana, ‘Kamu di mana?’
Lalu dia menjawab, ‘Masih di perpus nih, lagi nungguin ci Vrisca Fau selesai
mengerjakan tugasnya. ‘ Saya membalasnya, ‘Oke, ntar saya akan ke sana.
Menemanimu... Boleh ga?’ (dengan perasaan senang untuk kedua kalinya)
dibalasnya, ‘Ha? Kami di sini sampai jam 7 malam loh. Kami tidak lama lagi mau
pulang juga. Kamu belum pulang emang?’ Saya belum sempat membaca BBMnya setelah
kelar briefingnya, langsung tiba di perpus dan menuju ke ruang diskusi yang
saya janjikan. Saat memasuki ke ruang diskusi yang cukup dingin itu, dari
kejauhan dari mata saya tampaklah ada beberapa teman yang lagi duduk bersila di
bawah meja kecil dan mengerjakan sesuatu sama browsing di laptop. ‘Ketemu juga
akhirnya...’ Lalu saya menyapa Ka Iind yang lagi browsing, sedangkan Isna dan
Qory sengaja menuju ke tempat Windy yang lagi browsing dan ngobrol dengan Ci
Vrisca. ‘Oh pantesan......’ saya melihat teman sebelah dengan kebingungan dan
tidak menggubris juga. Saya memulai obrolan sama bercandaan dengan Ka Iind
ditemani oleh Ko Edward Guustaaf dan Ci Gisela Vinda itu. Lagi- lagi Ka Iind
menanyakan tentang Kak Andri di depan saya yang membuat Ko Edward tertawa geli.
‘Hahahaha...’ Saya langsung nyengir saat ditoel-toel sama Ka Iind dan Ci
Vrisca. ‘Apaan sih kalian?’ mereka tidak menjawab apa yang membuatku kesal,
mereka terus- menerus men-ciee-in saya, ‘Cieee eaaa..’ Lalu Ka Iind memberitahu
sambil bercanda, ‘Tuh ada Kak Andri di belakang kamu, baru melihatmu. ‘ Saya
menoleh ke belakang Cuma ada teman yang lain bukan Kak Andri dan saya langsung
kesal saat diisengin olehnya. Ko Edward terus- menerus tertawa dengan mulut
tertutup sambil memainkan Ipadnya, ‘Hehehehe.. ‘ Saya heran kalau kasusnya
sudah ketahuan, untungnya Isna dan Qory tidak tahu apa yang sedang mereka
lakukan terhadap saya, Windy juga apalagi karena serius di depan laptop itu.
Saya sengaja memukul dan mencubit lengan Ko Edward yang suka tertawa- tawa itu,
‘Apaan sih kamu ko?’ Saya jadi tertawa geli karena senang, lalu Ko Edward
segaja menunjukkan fotonya Kak Andri di depan saya, saya jadi shock. ‘Apaan
sih?’ Ka Iind dan Ci Vrisca langsung tertawa sambil menahan mulut karena takut
berisik di perpus. ‘Ssssttttt....’ Ka Iind menyuruh kami tenang. Isna menoleh
ke arah keributan kami dan bertanya, ‘Ada apa ini?’ (dengan tertawa kecil)
Setelah tertawanya mereda, saya tidak mau diam di perpus dan saya meminta izin
sama ko Edward untuk meminjam Ipadnya hanya untuk lihat foto- fotonya. ‘Oke,
boleehh.. ‘ dia mengijinkan saya melihat- lihatnya, Ko Edward lagi- lagi dengan
gaya nakalnya menunjukkan foto Kak Andri bersama teman- temannya. ‘Ituu...’
Saya langsung spontan memukulnya, ‘Sssttt.... ‘ dia langsung tertawa lagi. Saya
kembali serius melihat- lihat tanpa harus memikirkan kalau ada Kak Andri di
dalamnya, walaupun tidak semua ada dia. ‘Wah, jadi terharu sama masa- masa
Kalbisphere days aku yaa.. Hiks...’ komentar saya di dalam hati sambil meneruskan
melihat- lihat foto di seluruh albumnya. Tiba- tiba Ka Iind menanyakan, ‘Ada
ga? Foto Chen Ponk itu?’ Saya langsung diam karena malu kalau suara terdengar
oleh beberapa teman yang di sini. ‘Mungkin ada, saya sudah lihat kok ka. ‘ Lalu
dia kegirangan saking mencolek- colek saya dari depannya, ‘Ciee cieee..’, ‘Di
Laptop juga ada kok foto- fotonya. Mau lihat ga?’ Saya sengaja menolak dengan
halus, ‘Ga usah kak. Hehee. ‘ Ka Iind langsung nyengir, ‘Loh kenapa? Gapapa
kok. Ayuuk..’ dia mengangkat alis matanya tinggi- tinggi dengan maksud menggoda
saya. Saya hanya diam dan melanjutkan ke foto- fotonya, tanpa sadar kalau Isna
harus pulang bersama Windy dan Qory karena sudah terlalu lama di perpus. ‘Ci,
kami harus pulang. Kamu gimana? Mau tinggal di sini sama mereka atau pulang?’
Lalu saya berpikir panjang, ‘Oke, gapapa. Saya di sini, mau lihat- lihat
fotonya. Hehehe. ‘ Dan Isna mengangguk kepalanya, ‘Oke ci, bisa ga kunci
lokernya saya kamu yang jagain? Kamu bawa kartu KTP kan?’ Saya berdiri menyusul
mereka itu, Ipadnya saya titipin sebentar di meja karena belum selesai melihat
– lihatnya. 10 menit kemudian berpisah dengan mereka bertiga itu pulang, saya
kembali lagi ke tempat yang tadi dengan kunci loker ada di tangan saya dan
melanjutkan melihat- lihatnya sampai puas. Saat saya masih sibuk dengan foto-
foto yang begitu banyak dan yang tidak terlupakan, ada ci Gisela nyamperin saya
lalu duduk di samping tiba- tiba tersenyum melihat saya mengoper foto lagi yang
ada Kak Andri, dia sengaja mencolek lagi seperti yang dilakukan Ka Iind, ‘Eh,
kenapa ci?’ Dia langsung tertawa kecil, ‘Hehehe, ciee.. ‘ (sambil men-toel ke
bahuku) Saya berubah jadi diam dan malu kalau kayak ginian dan tetap
melanjutkan melihat- lihat tanpa menyadari kalau jam tanganku sudah menunjukkan
pukul 7 malam. ‘Chris, pulang yuk. Kami sudah selesai tugas- tugasnya. ‘ Saya
tertegun setelah melirik ke arah jam tanganku, ‘Okee..’ bersama Ka Iind dan Ci
Vrisca check out dari perpus, berjalan kaki ke lift ke lantai 1. Sudah agak
gelap dan hanya diterangi oleh lampu di setiap ruangan, ‘Cukup mengerikan ya
kalau berada di kampus malam- malam. ‘ (sambil memperhatikan kondisi di kampus)
‘Chris, kamu dijemput kan?’ Ka Iind bertanya lagi, saya mengangguk sambil
mengetik smsnya, ‘Iya kak.’ Sambil
menunggu saya dijemput di depan gerbang masuk kampus yang sudah agak gelap itu,
kami ngobrol sebentar sambil bercandaan.......
Hari Kamis tidak ada kelas karena
tanggal merah maka seluruh kampus itu libur nasional......
Kembali lagi ke hari Rabu akhir bulan
September, setelah matakuliah Logika Berpikir Kritis selesai dengan cepat
sekali saat Pak Rusli langsung ngacir keluar meninggalkan kami di kelas, asyik
bercandaan. 10 menit istirahat masih bisa dilakukan, mereka ada yang hendak ke
toilet, turun ke bawah hanya mau jajan. Saya terakhir keluar kelas bersama
Isna, bingung lagi mau ngapain dan begitu juga dengan dia. Ketika saya habis
dari toilet bersamanya, Dear dan Windy, mereka tidak ikut naik malah duduk
bersantai di meja bundar itu. ‘Aduuh...’ Tiba- tiba saya melihat ada Lisa yang
baru naik ke atas sendirian, saya langsung menyusulnya daripada bingung. Tiba
di lantai 5 dengan berlari kecil karena berat di tas tangan itu, saya menemani
Lisa yang sendirian di pojokan itu sedangkan teman- teman Davis ada di kantin
katanya. Tak lama kemudian, sudah beberapa teman yang keluyuran 10 menit yang
lalu akhirnya kembali terutama teman- teman Juwita, Disya lalu Singgih masih
sendirian kelihatannya tidak ada teman kecuali Chandra yang jadi temannya. Eka
dengan akting yang lucu mondar- mandir dari perpus ke Lab hanya memeriksa ke
dalam tanpa bertanya sedikitpun. Hanim juga baru naik ke lantai 5 sambil ngemil
makanan yang dibeli di kantin, roti coklat itu karena kelaparan. Disusul pula
oleh Adi, Iqbal dan Johan yang ikut bergabung bersama Chandra dan Singgih tanpa
diajak ngobrol serius lalu keluar lagi, mencari sumber yang pasti. 10 menit
berlalu, dosen baru datang telat dengan persiapan yang seperti hendak mau ke
kantor. Kami mengikuti di depan Lab yang dibuka oleh satpamnya, Pak Wawo menunggu
sampai kami masuk ke dalam. Posisi tempat duduknya tetap seperti biasanya,
tidak berubah dari yang sebelumnya. Isna, Dear dan Windy sengaja pindah duduk
di tempat yang pernah sekali diduduki oleh Vicky, Fia dan Dyah itu dan mereka
yang kehilangan posisi duduknya, langsung pindah ke tengah agar tidak ditempati
oleh siapapun. Kecuali Dyah yang membuatku jadi kasihan adalah tidak mendapat
tempat duduk, jadi dia duduk di depan baris kanan dekat dengan posisi saya,
berjauhan sedikit. Saya duduk seperti biasanya dengan Adi Permana itu, untuk
keempat kalinya. Sekembali teman- teman yang lainnya itu tim Hore- Hore dan
Adinda masuk telat 10 menit dari yang kami mulai mengerjakan praktikum, ‘Teman-
teman, bawa flashdisk ga? Saya mau meng-copy file baru nih. ‘ dosen itu mulai
bertanya saat kami lagi ribut- ribut. Di belakang kami kosong, maka Ali Iqbal
pindah tempat duduk sendirian. Adi bertanya padaku, ‘Kamu bawa flashdisk ga?
Kalau bawa minta saja sama bapak itu buat copy filenya. ‘ Saya baru menyadari
kalau tidak membawa flashdisk (sambil mencari-cari di dalam kotak pensil
setelah melihat beberapa teman sengaja menyerahkan flashdisk ke dosen itu)
Well, menunggu sampai ada yang berbaik hati memberi copian file yang dikasih
bapak itu. Adi baru saja dioper dari Johan, lalu dioper ke saya dan cepat-
cepat men-copy file pertemuan ke-3 ‘WebPro_HTML_CSS’. Setelah beberapa menit
kemudian, dosen memulai praktikum tentang CSS. ‘Mari kita coba latihan soal
dengan menggunakan CSS ya. Perhatikan di layar itu. ‘ dosen itu sengaja
memperbesar tulisan agar saya dan yang di belakang bisa melihat dengan jelas
walau sudah kasihan melihat ada yang memakai kacamata karena tidak kelihatan
atau bahkan tidak serius. Sambil memberi instruksi dalam bentuk HTML ke CSS,
kami memperhatikan dengan seksama dan mengetiknya sebagaimana cara yang akan
dilakukan. 30 menit berlalu lewat latihan, selanjutnya kami disuruh melanjutkan
pengetikan dari contoh soal web yang sudah jadi hasilnya, saya memperhatikan
setiap format tulisan serta element penggunaan HTML dan CSS bagaimana walau ini
terlihat sulit. Teman- teman yang lain bagaimanapun saya tidak tahu bisa atau
tidaknya, seakan- akan ada yang bertanya ke bapaknya, termasuk saya juga.
Ketika saya menemukan kesulitan setelah mengetik sebagian HTML dan CSS, hasil
tidak mau keluar di web browser. ‘Kok aneh ya, ada suatu kesalahan ya?’ (sambil
mengamati di mana kesalahan padahal sebelumnya bisa) Sedangkan dosen di
belakang saya sengaja memperhatikan pekerjaan saya tanpa berkomentar apapun,
hanya berbalik memonitori seperti biasa. Saking sibuk mengetik dan dosen tetap
membantu jika ada yang bertanya. Saya hampir ketinggalan karena ada yang
berebutan untuk bertanya. 1 jam berlalu di Lab sebelum waktu praktikumnya
habis, Adi masih sempat memperhatikan pekerjaan saya sampai suka iseng dalam
memuji hasil saya, Ali Iqbal jadi tertawa dari belakang. Saya jadi tidak fokus
sedikit karena diganggu oleh Adi dan Iqbal. ‘Yaah, bagaimana menurut kalian?’
Dosen itu bertanya di depan mimbar saat saya hampir menangkap omongannya lewat
lirikan kecil dan dia berubah ekspresinya jadi tersenyum, senyuman yang lebar.
Saya tidak merasakan suara ada yang menjawab pertanyaan bapak itu karena sibuk
di depan Komputer, takut waktunya habis. 2 jam berlalu, labnya selesai namun
tugas latihan praktikumnya belum kelar padahal saya hampir menyelesaikan
sedikit lagi di saat ada kesalahan format pengerjaan. Pada saat teman- teman
langsung pulang, tinggal saya dan Eka, dengan cepat- cepat saya bertanya ke
bapak itu. ‘Pak, bisa bantuin saya dong.. Saya agak bingung dengan format ini,
kenapa kok agak gede dan agak berantakan tulisan itu?’ Hanim yang duduk di
pojokan kiri itu dengan santai sambil main games setelah menyelesaikan tugas
latihan dan Eka masih belum mau pulang, malah serius di depan Komputer. ‘Ya,
kamu ada kesalahan di....... Seharusnya..... ‘ (dosen itu menjelaskan pelan-
pelan di depanku, sambil membantu memperbaiki tulisan itu dan akhirnya beres
juga) ‘Oke, makasih ya pak. ‘ Dosen itu mengangguk, ‘Ntar kamu lanjutin itu di
rumah ya. Nanti saya akan cek kalau sempat. ‘ saya mengiyakan permintaannya,
lalu beberes tas dan mematikan komputer. ‘Oh ya pak, boleh saya minta nomer HP
bapak ga? Sama E-mail juga sekalian. Biar bisa tanya- tanya kalau saya tidak
mengerti. ‘ dan dia berpikir sejenak lalu mengiyakan, ‘Oke, saya tulis nomer di
papan tulis ya. ‘ Saya menunggu sampai dia selesai menuliskannya, saya langsung
mengetik nomer HPnya di BBku sedangkan Eka yang akhirnya sengaja memotret no HP
beserta emailnya di papan tulis itu. 10 menit berlalu, saya bersalaman dengan
bapak itu, Eka dan Hanim juga lalu keluar dari Lab meninggalkan dosen
itu........ Pas keluar dari Lab, saya merasa diriku jadi jauh tertinggal dari
teman- teman yang sudah pada pulang 15 menit yang lalu, tiba- tiba saya jadi teringat
mau ketemuan lagi dengan Ka Iind dan Ci Vrisca Fau, saya BBM-an dan sms juga.
Namun apapun yang saya niatkan akhirnya batal karena saya harus pulang. (dengan
ga enak perasaan) Saat tiba di lantai 1, saya menengok ke arah kantin dan
berpikir mau ke sana apa ngga dan berbalik lagi karena mau ke kamar mandi dulu.
Keluar dari situ saya tidak sengaja ketemu Ka Grace Simanjuntak bersama kakak
senior yang saya kenal itu, ternyata pernah saya lihat pas Ospek sebelumnya,
Kak Chrismi. ‘Haii Chris, mau ke mana? Makan yuk sama kami.’ lalu saya
menjawab, ‘Mau balik nih ka. ‘ Ka Grace dengan rangkulan tangan ke pundak Ka
Chrismi, ‘Oh gitu... Yauda, hati- hati ya. ‘ mereka langsung jalan cepat dan
meninggalkan aku sendirian di lobby dengan perasaan bete. ‘Well....’ saya
berjalan hingga di depan pintu Lobby dan berubah jadi kaget, Kak Andri baru
saja masuk sambil membawa makanan jajanan di kantin depan itu. ‘Hai ce.. Mau ke
mana? Mau pulang ya?’ Saya jadi malu- malu saat menjawab, ‘Iya kak. Udah ga ada
kelas lagi setelah ini, hehe. Kamu lagi ngapain?’ dia menjawab sambil
menunjukkan makanan yang baru dibelinya, ‘Ini... Mau makan di dalam ce.. Oke,
hati- hati ya ce.‘ Dia melambaikan tangan di depanku lalu ‘TOS’ bersamaan
kembalinya Ka Grace dan Ka Chrismi yang baru selesai membeli makanan
jajanannya. Mereka sengaja menggoda Kak Andri dengan makanannya itu, Kak Andri
hanya diam menghindarinya. 10 menit kemudian obrolan saya dan Kak Andri
selesai, saya langsung pulang...........
Hari Kamis lagi untuk pertemuan kedua karena
minggu lalu libur nasional. Sehabis MP bersama Juwita dan Maria, berjalan kaki
ke lantai 4 sudah ada teman- teman TI berkumpul dan mulai ramai dengan kumpulan
teman- teman berbeda jurusan padahal masih pagi hari ini. Dengan sangat cepat,
Pak Wawo dengan membawa buku absensi serta peralatan papan tulis di tangannya
dan tas ransel hitam yang dirangkul di belakang, yang membuat teman- teman kaget termasuk
saya, Juwita dan Maria, kami berlari kecil ke kelasnya yang cukup jauh dari
kami datangi di lantai 4 itu.
*****
NOT VERY IMPORTANT
SUBJECT: NATIONALISM
Pagi- pagi sekali yang mengharuskan saya bangun
adalah kelas matakuliah yang tidak terlalu penting bagiku di semester 1 yang
membuatku malas bergerak. Saat bangun tidur dan menemukan BB saya yang suka
berdering terus lampu merahnya padahal sudah disilent agar irit batterai,
begitu saya membuka BB ada bbm chat grup saya ‘TI KALBIS 2012’ yang sibuk
membicarakan tentang matakuliah Nasionalisme yang membuat beberapa teman cowok
TI galau karena tidak tahu jam masuknya jam berapa. ‘Woiiii hari ini masuk jem
berapa sih? Jem 8 apa 9???’ ada yang bilang ‘Gimana klo bolos sekalian
saja...?’ dan seterusnya yang membuatku bingung dan merasa terganggu, saya
kembali tidur sebentar karena masih mengantuk dan malas bergerak. 30 menit
berlalu, BB berdering terus saya tidak peduli apa yang terjadi di kemudian hari
itu, saya bangun lagi dan memeriksa BBM chat grup itu, ada Juwita baru
menuliskan bahwa, ‘Pada di mana? Kok sepi banget di lantai 4?’ walaupun tidak
ada yang menjawab chat grupnya kemungkinan karena masih di jalan atau malas
masuk. Tiba- tiba ada sms masuk di BB lagi, mataku semakin sipit dan cukup
kesel, eh ternyata Tantri Kusumastuti yang sms, ‘Chris, Nasionalisme masuk jem
berapa sih? Aku masih di jalan nih. ’ di mana saya baru kelar bersiap- siap
dengan bajunya setelah mandi pagi, saya belum membalas smsnya karena sibuk
mengecek bbm chat grup sudah pada ribut- ribut kalau kelasnya mulai jam 8 yang
disuruh oleh Juwita. ‘Eh, teman- teman cepat datang, dosennya sudah datang
tuh...’ yang cukup membuatku kaget setengah mati padahal saya masih lagi makan.
Lalu David Meibert menjawab, ‘Seriusan???? Gw masih di jalan woii..’ ada pun
yang masih di rumah dan belum jalan dari rumah setelah mendengar berita
perubahan jam matakuliah nasionalisme ini. Saya tidak bisa menjawab apa- apa di
chat tersebut dan kembali membalas sms ke Tantri, ‘Masuknya jem 8 bukan jem 9
nih.. Aku kesiangan bangunnya. :’( Udah sampai mana km tan?’ ngobrol seriusan
dengan Tantri yang membuatku terkejut sedikit lalu BBM dengan Lisa, ‘Emang
masuknya jem 8?’ lalu dia menjawab, ‘Iyaa, ada perubahan sama dosennya. ‘ saya
langsung menjawab, ‘Oh gitu, okee deh. ‘ Walaupun saya sudah bersiap dari rumah
dan baru berangkat jam 8.45, ‘Ya ampun dosen tuh........ Bikin susah saja sama
mahasiswa. ‘ (mengedus rasa kesal sedikit saat sampai di kampus setelah 10
menit di jalan) Begitu masuk ke dalam yang sudah agak sepi itu eh ketemu dengan
Ali Furqon bersama Rio, Richart, Yoga, Grady dan Sebastian di depan lift yang
juga sama- sama telat seperti saya. Mereka pada ngedumel dengan santainya
sampai tertawa- tawa saat memperhatikan kedatangan saya. Naik ke lantai 4
bersama mereka, saya hanya diam merasakan kebisingan mereka berenam itu. Berjalan
kaki ke arah kelas AR402 yang terasa sepi sekali di lantai 4 kecuali ada anak-
anak Fikom yang lagi duduk di pojokan dekat ruang AR406, menunggu dosen datang
namun saya tidak melihat Hanna sama sekali dan saya langsung melewatkannya ke
kelas 402, mereka yang di belakang saya hendak ke toilet dulu. Saya menoleh ke
belakang apa yang sedang mereka lakukan dan langsung berpaling ke jalanku ke
kelas tersebut. Saat masuk ke kelas, yang membuatku terdiam adalah kelasnya
sudah terisi beberapa teman di tempat duduk masing- masing walaupun belum
keseluruhan masuk. Saya pamit ke Pak Pater yang lagi setengah menjelaskan
karena melihat kedatangan saya langsung mempersilakan saya masuk, ‘Ya ampuun..
How embarassing...’ (pikir saya di dalam hati) Saya masuk dan mencari tempat
duduk terdepan lagi, lalu sengaja duduk di samping Dear Debora. Dia menoleh kedatangan
saya dengan tersenyum, ‘Hai..’ Saya membalasnya dengan lelah sedikit, ‘Hai
dear.. Masuk jem 8 ya? Bukannya jem 9?’ lalu dia menjawab, ‘Ada perubahan jam
soalnya sama Pak Pater.’ Saya hanya mengangguk saja saat mendengar penjelasan
singkat darinya dan dengan buru- burunya saya mengeluarkan buku catatan,
meminjam punya Dear lalu mencatatnya karena sudah ketinggalan beberapa. Ada sms
lagi dari Tantri, ‘Sudah datang dia Chris? Aduuuh aku masih di jalan, macet
nih.... L’
Saya membalas smsnya secara sembunyi- sembunyi tanpa dilihat oleh dosen itu,
‘Iya, sudah datang dia. Aku baru datang nih. Cepetan gih km tan. Masih ada
tempat duduk kosong buatmu. ‘ dan dia menjawab, ‘Oh gitu, okee deh.. ‘ Sudah
lega bagi saya di kelas Pak Pater, disusul pula oleh tim Hore- Hore yang ribut-
ribut masuk kelas tanpa permisi, lalu Melvina Yosephine juga ternyata telat
masuk kelas karena jalannya macet di Tanah Abang. Sambil menunggu kedatangan
Tantri, saya serius kembali mendengar penjelasan Pak Pater dan mencatat apa
yang dijelaskannya lewat Dear Debora itu. Tantri dengan gempa- gempor masuk
kelas dengan telat 1 jam 30 menit dari jem 8. Dengan perasaan bingung dia masuk
kelas dan duduk di samping saya, kami sekelas langsung menolehnya dengan kaget
namun merasa kasihan. Sedangkan dosen tidak peduli akan ketelatan siapa gitu
dan tetap serius menjelaskan materi yang ada di slide yang sudah kelewatan
beberapa bagian dan saya belum sempat melihat bagian sebelumnya. ‘Chris, pinjam
dong catatan punya kamu. ‘ Saya meminjamkannya catatan itu sambil mendengar
penjelasan dosen itu. Hanya 30 menit setelah ketelatan Tantri, kami langsung
dikasih tugas kelompok yang harus dikumpulkan. Saya kaget dan bingung saat
melihat Dear menulis satu kata ‘Tugas’
begitu juga dengan Tantri di sebelah saya yang baru sekilas dilihat, saya
langsung mencatat sedikit apa yang harus dikerjakan ternyata tugas kelompok
tentang materi pertemuan kedua yang telah diajarkan sebelumnya. Saya tidak
mendengar dosen memberi penjelasan tentang tugas tersebut, maka Dear membantu
menjelaskan malah dipotong pembicaraan oleh Isna di sebelahnya. Saya tidak
marah atau kesal, saya langsung bertanya ke Tantri namun dia masih bingung dan
tidak mengerti dan saya berpaling bertanya ke Vicky yang duduk di belakang saya
yang pada akhirnya menjelaskan tujuannya, ‘Iya, 1 baris dijadikan 1 kelompok
chris. Kumpulnya hari ini, langsung diringkas di kertas gitu. ‘ Saya langsung
mengiyakan dengan perasaan lega tapi anehnya, sudah dibikin tugas buat
presentasi namun tidak jadi presentasi malah langsung dikumpulkan dulu sama
dosennya. Setelah mengumpulkan tugas yang sudah dibuat secara dioper ke sebelah
kanan oleh Dear dari kepunyaan saya dan Tantri, 10 menit kemudian dosen itu
keluar kelas, yang membuat saya bingung, ‘Kok aneh kelasnya cepat sekali?
Biasanya lama?’ (dengan penuh tanda tanya) Dan Dear memberitahu lagi untuk
minggu depan karena ada perubahan jadwal jam kelas, ‘Chris, minggu depan masuk
jadinya jem 8 ya, bukan jem 9, dia ga bisa soalnya. ‘ Saya langsung mengiyakan
setelah membereskan buku dan kotak pensil itu. Tiba- tiba Tantri pindah tempat
ke Isna dan Windy untuk ngobrol sebentar malah diminta untuk tulis di selembar
kertas tentang tugas yang diberikan, saya menghampiri ke tempat Tantri yang
lagi mengerjakan tugasnya, saya membantu sedikit walaupun tidak terlalu suka
matakuliah ini sedangkan Disya, Windy, Isna sibuk ngobrol sebentar sambil
mengaktifkan wifi untuk bisa internetan. Saya seharusnya bisa internetan di BB
namun tidak memakai paket full service jadi suka bingung mencari jawaban dari
soal yang diberikan itu. Sambil menunggu mereka mencari jawaban di internet,
saya membantu menjelaskan sedikit agar tidak salah, Isna dan Disya menunjukkan
jawaban yang didapat dari internet itu, ‘Ini tan.. Cepat kerjakan ya.. ‘ Saya
dari sebelah kiri Tantri langsung menggeser ke arah BB yang terlihat jelas
jawabannya namun tidak terbaca jelas. ‘Pasrahlah aku dah.....’ (pikir saya)
Sambil melihat Tantri lagi membolak- balik layar sentuhnya di BB dengan trackpad
itu, saya membantu mencari jawaban singkat dan jelas walaupun di situ agak
membingungkan karena terlalu panjang dan sukar dimengerti. Dan Tantri langsung
mencatat jawaban panjang lebarnya dari yang didapat di internet itu, sedangkan
Windy lagi sibuk ngobrol dengan Dear dan Isna, Disya juga baru saja kembali
dari toiletnya bersama Nurul itu langsung nyamperin Tantri yang sibuk meringkas
jawaban yang cukup susah itu. Mau pulang atau tidak mau, saya musti menunggu
sampai dia selesai meringkas jawabannya baru boleh pulang setelah jawabannya
dikumpul ke Adinda. 30 menit berlalu dari jam 10 pagi itu terasa sangat lama,
kelasnya dari awal ribut berubah jadi sibuk satu kelompok dengan yang lainnya,
belum ada yang pulang karena masih belum selesai walaupun tidak ada yang
menolong karena malas bahkan ada yang BBM-an atau main laptop, tidak peduli
akan tugas kelompok tersebut. Pukul 11 tepat dan hari itu sudah siang sekali,
akhirnya tugas kelompoknya selesai dan ditulis nama kelompok lalu dikumpulnya
ke Ketua kelas, Adinda sebelum hendak menyerahkannya ke Pak Pater...........
*****
UNFINISHED BUSSINESS: ADA
APA DENGAN AKHIR DARI SEMUA CERITA ITU SETELAH UTS BERAKHIR.......?
Selama berminggu- minggu secara
berturut- turut, yang mengharuskan kami bertemu dengan dosen pengajar setiap
mata kuliah yang berbeda itu sangatlah melelahkan dan membosankan. Ditambah
lagi ada tugas yang sudah menumpuk sebelum mendekati UTS di akhir pertemuan, kami
kadang ada yang semangat dan ada yang tidak semangat padahal UTS untuk angkatan
2012 yang berbeda jurusan hanya 3 hari. 3 hari UTS???
How can we imagine about it? Kedengarann katanya karena tidak ada
tempat yang tersedia untuk UTS bagi angkatan kami, maka dosen setiap matakuliah
jadi ketinggalan membuat jadwal persiapan UTS pada sebelumnya dan sengaja
memberi kami sedikit tugas saja. Setelah pertemuan terakhir dengan matakuliah
pengganti Algoritma, kami langsung pulang ada yang tidak pulang karena ada rapat
persiapan, yang tidak terkecuali yang masih ada di perpustakaan itu cukup sepi
yang pernah saya datangi sebelumnya. UTS dimulai hari Rabu yang dimulai pada
siang hari masuknya, tidak terkecuali saya hanya bisa belajar di rumah sendiri
dan tidak menyadari kalau ada sebagian teman- teman pada belajar di kampus
pagi- pagi sekali. Saat saya baru sampai di kampus, masuk ke lobby sudah ada
beberapa junior berbeda jurusan yang baru saja kelar UTS dan hendak pulang,
kakak Senior belum terlihat sedikitpun, saya langsung naik ke lantai 5 hanya
mau belajar lagi sebelum 30 menit UTS pertama dimulai. Tiba di lantai 5, masuk
ke perpustakaan dari luarnya dan ternyata sudah cukup ramai dengan banyak
senior maupun junior yang sibuk belajar buat UTS, ‘Waah, ramai benar di sini yaa... ‘
(dengan kaget setengah mati melihat keadaannya) Di tengah keramaian itu, saya
mengecek buat loker dan tanpa sengaja saya bertemu dengan Lisa Melyani yang sudah lama tiba di kampus bersama teman- teman
Davis, menyapaku yang baru datang, ‘Haiii... Baru datang yaa?‘ Saya mengangguk
seperti biasanya karena sibuk check-in dan menitipkan tasku ke dalam loker,
mempersiapkan sedikit buku catatan yang akan dipelajari. Karena bingung mau
belajar gimana, begitu masuk ke dalam ruang baca yang sudah hampir penuh dengan
senior yang lagi mengerjakan tugas serta belajar, apalagi juga dengan yang ada
di dalam ruang diskusi serta ruang bebas main juga penuh dengan junior dan
senior yang lagi belajar bareng. Saya jadi tidak berkomentar sedikitpun,
langsung saya mendapatkan tempat duduk yang masih kosong, duduk serentak dan
memulai belajar ulang. ‘Lupakan....lupakan.....’ (pikir saya) 30
menit hampir habis, saya kaget saat dipanggil oleh Tantri Kusumastuti bersama Disya
Rizky Anindya, Nurul Endah Amelia,
Anis Fitriyah dan Dewi Kurnia Anggraeni yang baru saja
kelar belajar dan hendak bersiap untuk keluar dari perpusnya, ‘Yuk, sudah
waktunya Chris..’ Saya hampir menyelesaikan belajar ulang sebelum
UTS Teori, langsung bangkit dan mengikuti mereka keluar dari perpusnya.
Kericuhan di perpustakaan mulai terjadi saat hampir mahasiswa termasuk angkatan
saya, berbondong- bondong turun ke lantai 4, ada yang terpisah karena ada yang
ke lantai 3 dan langsung ke Lab buat praktikum. Hanya kami UTSnya tetap di
lantai 4, namun berbeda ruang. Begitu turun ke lantai 4, bersama mereka secara
beramai- ramai, saya tidak benar- benar mengerti apa yang mereka bicarakan di
sela- sela sibuk belajarnya. ‘Hmmm......’ (sambil memperhatikan
perbincangan beberapa teman mengenai teori yang cukup memusingkan itu) Saya
tidak menyadari kalau Lisa sudah di depan saya sambil memegang buku file yang
sedang dipelajarinya, ‘Lis, sudah belajar semuanya?’ Lisa dengan
tersenyum sekaligus bingung sedikit, ‘Iya sih, sedikit sih, takut kalau dapat nilai jelek...’
(dengan mengeluarkan gaya aksi takutnya seakan- akan menempelkan tangannya ke
dada) Saya jadi tertawa geli mendengarnya. Teman- teman yang lainnya saya tidak
tahu bagaimana, malah sibuk di depan buku file terus sambil menghafal di mana-
mana, di luar kepalanya. Kecuali Singgih
Lomempow, masih tenang di balik tas ranselnya yang ditentengnya, sedangkan Muhammad Hanim Siregar masih bingung
saat membaca teorinya dan sibuk berbincang dengan Dhanang Fabiannada dan Reinaldo
Noviandri. UTS teori Algoritma dimulai dari jam 1 siang sampai jam 3 yang
cukup menegangkan bagi saya dan yang lainnya, saat mengerjakan UTSnya saya
hanya bisa menjawab dengan menggunakan hati dan pikiran. Seperti teman- teman
yang lainnya, malah tidak peduli mau dapat nilai berapa, mau bagus apa tidak
juga tidak peduli. Termasuk juga UTS Praktikum Algoritma hari Selasa
berikutnya, kami berada di Lab untuk pertama kalinya masih tidak tahu benar-
benar saat mendapat posisi duduknya secara berderetan (tidak terpisah atau bolong 1-1nya). Kami cukup pasrah dengan UTS
praktikumnya, saya hampir tidak fokus mengerjakan karena mendengar kericuhan
dua teman sebelah saya, Grady Askarida
dan Izhhar Fauzan, yang lagi galau
mengerjakan dengan jawaban yang berbeda, sedangkan Chandra Kurniawan dengan gaya lucunya adalah sengaja melirik dengan
gaya cepat di balik buku lembar jawaban praktikum yang ada kertas kecil berisi
jawaban contekan. Saya mengira apa yang sedang dia lihat dengan akting yang
cukup menggelikan saat mengerjakan praktikumnya yang sangat cepat sambil
melihat jawaban contekannya. Dia hanya diam dan tertawa kecil saat diperhatikan
oleh saya dan 2 teman sebelah, namun kami tidak mengalah atau gimana karena
tidak enak sama dosen pengawas itu padahal dia lagi sibuk di depan komputernya.
Sebaliknya UTS Teori Akuntansi yang membuat diriku jadi takut, begitu juga
dengan teman- teman yang lainnya padahal tidak mengerti cara mengerjakannya
bagaimana. Sebelumnya, saya sudah ingat janji untuk belajar bareng Kakak Senior
Akuntansi yaitu Kak Debby Devina,
namun dia tidak bisa karena ada tugas jadi pengawas ujian dan dia menyuruh saya
minta diajari sama Kak Indah Carolina
itu. Dan keputusan untuk belajar dengan dia akhirnya jadi, jelang sebelum UTS
Akuntansi itu, saya disuruh ke Kampus lagi demi janji saya dengan Kak Indah
untuk belajar privat. Dalam hampir 3 jam belajar bareng dengannya ternyata
membuat saya semakin yakin untuk bisa mengerjakan UTS nanti. Saya tidak
menyadari saat lagi belajar bersamanya, ada Kak Grace lewat di depan kami,
duduk di tempat berjauhan arah dari kami belajar. Ternyata dia baru saja
selesai UTS dan mau mengerjakan tugas, tahu- tahunya malah tidur dengan
kepalanya terelungkup ke meja dan kedua tangannya terlipat sebagai penopang
kepalanya. Sebelumnya, saya baru saja melihat ada Kak Andri yang tampaknya lagi
belajar bersama teman- temannya di ruang diskusi. Beberapa jam kemudian, saya
tidak melihat ada beberapa teman- teman TI lewat di depan kami, pindah tempat
ke arah yang jauh dari kami. Saya mengira mereka mau belajar Akuntansi bareng
tahu- tahunya lagi main laptop. Dan saya juga disamperin oleh Adi Permana bersama Ali Iqbal dengan keisengan bertanya-
tanya, ‘Hei,
lagi ngapain?’ Itu membuatku jadi kaget dan Kak Indah juga yang lagi
sibuk di depan laptopnya. ‘Heh, lagi belajar Akuntansi sama dia. Kenapa? Kamu ngapain
di sini?’ Adi hanya mengangguk dengan kebingungan, ‘Oh gitu, sama
lagi belajar Akun sama Isna. Pusing aku....ga ngerti aku malah. Kamu ngerti kan
Akuntansinya?’ Dia menjawab dengan gaya tubuh yang membuat saya
mengerti maksudnya sambil melirik ke arah teman- teman yang lagi sibuk dengan
belajar Akuntansinya. Saya menjawab, ‘Lumayan saja di, ga tahu deh gimana hasilnya nanti di...
Kalau kamu ga ngerti tanya sama dia aja.’ (sambil menunjukkan ke
arah Kak Indah yang lagi ditanya- tanyain oleh Ali Iqbal yang baru saja duduk
di samping Adi) Saking ngobrol iseng- iseng dengan upaya mengganggu ketenangan
belajar saya sambil mengharap- harapkan sesuatu untuk saya, ‘Oke, semoga
kamu bisa ya buat UTSnya. ‘ Adi menjawab dengan iseng dan langsung
tertawa, Ali Iqbal juga. Saya jadi bingung mendengar suara ricuh mereka berdua
itu dan tidak tahu mau bilang apa. Janji belajar bersamanya pun berlalu,
kembali ke UTS Akuntansi dan ternyata bukan seperti yang saya harapkan kemarin.
Soal yang saya dapatkan ternyata cukup susah dan agak memusingkan. UTS 3 hari
telah berlalu dengan cepatnya, ditambah pula dengan hari- hari libur yang bisa
membuat tenang hati mahasiswa terutama angkatan kami yang bisa bersantai di
rumah........
*****
Dan setelah libur berakhirnya UTS itu,
kami kembali ke perkuliahan seperti biasanya, tidak seperti yang saya ceritakan
pada sebelumnya (yang berdasarkan
kronologi yang pernah saya lihat selama kuliah). Lebih aneh lagi dan yang
membuat saya bingung adalah perubahan situasi di mana saya berada dan saat saya
berhadapan dengan teman- teman kuliah, tampaknya tidak seperti biasanya. Tidak
ada rasa keramahtamahan baik yang pernah saya lihat kecuali kebersamaan yang
terjadi di awal bulan September ini. ‘Ada sesuatu yang janggal ya?’ (pikir saya sambil
mengamati keadaan teman- teman) Saya hanya bisa menerima respon baik saat saya
bersama Lisa dengan teman- temannya untuk makan siang, bergantian terus dengan Juwita Oktaviani dan teman- temannya
kadang makan di kantin maupun di kantin depan apalagi juga dengan Isna Oktavian dan 2 orang temannya yang
hampir membuat saya jadi tidak tenang. Ada 1 hal yang paling mengkhawatirkan
setelah saya ingat kata- kata dosen di akhir wawancara, ‘Tidak
apa- apa kan kamu dapat teman baru di kampus ini?’ saya terus-
menerus mengingatnya namun saya sulit menerima pernyataan itu, saya agak kuatir
kalau mereka tidak terbiasa akan kehadiran saya, ‘Kalau sampai mereka tidak mau menerimaku
sebagai pertemanan baik- baik ya mau gimana coba. ‘ (pikir saya di
dalam hati ditambah merasa agak panas hati saat mendengar pernyataan terakhir
olehnya) ‘Gimana
ya, aku ga mau lagi diancam di dalam suatu kasus yang pasti. Saya berharap
Tuhan akan melindungiku dari ancaman bahaya di antara pergaulan baru itu
nanti.. Semoga yaa.. ‘ (dengan sedikit takut untuk menjawab ‘Iya’) Lalu apa yang terjadi di hari berikutnya dan
seterusnya saat ada sesuatu yang cukup menyangkut hidup saya selama kuliah di
situ..............?
*****
Kembali lagi ke matakuliah Algoritma dan Pemrograman, suasananya
tidak sama seperti yang saya lihat pada sebelumnya. Kebanyakan yang datang
telat terutama pada Hanim, Adinda, Isna, Chandra serta tim Hore- Hore yang
membuat bingung dosen akhir- akhir itu, termasuk saya juga ada yang ganjal saat
hendak duduk dengan teman, tidak ada yang menjawab seperti biasanya. Tak
terkecuali dengan Tantri, Juwita dan Isna yang bisa menerima saya duduk di
sebelahnya tanpa ada komentar sedikitpun. ‘Yasudahlah, semua demi apa yang harus dibantu kalau aku
tidak mengerti suatu hal. ‘ (pikir saya setelah duduk) Setiap minggu
dan setiap pertemuan di mata kuliah Algoritma ini yang cukup membuat hampir
semua teman malas masuk karena materinya susah. Dosen yang berkacamata dan
berwajah cina itu, Bu Evawaty Tanuar,
yang tidak bosan- bosannya mengajarkan materi yang sama dan bergantian setiap
menit bahkan memberi kami tugas mandiri dan kelompok. Tugas kelompok saya tetap
sama Melvina Yosephine, Maria Tysna
Danielle, David Meibert dan Kevin
Lim seperti biasanya disuruh mengerjakan Matriks dengan menggunakan Array
oleh dosennya karena harus dijelaskan di pertemuan berikutnya. Apalagi ada
tugas kelompok yang sering saya tanyakan ke Melvina atau Kevin Lim, kalau sudah
dibuat apa belum. Sudah dibuat dan langsung dipresentasikan di Lab secara bergantian,
bahkan langsung dikirim ke dosen lewat saya. Dan selama di Lab Praktikum,
seperti biasanya saya tetap duduk di sebelah Adi yang bersedia membantu saya
kalau saya ada kesulitan.... Lalu saya tidak menyadari bahwa ada perubahan yang
ganjal di mana saya berhadapan (bersosialisasi) dengan Adi dan yang lainnya
yang duduk setara denganku. Tidak banyak yang bisa mengajak saya bicara selama
mengerjakan praktikum kecuali Adi. Eka
Saputra tiba- tiba menghilang dalam beberapa hari setelah UTS, yang cukup
menegangkan bagi kami saat diabsensi oleh dosennya. ‘Eka ke mana ya? Sudah 4 hari ya tidak
masuk?’ Bu Eva bertanya- tanya karena di sebelah Hanim kosong, hanya
dia sendiri yang di depan tersebut. Sedangkan di belakang kami itu Anis dan
Dewi yang tidak sadar telah muncul di depan saya karena di sebelah mereka ada 3
orang cewek adalah Disya, Nurul dan Tantri, yang ingin duduk di depan malah
jadi rebutan oleh 3 cowok tim Hore- Hore itu. Dyah yang semula duduk di depan
sengaja pindah ke baris kedua dari baris depan dan ditemani oleh Adinda karena
sendirian. Setiap minggu secara berkali- kali dalam beberapa pertemuan setelah
UTS yang kadang menyenangkan dan kadang membosankan bahkan malas karena
materinya susah. Perantaraan bulan November hingga bulan Desember juga ada
perubahan sedikit yang berhubungan bahwa dosen tidak dapat mengajar karena
sakit, sebagian teman ada yang senang. Ceritanya pada hari Kamis tepatnya
adalah hari Ulang tahun saya, yang kebetulan sekali baru saja selesai MP
bersama Juwita, kami tidak menyadari kalau hari ini tidak ada kelas praktikum
karena dosennya sakit dan langsung kegirangan sedikit kecuali Isna yang baru
datang dengan raut wajah yang cemberut sambil memegang Bbnya. Sebagian teman
tidak jadi ke kampus padahal sudah bangun pagi- pagi dan kembali merebahkan
dirinya ke tempat tidur lagi sampai siang dan sebagian lagi yang kami temui
sudah berada di kampus dengan raut wajah yang tidak menyenangkan walau sudah
capek badan dan jauh- jauh dari rumahnya, mereka mulai ngomel sedikit di status
BBm dan malah berubah jadi senang termasuk kami juga saat berkumpul di kantin. Sudah
tidak ada kelas, tidak ada kesenangan atau kelegaan yang dirasakan oleh kami
malahan jadi cemas kalau ada KP di saat yang tidak tepat di akhir bulan
Desember dan sebelum menghadapi UAS bulan depan.......
*****
Balik lagi berdebat dengan matakuliah Akuntansi setelah UTS, lagi- lagi
mendapat kabar buruk dari dosen, Bu Wiratmi,
bahwa dia tidak bisa mengajar selama 2 minggu untuk 2 kali pertemuan karena ada
urusan penting. Dia sudah mengingatkan kepada dosen pengganti Akuntansi untuk
kelas kami namun tidak ada kabar seperti yang dijanjikan oleh dosen itu. Kami
sudah lama menunggu di depan kelas hingga duduk di meja melingkar hanya
ngobrol, sedangkan teman- teman yang berbeda jurusan sudah masuk kelas masing-
masing tepat pada waktunya. ‘Sudah jam 2 nih, dosen pengganti ke mana sekarang....?
Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan di sini.. ‘ Ada seorang
teman cowok pada ngomel di BB sambil melirik ke arah jam tangannya, bahkan juga
dengan teman- teman Davis Santoso
beserta Lisa Melyani yang sudah
ingin pulang atau mau pergi kalau benar- benar tidak ada kelas. Mereka langsung
ngacir duluan meninggalkan saya dan yang lain yang masih menunggu di lantai 4.
Tim Hore- Hore juga tidak mau ketinggalan untuk mau pulang karena sudah capek
setelah matakuliah Algoritma dan tidak memikirkan ada tugas kelompok Web
Programming yang harus dikerjakan sebelum deadline. Itu- itu yang baru saya
sadari saat melihat Qory Andrianni, Anis Fitriyah dan Disya Rizky Anindya sedang sibuk berdiskusi tentang tugas yang akan
dikerjakan bareng di perpus. ‘Oh yeaah...’ (berubah jadi terdiam karena
malas) Ketidakhadiran dosen setelah UTS berakhir itu membuat teman- teman
termasuk saya semakin gelisah, walaupun sudah hampir marah dan kesal, terutama
beberapa teman cowok yang baru selesai melaporkan tentang itu ke satpam yang
berjaga di lantai 4, Ali Iqbal,
satu- satunya yang dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas masalah
itu. Namun setelah kejadian itu mereka langsung pulang dan sisanya ke
perpustakaan hanya untuk mengerjakan tugas Web
Programming. Selama di perpus, check-in dulu dan mengambil laptop beserta
catatan lalu meletakkan laptopnya ke Loket. Saya mengikuti Anis dan Qory ke
ruang diskusi terbuka dekat rak buku itu, bertemu lagi dengan beberapa teman
cewek, Juwita beserta 3 kelompoknya, Dyah, Tantri dan Vicky. Sedangkan di
sebelah mereka, kelompok Dewi bersama Nurul dan Rizky, di perpus pada siang
yang bolong karena teman- teman yang lain pada kelas semua dan tidak ada yang
tersisa di perpus kecuali kami. Saya bersama Anis dan Qory yang seharusnya
berencana mengerjakan tugas itu, malah facebook-an bahkan twitter-an dulu dan
browsing juga. Sebentar ini, sebentar itu tidak ada bedanya, karena masih
bingung tentang perusahaan apa yang ingin dibuat kami berkelompok. Kecuali
Disya, dia lagi ada susulan UTS Akuntansi dan tidak sempat membantu kami untuk
tugas. Sambil menunggu, kami browsing dulu sebentar dan kami tidak menyadari
kalau ada pengumuman dari Singgih
Lomempow bahwa kelas Akuntansinya tidak ada karena dosen ada urusan dan
kelas penggantinya belum tahu kapan, nanti diinfokan kembali. Saat saya
diberitahu olehnya, saya langsung mengiyakan apa yang dikatakannya saat dibantu
oleh Qory dari depan kami itu. Tak lama kemudian di perpustakaan mulai ramai
seperti biasanya dengan kedatangan kakak Senior, Ka Grace satu- satunya bersama
2 orang teman, Kak Lucky dan Kak Najmi Syarief, mereka kelihatannya lagi
berbincang- bincang tentang tugasnya. Selain mereka, yang belum saya lihat dari
kejauhannya, ada Isna yang cukup terlihat jelas di balik pintu ruang diskusi
bersama Dear Debora dan Windy Nurbani, di sebelah ruang diskusi
mereka itu dan yang satu lagi ruang diskusi juga terlihat ada Lisa bersama Fia,
Davis dan Kevin Lim, yang cukup sibuk dengan tugas yang sama seperti kami. Dan
beberapa menit kemudian, Anis sengaja menemukan idenya untuk tugas yang akan
dikerjakan mereka, nama perusahaan yang direncanakannya adalah perusahaan MIYA8I, saya menunggu sambil menoleh
Anis yang sibuk melihat- lihat perusahaan yang telah ditemukannya dan Qory di
sebelahnya juga ikut melihat dan berpikir- pikir. Saya tidak mengerti apa yang
diperbincangkan Anis dengan Qory sambil browsing perusahaan tersebut. ‘Susah ya kalau
pilih perusahaan itu, gimana kita mengerjakannya. ‘ Anis mulai
berpangku tangan sambil melihat- lihat web perusahaan MIYA8I itu. Saya langsung
mencoba mengetik nama perusahaan yang dicarinya di google search yang ada di
laptop saya, yang saya kira itu perusahaan MIYABI padahal huruf B diganti
dengan 8 jadi kesalahan dalam mencari nama perusahaan. ‘Oh yeah, nis...’ Saat Anis
memperbaiki nama perusahaan yang saya cari itu salah. Sambil melihat- lihat
webnya termasuk profil, foto galleri hingga akhir dan berpikir panjang. 1-2 jam
kemudian, kericuhan di perpustakaan pun terjadi saat Dewi yang suka mulai gaduh
tingkahnya, mondar- mandir dari meja Nurul ke tempat kami yang lagi
mengerjakan, Disya baru saja kembali berkumpul dengan Tantri dan Nurul hanya
ngobrol sebentar. Adi mulai datang mengganggu ketenangan saya yang lagi
browsing di depan laptop, dia bersama Ali Iqbal yang mulai dengan isengnya di
depan Anis dan Qory. Tiba-tiba kericuhan kedua terjadi lagi oleh apa yang
mereka cari di laptopnya, ada foto Dicken
Putra Kusuma, beserta profilnya dan suara tertawa mereka langsung meledak
di seisi ruang perpustakaan termasuk saya, yang kaget setengah mati saat
mendengar suara bising mereka dan langsung tertawa geli. Dewi yang setengah
mendengar ocehan kami dan sengaja mampir ke kelompok kami dan langsung menahan
tertawa setelah melihat foto Dicken yang lucu. ‘Sssttttt.....’ Mereka tidak
henti- hentinya dengan tertawa yang cukup membuat perutnya sakit, tapi
untungnya Dicken tidak tahu karena masih serius di depan laptop bersama
beberapa teman cowoknya dan tidak merasa terganggu akan kericuhan kami. 30
menit berlalu setelah 2 jam berada di perpus, rencana mengerjakan tugasnya jadi
tertunda dan kami dibagi tugas untuk membuat web sebelum diminta disatuin oleh
kelompok saya. Kami langsung beberes dan pulang karena sudah sore. Berganti
lagi ke minggu berikutnya, tidak ada kelas Akuntansi seperti yang terjadi pada
minggu sebelumnya, kami tidak ke perpustakaan lagi, hanya kembali berkumpul ke
kelompok masing- masing yang berbeda karena mau berunding untuk menyelesaikan
tugas kelompok dari Pak Lufti, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, yang disuruh aplikasi perangkat lunak dari
internet untuk dibuat di dalam presentasi kelompok. Kelompok saya ada 4 orang,
Maria, Melvina dan Lisa termasuk saya, sudah hampir selesai dan tinggal
melakukan Photoshoot berempat secara berkali- kali untuk contoh aplikasi yang
direncanakan sebelumnya, PICASSA 3. Kami
berunding dan selesai-lah tugas akhir kelompok kita sebelum hendak
dipresentasikan besok siang, walaupun sudah 2-3 jam berada di lantai 4 bersama
teman- teman TI. Keramaian di ruang bebas dan terbuka (lantai 4) yang biasanya
suka dilalui oleh kakak Senior yang baru saja kelar kelas dan ada yang hendak
pulang, ada yang hendak nongkrong sebentar. Karena tidak mau merasa terganggu
oleh teman- teman yang baru kelar kelas, akhirnya kami memutuskan pulang
termasuk saya juga. ‘Sudah selesai ya, teman- teman. Nanti aku yang edit ya
buat besok.’ Melvina sengaja memberitahu setelah diganggu terus oleh
Regi Fasius, David Meibert dan Kevin
Niasta yang ingin ikut- ikutan foto. Lisa dan Maria hanya tertawa kecil melihat
kelucuan mereka, termasuk saya. Tak lama kemudian, tidak ada sesuatu yang harus
dipikirkan setelah tugas Pak Lufti tersebut selesai dan kami langsung turun
bersama- sama. Kecuali saya, mulai kepikiran mau ke perpustakaan karena ada
sesuatu hal namun tidak jadi dan bertemu lagi dengan 2 orang teman FIRE’s, Erni dan Sarah, yang baru saja
naik ke lantai 5 hanya mau KIAS
Akuntansi. Mereka menyapaku dan ngobrol sebentar karena tidak bisa kalau
lama- lama.......
Sekian
lama tidak bertemu dengan dosen, Bu Wiratmi, dosen pengganti masih belum jelas
kabarnya dan malah membuat dosen yang baru masuk di pertemuan berikutnya jadi
marah dan kesal. ‘Loh,
kenapa tidak ada? Padahal saya sudah membuat janji dengan dosen untuk mengganti
saya mengajar Akuntansi ini. ‘ dia mulai mengomel sedikit di depan
kami yang hanya terdiam dan bingung. Tidak ada suara yang terlontarkan dari
mulut ke mulut saat mendengar kemarahan dosen tersebut dan dia hampir saja
tidak mau mengajar lagi gara- gara itu. Materi dari pertemuan kedelapan ke
pertemuan berikutnya bahkan sampai mana, dia terus- menerus menjelaskan, kami
serius mendengar dan mencatatnya. Saya masih bisa duduk di samping Tantri
bergiliran dengan duduk di samping Nurul, Dyah, Lisa, Vicky maupun Fia dalam
setiap minggu. Walaupun tidak ada respon baik dari beberapa teman yang bisa
membantu kesulitan saya, kesabaran saya tetap diuji dan berusaha untuk tidak
marah. Dari ketenangan di kelas berubah jadi galau dan pusing saat dosen
memberi Quiz dadakan pada minggu ke-10 sebelum KPnya diadakan pada hari Selasa.
Kami jadi kewalahan saat mengerjakan soal yang diberikan dosen di papan tulis
dan tidak satupun bisa dijawab karena tidak mengerti, ada pula yang sengaja
melihat jawaban punya teman terus menyalinnya cepat sebelum kehabisan waktu
untuk pertemuan ini. Setiap pertemuan dari minggu ke minggu berikutnya, tiada
ada KP seperti yang terjadi pada sebelum UTS, dosen tidak mengadakan KP lagi
untuk 2 pertemuan yang ditiadakan itu. Pada minggu berikutnya, kami sudah
dikasih tugas latihan soal Akuntansi tentang Laporan Penutup Jurnal, saya hampir jadi lebih mengerti cara
mengerjakan soal nomor yang paling terakhir tanpa disuruh oleh dosennya. Sambil
melihat contoh soal latihan di buku fotocopi-an Akuntansi kedua yang baru saja
dibagikan oleh Faris kemarin, saya serius banget dalam mengerjakannya dan tidak
menyadari kalau dosen sengaja melihat pekerjaan saya, berkomentar kecil tentang
kesalahan, saya tidak mengerti apa yang dingomongkan olehnya setelah saya
menoleh ke arah suaranya. ‘Ada jawaban salah itu, coba hitung lagi. ‘
dia menyuruh saya menghitung ulang walaupun tidak membawa kalkulator dan
terpaksa menghitung memakai BB, dosen hanya diam saja, tidak marah kalau saya
tidak membawanya. ‘Tidak masalah ya?’ (pikir saya sambil melirik ke arah
Nurul yang masih mengerjakan soal nomor satu) Tiba- tiba dosen menggerutu keras
ke arah teman- teman sebelah saya lagi sibuk mengerjakan soal pertanyaan, ‘Kerjakan dulu
soal yang paling terakhir, pertanyaan yang di atas dikerjakan nanti saja. ‘
Saya cukup kaget akan suaranya saking melihat ke arah Nurul dan yang lainnya
baru membalikkan kertas soalnya dan mulai mengerjakan terlebih dahulu. ‘Hmmm....’
Saya celingak- celinguk apa yang sedang mereka lakukan lalu kembali
mengerjakannya, walaupun sudah hampir selesai dengan jawabannya. Waktu
pertemuan dengan dosen, Bu Wiratmi di kelas Akuntansi habis, tugas yang kami
latihan dibuat di kertas folio dan dikumpul minggu depan. Dan saya tidak
menyadari lagi pada minggu berikutnya sebelum matakuliah Akuntansi, saya memperhatikan
sebagian teman- teman TI pada lagi meringkas catatan Akuntansi sama memeriksa
jawaban tugas tersebut. Saya sudah benar- benar menyelesaikan tugas, memeriksa
lagi jawaban dengan beberapa teman dan memperbaikinya jika ada salah. Lalu
bertanya pada Isna tentang meringkas tersebut, ternyata saya tidak dikasih tahu
kalau ada tugas tambahan dari dosennya tentang kisi- kisi sebelum UAS akhir
nanti.....maka saya jadi kebingungan dan berpikir bagaimana cara saya bisa
meringkas sebanyak itu. Pada akhirnya saya bisa menyelesaikan ringkasan
Akuntansi setelah meminjam milik teman, Isna
Oktaviani, yang sudah mengumpulkan tugas ringkasannya bersamaan dengan
tugas terakhir itu. ‘Lega juga aku......’ Walaupun telat masuk
kelas Akuntansi pada pertama kali karena harus menyelesaikan ringkasan terakhir
bersama Juwita, Dyah, Fia, Vicky dan Dewi setelah memeriksa jawaban tugas akhir
yang sudah dikumpul duluan lewat Lisa itu. Dosen tidak mengetahui apa yang
sedang kami perbuat selama seminggu ini sampai pada lupa membuat tugas bahkan
tidak meringkas sedikitpun karena malas. Begitu pula hampir setiap pertemuan
matakuliah Akuntansi yang hanya mengulang Materi hingga di akhir pertemuan
sebelum UAS telah dipelajari tentang LIFO
dan FIFO, saat dosen memberi penjelasan hingga latihan dan kami tetap saja
tidak mengerti dan pusing setengah mati. Semua saling bertanya bagi yang bisa
namun kadang jawaban yang didapatnya menyakinkan atau salah, malahan nanya ke
dosen, Bu Wiratmi. Jelang sebelum liburan di bulan Desember, kami termasuk saya
sudah boleh menghela napas rasa lega karena matakuliahnya sudah selesai namun
dosen tidak mau memberi kesempatan ada KP Akuntansi yang telah ditiadakan pada
sebelumnya, 2 kali. Kami hanya diam saja dan tidak bertanya sedikitpun ke dosen
tersebut tentang hal itu hingga UAS yang sudah dikasih kisi- kisi. Dan sebelum
UAS, saya baru ingat ingin belajar Akuntansi sama Kak Indah bukan hanya mau
mendapat nilai bagus, saya memang tidak mengerti dan suka bingung akan
jawabannya. Saya BBm-an dengannya di saat- saat dia lagi sibuk menyelesaikan
skripsi dan ada acara di gereja setelah Ibadah Natal bersama FIRE dan KMK,
tidak ada waktu lagi seperti biasanya untuk mengajari saya itu. ‘Yaahh,, oke
deh.. Gapapa.. Saya akan berusaha sebaik mungkin. ‘ Saat membaca BBM
terakhir darinya dengan perasaan kecewa. Tidak stress atau gimana karena
Akuntansi bukan matakuliah penting, hanya diharuskan ada untuk membuat program
kerja nanti. Itu- itu saya ingat pesan oleh Kakak Senior Akuntansi ’09.......
*****
Bertemu lagi dengan matakuliah Logika Berpikir Kritis seperti biasanya
dengan dosen, Pak Muhammad Rusli.
Tidak terlalu lama materinya, sekali dia menjelaskan ringkasan yang cukup
panjang dari slide awal ke slide berikut hingga selesai, walaupun jarang sekali
memberi kami tugas. Kami mendengar penjelasannya seperti biasanya sambil
mencatat, ada yang sengaja ngobrol di kelas sedikit dan tidak peduli apa yang
dijelaskan dosen itu. Sebentar sekali kelasnya, tidak pernah memakan waktu lama
seperti pada matakuliah Algoritma dan Pemrograman serta Web Programming. Dari
minggu ke minggu bertemu matakuliiahnya Pak Rusli tanpa kebolongan hari seperti
yang terjadi pada matakuliah Algoritma dan Akuntansi itu. Pada bulan Desember,
tepatnya sebelum mendekati hari ulang tahun saya dan hari libur, kami dikasih
info oleh dosen tersebut bahwa hari Rabu tidak ada kelas karena dia ada acara
sampai hari sabtu dan KPnya hari Jumat pagi yang merupakan hari libur kuliah,
tidak ada jadwal matakuliah. Saat itu juga, kami dikasih tugas kelompok
Presentasi, 10 orang per kelompok, saya melihat apa yang dicatat Isna yang
duduk di sebelah saya seperti biasanya hampir di setiap pertemuan matakuliah
itu. ’10
orang ya per kelompok?’ lalu dia mengangguk, ‘Iya, ci. Buat presentasi kelompok. ‘
Saya jadi terdiam dan bingung sedikit, tidak mengerti karena tidak bisa
mendengar apa yang dijelaskan dosen karena saya sibuk mencatat catatan serta
tugas yang telah ditulis oleh Isna itu. Beberapa minggu kemudian dan sebelum
mendekati presentasi kelompok, saya sendiri akhirnya ikut kelompok Isna bersama
Dear dan Windy beserta tim Hore- Hore jadi pas bersepuluh dan tidak lebih dari
itu. Kadang saya dikasih kabar untuk janji mengerjakan tugas kelompok walaupun
belum mendapat topik yang akan dikerjakan. Termasuk saya, mereka masih bingung
mau topik apa dan sengaja mendapat jawaban topik secara asal dari Internet, dia
itu Ali Furqon, yang dibantu oleh
beberapa tim Hore- Hore. Isi topik
yang dia dapatkan cukup banyak, ada ringkasan penting yang akan dimasukkan ke
PPT adalah tugas saya tanpa disuruh oleh siapapun di dalam kelompok saya. Biar
cepat selesai dan lebih tenang, saya langsung mengerjakan tugas yang didapat
dari kelompok saya itu dan lalu menyerahkan tugas yang sudah selesai dikerjakan
ke Isna dan Dear untuk diperiksa dan sengaja dilanjutkan oleh Isna. Tugas yang
diminta oleh Pak Rusli untuk PPT maksimalnya hanya 7-10 slide, Isna sengaja
menambah slide lebih dari 10 karena isi topik bahasannya cukup banyak dan
sangat penting. Saya melihat apa yang dikerjakannya jadi bingung dan bertanya
padanya sambil menunggu giliran presentasi kami. Pada minggu terakhir sebelum
libur, tidak ada materi pertemuan terakhir karena ada presentasi kelompok maka
saya jadi bisa tenang daripada harus merasa stress mendengar penjelasan dosen
itu. Sekian setelah selesai mengirim tugas kelompok yang sudah dibuat termasuk
di word sama PPT ke email dosen, Pak Rusli sebelum hendak berangkat ke kampus
karena Isna tidak membawa Laptop dan sudah berada di kampus, begitu dia
mengabari saya dadakan. Beberapa menit kemudian sebelum kelas, kami sudah
menunggu di lantai 4 yang cukup sepi tanpa suara seperti biasanya padahal
ceritanya teman- teman yang lainnya sudah selesai kelas dan tinggal menunggu KP
sebelum mendekati UAS...... Di kelas, presntasi yang sudah dijanjikan oleh Pak
Rusli pun dimulai. Kelompok Lisa beserta teman- teman cowok juga termasuk Maria
dan Melvina mulai mempresentasikan tugasnya, kadang saya beserta kelompok Isna
yang digabung di satu dua barisan hanya berunding tentang tugas. Berikutnya
oleh kelompok Juwita yang cukup lama presentasinya walaupun hanya sedikit dalam
beberapa slidenya dan ditanya- tanyain terus oleh beberapa teman di
belakangnya. Giliran kelompok saya harus dipresentasikan hari Jumat ini sebagai
Kuliah Pengganti pada sebelumnya itu tidak ada kelas. Mereka langsung mengedus
rasa kecewa dan kesal sedikit karena sudah seharusnya presentasi sekarang biar
bisa libur di hari Jumat malah ada KP. Dan kelas pertemuan terakhir Logika
Berpikir Kritis tersebut selesai, dosen keluar dengan buru- burunya. ‘Ci, nanti jumat
datang jam 8 ya. Presentasi kelompok kita juga. ‘ Isna
memperingatkan di depan saya, sedangkan Dewi hanya sendirian di samping saya
karena dia tidak ada teman kelompok ceritanya jadi terpaksa mengerjakan tugas
sendiri. Berikutnya, hari Jumat ketemu lagi dengan Pak Rusli dan merupakan hari
terakhir kuliah penggantinya....kelompok Singgih bersama teman- teman cowok
yang tersisa karena tidak mencapai max 10 orang. Menunggu mereka selesai
presentasi, Isna meminjam laptop saya untuk menyelesaikan tugas yang ingin
ditambahkan sampai dikomentari oleh Dear dan beberapa teman cowoknya kalau dia
terlalu banyak menambahkan tulisannya. Saya jadi bingung saat melihat apa yang
dikerjakannya. Tak lama kemudian, giliran terakhir dari kelompok saya mulai
maju dan presentasi, kecuali saya sebagai pengendali di depan komputer untuk
slide-an di PPT yang sudah dipersiapkan dan 9 orang teman itu mempresentasikan
di depan teman- teman secara lisan. Sangat lama dan lama sekali mereka
mempresentasikannya, tiada capeknya mereka dalam berbicara secara lisan di
setiap tulisan yang dibacakannya bergantian teman, saya menunggu sampai mereka
selesai membaca dan menjelaskan proyeknya. Dosen, Pak Rusli yang duduk di
belakang mendengarkan dan membaca setiap tulisan di slide PPT tersebut. 15- 20
menit kemudian presentasi kami pun berakhir dan diberi pertanyaan oleh beberapa
teman serta dosen. Setelah menyelesaikan presentasi terakhir, kami kembali ke
tempat duduk dan bubarlah kelas pertemuan terakhir dengan dosen itu tanpa
dilanjutkan dengan materi baru.........................
*****
UTS berakhir, ketemu lagi dengan
matakuliah Web Programming di Lab yang membuat kami semakin stress tangan dan
kaki bukan hanya di benak saja, dosen berwajah cina dengan senyuman manis, Pak
Alexander Waworuntu memberi file materi baru yang bukan lagi tentang HTML-CSS
yang sudah dipelajari pada sebelumnya, dia memberi file baru namanya ‘JavaScript’. Kami menerima file
tersebut dengan mata terbelalak kaget dan langsung lemes. ‘Yaaahh, tambah susah lagii....’ Ada beberapa cewek yang
duduk di belakang saya dan Adi mulai mengeluh mendengar materi tersebut. Lebih
aneh lagi di Lab setelah UTS, Eka
Saputra tidak kelihatan batang hidung dalam 3 hari itu, kami tidak
mengetahui apa alasannya. Dosen yang hampir di setiap pertemuan mengajar di
kelas maupun di lab praktikum dari awalnya bingung saat mengabsensi siswa, dia
selalu bertanya- tanya kepada Chandra, Singgih dan Hanim, yang satu- satunya
teman terdekat Eka gara- gara duduk sebelahan pas mengikuti hampir setiap
perkuliahan. Mereka bertiga hanya terbengong- bengong dari kiri ke kanan saat
ditanya oleh Pak Wawo, mereka bisa saja mengangkat bahu yang menandakan tidak
tahu penyebabnya. Kecuali saya sendiri juga baru ingat pernah smsan dengan Eka
kalau ada pelatihan Lab setiap hari Kamis sore, jarang sekali dibalas olehnya
apalagi pula dengan WhatsAppnya tidak aktif pula. Berminggu- minggu dan semakin
lama semakin tidak beres situasi di mana saya berada termasuk di Lab, Johan
Gunawan yang semula duduk di depan dan di samping Eka dan Hanim, tiba- tiba
posisi duduk Eka diganti oleh Singgih tanpa disuruh. Dosen memberi materi lebih
susah tentang Java Script sampai mana gitu, kami sampai keliyengan saat
mengerjakan soal latihan sama Quiznya. Ada kejadian yang cukup mengagetkan saat
ada Quiz yang diminta oleh dosennya adalah membuat Kalkulator menggunakan
JavaScript, di seisi ruangan yang ada di lantai 4 hingga ke lantai 5 mati lampu
beberapa kali dan menyebabkan datanya jadi hilang sebagian. ‘Yaaaaahhh.. Apa- apaaan ini? Pake acara mati lampu
segala. ‘ beberapa teman cowok mulai menggerutu keras, sebagian
cewek juga hampir ketakutan kalau ada bencana di Lab sampai panik sedikit
sampai sengaja mengupdate statusnya di Bbmnya. Sudah nyala lampunya, kami
melanjutkan project Quiznya yang belum selesai tiba- tiba mati lagi, kegaduhan
teman- teman mulai terjadi saat komputernya mati dan berhenti bekerja. Dosen
langsung tertawa, ‘Hahahaha... Maaf..Maaf... Ada perbaikan PLN di sini soalnya, di depan
Lab ini. ‘ Saya juga hampir mengamuk sedikit bersama Adi dan yang di
sebelahku, Dyah, malah diam dan bingung. Lampu dan Komputer menyala kembali,
namun sayangnya data JavaScript yang dikerjakan di Notepad++ hilang sebagian dan harus mengerjakan mulai dari mana
gitu saja pusing. Teman- teman yang lain mulai mengeluh dan malas
mengerjakannya. 3 kalinya terjadi
pemadaman listrik karena perbaikan tersebut, waktu pengerjaannya sudah habis,
dosen tidak meminta tugasnya dikumpul malah memberi hadiah bagi 3 orang
pemenang yang telah (hampir) menyelesaikan programnya di tengah kejadian
tersebut. Mereka itu Singgih, Hanim dan Chandra. Setelah kejadian tersebut
berlalu, di Lab berikutnya dengan materi yang sama dan lebih susah lagi tanpa
dikasih tugas olehnya kecuali ada Quiz 1 kali. Ada keganjalan yang terjadi di
Lab setelah Eka Saputra menghilang, Singgih menetap duduk di depan bersama
Hanim bukan karena disuruh saja, lalu Johan
Gunawan yang sudah lama duduk di depan dan di samping Singgih tiba- tiba
sengaja pindah ke belakang dengan suatu alasan. Tak lama kemudian, di tengah
pertemuan sebelumnya kami pada belajar sebelum menghadapi Quiz praktikum yang
disuruh oleh dosen itu. Di lab, kita bertemu lagi dengan Quiz kedua tentang
mengerjakan program perhitungan Matematika menggunakan Java Script. Sebelum
Quiz dimulai, dosen dengan tegasnya meminta teman untuk ganti posisi tempat
duduknya agar tidak saling menyontek. Beberapa teman termasuk saya jadi bingung
saat dosen tiba- tiba menyuruh Dicken dan Yoshendi pindah ke depan tepatnya di
baris pertama sebelah kanan. Lalu 1 cowok dari tim Hore- Hore dipindahkan ke
baris kedua dari depan namun duduk di sebelah Dear, seterusnya dosen mengubah
posisi duduknya kecuali saya dan Adi. Di belakang kami, Dewi dipindahkan ke
belakang dan diganti oleh Ali Iqbal bersama Anis Fitriyah. ‘Sudah kuduga ya......’ (pikir
saya saat mendengar suara perintah yang cukup tegas dari Pak Wawo di belakang
itu) 10 menit kemudian pemindahan tempat duduk selesai, kami diberi copian file
Quiz kedua secara bergantian. Begitu membuka filenya, ada yang langsung lemes
saat membaca soal tersebut. Dosen memberi waktu yang cukup lama tanpa istirahat
kalau yang sudah selesai boleh keluar. Begitu Adi memberitahuku apa yang dikatakan
Pak Wawo. Quiz kedua pun dimulai seperti biasanya, kegalauan mulai terjadi di
mana mereka mengerjakan soal Quiz secara open book. Kami ada yang bisa
mengerjakan ada yang tidak bisa, bingung saat mengerjakan jawaban Quiznya. 40
menit berlalu hingga 1 jam berlalu yang begitu cepat berjalannya, tiba- tiba
ada yang sudah selesai pada Quiz kedua itu Singgih
Lomempow dengan gaya santainya di tentengan tas hitam yang besar
mengumpulkan Quiz lewat Flashdisk milik dosen lalu keluar. Kami yang belum
selesai langsung kebingungan saat melihat kecepatan dia. 1 jam 30 menit berlalu
belum ada yang selesai, masih serius dalam mengerjakannya dan belum ada yang
bisa. Saya juga tidak bisa mengeluarkan hasilnya di website browsernya setelah
selesai mengerjakan Quiznya. ‘Aduuuh...gimana ini?’ Kegelisahan saya pun
pecah di seisi Lab, Adi juga mulai ribut- ribut tentang hasil yang baru keluar
di Websitenya dengan perasaan riang namun ada yang berbeda jawabannya. Sedangkan
teman- teman yang lain hanya diam dan membisu tanpa suara saat mendengar
keributannya, ada pula bertanya kepada Adi sampai ngoceh di depan dosen yang
ikut tertawa mendengar kelucuannya. Ada pun yang belum selesai praktikumnya
sampai pasrah, langsung keluar dari Labnya, Davis satu- satunya. Disusul pula
oleh Yoshendi, David dan Kevin Niasta. Dicken sendiri langsung pasrah saat
mengerjakan Quiznya, bolak- balik dia membuka file lain dan mencari sesuatu
yang mau dikerjakan sampai bosan. Waktu pengerjaan Quiznya habis di saat
istirahat pun tiba, semua pada keluar dengan wajah yang sedih sampai sakit
kepala setelah kelar mengerjakan Quiz dan dicopy jawaban lewat FD-nya milik
dosen. Saya bangkit dengan penuh kepasrahan dan stress mulai menyerang.
Berjalan ke mejanya Juwita dan teman- temannya yang baru kelar setengah, ada
hasil yang bisa keluar dan ada hasil yang belum bisa keluar sampai bingung
dalam mengerjakannya, sambil dibantu oleh Rizky, Dhanang untuk memperbaiki
jawabannya tanpa diketahui oleh dosen yang sibuk dengan FDnya untuk mengcopy
semua Quiznya yang sudah dikerjakan teman- teman. Setelah Quiz berlalu, ke Lab
berjalan seperti biasanya dan mulai merasakan stress dengan materi barunya
hingga dikasih tugas Individu dari latihan soal yang telah dikerjakan dari file
yang didapat tentang Love-O-Meter,
menggunakan JavaScript. Dalam 2 jam menyelesaikan soal latihan yang didapat
dari dosen tersebut, kami sudah lumayan bisa mengerjakannya karena format
termasuk elemen dan fungsi yang akan dimasukkan selalu sama, tidak ada
perubahan format lain sehingga hasil yang keluar sudah lumayan menarik saat
diketik nama kita dan nama pasangan dengan upaya iseng- isengan. Untung saya
dibantu sekalian oleh Pak Wawo, karena ada kesalahan dalam memasukkan nama
elemen dan fungsi jadi hasil yang keluar malah jadi DECLINE. Saya
bingung sebelumnya itu dan dia sengaja bantuin benerin elemen dan fungsinya,
saya menunggunya sambil melihat keisengan Hanim yang baru saja selesai tugasnya
yang cukup keren penampilan website yang bernuansa biru cantik, dia sengaja
mengetik nama teman dan pasangannya sampai dipukuli oleh Lisa. Dhanang juga
ikut- ikutan mengetik nama teman, langsung jadi bahan pembicaraan kecil dan
tertawa di seisi kelas. Padahal beberapa teman yang lain sudah pada pulang,
jadi tidak ada yang tahu dengan keusilan beberapa teman cowok tersebut. Juwita
juga kena iseng oleh Vicky dengan mengetik nama dia dan kakak Senior yang
pernah sering dia obrolkan, saya jadi tertawa. Menunggu sampai dosen, Pak Wawo
selesai membetulkan terasa sangat lama, teman- teman yang masih di kelas masih
saja bisa iseng sampai sengaja foto-in. Saya hanya bisa menggeleng- geleng
kepala melihat tingkah nakalnya mereka itu. 30 menit berlalu, dosen memanggil
saya bahwa dia sudah bisa menyelesaikan tugas terakhir saya setelah beberapa
kali membantu membenerkan kesalahan penulisannya. Di kelas Lab praktikum
berubah jadi lenyap secara perlahan- lahan setelah kami bersiap keluar dan
pulang karena sudah lelah. Tidak terpikirkan oleh saya untuk mau pulang,
padahal rencananya mau makan siang sama Lisa malah harus menunggunya yang lagi
ngobrol dengan teman- teman cowok, Chandra, Hanim dan Singgih setelah sekian
lama dia terlepas dari pertemanan dengan Davis dan yang lainnya karena suatu
alasan. Saya tidak mengerti kenapa suasananya jadi membingungkan dan semakin
berbeda, saya tidak peduli. 15 menit kemudian setelah makan siang selesai
berduaan dengannya di kantin dalam kampus. Saat itu, yang membuat saya kaget
adalah ada Kak Andri dan Ka Grace tepat di sebelah kami dari meja saya, cukup
berdekatan. Saya tidak bisa ngobrol banyak dengan mereka itu karena harus
menyelesaikan tugas individu yang tadi sebelum dikumpul besok. Kembali lagi ke
perpustakaan, sudah muncul keramaian beberapa teman- teman TI yang lagi
mengerjakan tugasnya masing- masing, termasuk Singgih, Hanim, Chandra, Windy,
Isna, Dicken, Grady, Izhhar, Rio dan Richart. Mereka mengerjakan di lantai
dekat pintu masuk. Saya jadi tertegun, Lisa juga apalagi. Namun sayangnya dia
tidak membawa laptop, jadi langsung meminjam punya saya untuk menyelesaikannya.
Tak lama kemudian, Singgih beserta Hanim keluar karena mau pulang. Tinggallah
kami bersama yang lain pada sibuk mengerjakannya. Bersamaan dengan waktunya
setelah makan siang, di perpustakaan yang cukup ramai oleh kakak Senior yang
baru kelar kelas dan hendak mengerjakan tugas. Kami di lantai dekat sofa
berwarna orange tidak peduli akan kebisingan mereka itu, langsung asik browsing
sama facebook-an. Saya dan Lisa ikut tertawa geli saat Dhanang chatting dengan
Richart itu lewat laptop Dicken itu. Disusul oleh Juwita dan 4 orang teman yang
juga hendak mengerjakan tugas yang sama namun mereka duduk agak jauh dari kami
yang lagi mengerjakan. 1-2 jam kemudian, keributan kecil di perpustakaan
terjadi saat kedatangan Kak Jihan yang disuruh oleh Lisa untuk bantu
mengerjakan tugas JavaScriptnya, saya di sampingnya memperhatikan. 30 menit
berlalu sebelum kepulangan saya dan perpustakaan mulai sepi oleh beberapa teman
TI yang sudah balik duluan karena capek, tiba- tiba muncul lagi Senior TI’09, Kak
Bismo Wirayuda yang cukup
mengagetkan saya dari belakang, ‘Yah, you scared me.. What’s up? But keep look at this.’
(sambil menunjuk ke arah Lisa yang sibuk dengan Kak Jihan) Kak Bismo langsung
tertawa geli dengan godaan saya. Datang lagi pula oleh Ali Iqbal dengan iseng yang cukup mengejutkan saya tentang Kak
Andri, ‘Itu
dia memanggilmu...’ Lagi- lagi dia menggodaku, jantung saya langsung
berdenyut kencang saat mendengar namanya dan langsung memukulnya, ‘Apa siih kamu
bal?’ dia tertawa, ‘Yah, itu
Andri...’ Saya langsung kaget dan menoleh ke belakang namun tidak
ada siapa- siapa, ‘Mana sih dia? Salah orang kali kamu. ‘ (dengan gaya
cueknya dan pura- pura tidak tahu) Menunggu sampai Kak Jihan selesai
membenerkan tugas milik Lisa, Ali Iqbal juga ikut- ikutan minta dibenerkan juga
sama kakak senior itu. Dia berubah jadi diam dan bingung, ‘Aduuh...Aku sibuk sekali. Tapi okelah, tidak masalah. ‘ saya
juga teringat Kak Edward Guustaaf
yang bisa bantuin saya untuk tugasnya namun dia ada acara di luar kampus. Dari
jam 2 siang hingga jam 5 sore, kami masih di perpustakaan, Lisa akhirnya sudah
selesai tugasnya dan mengirim ke dosen lewat email. ‘Kamu ga ngirim tugasnya? Mau ngirim
sekarang apa ga?’ saya menggeleng, ‘Ga, saya belum selesai tugasnya, nanti
saja ngirimnya. ‘ tak lama kemudian, saya langsung pamit ke Lisa dan
Windy yang tersisa di perpustakaan. Pada esok harinya, setelah MP saya teringat
janji untuk minta copy video tentang Reality Show korea RunningMan yang sering saya mintain dari awal bulan November yang
sejak saya sudah memiliki laptop sendiri padahal hanya meminjam punya koko
saya, ditambah lagi minta tolong sama Singgih untuk membetulkan sekali lagi ada
yang salah setelah diperbaiki oleh dosen malah membuatku jadi bingung setelah
menyelesaikan format untuk element HTML dan CSS buat tampilan belakangnya.
Akhirnya janji saya terpecahkan bagi saya saat naik ke lantai 5 dan kebetulan
sekali ada Singgih yang lagi main games dan di sampingnya, Dicken yang cukup
sibuk browsing apa gitu. Di situlah agak sepi, termasuk di dalam perpusnya,
saya menyapa mereka itu dan meminjam Harddisk Eksternal milik Singgih lalu segera mengcopy-nya sekalian
menyelesaikan tugas sedikit lagi dengan bantuan Singgih sebelum akan kekirim
malah jadi bahan iseng-an oleh Dicken yang menulis namanya sendiri dan nama
pasangan yang dia sukai, itu salah satu teman junior yang seangkatan seperti
kita, namun dia hanya di jurusan Fikom. Lalu dia iseng lagi menulis namanya
sendiri dan nama pasangan sesama jurusan kita namun cowok, saya langsung tertawa
geli mendengarnya dan Singgih langsung meledek sedikit di depannya, Dicken
langsung tertawa tidak jelas. Beberapa menit kemudian, saya langsung mengirim
tugasnya sebelum bersiap untuk kelas praktikum Bu Eva, ‘Lega sudaah.......’
(menghembuskan napas panjang panjang) Lain dari materi praktikum di Lab yang
cukup menegangkan dalam beberapa kali pertemuan, di kelas juga dosen
mengajarnya sangat lamaaaaaa karena materinya sangat panjang penjelasannya. Sebelum
mempersiapkan untuk Quiz teori untuk pertemuan berikutnya di kelas, kami sudah
belajar banyak dan tidak satupun bisa dimengerti. Lalu quiz kedua tentang Operasi Perhitungan dimulai, yang tidak
disangka mudah ternyata susah padahal kami sudah mengerjakan soal tersebut
dengan cara JavaScript namun agak meragukan. Saat saya duduk di samping Tantri
yang kebetulan open book, teman- teman yang lain juga sengaja open book tanpa
sepengetahuan bapak. 3 orang terpintar dipindahkan ke depan secara terpisah
dari kami, mereka itu Singgih, Hanim dan Kevin Niasta. 1 jam Quiz itu berjalan
cukup lancar, belum ada yang bisa mengerjakan jawabannya dengan baik, dengan
pasrah kami menjawab dengan cara yang sama seperti yang dipraktikkan di Lab
tersebut. Quiz berakhir dengan mimik wajahnya tidak senang saat mengumpulkan
lembar jawaban quiznya dan kami sengaja melihat jawaban yang diketik di
Notepad++ oleh Singgih, satu- satunya yang paling mengherankan adalah sudah
beberapa kali dalam pertemuan yang sering saya dan yang lainnya melihat
kecepatan Singgih dalam menyelesaian jawaban Quiz tersebut tanpa bertanya dan
Cuma bisa diam kebingungan. Setelah Quiz 1 jam selesai, diganti dengan pelajaran
biasa dan tetap saja mendapat materi susah dari slide sebelumnya ke slide baru
berganti- ganti terus, kami hanya bisa memperhatikan apa yang diringkas Pak
Wawo di papan tulis dan saya bisa melihat catatan punya Tantri yang cukup gesit
dalam mencatatnya. Berminggu- minggu kami bertemu kelas Web Programming teori
di kelas maupun praktikum bersama seorang Bapak berwajah cina dan senyuman
manis itu yang cukup menjadi pusat perhatian bagi kami. Mengikuti praktikum di
Lab kayak biasa, saya tetap duduk sama Adi sudah ada perubahan yang membuat
saya bingung dan jadi malas, terutama dengan keberadaan Adi yang bikin fisik
saya jadi tidak terkendali saat mengerjakan latihan praktikum. Tidak Cuma
masalah tidak kelihatan di layar LCD padahal sudah diperbesar sama dosennya,
dia jadi jarang ngebantu saya seperti halnya pada praktikum Bu Eva, Algoritma
dan Pemrograman, saya jadi bete dan semakin frustrasi. Bukan saya saja, Johan
sudah tidak duduk di depan, baris kiri setelah ada Singgih dan Hanim tanpa
sebab dan diganti oleh Chandra yang mau duduk di depan. Seperti yang pernah
saya katakan selama di Lab bahwa Singgih baru ingat janji dari saya untuk
meminjamkan HD eksternal untuk mengcopy Running Man yang sudah ketinggalan
beberapa episode. Hingga akhir bulan Desember, saya terus meminjamkannya
demikian juga minta copy file materi kuliah serta jawaban latihan praktikum Web
Programming dan Algoritma hanya untuk dipelajari. Hampir sebagian teman- teman
TI juga sengaja meminta dikirimin email tentang itu lewat bantuan Chandra. Di
kelas, situasi di mana kami berada tidak terlihat sama seperti pada awal bulan
september, teman- teman sekelas yang semula antusias di depan dosennya berubah
jadi malas. Tandanya mereka tidak lagi duduk di depan, terutama pada baris
pertama dekat meja dosen, malah pindah duduk di belakang tanpa alasan. Surprise
pertama yang mengejutkan bagi Juwita
Oktaviani dari Isna dan Dewi yang membawa 2 kue tart, namun Eka tidak masuk
dan sengaja dikasih 2-2nya ke Juwita, diajak foto bersama dosen adalah Isna
yang tidak disangka- sangka jadi perhatian, lalu ada beberapa teman disuruh
oleh dosen untuk mengerjakan jawaban soal latihan, Dewi Kurnia Anggraeni dan Muhammad
Hanim Siregar. Walaupun tidak
ada komentar penting dan positif dari mulut ke mulut kecuali saya hanya bisa
melihat dan membaca pikiran orang jadi senang hati. Di bulan Desember setelah
Birthday saya dan Kevin Lim, dosen juga mendapat potongan kue sama seperti pada
Juwita sebelumnya, diganti ke minggu keempat belas dan pertemuan terakhir
bersamanya dan tidak ada kuliah Pengganti Web Programming seperti halnya pada 5
matakuliah yang suka bolong hari karena ketidakhadiran dosen itu dan kami diajak
olehnya untuk foto bersama buat kenangan terakhir bersama dia karena semester
berikutnya kami sudah tidak bisa bertemu dengan bapak seperti dia. Menunggu
email baru dari bapak tentang Kalkulator Sederhana, itu yang membuat saya
hampir badmood adalah tentang masalah tugas kelompok terakhir untuk UAS yang
tidak bisa diajak kompromi bagi teman- teman saat ini. Saya terpaksa
mengerjakan tugas kelompok sebagai tugas individu secara sendiri, padahal saya
sudah bertanya sebagian teman TI termasuk pemimpin kelompok namun tidak ada
hati yang tulus untuk berbagi dengan saya sebagai teman kelompok malah jadi
lebih susah. Maka itu, saya hampir saja tidak mengerjakan tugasnya dan apapun
yang saya dapatkan, mau nilai bagus atau jelek pun tidak apa- apa, saya sudah
berserah sepenuhnya............................................................
*****
Bertemu lagi dengan Nasionalisme setelah UTS berakhir yang
benar- benar menghasilkan keuntungan sangat besar, matakuliah yang tidak
penting sengaja tidak dijadikan sebagai UTS karena tidak ada tempat dan telat
untuk mendepatkan jadwalnya yang telah diatur. Tidak seperti biasanya, kami masih
saja sama pada sebelumnya adalah presentasi yang tidak terselesaikan. Saya
tidak masuk pada pertemuan ke-8 karena ada acara di gereja saya padahal saya
sudah meminta izin sama bapak itu. Minggu berikutnya, Nasionalisme tidak ada
kelas tanpa ada alasan yang jelas. Ceritanya, saya sudah capek- capek datang
pagi walaupun tidak ada Morning Prayer di hari Sabtu itu, dengan membawakan
printan Ringkasan Materi yang banyaaaaakkkkkk sekali demi mendapatkan nilai. ‘Untung sekali
Juwita bisa saja sms aku untuk bawa printan Ringkasan Materi
Nasionalisme....setebal itu......’ pikir saya dengan menghela napas
setelah lari kecil karena takut telat yang akhirnya bisa duduk tenang di meja
kotak yang ada Fia itu lagi membereskan Print-an ringkasan Materi Nasionalisme
termasuk Words sama PPTnya. Menunggu sampai bapak datang terasa sangat lama,
‘Ke mana ya bapak itu? Ngaret ya?’ ada beberapa teman cewek pada ngoceh,
celingak- celinguk ke samping yang cukup sepiiii kecuali ada satpam yang
berjaga. Dear mulai ngamuk dan sengaja melaporkan ke satpam dan satpam
kebingungan, ‘Ada
apa? Ada masalah?’ Dear mengulangi perkataannya, ditemani pula oleh
beberapa teman cewek dan cowok yang lagi kesal karena sudah datang pagi – pagi
dengan motor sendiri malah tidak ada bapak. Tak lama kemudian satpam menelepon
ke layanan mahasiswa tanpa memberi respon untuk menjawab pertanyaannya, ‘Tunggu bentar
ya......’ Satpam bagaikan preman yang ketakutan saat sedikit
dimarahin oleh Dear, yang membuat saya dan Dyah yang disuruh oleh Ali Iqbal
untuk naik ke lantai 5 hanya untuk menunggu jadi kebingungan tanpa memberi
komentar sedikitpun, teman- teman yang baru datang juga ikut naik seperti kami
daripada bosan di lantai 4. Menunggu selama 10 menit sampai satpam memberitahu
kembali namun dia tidak tahu siapa, malah bolak- balik ke mana gitu dan Dear
berubah jadi bete mendengarnya lalu naik ke lantai 5 dan mencari satpam yang
satu lagi dan meminta tolong padanya untuk lapor dan hasilnya.........masih
sama saja belum jelas jawabannya. Saya sama seperti Dear jadi bete dan masih
agak mengantuk, teman- teman Juwita juga hanya sibuk ngobrol di depan jendela
dekat perpustakaan, sedangkan Lisa duduk sendirian dan ditemani oleh Davis dan
yang lainnya, Maria dan Melvina juga. Saya baru ingat hendak sms ke dosen, Pak
Pater, namun tidak enak dan eh terpaksa kekirim. 20 menit kemudian, bapak tidak
kunjung datang, ada yang mulai ngamuk di status Bbmnya yang tidak tertahankan
untuk dibaca. Ada SMS masuk dari dosennya, ‘Maaf, hari ini tidak ada kelas, saya ada acara hari ini.
Tolong kasih kabar tentang ini ke yang lainnya ya. Terima kasih..’
Begitu membaca smsnya, saya menginformasikannya ke teman- temannya lewat Dewi
dan Maria. ‘Sudah
kuduga.....’ (pikir saya
dengan sedikit kecewa) Teman- teman cowok tidak ada yang senang, malah berubah
jadi kesal setengah mati dan langsung pulang lewat lift di samping Perpus itu,
termasuk Dear dan Windy juga tanpa Isna yang sengaja tidak masuk karena sakit.
Qory juga. Di lantai 5 berubah jadi sepi, hanya kami cewek yang tersisa, duduk
dan ngobrol sebentar sebelum bersiap untuk balik ke rumah saja sudah terasa
malas padahal tidak membawa laptop buat main....... Kembali lagi ke hari Sabtu,
rasa was-was atau khawatir pun dirasakan saat beberapa teman TI termasuk saya
hendak berangkat ke Kampus, sebentar berangkat sebentar malas karena takut
kalau tidak ada kelas sampai ada ngamuk. Saya berusaha untuk tidak terburu-
buru saat berangkat ke Kampus, padahal selama di kelas Nasionalisme hanya
presentasi saja sama materi sedikit. Sudah di kampus sebelum jam 8 dosen
datang, kami menunggu lagi seperti yang terjadi pada minggu lalu. Ada teman
cowok TI yang lagi mondar- mandir lalu duduk jongkok di dekat tembok mulai
ngoceh sedikit, ‘Tuh
kaann......’ tidak Cuma dia saja, Dear yang baru saja datang mulai
berubah sikapnya 180 derajat setelah bertanya- tanya ke beberapa teman tentang
dosen tersebut. Tiba – tiba kesabaran dia hampir habis setelah mendengar
jawaban mereka lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan di depan Saptam
yang berjaga untuk kedua kalinya...kami kaget mendengar suaranya. Karena sudah
tidak tahan setelah terlalu lama menunggu, kami disuruh naik lagi ke lantai 5.
Sudah dua kali naik turun membuat beberapa teman cowok TI bete dan ingin pulang
kalau benar- benar tidak ada kelas, lalu tiba- tiba ada kelucuan muncul di mana
Dewi sengaja mengajak saya foto bersama Anis dan Nurul karena memakai baju
merah semua. 20 menit berlalu, kami semakin cemas kalau dosen tidak datang dan
mau ngapain kami di sini coba. Tiba- tiba Satpam memanggil seorang cowok TI
yang baru saja turun, lalu dia memanggil kami untuk turun kembali namun tidak
melihat apa dosen sudah datang. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan
dan teman- teman yang lain sudah kehabisan rasa kesabaran untuk menunggu,
sengaja cabut kelas lewat lift. Saya jadi bingung bersama Dyah dan beberapa
teman cewek yang sudah malas turun lagi namun mereka juga bingung dan penuh
tanya, ‘Kok
bapak baru datang sih? Ketelatan malah....’ Turun ke lantai 4 dan
masuk ke kelas AR402 yang sudah ada
bapak dengan pakaian batik berwarna coklat. Kembali lagi ke materi seperti
semula dan siap- siap untuk membuka mulut lebar- lebar atau bisa dibilang akan
segera menguap. Materi pertemuan ke-9 berjalan seperti biasa dan cukup lama,
diganti lagi dengan presentasi bagi yang belum mendapat giliran. Saya menunggu
sambil menghafal beberapa ringkasan yang siap untuk dipresentasikan. Celingak-
celinguk ke kanan- kiri dengan merasa kebingungan dan tampaknya ada kejanggalan
dari beberapa teman yang tidak hadir itu Singgih dan Hanim, yang paling tidak
suka matakuliah Nasionalisme maka itu mengapa mereka sengaja cabut kelas dan
tidak ikut presentasi. Teringat pada sebelum mendekati UTS, lebih lucu saat
mendengar Singgih suka mondar- mandir dari kelas ke kamar mandi dan membuat kami
sekelas tertawa melihat tingkahnya, ada pun juga dengan Hanim yang sengaja
tidur di belakang, tepatnya di pojokan dekat jendela daripada mendengar dosen
tersebut, sama seperti dengan Singgih, dia sengaja ke Kamar Mandi. Saya juga
baru merasakan kejadian ini terulang kembali dari sejak SMP-SMA ada pelajaran
PKn dan sekarang malah ketemu matakuliah ini lagi dan lagi padahal Cuma 1
semester saja kami bertemu. Eka Saputra
juga malah ikut- ikutan mereka berdua, bukan hanya tidak suka atau malas saja,
dia sering dipanggil dosen itu untuk bantu nyalain komputer terus diminta
membuka website apa gitu karena dia tidak tahu cara membukanya. Dan setelah UTS
berlalu, Singgih dan Hanim tidak hadir di kelas padahal masuk dan tahunya
mereka berdua jarang kelihatan kecuali bisa melihatnya di perpustakaan. Eka
sudah tidak kelihatan dalam beberapa hari, membuat dosen jadi bingung saat
mengabsensi mahasiswa di kelas kami, dia tidak bertanya ke siapapun yang hadir
karena dia tidak peduli. Menghilang dia, dosen merasa tidak ada yang
membutuhkan siapa yang bisa bantu nyalain atau matikan komputer serta membuka
website, tiba-tiba dosen memanggil Adi
Permana yang baru datang telat sebagai penggantinya. Dia bingung saat dipanggil,
tidak tertawa dan ketulusannya membantu dosen untuk itu. Dari materi pertemuan
ke-9 diganti dengan presentasi, saya menunggu sampai ada yang memanggil saya
untuk giliran maju. Setelah Maria kemudian Disya yang presentasi tanpa harus
melihat buku yang sudah diprint, harus diserahkan ke dosen itu. Terasa
mengantuk saat mendengar presentasi setiap teman secara berganti sambil
menghafal beberapa yang ada di buku padahal makalah yang saya bikin hanyalah
sedikit. Tak lama kemudian Disya menyelesaikan presentasi dengan cepat, dosen
tiba- tiba memanggil saya untuk segera maju...saya kaget mendengar panggilan,
begitu juga dengan teman- teman yang lain jadi bengong. Disya dan Anis
memberitahu ke dosen bahwa kalau saya presentasi takutnya susah buat ngomong di
depan kami. Melihat mereka memberi isyarat lewat mulut, dia jadi terdiam dan
mencoba membujuk saya untuk maju. ‘Gimana yaa....gimana yaaa...?’ Saya jadi
ketakutan sedikit dan bingung saat dipanggil olehnya. ‘Okelah...’ Saya maju ke depan dan menyerahkan
makalah itu ke Pak Pater lalu memulai presentasi saya. Di dalam hati saya
berdoa meminta pertolongan Tuhan untuk membimbingku hari ini. Presentasi yang
dibicarakan oleh saya terasa sangatlah lama padahal saya bukan pengacara atau
pendeta atau apalah karena saya memang manusia biasa yang ingin berbicara
seperti apa yang ingin mereka dengarkan. Dari 10 menit hingga hampir 15 menit,
dengan cepat saya berpresentasi walaupun saya berbicara agak pelan dan berharap
mereka mengerti apa yang saya bicarakan. Presentasi saya selesai, tidak ada
yang bertanya atau mengacungkan tangannya ke saya untuk bertanya tentang hasil
presetasi saya dan malah jadi tepuk tangan serta pujian baik dari teman- teman
sekelas atas perintah dosen itu. ‘Iya, terima kasih semuanya....’ Saya menoleh
ke bapak yang sibuk memegang makalah yang diangkat tinggi- tinggi ke arah
teman- teman dan ngomong sesuatu, saya tidak mengerti apa yang dia ngomongkan. ‘Hmmm.......’
Tidak bertanya apa yang dia bicarakan, dia sibuk mengembalikan makalah saya dan
melanjutkan panggilan selanjutnya. Saya duduk kembali ke tempatnya dengan
perasaan lega, mulai merasakan panasnya di tenggorokanku karena terlalu banyak
bicara tanpa menghela napas. Masih banyak yang belum mendapat giliran untuk
maju padahal sudah mempersiapkannya beberapa minggu yang lalu sebelumnya.
Presentasi berlangsung dengan lancar dan cepat tapi lama, termasuk pula dengan
beberapa teman cowok kalau presentasi suka lupa sehingga dapat teguran keras
dari Pak Pater itu. Setelah presentasi untuk tugas pertama selesai hanya
sebagian teman termasuk saya, dosen akan segera mengakhiri pertemuannya dan
berkata lagi tanpa akan memberi tugas lagi karena masih ada yang belum maju.
Beberapa minggu kemudian, sebelum akhir bulan November dan menuju bulan
Desember, tidak ada presentasi seperti minggu kemarin hanya dilangsungkan
dengan materi biasa, eh, tahu- tahunya kelasnya lamaaaaaa.....tidak sampai 4
jam sedikitpun malah sampai 5 jam bahkan lebih. Kami mendengar penjelasannya sampai
mengantuk, termasuk pula dengan teman- teman cowok yang tidak doyan matakuliah
yang bikin ngantuk. Ada yang berkomentar sampai nulis status di Bbmnya, ‘Ini seminar
atau apa ini? Kok lama banget sih? Kapan keluarnya????’ (dengan
emoticon marah) Setelah 5 jam terlewati, semua teman langsung ke kamar mandi
karena kebelet gara- gara pelajarannya lama maka tidak diizinkan ke belakang
sama dosen. Bulan Desember, keuntungan kami mulai muncul adalah hari Sabtu
libur dan tidak ada kelas dan minggu depannya juga karena dosen, Pak Pater ada
acara jadi lumayan santai di rumah, namun mereka agak kuatir dan malas kalau
ada KP Nasionalisme kapan gitu setelah 2 kali tidak ada kelas bisa berjam- jam
tanpa henti apalagi juga sebelumnya itu. Minggu berikutnya sebelum libur, kami
presentasi lagi setelah dikasih tugas 3 minggu yang lalu itu dan.......ada
sesuatu yang menjanggal di kelas saya adalah teman- teman yang hadir hanya 22
orang. Lalu dosen meminta kami mengeluarkan tumpukan Print ringkasan Materi
termasuk Words sama PPT yang membuat aku bingung, ‘Loh itu harus dibawa di setiap pertemuan ya Qor?’ (sambil
melihat Qory baru mengeluarkan beberapa print Nasionalisme) Dia menjawab, ‘Iya, disuruh
sama Bapak, setiap pertemuan harus bawa ini, soalnya harus dinilai Chris. ‘
Saya jadi bengong saat mendengar jawabannya, ‘Yah, kok aku ga bawa itu sih?’ Padahal saya malas kalau harus
bawa barang seberat itu di dalam tas maka saya tinggalin itu di rumah. ‘Duh gimana nih....?’ (Ekspresiku jadi
kecewa dan pusing sedikit) Dosen yang sibuk menginterograsi keadaan kelas,
ekspresinya jadi tidak menyenangkan dan seperti ingin marah. Tiba- tiba dia
menyuruh Nurul untuk menulis sesuatu yang membuat saya dan Qory bingung, Disya
juga. ‘Ada apa ini?’ Kami jadi
penuh tanya saat disuruh oleh dosen untuk yang maju ke depan buat presentasi.
Nurul orang pertama maju untuk presentasi langsung tanpa materi baru seperti
biasanya. Dia kebingungan saat maju dan ngomong diri sendiri di depan Disya, ‘Aduh..gimana
nih? Aku belum hafal semuanya. ‘ dengan gemetaran, dia maju sambil
memegang makalah yang ada di tangannya. Disya hanya tertawa kecil, yang di
belakang mereka hanya kaget dan bingung, ‘Kok
langsung presentasi sih?’ ada yang berkomentar dari belakang saya.
Nurul memulai presentasi dengan makalahnya tetap dipegang dan tidak boleh
dilihat langsung, sedangkan dosen duduk di belakang, tepatnya di pojokan dekat
dengan jendela memperhatikan serta mendengar apa yang dia presentasikan sambil
menilai di bukunya. Beberapa menit kemudian, Nurul baru selesai presentasi,
berjalan ke dosen sambil membawa makalah dan tumpukan printan ringkasan Materi
Nasionalisme itu. Setelah Nurul duduk kembali dan melanjutkan menggaris
selembar kertas dengan bolpen merah, Disya dan seterusnya secara satu- persatu,
bergiliran untuk presentasi dan saya berpikir panjang bagaimana caranya saya
bisa balik ke rumah dan mengambil tumpukan printan itu. Kesetressan saya mulau
muncul dan panik sedikit, saya sengaja SMS secara diam- diam walaupun Pak Pater
masih duduk di belakang. ‘Oh yeah...’ saya langsung SMS meminta untuk
dibawain ke sini apa yang saya mintain. Dan ide saya pun muncuk untuk berpura-
pura mau ke Kamar Mandi sebentar, setelah diminta tolong sama Qory agar tidak
ketahuan sama dosen itu. ‘Oh
yeah..oke” deh..’ Saat membaca apa yang ditulis Qory di kertas tanpa
harus berbicara karena disuruh tenang di kelas selama presentasi. Menunggu
giliran terasa sangat lama, saya tidak boleh kehilangan kesempatan demi
mendapat nilai Nasionalisme dan Qory menyuruh Adi untuk meminta izin sama dosen
yang masih di belakang bahwa saya hendak ke kamar mandi. Setelah diizinkan
baik- baik, saya langsung keluar dengan buru- buru seperti disangka kalau saya
lagi kebelet beneran. Untungnya, giliran siapa gitu masih berlanjut sebelum giliran
baris kedua itu akan maju satu- persatu. ‘Ide aku benar- benar cemerlang bukan ya? Hihihi...’
(dengan perasaan senang, saya berlari ke lift untuk turun ke bawah) Setiba di
lantai 1, saya berlari kecil tanpa sepengetahuan satpam dan eh, ketemu dengan Juwita,
Dewi, Fia, Dyah dan Vicky yang cukup mengejutkan saya setelah terakhir bertemu
dengan Isna di lantai 4 yang tidak mau ke kelas karena belum bikin tugas maka
dia cabut kelas duluan. Dewi bertanya, ‘Loh, kamu ga
kelas?’ saya menjawab, ‘Aku ada yang ketinggalan. Ringkasan Nasionalisme yang
sudah diprint waktu itu wi.. Hari ini ada presentasi kedua.’ Dewi mengiyakan apa yang saya jawabkan dan
tiba- tiba mereka mulai kaget dan tidak menjawab apa- apa dengan apa yang saya
katakan adalah absensi kehadiran mahasiswa di kelas. Setelah mengambil barang
yang ketinggalan itu, saya kembali lagi ke lift bersama mereka berlima itu
namun mereka tidak berniat untuk kembali ke kelas malah naik ke lantai 5 dan
melupakan matakuliah itu karena tidak membuat tugas sama sekali ceritanya.
Kembali ke kelas sambil memegang tumpukan printan itu di balik plastik bening
yang disembunyikan di dalam jaket merah agar tidak ketahuan. Dengan terburu-
buru saya berlari dari lift, ke kamar mandi ternyata cukup menguras tenaga.
Saya duduk lagi dengan perasaan lega, Qory melihat saya langsung tersenyum, ‘Udah kan Chris. Untung saja kamu bawa itu.
‘ Saya mengiyakan apa yang dikatakannya. Presentasi masih berjalan yang
dimulai dari Davis, yang kelihatannya belum hafal benar sehingga kacau presentasinya.
Dari Windy, Qory dan lagi- lagi giliran saya harus maju padahal belum siap
untuk berpresentasi karena kejadian tadi. ‘Oke...’ Ada sesuatu yang membuat perasaan
saya jadi kacau sedikit saat berpresentasi adalah lupa beberapa bagian yang
sudah dihafalkan, maka saya sengaja memberi penjelasan lain serta contoh agar
bisa menutupi kekurangan yang ada dan untungnya tetap diberi pujian biasa
seperti pada sebelumnya. ‘Tenang sudaah......’ Saya dengan buru- buru
mengumpulkan makalah tugas 1 dan tugas 2 serta printan Nasionalisme tersebut.
Saya kuatir kena omel jika tugasnya tidak lengkap semua padahal saya tidak
ngeprint semuanya. Presentasi masih berlangsung oleh Adi kemudian Chandra dan
Dhanang dan seterusnya walaupun agak sebentar presentasinya karena banyak yang
tidak masuk, kami juga disuruh tanda tangan kehadiran kelas serta berapa kali
hadir dan tidak hadir di selembar kertas yang sudah dibuat oleh Nurul yang
dibantu oleh Disya. Tak lama kemudian, kami dikasih tugas terakhir
lagiiiiiiii...... Kami mendengarnya langsung menepuk meja dengan keras termasuk
pula dengan beberapa teman cowok yang di belakang itu. Kelas pertemuan ke-12 tidak lama, hanya sampai
jam 11.30 langsung pulang dengan ekspresi yang tidak senang dan capek bahkan
mengantuk. Adi dipanggil terus sama dosen untuk mematikan komputer serta
laptopnya sebelum hendak pulang...... Minggu berikutnya adalah minggu terakhir
kelas Nasionalisme kami bertemu, saya datang telat lagi bersama tim Hore- Hore
dan Ali Iqbal di depan lift, saya tidak menyangka kalau hari Sabtu tetap
ngampus padahal seharusnya libur sebelum jelang Natal. ‘Okelah, bersiap- siaplah untuk menguap
atau gimana di hati terakhir kelas Nasionalisme. ‘ (pikir saya saat
naik ke lantai 4 dengan lift bersama mereka, tidak peduli kalau mereka sengaja
menertawakan saya kenapa) Melewati lorong yang sangat sepi, saya masih bisa
melihat teman- teman Fikom di pojok kiri yang lagi menunggu kelas terakhir
namun saya tidak melihat Hanna dan Uchi sama sekali. Saya mengira kalau saya
telat datang ternyata belum mulai kelasnya, teman- temannya masih menunggu di
pinggiran kelas sambil menghafal tugas terakhir. ‘Kok sudah ramai saja?’ pikir
saya saat melihat keadaan mereka kembali seperti semula. Dosen datang, kami
kaget dan buru- buru masuk kelas menyusul dosen tersebut. Seperti biasanya,
tidak ada materi tambahan untuk pertemuan terakhir kelas ini, presentasi tetap
dilanjutkan untuk tugas terakhir ini. Semua teman telah hadir kembali karena
takut tidak mendapat nilai presentasi dan tugas yang lainnya, kecuali Singgih
dan Hanim saja tidak ikut kelas pertemuan terakhir padahal saya sudah
memberitahu ada tugas Nasionalisme ke Singgih setelah meminta copy RunningMan di perpus pada minggu yang
sebelumnya. Ceritanya, dia tidak mau bikin tugas itu sampai akhir pertemuan
bahkan tidak ikut kelas itu juga karena ketidaktarikannya terhadap mata kuliah
yang kurang penting. Saya jadi shock mendengar perkataan saat dia sengaja
melihat saya lagi bikin tugas. Di kelas terakhir Nasionalisme, saya lagi- lagi
harus menunggu giliran untuk maju sambil menghafal tugas yang sudah dibuat
namun kata dosen, tidak perlu dihafal, cukup dibaca dan diperjelaskan di depan
kami. Sama halnya dengan minggu lalu, giliran untuk presentasi terakhir masih
sama yang dimulai dari Nurul terus Disya kemudian siapa lagi hingga saya malah
jadi kacau sedikit presentasi karena lagi banyak pikiran, tapi untungnya tidak
kena marah sama dosen setelah diberi pertanyaan tentang presentasi saya adalah
Lisa. Dari jam 8 pagi presentasi secara bergiliran dari Nurul sampai mana pun
belum selesai- selesai, lamaaa pula kelasnya. Jam 11 lebih saja belum selesai
presentasinya beberapa teman sehingga
ada yang sengaja menyuruh satu sama lainnya untuk mempercepat presentasi
terhadap waktu agar tidak kelamaan. Sudah dipercepat atas permintaan teman
malah belum selesai- selesai, kami mulai menguap dan bersiap untuk tidur di
kelas termasuk saya juga tidak tenang mendengar keadaan di kelas yang cukup
lamaaaaaa itu sampai ada yang ke kamar mandi karena tidak tahan dan suka
kebelet. Jam dinding yang mereka perhatikan di kelas, saya melirik jam tanganku
sudah menunjukkan pukul 12 saja belum kelar. Ada yang mengomel di status BBM
itu Grady Askarida, Mirza Al Faris, David Meibert dan Yoshendi Giovanni karena
kesabarannya sudah habis dengan matakuliah terakhir ini. Ada pula yang sengaja
kabur kelas setelah usai presentasi, Johan Gunawan satu- satunya yang paling
tidak doyan saat berada di kelas yang membuatnya mengantuk. Lucunya dia pura-
pura pindah tempat ke baris depan dekat dengan pintu masuk kelas sambil
menenteng tasnya dari bawah kakinya, tahu- tahunya langsung keluar secara diam-
diam bersamaan mulainya presentasi oleh siapa gitu. Kami berpangku tangan dan
menunggu sampai presentasi semua teman di kelas selesai tanpa ada yang bolos.
Dan jam 1 siang lebih baru kelar berarti kita berada di kelas Nasionalisme
selama 6 jam........... ‘Ya ampuunn kelas ini.... Bikin aku tidak tahan saja. ‘
beberapa teman cewek dan cowok itu mengomel sambil menenteng tas di tangannya.
Saya sudah bisa menghembuskan napas lega setelah bubarnya kelas terakhir ini,
teringat kembali akan janji dengan Lisa untuk pergi ke Kelapa Gading hanya
refreshing dan jalan- jalan. Bersama Lisa dan Dewi keluar kelas, ke layanan
mahasiswa dan ke toilet dan bertemu lagi dengan Hanim yang ketahuan berada di
Perpustakaan bersama Singgih seperti yang pernah saya lihat sebelumnya namun
dia tidak ngampus hari ini ceritanya. Kami berempat langsung keluar setelah
berjumpa dengan teman- teman Juwita yang tidak ikut karena takut pulang malam,
demikian juga dengan teman- teman Disya yang masih serius dalam makan siangnya
karena sudah kelaparan dari jam 12 siang gara- gara matakuliah terakhir. Dan
kami berangkat ke Mall dengan naik Taxi.................................... Setelah
libur untuk hari tenang dan karena banjir di mana – mana termasuk yang ada di
kota Jakarta yang menyebabkan ujian 3 hari diundur sampai kapan gitu dan
diganti ujian pengganti, UAS Nasionalisme dari hari Jumat diganti lagi hari
Jumat depan lagi sebelum liburan akhir semester dimulai. Pengunduran jadwal UAS
itu menyenangkan malah jadi menjengkelkan bagi mahasiswa, namun kami sudah
menerima semua itu dengan ikhlas. Sebelum UASnya, kegalauan teman- teman TI di
chat grup BBm pada nanyain tentang bahan apa yang harus dipelajari untuk UASnya
karena dosen tidak memberitahu kisi-kisinya. Saya juga tidak tahu, maka saya
ngasal belajar dari mana gitu sampai ada yang bertanya ke saya di BBm gara-
gara saya menulis apa di status BBm itu, Qory satu- satunya mulai bertanya, ‘Nasionalisme km
belajar dari mana saja?’ Begitu juga ada yang bertanya dengan
pertanyaan sama, Maria Tysna Danielle, Lisa Melyani, Mirza Al Farisi dan Izhhar
yang membuat BB saya berdering terus. Saya bingung apa yang harus saya jawab
padahal saya lagi tidak ada mood belajar matakuliah seperti itu karena bikin
ngantuk. UASnya dimulai dengan waktu yang cukup cepat dalam mengerjakan jawaban
ujiannya, kami sengaja mengarang bebas untuk jawaban UAS terakhir dengan penuh
kepasrahan karena soal yang keluar tidak sesuai yang dipelajari di catatan yang
ada sebelumnya, maka sengaja dijawab secara mengasal dan langsung pulang dengan
terburu- buru........................................
0 comments :
Posting Komentar