"Unfinished Bussines about Campus Life"

Kamis, 29 Agustus 2013

"Unfinished Bussines about Campus Life"


SEMUA ADALAH IDE CERITAKU: ‘Masa- masa Kuliah yang tidak terlupakan’

Setelah melewati hari- hari libur dengan perasaan senang maupun duka, kembali ke masa Kalbispheration Days selama 3 hari dan mengikuti acara Gebyar BCA di Balai Sarbini berakhir, sehari lagi akan kembali ke masa perkuliahan seperti biasa. Kembali ke kuliah, kembali ke kampusnya, belum pernah merasakan bagaimana situasi yang baru, saat bergaul dengan beberapa mahasiswa baru dan mengikuti mata kuliah yang diajarkan dosen- dosen baru. Mendengar kata ‘Mahasiswa’ yang sering disebut- sebut dalam seminggu terakhir ini, membuat diriku yang dianggap sebagai pribadi yang besar dan penuh kejiwaan... ‘Benar- benar kenyataan ya, seperti yang telah aku impikan dulu...namun bukan seperti yang aku harapkan... ’ (kata- kata yang dilontarkan di luar benakku)  ........

* * * * *

Hari pertama kuliah dimulai setelah Morning Prayer bersama FIRE’s, saya tidak pernah mengira kalau tiba- tiba jadi ngeblank ikut doa pagi untuk hari pertama. Bersama Maria Tysna dan Dear Debora baru habis doa pagi, keluar dari ruangan AR306, naik ke lantai 4 dengan jalan kaki melalui eskalatornya yang masih belum jalan. Tiba di lantai 4, sudah ada beberapa mahasiswa TI yang berbeda jurusan, yang lagi duduk di lantai sambil ngobrol kecil walaupun belum apa- apa karena masih baru. Duduk di lantai
menunggu kelas mata kuliah pertama, Algoritma dan Pemrograman yang diajarkan Bu Evawaty Tanuar. Lumayan ramai juga di lantai 4, yang pertama kali saya lihat. Saat melihat mereka, saya nimbrung ke mereka setelah nyamperin ke beberapa termasuk Tantri Kusumastuti dan Lisa Melyani. Belum ada beberapa mahasiswa yang mulai dengan pertanyaan serius dalam obrolannya, hanya terlihat sedang bengong sana sini sedangkan saya mengecek bb, memastikan ada sms atau bbm yang masuk, yang muncul di bb saya hanyalah chat grup dari TI Kalbis yang sudah lama diupdate oleh beberapa Mahasiswa cowok tadi pagi, yang menanyakan tentang Kelasnya mulai jam berapa sampai rempong di grupnya. Jam 8 tepat sekali, dosen dengan pakaian formalnya, sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangannya sudah ada di belakang satpam yang sedang membuka pintu kelas AR411-nya dan kami berada di belakangnya menunggu dengan ketidaksabarannya, saya hanya masih mengecek bbm chat grupnya ada yang bertanya, ‘Dosennya sudah datang apa belum?’ Yang bertanya itu adalah David Meibert satu- satunya yang belum saya lihat dari sejak Kalbispheration Days juga, saya membalasnya, ‘Sudah datang tuh dia, buruan aja. ‘ Tidak Cuma dia saja, ada beberapa Mahasiswa yang masih bertanya- tanya seperti Isna Oktaviani, Bimo Putro Utomo, Mirza Al Faris dan Izhhar, namun saya tidak sempat membalasnya karena sudah di kelas. Begitu sudah memasuki kelas, saya bingung mau duduk di mana, jadi saya memilih duduk ke depan sebagai percobaan pertama bagaimana rasanya. Ketika saya duduk di depan, ada seorang Mahasiswa dengan chinese wajahnya serta harum aromanya, yang belum saya kenal duduk di samping saya, dia itu Melvina Yosephine dan satu lagi duduk di samping kiri saya, Chandra Kurniawan. Di hari pertama kelasnya Bu Eva, suasananya masih biasa dan baru, saya yang sendiri kebingungan dan tidak tahu mau ngapain, hanya membuka buku tulis baru terus menuliskan tanggal serta Jadwal pertemuan sedangkan yang lain memakai buku file, tanpa merasa galau di seisi kelas ini. Menunggu dan menunggu hingga dimulai pengajaran oleh Bu Eva pada minggu pertama, belum lagi dengan riuhnya beberapa mahasiswa dalam mengobrol, dosennya sibuk memasangkan kabel laptopnya agar terhubung ke LCD-nya namun tidak bekerja dengan baik, dia keluar kelas berapa kalinya untuk memanggil LCD securitynya memperbaiki masalahnya walaupun hanya hari pertama dan belum dipakai sama sekali. Sambil menunggu saya bbm-an dengan Isna yang lagi- lagi dengan telat datang ke kampusnya, ‘Ci, dosennya udah datang? Aku masih di jalan, maceetttt.. ‘ begitu dia bilang di bbmnya dan saya menjawab, ‘Sudah datang tuh dia. Kamu sudah sampai di mana emang?’  obrolan kami masih ada sebelum masalah LCDnya beres. Hampir 30 menit menunggu, akhirnya LCD-nya bekerja dan sudah bisa nyala di layarnya, bu Eva membuka pembicaraannya di depan kami untuk pengenalan pertama. Lalu kami memulai dengan seriusnya di bawah pengajarannya tentang Pengenalan Algoritma dan Pseudocode terlebih lagi dengan saya menyandarkan tanganku ke atas meja bangku kelas sambil memperhatikan tulisan yang ada di LCD-nya kemudian mencatat. Walaupun belum keseluruhan yang saya catat, sudah berganti slide-nya di LCD-nya olehnya. Hampir saja beberapa mahasiswa yang ketinggalan nulis jadi kesal namun terdiam karena bingung apa yang ditulisnya. Saya juga ketinggalan setengah, terus menoleh ke arah Melvina yang cukup rapi di catatan bukunya, saya pikir- pikir mau minjam sebentar untuk mencatatnya. ‘Mel, boleh ga aku minjam catatannya itu? Ketinggalan nih aku catatannya. ‘ (sambil menoleh ke arah catatannya yang hampir lengkap yang dibahas di slidenya)  ‘Ini? Oke, bentar ya. Aku lagi nyatet... ‘ Begitu Melvina menjawabnya, saya menganggukkan kepala saya, ‘Oke deh..’ kemudian menunggu dan kembali memperhatikan apa yang diajarkan Bu Eva hingga istirahat 15 menit. Tepatnya jam 10.00 menandakan istirahat 15 menit tiba, Bu Eva keluar lagi disusul beberapa mahasiswa dengan menenteng tas ransel di belakang yang disangka- sangka mau pulang padahal kelasnya belum selesai. Saya mengecek bbm lagi yang sudah berapa kali berdering di sakunya, ‘Ci, Masih lama? Ruang mana ya? Aku ga tahu nih, baru sampe di kampus nih....’ dan saya menjawab, ‘Sudah kelar nih, masuk aja. Di ruang AR411. Yang paling kiri dekat AR410. ‘ Tak lama kemudian, bersama beberapa mahasiswa TI yang telat datang masuk diikuti juga seorang mahasiswa dengan jilbabnya dan berkacamata masuk menghampiriku yang lagi mencatat catatan yang saya pinjam dari Melvina, ‘Maaf yaa ci, macet soalnya jalannya. ‘ Saya membalas dengan tolakan halus, ‘Tidak apa- apa na. Ini baru 1 ½ SKS nih, sekarang lagi istirahat. ‘ Kemudian dia melihat catatan saya, meminta izin, ‘Boleh ga aku pinjem?’ dan saya mengangguknya, ‘Boleh kok, bentar yaa. ‘ (sambil mencatatnya dengan seriusnya) Setelah mencatat, saya meminjamkannya ke Isna dan dia berbalik ke belakang, memulai mengebut nyatetnya tanpa harus diganggu, saya menemaninya. Tak lama kemudian, istirahat 15 menit selesai dengan sangat cepat, semua kembali ke kelasnya setelah Bu Eva masuk kelas lagi kami kembali belajar seperti biasanya termasuk saya, walaupuna pengajarannya terlalu cepat jadi hampir ketinggalan beberapa slide yang akan dicatatnya, dosennya tidak peduli ketika melihat kami yang lagi tertegun ketika pertama kali diajarkannya begitu cepat. 2 sks dari tadi pagi beralih lagi ke 2 sks bersama Bu Evawaty Tanuar di hari pertama yang cukup lama, belum ada yang pernah bilang merasa bosan atau gimana tak terkecuali dengan beberapa mahasiswa yang duduk di depan. Hari pertama dia mengajar, kami dari awalnya mendengarkannya dengan sangat serius, tiba- tiba jadi tidak serius dan merasa pusing walaupun hanya hari pertama, sudah dikasih tugas oleh dosennya, semua teman seisi kelas saya jadi galau. Pada pukul 12 tepat, kelasnya selesai dan semua mahasiswa berberes buku dan menentang tas, beranjak keluar dari kelas AR411-nya. Saya sendiri ditemani oleh Isna Oktaviani menyusul keluar dari kelasnya, belum apa- apa karena saya belum ada teman baru ketika melihat beberapa teman terpencar- pencar ke kiri dan kanan, ada yang hendak ke toilet namun tidak barengan terutama dengan Lisa Melyani bersama teman cowoknya, Davis Santoso, David Meibert, Regi Fasius, Rizky Natanael, Yoshendi Giovanni serta Kevin Lim itu, ada juga dengan teman yang lainnya yang hendak ke kantin dalam kampus untuk makan siang sebelum kelas berikutnya. Begitu keluar dari kelasnya, saya bertanya pada Isna yang lagi kebingungan, ‘Mau ke mana na?’ lalu dia menjawab sambil mengetuk- ngetuk bagian dagunya dengan jari telunjuknya dan berpikir, ‘Hmm... Mau ke kantin, mau ikut ga ci?’ Saya jadi tertegun dan berpikir sebentar- bentar ketika saya melihat Lisa sendirian ke toiletnya, saya langsung menjawabnya, ‘Yauda kamu duluan saja, saya mau ke toilet dulu.. ‘ langsung diacungkan jempol olehnya, ‘Oke deh ci...’ kemudian beranjak turun dengan eskalatornya tanpa ditemani oleh beberapa teman karena mereka sudah turun duluan. Saya menyusul Lisa yang hendak ke toilet, di mana saya melihat kerumunan mahasiswa yang baru keluar dari toiletnya, namun saya tidak tahu kalau mereka itu sesama junior kami atau senior. Di tengah istirahat setelah kelas matakuliah pertama di hari pertama yang cukup ramai dengan beberapa mahasiswa senior yang keluar kelas, saya masih belum hafal benar akan nama- nama mereka dari sejak ospek kemarin. 10 menit kemudian berada di toilet setelah bertemu dengan Lisa, kami keluar darinya bersama teman- teman cowoknya yang belum saya kenal pasti ke kantin yang ada di lantai 1 dengan jalan kaki pada eskalatornya, setiba di kantinnya yang masih baru dan agak sepi sekali karena kami lebih duluan keluar dari kelasnya. Kami mencari tempat duduknya, ternyata telah dipakai oleh beberapa mahasiswa TI dan jurusan yang lainnya. Bersama Lisa terpaksa duduk di kursi yang ada di dekat pintu masuknya itu dan terpisah dari teman- teman cowoknya yang juga terpaksa makan di pojok dekat jendela. Berduaan dengannya, makan hingga selesai walaupun sudah beberapa kali ngobrol dengan pertanyaan serius sambil makan. 20-30 menit kemudian di sela- sela istirahat, kami akhirnya selesai makan saat di mana ada beberapa teman mahasiswa TI seperti Tantri Kusumastuti, Qory Andrianni dan Isna Oktaviani lalu lalang dari kantin ke toilet saking sengaja mencubit bagian lengan Lisa yang baru kelar makan, kemudian ngerjain saya dari depannya. Tak lama kemudian, makan siang kami pun selesai sedangkan beberapa mahasiswa TI yang ada di dalamnya masih belum selesai dari 40 menit berlalu, saya tanpa habis pikir hendak ngobrol dengan Lisa yang lagi bbman dengan Davis yang ada di pojokannya sambil ketawa sendiri tanpa harus diganggu. Pertama kali ngobrol dengannya, masih belum biasa juga, hanya saya bisa ngomong pelan- pelan saja. Saat kami lagi ngobrol belum lagi ada yang menoleh sampai melirik sedikit ke arah kami, termasuk teman- teman cowoknya yang ada di pojokannya. Kami pun beranjak dari kantin, jalan kaki ke tangga hingga ke eskalatornya karena liftnya masih belum beroperasi juga. Berjalan kaki ke lantai 5, yang kami jejakkan itu di perpustakaan yang dalam bahasa Inggrisnya ‘LIBRARY’ , hal itu membuat saya jadi tertegun sedikit ketika menemukan sebuah perpustakaan yang baru itu. Belum lagi kami masuk ke dalamnya, setelah teman- teman cowok sudah masuk duluan, check in dan memasukkan tasnya ke loket, saya juga kepikiran mau masuk namun tidak tahu mau ngapain. Kami turun lagi ke lantai 4, duduk di lantai yang ada di dekat jendela, menunggu kelas berikutnya, Akuntansi, sambil menunggu kami ngobrol sebentar tentang pengalaman kami masing- masing. Tiba- tiba ada ci Vrisca Fau yang telah lama saya kenal menyapaku dan Lisa, ‘Haiiii....’ diikuti oleh ka Izzatul Ilah di belakangnya menghampiri kami yang lagi duduk ikut menyapaku. ‘Lagi ngapain kalian?’ Kami menjawab secara bergantian. ‘Ya, lagi nungguin kelas Akuntansi..’ dan diangguk- angguk olehnya, ‘Oh gituu.. Okelaahh... ‘ Ngobrol sebentar bersama 2 kakak Seniornya, sebelum mereka hendak ke kantin. 15-20 menit kemudian kami menunggu, ada beberapa teman TI datang berkumpul di hadapan kami, termasuk teman- teman cowoknya yang baru turun dari lantai 5-nya. Cukup lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam datang bersamaan dengan dosen perempuan dengan berkarakter keibu- ibuan dengan menenteng buku matakuliah dan buku absensi serta peralatan papan tulisnya yang saya perhatikan itu, dia mengikuti satpam ke kelas AR412. Kami bangkit dari duduknya, berjalan kaki ke kelas tersebut tanpa merasa gaduh di belakang mereka. Masuk kelasnya, lagi- lagi saya masih kebingungan mau duduk di mana, tiba- tiba teringat akan Isna yang ada di depannya, saya langsung nyamperin agar bisa duduk di depan bareng. ‘Na, duduk di depan yaa.. Temenin aku donk. ‘ kemudian dianggukin olehnya, ‘Oke ci....’ kami langsung duduk di depan, bersebelahan juga, sedangkan di samping kiri saya itu Tantri. Setelah kami duduk di tempat masing- masing, hanyalah Lisa duduk di belakang karena ada teman- teman cowoknya, saya jadi bingung mau gimana saat menoleh ke belakang yang cukup riuh dengan beberapa teman TI cewek yang duduk di belakang kami. Mata kuliah Akuntansi dimulai dengan dosen barunya, Bu Wiratmi, saya jadi tertegun sampai bertanya- tanya pada diriku sendiri, ‘Kok kenapa ada Mata Kuliah Akuntansi di jurusan TI? Padahal saya tidak terlalu bisa dengan Matakuliah itu.’ Ketika dosen memulai kelasnya dengan menjelaskan materi barunya di papan tulis, kami mencatat dengan seriusnya termasuk saya hanya bisa melihat catatan kepunyaan Tantri dan Isna secara bergantian karena tidak kelihatan di depan papan tulisnya. Tak lama kemudian, sudah hampir 1 ½ jam mata kuliah Akuntansi bersama Bu Wiratmi itu selesai walau terasa sebentar sekali, kami bubar dan pulang. Berganti dengan hari berikutnya, hari kedua kuliahnya, walaupun masih ada Morning Prayer saya tidak datang karena saya kuliahnya siang. Pada hari kedua, sudah bangun pagi dan masih bisa santai di rumah bahkan browsing juga. Beberapa jam kemudian hingga jam 13.00 tepat saya masih di rumah, saya ada kelas jam 13.30 setelah saya mendapat jadwalnya dari kalbis.ac.id yang telah baru saya download sekali. Beberapa menit kemudian, saya sudah bersiap- siap dari rumah dan berangkat ke kampus walaupun belum ada kabar dari beberapa teman TI yang sudah berada di kampus maka saya teringat untuk BBM dengan Lisa dan menanyakan kalau dia sudah di kampus apa belum. Hanya sebentar sekali bbm dengannya dilalui dengan balasan darinya, saya sudah berada di kampus namun belum bertemu dengan beberapa teman di kampusnya. Lalu saya mencari keberadaan teman- teman TI di kampus yang masih sedikit dengan kakak Seniornya serta Juniornya yang lagi makan di kantin, duduk di sofa sekitar lobby serta di bagian dalam ruang adminstrasi itu. Saya berjalan kaki ke tangga hingga eskalator menuju ke lantai 4, di mana yang saya sampai itu terlihat sepi sekali, ‘Ke mana nih mereka ya? Emang sudah mulai kelasnya?’ (Sambil celingak- celinguk ke kanan kiri lalu melirik ke arah jam tangannya, mengecek bbm chat yang di grup) Di lantai 4 yang agak sepi itu saya berjalan menuju ke kelas AR410 yang saya kira sudah mulai dan dosennya sudah datang, ‘Ternyata belum mulai... ‘ Saat saya bertemu dengan beberapa teman TI cewek yang lagi duduk di deretan bangku kelas, saya bingung lagi mau duduk di mana dan tidak habis pikir untuk duduk di depan saja. Setelah duduk di depan, saya menoleh ke belakang mencari seseorang yang duduk di belakang, tanpa saya meminta tolong tiba- tiba Tantri langsung bangkit dan pindah ke depan, tepatnya di samping saya. ‘Aku mau bantuin Christy di depannya.’ Begitu dia menjawab ketika ada teman cewek baik dia yang bertanya dari belakangnya. Bersamaan dengan waktunya, sudah beberapa teman TI yang baru datang itu dan mulai masuk kelas setelah dosen barunya masuk sambil menenteng tas selempang berwarna hitam, buku absensi serta peralatan tulis. Bertemu dengan dosen baru pada hari kedua membuat kami terheran- heran sendiri, dosen baru itu bernama Muhammad Lufti Saleh, memulai perkenalan dirinya dengan menulis namanya di papan tulis, kami hanya mengangguk- angguk mengerti setelah membaca nama yang ditulisnya dan langsung terdiam hingga dosen, Pak Lufti, mulai mengajar materi baru pada pertemuan pertama di hari kedua yang sama halnya dengan ajaran Bu Eva lewat LCD-nya. Ketika dosen mengajar sambil menjelaskan slide per slide yang bertuliskan bahasa Inggris itu, kami semua hanya terdiam dan serius mencatat. Apapun yang diajarkannya memakai bahasa Inggris di power point, hampir sebagian dari teman TI kewalahan ketika membaca tulisannya kecuali hanya dosen tersebut menerjemahkan kata- katanya dalam bahasa Indonesia, namun tidak semua yang diomongkannya langsung dicatat karena terlalu cepat termasuk yang ada di slidenya, jadi ketinggalan sedikit. Bersama dosen baru, Pak Lufti, kelasnya jadi serius dan tidak ada yang bersenda gurau kecuali hanya bisa mendengar penjelasannya hingga jam 15.30, jam istirahat tiba, saat saya bertanya ke Tantri tepat duduk di sebelah saya, ‘Apa kelasnya sudah selesai?’ ketika itu saya melihat ada beberapa teman termasuk geng Davis dan Lisa membereskan buku dan menenteng tas ransel di punggungnya, keluar kelas. Lalu Tantri menjawab, ‘Belum.... Ini lagi istirahat. ‘ Hanya saja, saya menjawabnya, ‘Oohh.. Oke deh.. ‘ Setelah 2 SKS berlalu, istirahat dimulai, saya jadi tercengang melihat beberapa teman pada keluar kelas dan ada juga yang masih di kelas untuk makan, ngobrol serta main games di NDSnya. Saya tidak tahu mau ngapain, saya tanpa sengaja nyamperin ke dosennya yang lagi mengecek data di PC-nya kemudian dia menanyakan padaku, ‘Bagaimana? Sudah mengertikah apa yang telah aku jelaskan di LCDnya?’ Saya menjawab dengan cepat tanpa harus berpikir panjang, ‘Iya, lumayan kok pak. Walaupun tulisannya memakai bahasa Inggris, saya mencoba untuk memahaminya. ‘ dengan jawaban dari saya, langsung dianggukkin oleh dosennya, Oh begitu, oke deh.. Bagus. ‘ Beberapa menit obrolan dengan dosennya sambil menengok ke arah keluar di balik kaca jendela, terlihat lagi agak gelap sedikit. ‘Pantesan kelasnya dingin sekali, tak kukira akan hujan ternyata belum...’ Begitu kata- katanya yang dikeluarkan di benakku saat saya melihat Singgih Lomempow lagi asyik main games di Nintedo sendirian tanpa mau diganggu gugat oleh siapapun dan di belakangnya ada beberapa cowok yang lagi sibuk di depan laptopnya, mereka itu Dicken Putra Kusuma, Dhanang Fabiananda, Hanim Siregar, Mirza Al Faris dan Izhhar namun saya tidak tahu apa yang sedang mereka mainkan. Saya juga sengaja melihat 4 cewek teman TI, Qory Andrianni, Rofiatul Koramah, Dyah Maharani dan Vicky Nurchmawati, yang lagi duduk dan makan roti lalu saya menghampiri mereka tersebut dan ngobrol kecil di depan mereka yang lagi makan roti coklat dan sengaja menawarkan ke depan saya, saya hanya menolak secara halus, ‘Tidak, makasih.. Saya sudah makan dari tadi.’ tiba- tiba yang saya lihat di buku kecil milik siapa gitu, setelah minta izin di depan mereka untuk lihat isinya. Apapun yang telah saya lihat isi buku tersebut, saya mulai tertawa geli ketika melihat tulisan tentang pelajaran di SMA termasuk ujian- ujiannya hingga ospek di kalbis, saya menunjukkannya di depan mereka jadi ikut tertawa. Halaman demi halaman di dalam buku kecil milik siapa saya tidak tahu, tiba- tiba saya membaca jadwal tugas kuliah yang baru ditulis kemarin. ‘Tugas Algoritma dan Pemrograman, bikin Pseudocode dan Flowchart untuk bilangan prima ganjil dan genap. Kumpul hari Kamis.’ Begitu saya membaca tulisannya, saya langsung fotoin dengan kamera bb saya dengan nada kagetnya, ‘Kok ada tugas kayak ginian, saya sendiri tidak tahu ya...?’ Sekali foto tugas di buku kecil itu supaya tidak lupa. Jam istirahat setelah 2 SKS berakhir dalam kurang lebih 25 menit, beberapa teman TI yang lama keluar kelas hanya untuk istirahat kembali ke kelas lagi termasuk rombongannya Davis dan yang lainnya. Kami melanjutkan belajar dengan seriusnya bersama Pak Lufti hingga jam 17.00, walaupun kadang matakuliah di hari kedua agak melelahkan dan bikin ngantuk karena kebanyakan materi tapi beruntungnya kelas yang sekarang tidak sama seperti yang disebutkan dalam jadwal yang seharusnya kelasnya selesai jam 17.30, malah dipercepat 30 menit sebelum ini. Dengan suara bisingnya teman- teman TI beberes buku dan tas, bubar keluar dari kelas AR410-nya termasuk saya. Setelah hari kedua bersama dosen baru selesai, diganti dengan hari ketiga masuk pagi lagi dengan 2 mata kuliah yaitu Logika Berpikir Kritis dan Lab Praktikum Web Programming. Saya sendiri sehabis Morning Prayer bersama Maria naik ke lantai 4 sambil mengingat jadwal mata kuliahnya, saya kuatir kalau salah jadwal karena belum terlalu hafal seperti biasanya. Menunggu di lantai 4 sembari nyamperin teman- teman TI yang lagi duduk di lantai seperti halnya pada hari pertama dan kedua, ada Lisa dan teman- teman baik Davis. Saya pun duduk di lantai 4 bersamanya namun terpisah, saya masih penasaran lagi untuk ketiga kalinya siapa dosen baru dengan mata kuliah pertama, Logika Berpikir Kritis jam 08.00 sambil mengecek bbnya yang sering muncul chat grupnya pada nanyain, ‘Dosennya sudah datang apa belum? Di ruang mana?’ Itulah yang ditanyain oleh Mirza Al Faris dan beberapa teman TI yang lainnya. Sudah agak lama menunggu di lantai 4, tiba- tiba satpam muncul sambil mencari kunci dari segulungan kunci yang ada untuk membuka pintu yang ada di ruang AR412, yang sudah pernah dipakai pas matakuliah Akuntansi itu. Dia datang bersama dosen baru yang agak gemuk sedikit dan setengah batak jawa orangnya, dia mengikutinya dari belakang sambil menenteng buku absensi serta peralatan tulis di tangan kirinya. Kami bangkit dari tempat duduknya, namun tidak berlari ke arah pintu, tetap menunggu hingga pintu kelasnya dibuka. Begitu masuk tanpa harus berdesak- desakan satu sama lainnya, saya berusaha untuk tidak berlari karena  ingin memastikan temannya hendak duduk di mana. Dan saya menyadari untuk bisa duduk di depan sama Isna Oktaviani yang ada di sebelahku, eh tiba- tiba dia duduk di belakang saya, di baris kedua dari depan. Saya jadi duduk sendirian, lalu datanglah Tantri Kusumastuti yang telat 3 menit dari sebelumnya dan duduk di samping kanan saya. Dosen baru sudah berada di kelas dan teman- teman TI juga, duduk lebih tenang tanpa ada suara sedikitpun. Dosen baru itu memulai pengenalannya, ‘Nama saya adalah.....’ (sambil menulis namanya di papan tulis: ‘Muhammad Rusli.’) seperti halnya dengan Pak Lufti menulis namanya di papan tulis, kami satu kelas hanya mengangguk sekali saat membaca namanya dan memulai materi barunya di power point yang sedang dipersiapkannya itu. Ketika dosen sibuk membuka dan menyalakan LCDnya, saya dicolek- colek oleh teman yang di belakang, saya tidak kenal siapa dia. Dia yang bernama Adi Permana Wijaya menanyakan tentang tugas pertama dari Bu Evawaty Tanuar. ‘Hei, kamu tau dari mana tugasnya dikumpulkan hari Kamis ini?’ Hal itu menanyakan kepada saya, saya jadi tercengang ketika ditanyain olehnya. ‘Heh? Bukannya itu dikumpulkan hari Kamis kan? Ada matkul Algoritma juga kan? Aku tahunya dari buku punya siapa tertulis hari Kamis.’ Begitu saya menjawab sambil bertanya diri sendiri di depan mereka, sedangkan Isna Oktaviani dari awalnya bingung dan ikut memotong pembicaraan kami, ‘Ada apa ini? Tugas apaan?’ Adi memberitahu tentang masalah ini dengan rada kebingungan, ‘Aku ga tau tugas ini sebenarnya dikumpulkan hari apa? Kamis ini apa senin depan? Katanya, kumpulnya hari Kamis...’ (sambil menunjuk- nunjukkan ke arahku yang di depan) Lalu Isna memberitahuku setelah memanggilku dari belakangnya, ‘Tugas dari Bu Eva itu dikumpulkan hari Senin depan, bukan hari Kamis ini. ‘ Dia sengaja ngomong berulang kali lalu menulis apa yang dibicarakannya lewat kertas di buku filenya. Ketika membaca apa yang dituliskannya di kertas file, saya hanya mengangguk pelan dengan kebingungan. Tak lama kemudian, pembicaraan kami bertiga hampir selesai, saya jadi terdiam dan beberapa teman TI sekeliling kami bertiga itu terheran- heran dan bingung. Dosen baru, Pak Rusli, bangkit dari tempat duduknya, memulai pembukaan tentang materi baru setelah LCD dinyalakan dan muncul tampilan power point di slide pertama bertuliskan: ‘Minggu ke- 1’ yang disertai dengan judul materi dan nama dosen. Dengan sangat tenang tanpa suara, kami mendengarkan materi yang dijelaskan olehnya sambil mencatat rangkuman yang ada di power point itu. Walaupun mata kuliahnya terasa sangat sebentar, palingan 1 ½ jam sebelum mata kuliah berikutnya yang berbeda dosennya, selama belajar di kelas sudah mulai ada yang merasa mengantuk, bahkan ada yang menguap, tidak ada yang menyimak karena masih serius mencatat rangkuman dari slide per slide hingga habis. Namun materinya sedikit, kelasnya langsung selesai dengan sangat cepat. Setelah kelas matakuliah pertama kelar, kami langsung keluar satu- persatu tanpa berdesak- desakan, naik eskalator ke lantai 5 yang masih belum hidup juga menuju ke lab Praktikum Web Programming. Saya masih penasaran lagi siapa dosennya, ketika saya mengikuti Lisa Melyani ke toilet sebelah sebelum naik ke lantai 5. 10 menit kemudian, kami berdua naik ke lantai 5 dan menuju ke lab yang sudah penuh di tempat masing- masing oleh teman- teman TI yang sudah duduk duluan. Saya jadi panik sedikit, karena saya hanya ingin duduk di depan dan saya terpaksa duduk di belakang yang masih kosong, saat mengikuti Lisa yang hendak mencari tempat duduknya, tiba- tiba ada yang menariknya itu tak salah Juwita Oktaviani untuk duduk di sebelahnya. ‘Agak mirisnya jika aku ga dapat duduk di depan. ‘ (dengan perasaan kecewa sedikit sambil mencari tombol processor yang mau dinyalakan ke monitornya) Saya bingung gimana cara menyalakannya walaupun masih baru hari ketiga di lab dan saya meminta tolong kepada Davis Santoso yang duduk di pojok akhir bersama David Meibert itu. ‘Vis, gimana caranya nyalainnya?’ Lalu dia menunjukkan arah tombolnya di bagian paling atas itu, saya tetap kebingungan di mana, pada akhirnya dia membantu menyalakannya juga. Setelah komputernya menyala, ada seorang mahasiswa dengan buru- burunya sambil menenteng tas ransel yang hendak minta tukar dengan saya untuk duduk di depan. ‘Chris, pindah ke depan saja.. Aku tidak apa- apa di belakang daripada kamu tidak bisa memperhatikannya. ’ Saya tersentak kaget ketika dia mengatakannya di hadapan saya, padahal komputernya baru saja dinyalakan kemudian saya bangkit dari bangku dan mengambil tasnya, pindah ke depan bersama mahasiswa yang tak lain namanya Adi Permana Wijaya yang sering menanyakan tentang tugas di bbm chat grupnya, yang lagi tertawa kecil ketika mendengar ocehan dari beberapa teman di sebelahnya. Lagi- lagi saya mulai agak tersinggung sedikit ketika hampir saja saya dikerjain dari belakangnya, saya langsung buru- buru menyalakan komputernya tanpa harus banyak bicara. Sedangkan dosen barunya yang lumayan ganteng itu hanya diam dan sibuk mengecek program yang mau dikerjakan. Sudah memasuki hari ketiga, sudah mulai merasakan suara bising di labnya dari sebagian teman TI-nya. Tak lama kemudian, dosen baru itu bangkit dan memulai pengenalan dirinya di hadapan kami, saya sendiri tidak tahu apa yang diomongin termasuk namanya dan sebagainya. Dia itu bernama Alexander Waworuntu pengajar Web Programming saat saya mendapati buku absensi yang dioperin dari Adi Permana, teman sebelahku, untuk tanda tangan. Beberapa menit kemudian, sambil menunggu copy aplikasi program barunya ‘Notepad++’ selesai dari dosennya, pelajaran Web pertemuan ke-1 dimulai dengan materi tentang pengenalan HTML yang biasa dibilang sederhana setelah kami pernah mempelajari dari sejak SMA. Kami mengikuti apa yang diajarkan Pak Wawo lewat LCD-nya, walaupun saya tidak bisa melihat dengan jelas, dia sengaja memperbesar tulisannya dan Adi jadi tempat bertanya untuk membantuku jika saya ada kesulitan. Dari langkah awal, proses demi proses kami serius mengerjakannya, latihan membuat web sendiri dengan program HTML sederhana. ‘Chris, sudah ngerti apa belum?’ Dia bertanya saat saya lagi serius mengerjakan sambil memperhatikan tulisan di LCD maupun di komputer sebelahku, ‘Iya, lumayan saja. Kan ini pernah dipelajari juga kok. ‘ Adi hanya menjawab, ‘Oh gitu.. Coba aja latihan ya. ‘ Belum mulai dengan adanya candaan dari Adi, saya Cuma mengangguk- angguk saja. Dosen tersebut terlihat sibuk, saking mondar- mandir, memeriksa satu- persatu hasil kerjaan teman- teman TI yang baru ini termasuk saya juga. ‘Vant, gimana? Sudah bisakah?’ Begitu Pak Wawo bertanya di sebelah saya yang baru selesai mengerjakannya, sambil memperhatikan hasilnya. ‘Iya, pak saya bisa. ‘ Setelah bertanya, dia berbalik ke depan lagi untuk melanjutkan program yang akan dikerjakan lagi hingga selesai. Dan kami mengikuti terus apa yang dijelaskan dosen itu, lalu kami mengerjakan ulang lagi materi yang diberikannya sebagai latihan pribadi sebelum waktunya habis. Saya tidak menyadari karena keseriusan saya dalam menyelesaikan praktikum di pertemuan pertama ini, dosen terus- terusan memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan walaupun kadang saya ada sedikit kesalahan dalam mengerjakan dan dibantu oleh Adi dan dosennya juga, akhirnya selesai sedikit saya mencoba mengganti tampilan di latar belakangnya menjadi berwarna sesuai selera. Tanpa memperhatikan jam tangannya, saya hampir selesai dengan tampilannya dan dipuji oleh dosennya, ‘Bagus kok. ‘ (sambil tersenyum sendiri) Adi juga mengatakan hal yang sama dengan dosen tersebut, lalu memberitahuku kalau waktunya sudah habis, ‘Sudah selesai Chris, saatnya untuk pulang.’ Saya jadi tersentak ketika melihat ke arah jamnya, saya meng-save hasil kerjaannya di dalam komputer sementara kemudian beberes tas saya dan bersiap pulang, ‘Lumayan juga pada hari ketiga kuliahnya hanya sampai siang hari saja. Dibanding dengan hari yang sebelumnya.. J

* * * * *

Setelah melewati hari ketiga pada minggu pertama, dari sore hari menjelang malam hari pengenalan tersebut masih berlanjut lewat bbm setelah diadd oleh beberapa teman TI di bb contact saya dan bbm chat grup yang di mana mereka lagi sibuk nanyain tugas Bu Eva yang agak membingungkan hingga galau sedikit karena mereka ingin mengetahui kepastian kumpulnya kapan, saya juga setelah diberitahu oleh Isna Oktaviani pada saat mata kuliah pertama tadi pagi. Beberapa menit kemudian saya kedapatan bbm chat dari Kevin Lim, yang sudah diajak kenalan dari sejak Kalbispheration Days minggu lalu itu lalu kami langsung memulai membuka pembicaraan baru di bbmnya. Saya sendiri langsung kaget karena tidak pernah menyangka tiba- tiba dia bertanya tentang kekurangan saya.
  • Kevin: “Hai Chris, kamu ada kekurangan ya? Bisa ngikutin pelajaran ga tadi?”
  • Aku: “Iya, vin.. Cuma kekurangan pendengaran nih aku. Ngikutin pelajaran? Lumayan lah, kan baru 3 hari kok.. Kenapa memang vin?”
  • Kevin: “Gpp kok, hanya bertanya saja. Oh gitu, semoga Tuhan pasti menyembuhkanmu kok. Tetap berdoalah ya, Chris..”
  • Aku: “Iyaa, ameenn.... Pasti, semoga ada mukjizat jatuh di atas aku dan aku pasti sembuh....”
  • Kevin: “Sipp, Tuhan pasti akan menyertaimu dan ga usah takut ya. Kamu SMA-nya di mana, Chris?”
  • Aku: “Iyaa, ameen jugaa... Thanks ya vin.. :D Aku SMAnya dari SMAK 2 Penabur.. Kalau kamu sendiri dari mana?”
  • Kevin: “Oh hebat donk yg penabur itu. Pasti pinter” donk kalau sekolah di situ.. Aku di SMA Cendrawasih, Bekasi Chris. ”
  • Aku: “Oow... Pasti kamu satu sekolah dengan Juwita ya? Hehehe..”
  • Kevin: “Iyaa, dia satu sekolah sama aku, tapi beda kelas sih. “
Obrolan antara saya dan dia tetap berlanjut hingga malam, saling bertanya termasuk tentang Morning Prayer yang dia tanyakan saya di bbmnya, ‘Besok ada Morning Prayer ga? Aku akan coba untuk datang lebih pagi atau ga coba aku ajakin Juwita untuk datang.’ Saya jadi terdiam ketika membaca bbmnya dan menjawab sambil bercerita, Iya, jam 7 mulainya. Kemarin aku ga dtg sih kan kuliahnya siang, jadi ga doa pagi. Oh, boleh aja. Ajakin aja. Siapa tau dia mau. ‘ dan dibalas bbmnya oleh Kevin, ‘Ho’oh.. Oke” deh, liat besok ya. Aku coba bbm dia ya. ‘ Tak lama kemudian, obrolan kami selesai karena sudah malam....
Pada esok harinya, setelah MP bersama Juwita dan Maria seperti biasanya naik ke lantai 4 menunggu kelas jam 8 dengan matakuliah Teori Web Programming yang diajarkan oleh dosen yang sama kayak di lab kemarin siang, Pak Alexander Waworuntu. Walaupun belum terjadi apa- apa, sudah 10 menit berlalu menunggu hingga satpam datang bersama dosennya dan berjalan ke ruang AR408, kami langsung bangkit dari tempat duduk di lantainya tanpa harus berlari menuju kelas tersebut. Begitu kami masuk kelas, saya mencari teman, Isna namun dia belum datang juga. Saya tidak bisa tinggal diam dan langsung duduk di depan seperti biasanya, di sebelah saya itu Anis Fitriyah dan satu laginya di sebelahnya, Disya Rizky Anindya sedangkan yang duduk di belakang itu Nurul Endah Amelia. Karena saya duduk di paling kiri, tepatnya ada kekosongan (tidak ada tempat duduk) di sebelah saya, hanya sebagai penengah tempat duduknya dan di sampingnya itu Adi Permana Wijaya yang telah saya kenal dan pernah ngobrol dengan Isna kemarin. Cukup terkejut juga ketika diri saya dicolek olehnya, seperti ingin diajak iseng dan saya hampir untuk tidak mengubrisnya. Setelah semua duduk tanpa membuat kegaduhan di kelas, dosennya lagi sibuk menyalakan laptop dan LCD-nya kemudian antusias di hadapan kami sambil melebarkan senyumannya dan membuka pembicaraan yang sama kayak kemarin, ‘Selamat Pagi semuanya...’ dan kami membalas, ‘Selamat pagi, pak....’ (sambil berteriak keras ga karuan) Ada yang tertawa kecil, ada yang diam karena kebingungan paling tidak dengan saya juga. Mata kuliah di hari keempat dan pertemuan pertama dimulai dengan materi di Power Pointnya yang sudah disiapkan sambil meringkas apa yang akan dipelajari di papan tulisnya. Kami mencatatnya di buku tulis maupun buku filenya, bahkan juga kami memperhatikan apa yang diajarkan dosennya. Dosen tersebut terlihat sangat serius sekali, sama seperti yang dilakukan Bu Eva mengajar pada hari pertama kemarin. Kadang membuat kami jadi antusias mencatat dan memperhatikan apa yang dijelaskan di papan tulis maupun materi yang ada di setiap slide. ‘Pintar sekali ya dosen itu...’ (pikir saya tanpa mengeluarkan suara saat memperhatikan tulisan” yang berbahasa Inggris) Setiap materi yang diajarkan langsung membuat kami jadi tercengang dan kebingungan karena tulisannya memakai bahasa Inggris semua seperti yang pernah diajarkan Pak Lutfi. Matakuliah di hari keempat, Web Progamming memakan waktu yang lumayan lama, 3 ½ jam itu hampir membuat kami mengantuk sedikitpun. Ketika ajarannya hampir selesai, Pak Wawo tiba- tiba memberi tugas dadakan yang hampir membuat kami kaget. ‘Apa- apaan ini? Baru hari keempat sudah diberi tugas saja. ‘ Rupanya yang kami dugakan, dia memberitahu secara mendadak bahwa ada tugas kelompok untuk membuat web tentang perusahaan, padahal materinya masih belum selesai diajarkan sampai sebelum UTS, kami langsung panik dan kebingungan. Pak Wawo berkata, ‘Nanti saya akan memberi tugas baru untuk kalian semua setelah materi ini selesai dalam setiap pertemuan. ‘ Dia menjelaskan sambil menulis sesuatu di papan tulis, tentang kelompok. Awalnya dia menulisnya, ‘1 kelompok terdiri dari 4 orang dengan 2 cowok dan 2 cewek. ‘ Kami semua jadi terheran- heran dan bingung saat membaca tulisannya, lalu cepat- cepat mencari teman kelompok namun ada yang kurang. Pak Wawo yang lagi menunggu dengan sigapnya sambil memperhatikan apa yang sedang kami lakukan, cuma saya saja kebingungan karena tidak mengerti apa yang harus saya lakukan. Sedangkan yang masih sibuk satu sama lainnya, saya berusaha untuk mencari tapi agak susah, tiba- tiba ada teman TI yang sama- sama ikut doa pagi dengan saya, Maria Tysna, menanyakan di depan saya, ‘Sudah dapat kelompok apa belum? Mau ga sama aku? Bertiga sama Melvina?’ Ketika dia bertanya di depan saya, saya belum sempat menjawab karena sudah muncul kebisingan di kelas. Maria teriak ke arah teman cowok TI yang di belakang ribut- ribut, ‘Woii..diam donk.’ Sampai dia keliyengan saat menulis pertanyaan di kertas agar cepat dimengerti. Saat itu, saya jadi bahan pertanyaan di antara ceweknya, ada seorang teman TI namanya Kevin Lim, yang saya ingat tentang chat di bbmnya semalam kemarin. Dia membantu saya demi kelompoknya, ‘Hey, bantuin dia donk, jangan hanya diam saja.’ Rupanya dia berteriak di depan cewek- cewek yang hampir saja tidak menerima saya untuk kelompoknya karena sudah ngepas. Saya hampir tersinggung sedikit apa yang ditulis oleh Maria di kertasnya, ‘Atau kalau kamu tidak mau? Coba saja sekelompok sama cowok saja?’ Beberapa teman TI yang melihat kejadian saya, tidak ada yang angkat suara kecuali Maria dan Kevin Lim. Adi juga menanyakan hal yang sama dengan Maria di kertasnya, kemudian ngacir dari hadapan kami. Mendengar apa yang ditulisnya, saya pun menjawab sambil menulis, ‘Hmm.. Engga..‘ Mengikuti apa yang telah saya jawab, Maria melaporkan hal itu ke dosen yang lagi berdiri di depan kami. Pak Wawo yang masih menunggu di depan, memperhatikan kesibukan kami sebelum mengubah target kelompok jika ada masalah. Sedangkan teman- teman yang lain sibuk mencari kelompoknya, namun ada yang merasa kekurangan hingga ada yang sengaja ngoceh di depan dosen itu. Untuk kedua kalinya, setelah Pak Wawo menghitung jumlah teman TI di kelas kemudian mengubah target untuk kelompok menjadi 4 orang dengan 3 cowok dan 1 cewek, tulisannya membuat beberapa teman cewek TI jadi ngeblank dan langsung teriak- teriak di depannya, ‘Tidak, pak. Tidaaakk.. ‘ Ada yang mengeluh kesal ketika mendengar hal itu, saya masih aja kebingungan karena merasa bising di kelas ini sehingga ada yang ngacir juga dari hadapan saya. Dan untuk ketiga kalinya, Pak Wawo mengubah target lagi untuk kelompoknya seperti semula dari biasanya, 4 orang dengan 2 cowok dan 2 cewek, ‘Saya tidak ada pilihan lain lagi. Coba cari aja yang kalian mau. ‘ Saat dosen selesai menulis target kelompok di papan tulis, kembali ke tempat duduk dan membuka Kalbisphere untuk absensi mahasiswa. Beberapa menit kemudian sebelum kelasnya selesai, Isna Oktaviani datang di depan saya dengan upaya membantu saya, ‘Sudah dapat kelompok apa belum?’ dan saya menjawab lagi, ‘Belum na....’ Mendengar jawaban saya, dia jadi bingung sambil gigit jari telunjuknya, ‘Mau ga sama cowok?’ Tiba- tiba ada yang memotong pertanyaan lagi yang sama dengan Isna oleh teman sebelahku, Anis Fitriyah, saat memanggil saya dan menulis tentang tugas kelompok, ‘Kamu sama siapa?’ Saya jadi pusing ketika ditanyain hal yang sama dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Anis dan Disya mengalami hal yang sama dengan saya yaitu kurang 2 orang untuk teman cowoknya karena teman yang lainnya sudah dapat duluan. Isna juga kebingungan sekaligua mereasa kasian sama saya, saking melihat saya yang belum kedapatan kelompok menghitung jumlah teman jika ada yang tidak masuk siapa karena belum kenal juga. Tak lama kemudian dia menyusulkan ide di depan Anis dan Disya, ‘Dia gabung aja sama kelompok kalian. Mau ga? Christy itu. Ntar dicari 1 orang lagi yang ga masuk siapa.‘ Anis dan Disya saat mendengar usulan darinya, langsung mengiyakan tanpa harus merasa putus asa dan menulis nama kelompoknya sebelum sempat diserahin ke dosennya karena waktunya habis. ‘Ci, kamu sama Anis dan Disya ya. 1 orang lagi aku ga tau. ‘ Isna memberitahu hal itu kepadaku, saya langsung mengiyakan dengan kecewa sedikit pada hari keempat. ‘Yauda, okee deh.. Thanks ya na. ‘ Membahas masalah kelompok akhirnya selesai, kami langsung bubar kelas dan istirahat pertama sebelum ada kelas mata kuliah berikutnya. Pas keluar dari kelas AR408, saya ketemu Lisa Melyani yang hendak turun dengan eskalatornya, setelah berpisah dengan beberapa teman yang hendak ke toilet maupun ke Kantin dan saya bertanya kepadanya, ‘Lis, tugas web kamu sama siapa saja?’ Saat saya menanyakan hal itu padanya, dia sedikit mengerti dan menjawab, ‘Oh, aku sama Davis terus David dan satu lagi aku ga tau siapa, lupa namanya. Kalau kamu?’ Hampir saja saya menangkap apa yang dijawabnya, lalu saya membalas pertanyaannya balik, ‘Aku sama Anis, Disya dan satu lagi aku ga tau siapa. Cuma bertiga doank, lis. ‘ Dia hanya menjawab, ‘Oh gitu..’ Pembicaraan kami pun selesai walau hanya sebentar karena mau ke Kantin juga. Bersama rombongan Davis, kami menuju ke kantin dalam kampus yang masih baru dalam 4 hari setelah Kalbisphere Days minggu lalu, kami masuk ke dalam, mencari tempat duduk yang kosong. Setelah menemukannya, kami pun duduk secara berderetan dengan Lisa di samping saya, sedangkan rombongan Davis duduk di sebelahnya lagi dan berhadapan satu sama lainnya. Sambil menunggu, beberapa teman seperti Davis, David, Rizky, Regi, Yoshendi dan Kevin mengeluarkan bekal masing- masing dari tasnya, termasuk kami berdua. Kami mulai makan bersama, ada yang makan sambil berbincang- bincang, bercanda hingga ada beberapa yang tertawa mendengar kelucuan kecuali saya hanya tenang karena saya kurang ngerti apa yang sedang mereka bicarakan, namun saya menikmati makan bersama mereka untuk pertama kalinya. ‘Tumben ya aku makan bareng mereka...bersama 6 orang cowok dan Lisa Melyani. ‘ pikir saya dalam hati saat memperhatikan kondisinya, ‘Yauda, gpp deh.... ‘ Saat saya hampir menyelesaikan makan siangnya, saya celingak- celinguk mencari seseoarang yang kalau bukan Kakak Senior yang telah kukenal dan sudah lama tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Tanpa sadar saat saya menoleh ke belakang, terlihat ada Kak Andri Zefanya yang lagi makan bersama teman- teman Akuntansi yang tidak saya kenal. Cukup jelas sekali saya melihatnya, terus saya ketemu lagi dengan ci Vrisca Fau bersama Ka Izzatul Ilah yang lagi berjalan melewati di depan kami yang lagi makan, disusul pula dengan Kak Edward Guustaaf mengikuti mereka berdua ke arah meja yang dekat dengan penjual makanan. ‘Sudah tidak berasa setelah melewati beberapa hari dari sejak Kalbisphere Days.....’ Saat saya meneruskan kata- kata di dalam pikiran saya sambil menyelesaikan makan siangnya, eh ditepuk oleh Lisa Melyani yang hendak mengatakan sesuatu, ‘Sudah selesaikah? Kita ke atas yuuk. ’ Saya tidak kaget setelah ditepuk olehnya, ‘Okee, aku uda selesai kok. Yuuk... ‘ Kami berdelapan beberes makan siang dan minum kemudian keluar dari kantinnya, menuju tangganya ke lantai 4. Dengan berjalan kakinya, kami naik ke eskalator dan eskalatornya hingga tiba di lantai 4 yang masih sepi, kami meneruskan jalan kakinya ke lantai 5 yang masih sama kayak di lantai 4. Tanpa merasa bingung mau ngapain, saya bersama Lisa Melyani langsung duduk di lantai, berpisah dengan teman”nya Davis yang mau ke toilet terus mondar- mandir sambil ngobrol disertai dengan bercanda. Sudah agak lama menunggu bersama mereka, satu- persatu bersama beberapa temannya naik ke lantai 5, kemudian duduk di lantai di mana kami yang lagi duduk. Jam tanganku menunjukkan pukul 13.30, dosennya masih belum datang. Walaupun tidak ada yang galau dan protes tentang ketidakhadiran dosen itu, perlahan- lahan kami menunggu di luar lab hingga merasa kepanasan. Tak lama kemudian, ada seorang Juwita mengajak kami foto bersama, saya jadi tertegun saat duduk di dekat Vicky dan Maria tanpa mau ngobrol. ‘Chris, mau foto ga? Foto yuk. ‘ Tiba- tiba Vicky mulai menarik saya untuk ikut dan saya langsung ikut foto bersama Anis, Maria, Fia, Lisa, Vicky, Tantri, Disya dan Dyah secara bergantian buat kenang- kenangan di hari kuliah. Ketika 10 menit berlalu dalam foto bersama mereka, muncullah seorang satpam datang dan diikuti oleh dosen yang pernah saya lihat pada hari pertama sebelumnya, ‘Lab Praktikum dosennya Bu Eva lagi..? Sudah kuduga... ’ pikir saya. Setelah satpam membuka pintu yang terkunci, kami dari belakang mereka langsung masuk ke dalam tanpa berdesak- desakan. Begitu masuk ke dalam, saya langsung dapat tempat duduk yang terdepan kayak kemarin, sedangkan Lisa memilih duduk di belakang bersama teman- teman Davis. Kebisingan pun terjadi saat mereka memasuki lab, diikuti Bu Eva dengan pakaian formal lagi, yang jadi sorotan bagi kami di lab. Saat duduk di depan, saya teringat tentang chairmate saya, Adi Permana yang membantu saya di lab Web Programming kemarin dan sekarang dia muncul lagi ketika melihatku duduk. Kami memulai materi pertemuan pertama di mana saat Bu Eva menyalakan LCD-nya dan memberikan copy aplikasi DEV C++ di flashdisk milik Bu Eva secara satu- persatu masing- masing mereka, termasuk saya saat mendapat operan dari Adi. Semua sibuk minta copy aplikasi itu sedangkan Bu Eva memulai pembicaraan di hadapan kami yang siap belajar tentang apa yang sudah diajarkan Bu Eva di kelas sebelumnya. Beberapa menit kemudian, copy aplikasinya selesai di seisi kelas saat ada yang mengembalikan flashdisk itu ke Bu Eva yang masih berdiri di depan, ‘Sudah semuanya? Sudah dicopy?’ sambil menunjukkan flashdisknya ke arah kami yang sibuk menginstall aplikasi itu dan tidak memperhatikan apa yang ditanyakannya dan menjawab secara serentak, ‘Sudaaahh buu.... ‘ teriakannya lumayan keras di seisi kelas. Tak lama kemudian, Ibu kembali ke tempat laptopnya, memulai programnya yang sudah diinstallin sebelumnya kemudian muncul tampilan aplikasi yang bertuliskan “DEV C++” dengan huruf yang besar itu menuju tampilan berikutnya untuk membuat programnya yang akan dikerjakan. Kami dari belakangnya hanya memperhatikan apa yang sedang dikerjakan di layar Proyektor, langsung mengikuti perintahnya di komputernya. Sama seperti diperintahkan dosennya dengan membuat program baru dengan nama Modul 1, saya dari awalnya kebingungan karena tidak benar- benar mendengar apa kata dosennya dari kejauhan dan biasanya dia terlalu cepat bicara, Adi yang duduk di sebelahku memberitahu, ‘Buat project dengan nama Modul 1 lalu klik itu kemudian itu. ‘ (sambil menunjukkan bagian tool yang akan diklik) Saya mengikuti apa yang telah dikasih tau olehnya dan akhirnya bisa dibuka project kerja, kemudian Ibu memberi instruksi latihan tentang ‘Belajar Berhitung’ yang akan dikerjakan dan kami mulai serius memperhatikan tulisannya yang ada di LCD Proyektor itu tanpa ada suara berisik atau ribut. Dia mengubah tampilan tulisannya menjadi huruf besar dan jelas karena tidak kelihatan bagi teman- teman TI yang duduk di belakang itu. Sambil mendengar ajarannya, kami mulai mengetik apa yang telah dijelaskan dosen itu, sudah beberapa menit Bu Eva mengetik beberapa bagian dan berdiri untuk memonitori teman- teman TI yang lagi serius mengetik. Tak lama kemudian, dia mampir ke tempat saya yang lagi hampir menyelesaikan ketikan terakhir tiba- tiba ada yang salah setelah diminta untuk compile dan saya langsung mencari sumber kesalahan di mana ketika melihat tulisan yang distabilo merah tua. Tanpa disadari, Bu Eva sengaja memberitahu dengan berbisik di dekat telinga saya namun saya tidak bisa menangkap apa yang dibicarakannya, saya mendengar suaranya dan menoleh ke samping Bu Eva yang masih berbicara sambil bantu memperbaiki kesalahan. Setelah dibenerin olehnya dan akhirnya bisa dicompile juga dan saya memulai menjalankan programnya sebagaimana mestinya, dan kembali ke projectnya yang tadi. Teman sebelahku, Adi mulai dengan candaan baru di depan saya ketika memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan. Saya jadi terusik akan bercandanya dan melanjutkan projectnya dan mengubah tulisannya, akhirnya bisa dicompile untuk beberapa kalinya. Dosennya masih sibuk memonitori dari depan hingga ke belakang kemudian memutar balik ke depan lagi sambil memeriksa beberapa teman TI ada masalah dengan project yang dikerjakan, walaupun masih pemula. Sudah agak lama kami berada di Lab hingga jam 15.30 yang belum benar- benar saya lihat ke arah jamnya, karena saya serius mengerjakan project baru lagi setelah latihan Belajar Berhitung, tiba- tiba project yang telah saya kerjakan dan compile-in error. Dosen dengan sigapnya datang membantu saya dalam menyelesaikan masalah project saya sebelum kelas hendak bubar, saya menunggunya sambil bantu ketik jawaban yang salah malah jadi salah karena tidak mendengar atau kurang jelas dosen ngomong dari samping, Adi di sebelah saya kebingungan melihat saya yang kelihatannya tidak mengerti apa yang dikatakannya. Tak lama kemudian projectnya akhirnya bisa dijalani dan bisa dicompile di sebuah terminal akhir project. Lalu kami langsung pulang bersamaan bubarnya kelas praktikumnya. Setelah melewati hari keempat dengan 2 matakuliah penting itu, kami langsung bubar dan pulang masing- masing seperti biasanya pada hari – hari sebelumnya. Tak lama kemudian, pada malam hari saya kedapatan sms dari Ka Grace tentang Ibadah hari Jumat sebagai minggu pertama di hari kuliah, saya juga disuruh untuk memforward sms darinya ke teman- teman TI lewat grup chat maupun BM. Walaupun belum ada tanggapan dari beberapa teman TI yang baru 4 hari kenalannya di bbm chat, termasuk di grup chatnya. Saya tidak putus asa dan tidak berkecil hati karena itu setelah saya kedapatan 2 Broadcast di bbm chat yang sama seperti yang telah saya BM-in sebelumnya. Saya langsung sumringah... Pada esoknya hari adalah libur karena tidak ada kelas di hari libur, jadi lumayan bisa bangun siang walaupun tidak ikut doa pagi. Tiba- tiba saya teringat tentang sms semalam darinya, saya mencoba untuk pikir- pikir bahwa saya benar- benar datang atau tidak karena belum ada kabar juga dari beberapa teman TI yang yakin datang untuk Ibadah. ‘Hmm.. Yaudah, aku datang aja deh.. ‘ batin saya. Sebelum berangkat untuk Ibadah, kebetulan saya masih di rumah dan masih dalam persiapan, tiba- tiba ada bbm chat dari Juwita Oktaviani, yang bertanya tentang ibadahnya jam berapa dan bla bla bla yang membuat saya terus menjawab secara terang-terangan tanpa rasa bersalah. ‘Chris, Ibadahnya jam berapa?’ Saya menjawabnya, ‘Jam 14.30 siang, datang yuukk Juu... Ajakin temanmu itu, Kevin Lim dan yang lainnya. ‘ dibalas olehnya, ‘Okee deh, kamu di mana? Udah di kampuskah? Aku bentar lagi sampe nih.. Tapi aku ga tau ibadahnya di ruang mana. Takutnya salah masuk. ‘ dan saya membalasnya di chat, ‘Ooh, masih di rumah nih aku, ntar lagi mau jalan kok. Yauda, kabarin aja kalau uda di kampus. Ibadahnya ada di ruang AR606, kan ada di lantai 6. ‘ lalu saya mengetik lagi, ‘Tunggu aja di lobby setelah aku sampai di kampus. Ntar kita bareng” ke sananya. ‘ beberapa menit kemudian, saya sampai di kampus dan bbm ke dia eh belum dibaca sama dia, saya nge-PING beberapa kali namun belum ada respon balasan darinya. Saya langsung naik ke lantai 6 tanpa harus menunggu jawaban darinya di bbmnya. Setiba di lantai 6, saya ketemu lagi dengan kakak Senior yang pernah saya lihat dari sejak Kalbispheration days, dia itu Kak Dedhi Marditho yang jadi usher di depan lift. Kami bersalaman, lalu saya dipersilahkan lewat jalan lurus ke ruang Rohkris yang tepatnya ada di bagian pojok kiri. Tanpa disadari, saya terus berjalan kaki dan ketemu lagi dengan teman TI yang sudah saya kenal itu, Lisa Melyani bersama seorang teman cowok TI juga, Davis Santoso. Saya langsung nyamperin Lisa yang lagi jalan di depan saya, ‘Haii jugaa... ‘ Kami pun berjalan lagi dan berbelok ke kiri, yang saya lihat ada ci Vrisca Fau dan Ka Iin Desmita Nathalia jadi usher. ‘Haii... sini tanda tangan dulu. ‘ Ci Vrisca melambai- lambaikan ke arah saya untuk maju ke tempatnya, kemudian saya tanda tangan di kertas absensi dan dibagikan formulir kebidangan Rohkris yang harus diisi. Begitu saya masuk lewat pintu samping itu, kulihat ada beberapa teman yang baru datang sedikit dan acaranya baru mulai dibawakan oleh Ka Grace Simanjuntak. Tanpa katapun yang dilontarkan dari mulutku setelah menyapa ke arah dia dan bersama Lisa mencari tempat duduk yang paling belakang. Sudah beberapa menit kemudian, teman- teman cowok TI yang ikut, mulai bermunculan di Rohkris menyusul kami, termasuk Dear Debora, Maria Tysna dan terakhir yang baru saya lihat, Juwita yang agak telat datang ke Ibadah Rohkris. Lalu kami bersama- sama mengikuti Ibadah Rohkris perdana di minggu kedua setelah beberapa hari kuliah. Tak lama lagi, pada pukul 4 sore ibadahnya selesai dan kami langsung pulang.........

*****

Setelah melewati Ibadah bersama FIRE’s, kembali lagi ke hari Sabtu yang masih ada kelas dengan Matakuliah yang tidak terlalu penting, Nasionalisme, yang tidak aku sukai dan cukup ngangenin setelah saya menyelesaikan pelajaran kewarganegaraan di masa SMA dan yang saya harapkan di kuliah ini tidak ada ternyata kejadian itu terulang kembali. ‘Aduuh, kenapa harus ketemu matakuliah ini?’ Sekali memulai, penuh pertanyaan dengan perasaan kesal dikit, tapi maunya gimana lagi ketika mendapat mata kuliah yang kurang penting itu. Pagi- pagi sekali seperti biasanya, walaupun tidak ada MP di hari libur, saya masih bisa bangun siang sedikit sebelum masuk kuliah jam 8. Saat itulah, saya sudah datang pagi dan bertemu dengan beberapa teman TI yang lagi tidak semangat di hari liburnya. 5 menit kemudian setelah kedatangan saya, dosen dengan umurnya sangat tua mengikuti satpam ke ruang AR402 yang cukup mengejutkan kami, bangkit dari lantainya. Tanpa harus berlari-larian karena takut akan keadaannya jadi tidak enak di mata kuliah itu. Setelah masuk kelas tersebut dan duduk di tempat masing- masing, dosen baru mulai sibuk mencari- cari saklar untuk kabel yang mau dipasangkan dengan kabel laptopnya, sebaliknya kami hanya diam dan bingung satu sama lainnya. Dosen tiba- tiba memanggil seorang mahasiswa yang duduk di depan itu, Singgih Lomempow untuk bantu pasang kabel laptopnya, dia kaget dan bingung apa yang harus dilakukan karena dia duduk sendirian dan teman baik dia, Eka Saputra dan Muhammad Hanim Siregar datang telat. Tiba- tiba ada seorang teman TI yang duduk di belakang saya itu, Dewi Kurnia Anggraeni, sengaja membawakan beberapa permen KOPIKO lalu membagi- bagikan itu ke kami. Saya juga dapat dan baru menyadari bahwa agar tidak gampang mengantuk saat mengikuti matakuliah ini dalam 4 jam ini, kemudian saya langsung membuka bungkusan permen kecil itu dan memakannya secara diam- diam sebelum dosen mulai memperkenalkan dirinya. Setelah semua kembali tenang dengan permen Kopiko yang dikasih oleh Dewi itu, dosen baru itu mulai memperkenalkan diri yang sama dengan Pak Lufti dan Pak Rusli, yaitu menuliskan namanya, Pater K. Mendengar dosen selesai memperkenalkan dirinya dan menuliskan namanya di depan kami, dilangsungkan dengan materi barunya di LCD yang sudah dipersiapkan olehnya, yang hampir membuat kami jadi gelisah. Sudah sekali mendapat permen dari teman belakang saya, saya tidak menyangka mulai sekali menguap ketika membaca 2-3 slide materinya, teman- teman TI juga hampir sama bahkan ada yang sengaja tertidur di kelas. Agak lama kami berada di kelas matakuliah Nasionalisme bersama Pak Pater tanpa istirahat, kami tidak bisa serius mendengar penjelasannya, hanya bisa mencatat apa yang telah dijelaskannya. Slide demi slide pun dijelaskan oleh dosen itu membuat kami jadi jenuh, bahkan ada yang sengaja melirik ke arah Jamnya agar kelasnya cepat selesai tanpa harus sampai 4 jam itu. Tiba – tiba slide terakhir bertuliskan ‘Merdekaaa!!!!!!’ yang menandakan bahwa materi pertemuan pertamanya selesai, kami pun bangkit kembali dari rasa  ngantuknya, tanpa disadari bahwa kami mulai diberi tugas pertama dari Pak Pater, kami kaget dan bingung. Ada yang complain dan ngoceh sedikit, ‘Baru sekali pertemuan pertama sudah dikasih tugas!!!! Apa- apaan ini?’, saya hanya diam saat dikasih tahu oleh Anis Fitriyah yang duduk di sebelahku setelah saya selesai bertanya dan mencatat tugas pertama yang diberikan oleh Pak Pater itu. Jam dindingnya menunjukkan pukul 11.00, Kelasnya selesai dengan perasaan lega, dosennya buru- buru keluar setelah memperingatkan sekali lagi tentang hal itu di depan kami, yang sengaja tidak memperhatikan apa yang dijelaskan olehnya sebelumnya. Kelas terakhir di hari Sabtu selesai, kami pun keluar, ada yang langsung pulang bahkan juga ada yang kebelet ke toilet karena tidak tahan akan dinginnya AC itu, walaupun tidak diizinkan dosennya untuk keluar kelas. Saya mengikuti beberapa teman yang hendak turun ke bawah dengan eskalatornya, teman- temannya Davis namun Davis tidak pulang karena harus menemani Lisa ke perpustakaan yang sengaja saya lihat saat saya naik ke lantai 5 yang tidak ada siapa- siapa itu. Ketemu mereka yang cukup mengejutkan bagiku, saya langsung disamperin Lisa, ‘Haii Christyy.. Lagi ngapain? Kok belum pulang?’ sedangkan Davis hanya mengikuti Lisa dari belakangnya, saya membalas sapaannya, menjawabnya, ‘Hai juga. Hanya mau lihat- lihat buku saja. Kalau kamu?’ Dibalas olehnya, Oh gituu.. Aku mau ngerjain tugas Algoritma sama Davis ini.. ‘ Dan saya menjawab lagi, ‘Oh gituu.. Yauda silakan... Saya mau check in dulu ya..‘ (berbalik ke tas untuk mencari KTPnya) Setelah Lisa check in dan menyimpan tasnya ke loker bersamaan dengan tas milik Davis itu, menunggu sampai saya selesai check in dan menyimpan tasnya. Kami berpisah karena saya mau mencari buku tentang Algoritma dengan bantuan staff Librarier itu, namun sayangnya bukunya tidak ada karena belum ada begitu kata staffnya. Saya mencari Lisa dan Davis yang lagi mengerjakan tugasnya sambil ngobrol, kemudian saya pamit untuk pulang. Setelah saya mengambil tas dari lokernya dan check out untuk pulang, tanpa sengaja saya bertemu dengan teman – teman Cewek yang lagi duduk di lantai dekat pintu masuk perpustakaan itu. Mereka itu Disya Rizky Anindya, Nurul Amelia, Tantri Kusumastuti, Vicky Nurchmawati, Anis Fitriyah, Qory Andrianni, Windy Nurbani, Juwita Oktaviani, Dyah Mahrani Rahmadi, Isna Oktaviani dan Rofiatul Koramah, namun saya belum melihat Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine setelah kelas tadi. Saya jadi penasaran mereka lagi ngapain dan langsung nyamperin mereka tersebut. Mereka ternyata lagi sibuk membicarakan tentang tugas Algoritma yang dikasih oleh Bu Eva pada pertemuan pertama sebelumnya. ‘Ada yang uda ngerjain tugasnya ga? Coba liat jawabannya donks.. gw ga ngertii...’ Begitu ada yang menanyakan tugas itu adalah Disya kepada Vicky di sebelahnya yang lagi mengecek tugas yang sudah dibuat apa belum, demikian juga yang lainnya, Qory serta Tantri yang belum ngerjain tugas karena tidak mengerti tugasnya. Saat ada yang mengeluarkan tugas itu tidak salah adalah Vicky yang kebetulan sudah dikerjakan dan Juwita juga apalagi. Pas saya membaca tugas yang dibuat mereka tampaknya beda jawabannya, Disya dan yang lainnya ikut melihatnya, kembali bingung, ‘Gimana ini caranya? Gw ga ngertiiiii.... ‘ dengan mulai merengek saat ada teman membawakan makanan gorengan serta snack besar di depan kami itu, Nurul dan Windy. Semua cewek langsung serbu makan makanan yang dibawakannya tanpa ditawar, saya jadi ikutan makan sedikit juga. Sedangkan Isna hanya sebentar bersama kami dan langsung pamit pulang karena ada urusan. Sambil bertanya- tanya ke Vicky untuk minta diajarkan gimana caranya, beberapa menit kemudian bersama Vicky ada seorang Kakak Senior TI angkatan 2009, dengan kacamata dan chinese orangnya, yang sudah saya kenal dari sejak Ospek minggu lalu, Kak Bismo Wirayuda yang membuatku kaget saat duduk di samping saya. ‘Lagi ngapain kalian ini?’ Kami jadi tertegun saat ditanyakannya tanpa disapa olehnya karena tidak memperhatikan dia datang secara tiba- tiba dan memohon pertolongan dari kakaknya, ‘Kaakkk, ajain kami donk... Kami tidak mengerti tugas pertama dari Bu Eva ituu... ‘ Kak Bismo tertegun juga saat ditanyain oleh beberapa teman Cewek yang di sebelahnya, lalu menanyakannya tanpa mau membantu, ‘Oh tugas tentang apa? Sini saya akan coba bantu deh... ‘ Saat ada yang menyodorkan tugas di kertas milik Vicky yang berisi 1 soal itu, dia jadi diam dan berpikir, ‘Aduuh...aku lupa kayaknya, seharusnya aku ingat gimana caranya. Pernah diajarin olehnya beberapa tahun yang lalu itu.. ‘ Sambil memegang kepala sebelahnya, menepuk- nepuknya dengan tangannya berusaha mengingat caranya bagaimana. Lalu dia mencoba memberi instruksi pengerjaan di kertas kosong, sedangkan kami di sebelahnya hanya memperhatikan apa yang dijelaskannya. Sayangnya dia rada lupa caranya, kami jadi kecewa. Setelah selesai memberi jawaban caranya dan kami masih agak bingung dan mengerti sedikit. Tanpa sengaja dia mulai bertanya kepadaku, ‘Vant, kamu ngerti ga?’ Saya jadi terheran- heran ketika ditanyakan olehnya dan menjawabnya, ‘Uhmm.. Iya, sedikit saja Kak, saya pernah diajarin waktu di sekolah dulu, tapi materinya berbeda yang sekarang kak. ‘ Kak Bismo hanya menjawab ‘Oh’, sedangkan mereka yang mendengar apa yang saya jawabkan di depan kakak ikutan bingung. Sudah hampir 1 jam berada di luar perpustakaan, saya jadi kelupaan untuk pulang saat melihat ada beberapa teman yang bangkit dari duduk di lantainya, mau balik karena sudah capek setelah mengerjakan jawaban tugas Algoritma milik teman. Saya hanya memotret tugas yang sudah dibuat olehnya kemudian pulang, tanpa harus menunggu mereka yang mau pulang. Sudah weekend kuliah di Kalbis, bbm chat di grup masih berlanjut dengan menanyakan tentang tugas Bu Eva dikumpul kapan, di twitter juga ada yang minta difollow balik serta ngetweet tentang tugas kuliah yang sibuk ditanyakan ke Kakak Senior untuk minta diajarkan. Saya juga ikutan meng-follow teman- teman TI baru di twitter, sampai dimention balasan untuk minta difollow balik, serta ngobrol bersama lewat BBMnya. Setelah melewati minggu kedua kuliahnya, libur sehari dan kembali lagi ke hari Senin seperti biasanya. Semua bagaikan mesin waktu yang suka berputar maju dengan cepatnya.

*****

BATTLE WITH ALGORITHM AND PROGRAMMING ‘S SUBJECT
Kembali lagi ke hari Senin sebelum pertemuan ke-2 dengan Bu Evawaty Tanuar, saya habis doa pagi bersama Juwita Oktaviani tanpa Maria Tysna Danielle, kami hendak ke lantai 4 dan tiba- tiba suasananya sunyi senyap dan tidak siapa- siapa. Hal itu membuat kami kaget dan mengira bahwa sudah mulai kelasnya, ‘Ke mana ya teman- teman kami?’ Bertanya- tanya kepada Juwita yang kebingungan, kami berlari ke kelas AR412 namun kosong dan tidak siapa- siapa juga. Saya mengira kalau saya salah masuk atau mimpi buruk. Kami pun mencari keberadaan teman- teman dan kelasnya, namun tidak ada yang tampak di depan kelas yang saya datangi, benar- benar kosong semua. Kami bingung padahal hari ini seharusnya ada kelas, saya meminta Juwita untuk sms ke teman- temannya namun dia lagi tidak ada pulsa untuk sms. Saya terpaksa Bbm dengan Lisa yang sekarang ada di mana. Bbmnya pending lagi, saya terus nge-PING agar ada respon sinyalnya. Tiba- tiba dibalas olehnya, ‘Emang dia masuk? Dia ga masuk hari ini, jadi kelasnya ditiadakan..’ Saya bukannya sumringah malah kaget bukan main, demikian juga dengan Juwita hanya ikut kegirangan sedikit. Saya membalas BBMnya, ‘Oh gituu... Kamu skrg ada di mana? Aku lg di lantai 4 bersama Juwita nih.. ‘ dan bb berdering, Lisa membalas, ‘Ada di perpus, lantai 5.. Masuk aja.. ‘ Begitu kami berdua naik ke lantai 5 tanpa harus merasa panik karena tadi, masuk ke perpustakaan, check in untuk loker tas dan masuk ke dalam. Setelah ketemu dengan Lisa bersama Davis, kami langsung menghembuskan rasa lega sekaligus lelah sedikit sudah kayak habis berlarian. Tanpa merasa bingung, saya ngobrol sebentar dengan Lisa tentang alasan tidak masuknya dia dan Juwita lagi sibuk mengecek ada sms yang masuk, mendengar apa yang sedang kami obrolkan. Dan saya tidak menyadari ada chat grup di bb dari Qory Andrianni menuliskan apa yang ditulis Bu Eva di bbm Qory itu: Maaf ya, saya tidak masuk karena sakit demam dan butuh istirahat panjang. Nanti KP-nya akan saya infoin kembali.. Terima kasih...‘  Begitu saya membaca bbm chat grupnya, saya tidak berkomentar apa- apa saat ada beberapa teman cowok TI ribut- ribut dalam mengomentari masalah itu sambil memberi bantuan doa kesembuhan buat dosen itu. Selama itu, saya masih di perpus dengan perasaan lega tanpa harus merasa panik setelah bertemu dengan Lisa dan Davis yang lagi ngobrol- ngobrol, saya jadi ikutan ngobrol bareng mereka berdua itu walaupun masih belum terbiasa, sedangkan Juwita masih sibuk mengecek sms dari beberapa teman dan bisa ngobrol sedikit dengan Lisa. Tak lama kemudian, Juwita mengatakan kalau dia mau ke kantin, ada teman- temannya, saya mengizinkan juga dan dia beranjak pergi meninggalkan kami bertiga di perpustakaan saat saya membuka loker untuk tas Juwita yang akan diambil dan saya kembali ke tempat mereka yang tadi. Selama masih dalam obrolan, Davis tiba- tiba mau meminjam catatan Nasionalisme karena dia belum sempat catat. Lewat Lisa, saya meminjamkan itu padanya buat fotocopy. Dan ada beberapa teman Davis seperti Yoshendi, Kevin Lim, Regi Fasius dan Rizky Natanael datang menghampiri ke tempat kami ngobrol, saya langsung dikejutkan oleh Yoshendi dengan permen lolipop kecil itu, ‘Ada apa Yos?’ Saat saya bertanya di depannya, hampir saja dia mengerti apa yang saya tanyakan, lalu dia menjawab dengan isengnya, ‘Gapapa kok, Chris. Lagi ngapain?’ (sambil mengulum permennya di depanku) Lalu saya menjawabnya, ‘Lagi ngobrol saja sama Lisa kok Yos. Kamu di sini mau ngapain?‘ Keributan kecil terjadi saat temen- temen cowoknya mulai bercanda ketika melihat Lisa bersama Davis. Secara bergantian kami mengobrol dengan senang karena tidak ada kelas Bu Eva untuk pertama kalinya. Sudah hampir 30 menit kami berada di perpustakaan, tanpa saya sadari kalau saya sekilas melihat ada Sarah Yuli Yanti dan Erni Yesie lewat di depan kami, hendak ke belakang ruang baca di mana kami berada dengan terburu- burunya. Disusul pula dengan ada 3 orang cewek TI, Isna Oktaviani, Windy Khairani Nurbani dan Dear Debora, yang lewat lagi ke belakang dengan arah paling jauh tanpa memperhatikan kami yang lagi serius dengan obrolannya. Setelah agak lama kami dalam mengobrol, tiba- tiba Yoshendi menanyakan kepadaku, ‘Rumah kamu di mana?’ Lisa menanyakan yang sama dengan Yoshendi bertanya walau saya tidak mendengar saat dia memanggil, ‘Oh, rumahku ada di belakang kampus kok, lumayan deket dari sini Yos..’ Yos menjawab demgan sedikit terkejutnya, ‘Oh, di belakang kampus? Di mana?’ Saya menjawab sambil memberi instruksi arah jalan menuju ke rumahku, ‘Pokoknya di situlah rumahku dengan ada spanduknya, kamu dapat melihatnya saat sampai di depannya. ‘ 4 orang cowok dan Lisa langsung mengangguk- angguk mengerti kecuali Davis hanya sibuk dengan bbnya. Tak lama kemudian, Lisa tiba- tiba bertanya padaku, ‘Kamu habis ini mau ngapain? Mau di sini apa pulang? Soalnya kami mau pergi. ‘ Saya langsung tersentak kaget saat ditanyakan olehnya dan berpikir. ‘Oh ya, ada Windy, Isna dan Dear di belakang, kalau kamu mau ngobrol sama mereka, gabung saja. ‘ Lisa baru menyadari setelah pernah melihat mereka yang barusan lewat di depan kami, Yoshendi dan Rizky berjalan ke arah jendela kaca untuk melihat siapa yang ada di sana. ‘Yauda, okee deh. Aku akan ke sana, Lis. ‘ saya menjawabnya saat bersamaan dengan mereka bersiap pamit untuk pergi. Tanpa merasa bingung karena di sini tidak ada siapa- siapa karena tidak ada kelas, sedangkan bb aku hampir Low Batt dan saya memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan di meja duduk dari kejauhan saya di ruang baca. Tidak habis pikir, saya langsung berjalan kaki ke tempat mereka bertiga yang lagi ngobrol itu. ‘Haiii semuanya, boleh saya duduk di situ? Saya lagi ga ada teman, mereka mau pergi soalnya. ‘ Saat saya menyapa di depan Isna yang lagi main bb, sedangkan Windy dan Dear lagi asyik bbm-an sambil denger lagu dengan headsetnya. Ngobrol sebentar bersama Isna, walaupun saya tidak ada cara lain mau ngapain karena sudah agak lama saya berada di kampus dari sejak tadi pagi. ‘Aneh ya, kenapa jadi tidak terbiasa juga padahal aku berada di depan mereka, namun mereka lagi sibuk dengan HP-nya. ‘ pikir saya, ‘I have no idea, I have no idea......... ‘ sambil memainkan bb yang hampir mau low batt itu dan saya bertanya pada Isna, ‘Bawa charger ga?’ lalu dia menjawab sambil menggelengkan kepala, ‘Ga ci... ‘ saya hanya mengelus rasa kecewa di depan bbnya sudah langsung low batt mendadak dan harus menunggu sebelum ada kelas berikutnya nanti siang. Jam tanganku menunjukkan hampir pukul 10.00, saya tidak mau tinggal diam di perpustakaan walaupun tidak ada kerjaan karena tidak membawa laptop, mau membaca buku namun tidak tahu apa yang mau dibaca. Lalu saya pamit ke Isna untuk ke tempat komputernya sebelum hendak balik ke rumah untuk meng-charge kembali bb saya yang sudah drop. Beranjak dari tempat mereka bertiga itu, saya jalan ke tempat komputer yang masih kosong itu, saya menyalakannya tanpa harus merasa bingung. Browsing sebentar sambil smsan kemudian saya balik ke rumah dulu.....
Pada minggu ke-4, pertemuan kedua setelah Bu Eva tidak masuk karena sakit dan dia sehat kembali namun belum ada kabar darinya kalau tugasnya akan dikumpulkan malahan dilangsungkan pengajaran baru lagi di pertemuan kedua, kami jadi stress sedikit ketika mendengar materi baru. Tidak Cuma itu, pengalaman yang sama di pertemuan pertama tanpa disengaja, dia mengajarnya sangat cepat di setiap slide dan kami jadi kewalahan mencatatnya dan tak lama lagi kami langsung dapat latihan yang akan dikerjakan sebelum disuruh maju ke depan buat mengerjakan jawaban latihan soal tersebut. Setelah saya mencatat 2 soal yang saya pinjam dari teman sebelah saya, Nurul Endah Amelia, yang baru saja selesai mencatatnya, saya mencoba menjawabnya namun ada yang membuat saya bingung caranya bagaimana, demikian juga dengan yang di sebelahnya sengaja melihat jawaban milik teman karena bingung. Hanya saja 2 soal yang harus dikerjakan dalam waktu 30 menit sebelum akan dibahas dosen itu. Walaupun kami masih belum selesai menjawab soal tersebut karena kurang mengerti, dosen itu tiba- tiba maju ke depan untuk menjelaskan jawaban dari 2 soal itu sambil mengerjakan jalan cara di papan tulis dan kami di belakangnya hanya memperhatikan penjelasannya dan bisa mengangguk- angguk mengerti namun masih bingung. Saat pembahasan jawaban darinya, dosen tidak tahu apa komentar dari kami yang hanya memperhatikannya dan ada yang bertanya sedikit, sisanya lagi sibuk mencatat jawabannya. Kemudian untuk soal nomor dua dimajukan oleh Ali Iqbal untuk mengerjakan jawaban di papan tulis setelah dia baru selesai bertanya kepada dosen itu. Dan dosen memeriksa jawaban milik Ali Iqbal di papan tulisnya, mengoreksinya beberapa bagian ada yang salah. 2 soal yang dibahas dosennya, kami akhirnya mengerti untuk kedua kalinya dan dosen memberi soal latihan lagi sebanyak 8 soal di papan tulis. Kecuali saya, teman- teman TI langsung ngeblank dan mulai jenuh saat mencatat soal tersebut sebelum kami akan dibagi tugas untuk maju ke depan oleh dosennya. Setelah dosen selesai mencatat soal tersebut di papannya, dia mengambil buku absensi, membuka nama teman- teman TI yang akan maju ke depan. Dosen berteriak di depan kami yang sibuk mencatat soal itu, ‘Nanti maju ya kalau uda selesai jawabannya, soal nomor satu, Dyah Maharani Rahmadi, nomor dua Ali Furqon, nomor tiga Prayoga, nomor empat.........Evant. ‘ Ketika dia sengaja mengetes di depan saya yang lagi mencatat, Nurul di sebelahnya tengah memanggilku kalau saya dapat giliran untuk maju ke depan.... Dan tiba- tiba dosen itu memotong topik nama giliran saya diganti dengan Juwita Oktaviani yang disuruh maju selanjutnya setelah nomor tiga. Penggiliran untuk maju ke depan dilanjutkan lagi oleh Bu Eva, ‘Terus nomor lima.... ‘ Dosennya sibuk mencari nama- nama di absensinya, ‘Singgih Lomempow yaa... ‘ Nama- nama yang disebut langsung terbelalak matanya dan jadi tidak fokus saat hendak mengerjakan jawabannya, ‘Sudah yaaa, waktu kita tinggal 40 menit lagi loh, cepat kerjakan ya sebelum waktunya habis.... ‘ begitu Bu menerangkannya dan sambil mengerjakan tugasnya kami hanya menjawab dengan teriak- teriak keras, ‘Iyaaa buuu....’ 40 menit berlalu, sesuai urutan nomor soal yang akan dikerjakan di papan, Dyah Maharani mulai mengerjakan soal itu secara cepat walau ada yang salah, diganti oleh Ali Furqon untuk nomor dua, berikutnya Prayoga dan Juwita. Dosen itu kembali memeriksa sekaligus mengoreksi jawaban itu jika ada yang salah, lalu dimajukan oleh Singgih untuk nomor lima. Demikianlah akhir pertemuan keduanya, kami mulai berberes buku termasuk saya. Saat saya lagi berberes bukunya, tiba- tiba Bu Eva datang di depan saya dan bertanya, ‘Sudah mengertikah? Jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan, ketemu saya ya di ruang dosen. ‘ Karena saya tidak tahu di mana, dia memberi isyarat di mana ruangnya dan saya langsung manggut- manggut saja. ‘Oke deh buu.. ‘ Begitu saya menjawabnya, dia langsung buru- buru keluar setelah berhadapan dengan teman- teman TI yang hendak keluar kelas. Seperti biasanya saya kembali lagi makan siang bersama Lisa Melyani dan teman- teman Davis sebelum kelas mata kuliah berikutnya, Akuntansi.
Berikutnya, hari Kamis akhir bulan September di kelas Praktikum lab Bu Eva yang seperti biasanya di ruang AL502, saya ingat akan teman classmate yang sudah sekali menolongku selama mengerjakan praktikum, Adi Permana, yang tidak terduga bagiku karena hanya ada satu berkat oleh Pradita Chandra Kurniawan yang sengaja memanggilku untuk pindah ke depan pada pertemuan ke-1. Tidak seperti teman- teman yang lain bisa menolongku seperti biasanya, walaupun bukan karena kemauanku, saya ingin ada yang bisa membantu kalau sudah melihat titik kesulitan saya saat itu juga. Di pertemuan ke-2 berubah lagi posisi yang belum saya kenal saat berada di lab, Bu Eva sudah berdiri sambil menenteng buku absensi dan tas laptopnya di depan pintu menunggu sampai kami masuk ke dalam tanpa ada yang terlambat dan satpam yang baik hati menutupi pintu lab yang tidak terkunci itu, saya duduk di depan lagi seperti biasanya dan menyadari ada seorang cowok TI yang tak lain bukan Adi Permana yang pertama saya lihat sengaja duduk di samping saya, dia adalah Ali Iqbal kembaran dari Ali Furqon yang cukup mengejutkan saya, ‘Hmm....’ Beberapa menit kemudian, dosen berdiri di depan kelas, memulai praktikum seperti biasanya. Saya dari awalnya serius berubah jadi tidak serius saat kehadiran Ali Iqbal yang cukup membuat saya bingung. Chris, nti kita praktikin ya, perhatiin apa yang dijelaskan dia. ‘ Dia memberi isyarat di depan saya yang lagi membuka program Dev C++ -nya dan menjawab ‘Iya’ kepada yang duduk di sebelah saya lalu mulai memperhatikan penjelasan dosen di depan layar LCD-nya sambil mempraktiknya sebelum kita hendak dikasih latihan. Sudah hampir 40-50 menit latihan praktikum biasa bersama Bu Eva dan kami melanjutkan prakteknya sebagaimana caranya supaya bisa di-compile, sedangkan dosen itu menuliskan sesuatu di papan tulis yang dapat terbaca sedikit jelas dari depan saya adalah: ‘Latihan’ yang membuat mataku jadi sipit dan sedikit bingung apa yang akan dikerjakan. Teman- teman TI yang sibuk praktek dan praktek termasuk Ali Iqbal beserta teman yang duduk di sebelah kananku itu, Dyah Maharani. Berdasarkan apa yang diminta oleh dosen itu, kami disuruh latihan praktikum tentang waktu seperti yang sudah dijelaskan pas teori sebelumnya. Kami memulai praktek lagi di lab dengan cara yang berbeda, walaupun agak sebentar kami prakteknya setelah dibantu sedikit oleh Ali Iqbal lewat komputer labnya. Bukan Cuma karena tidak kelihatan atau kenapa yang membuatku tidak mengerti, saya kadang bingung apa yang harus dikerjakan, saya sengaja meminta bantuan sekali ke Ali Iqbal untuk menulis apa yang tertulis di papan tulis yang kurang jelas itu. Dan akhirnya saya langsung memulainya sebelum sejam lagi kelasnya kelar. Sudah agak lama kita latihan, Cuma latihan saja dan tidak dikumpulkan seperti yang sudah saya tanya ke Adi Permana yang barusan lewat di depan saya sekaligus mengganggu pekerjaan Ali Iqbal dan Johan Gunawan yang duduk di depan juga bersama Eka Saputra dan Muhammad Hanim Siregar, kemudian sengaja menceloteh ke arah Anis Fitriyah dan Disya Rizky Anindya sehingga membuat Disya marah saat diganggu oleh Adi. Saat saya lagi mengerjakan dan belum bisa dicompile benar karena ada kesalahan kecil, Adi lagi- lagi main iseng di hadapan Ali Iqbal sampai dipukuli olehnya dan saya langsung tertawa kecil mendengar kelucuan. Bu Eva, dosen itu tidak memperhatikan apa yang sedang kami kerjakan, dia mondar- mandir mengecek pekerjaan beberapa teman TI yang belum bisa dicompile, saya juga sengaja meminta bantuan Adi beserta Ali Iqbal untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir bagaimana karena tidak bisa dicompile. Tak lama kemudian, praktikum milik Ali Iqbal sudah selesai saat dibantu oleh Chandra dan Adi langsung berpindah dengan buru- buru ke belakang karena Bu Eva dengan sebagai monitoringnya mendekati ke titik di mana saya dan Ali Iqbal lagi mengerjakan praktikumnya dan dia menghampiri ke arah saya dan bertanya, ‘Gimana, vant? Sudah bisa atau belum?’ (Sambil memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan) Saya sudah mengerjakan hanya separuh karena belum ada yang ngerti dan saya langsung men-compile hasilnya di depan dosen, namun tidak bisa dicompile.. ‘Kalau tidak bisa dicompile berarti ada kesalahan kecil di mana yang dikerjakan itu..... ‘ Begitu Bu Eva menerangkan keras di dekat telingaku namun saya tidak tahu apa yang dibicarakan karena tetap fokus ke arah komputer, sedangkan yang bisa melihat dari belakang kami itu, Ali Iqbal yang duduk di sebelahku dan Adi Permana yang ikut- ikutan melihat karena ingin iseng lagi dengan Iqbal bersama Johan. 10 menit kemudian setelah diperbaiki oleh dosennya akhirnya bisa dicompile juga dan saya meneruskan latihannya sampai jam pulang. Tiba- tiba waktunya habis di lab, ada yang ribut- ribut di belakang yang baru kelar mengerjakannya namun saya tidak tahu mereka sudah benar- benar selesai apa belum, malah langsung buru- buru pulang terutama teman- teman cowok dekat Davis Santoso dan Lisa Melyani, disusul lagi oleh Melvina Yosephine dan Maria Tysna Danielle dan terakhir oleh teman- teman cowok TI. Saya jadi keliyengan saat mengerjakan beberapa bagian terakhir itu selesai, lalu compile eh, programmnya tidak bisa berjalan dengan baik, yang tertulis di program itu setelah dicompile ‘Application is not Responding. ‘ yang cukup mengejutkan bagiku saat ada Dhanang Fabiananda dan Pradita Chandra Kurniawan memperhatikan apa yang sedang saya lakukan tidak bisa bekerja. Dan mereka mencoba membantu sedikit di depan saya ketika Ali Iqbal buru- buru pulang mengikuti Adi Permana dan Johan Gunawan meninggalkanku. Dibantu oleh Chandra dan Dhanang beberapa kalinya, hasilnya tetap sama dan Chandra sengaja memanggil Singgih Lomempow yang baru lewat di depannya dengan menenteng tas ranselnya ikut memperhatikan apa yang dicompilenya, lalu dia membantu membetulkan kerjaan saya dan akhirnya bisa bekerja dengan baik setelah dicompile. ‘Terima kasih yaa singg... ‘ (dengan perasaan senang) Setelah 10 menit berada di lab, Bu Eva keluar dengan buru- burunya dan teman- teman cewek ikut menyusulnya dengan pusing kepalanya dan terakhir saya bersama mereka yang berbaik hati membantu praktikum ini bersiap pulang. Saat keluar dari lab, saya teringat kalau hari ini ada pelatihan lab bagi Beasiswa yang sudah diberitahu oleh Bu Eva hari Rabu kemarin dan saya langsung mencari Isna Oktaviani dan Qory Andrianni di mana mereka perginya. Dan saya akhirnya menemukan mereka yang ada di perpustakaan, lagi membicarakan tentang pelatihan lab dengan Eka Saputra yang kebingungan itu, sedangkan Double Ali (sebutan untuk Ali Furqon dan Ali Iqbal) tidak tahu ke mana perginya. Saat saya bertemu mereka bertiga di perpustakaan, di mana Isna hendak menitipkan tas ke loket dan Qory lagi bbm-an dan saya bingung mau ngapain di sini dan mulai teringat lagi kalau mau ketemu sama kakak Senior yang ingin saya temui, Ka Iind Desmita Nathalia dan Ci Vrisca Fau namun saya belum lihat keberadaan mereka sekarang di mana, lalu saya mencoba BBM-an dengan Ka Iind ada di mana sekarang, ‘Kaa, kamu di manaa? Mau ketemu nih aku sama kamu..’ sinyalnya buruk di perpustakaan jadi pendingnya lama dan aku langsung nge-PING ke dia 2x akhirnya ke-delivered juga, tak lama kemudian dibalas juga oleh dia, ‘Iyaa chris, aku lagi di ruang diskusi di perpustakaan ini. Kenapa? Ke sini dong.’ BB-ku berdering kembali dan kubuka bbm chat dari dia lagi, ‘Oh ngapain di situ? Ngerjain tugas lagi ya ka?’ lalu dibalas olehnya, ‘Iya, lagi ngerjain tugas sekaligus nungguin si Ika nyelesaiin tugas ini. ‘ Chat BBM balasan darinya kubuka lagi dan belum saya balas karena sudah tahu dia ada di mana sekarang setelah pernah melihat mereka pada hari Rabu minggu lalu. Saya langsung meminta tolong kepada Isna untuk menitipkan tas saya bersama dengan Qory juga ke loket milik Isna supaya tidak repot kalau bawa tasnya ke lab buat pelatihan lab nanti. Setelah menitipkan itu, kami sengaja masuk ke dalam perpustakaan demi menunggu jam pelatihan labnya dan meninggalkan Eka Saputra seorang diri di bangku berwarna oranye itu. Saya masuk ke dalam dan tanpa merasa bingung mau ngapain, saat ditemani oleh mereka berdua itu ke dalam ruang santai samping ruang diskusi itu. Begitu masuk ke dalamnya, mereka ada di pojokan kiri tampaknya lagi ngobrol dengan teman- teman cowok baik ci Vrisca yang tidak saya kenal. Isna dan Qory mengikutiku namun tidak sampai ke arah mereka, malah duduk di bangku santai warna hitam itu sambil BBM-an dan Eka Saputra datang menyusul kami dengan gaya lucunya adalah mendengar musik sambil membaca buku sendirian di jarak jauh dari mereka itu. Tiba- tiba Isna memanggil saya ketika saya ada di tempat Ka Iind dan Ci Vrisca untuk ngobrol sebentar sambil menunggu kelasnya. ‘Ci, aku dan Qory mau shalat sebentar. Nanti bbm aku ya kalau Bu Eva sudah datang..’ dan saya menjawab, ‘Okay dehh na..’ (dengan mengacungkan jari jempolnya) Kemudian mereka pergi meninggalkan aku dan Eka Saputra di tempat ini..... ‘Kamu ngapain di sini?’ Ka Iind bertanya saat saya berada di depan mereka, ‘Lagi nunggu pelatihan lab kak. Sama mereka itu.‘ Ka Iind hanya menjawab ‘Oh’ setelah saya menjawab pertanyaannya dan bertanya lagi, ‘Jam berapa emang?’ Saya memberi isyarat berupa angka di depannya sambil menjawab, ‘Jam setengah 5...’ Ka Iind bertanya, ‘Terus sampai jam berapa?’ dan saya menjawab lagi tanpa pakai isyarat lagi, ‘Sampai jem 6an sih kak... ‘ ‘Oh, kok lama amat ya? Buat apaan pelatihan lab Chris?’ Ngobrol sambil bertanya- tanya berlanjut di mana keributan teman- teman cowok baik ci Vrisca yang lagi mengerjakan tugas, saya tetap mengobrol dengan Ka Iind dan Ci Vrisca tanpa menyadari kalau sudah agak lama kami menunggu padahal jamnya sudah menunjukkan pukul 17.00 yang saya lihat di jam tanganku. ‘Kok belum datang ya, hmm..’ (dengan perasaan kuatir dan bingung) Menunggu Isna dan Qory selesai shalat terasa agak lama dari jam 16.00 sebelumnya dan mereka kembali sejam kemudian dan menunggu di bangku yang tadi setelah BBM dengan saya kalau dosennya sudah datang apa belum. Tanpa disadari Bu Eva masuk ke dalam perpustakaan dan bertemu dengan Qory dan Isna yang lagi BBM-an, yang membuatku kaget ketika melihat kedatangannya, ‘Dia tau dari mana kalau kita di sini....?’ (dengan kebingungan) Bu Eva sibuk bertanya kepada Qory, ‘Kalian ngapain di sini? Aku pikir kalian sudah ke dalam, ke mana yang lainnya? Nanti kumpul di ruang AL501 seperti biasa yaaa..’ Lalu ada yang menjawab saat saya memperhatikan apa yang dibicarakan di antara Isna dan Qory di depannya, sedangkan Eka Saputra masih sibuk dengan headsetnya dan baca buku. Saya bangkit setelah pamit ke Ka Iind dan Ci Vrisca dan berjalan ke arah mereka, kemudian kami bersiap- siap ke Lab setelah dosennya berjalan keluar dari perpustakaan karena mencari sisa teman- teman TI dan SI yang belum kelihatan batang hidungnya. Kami berempat keluar dari perpustakaan tanpa membawa tas, berjalan kaki ke arah Lab yang hampir gelap tempatnya. Masuk ke dalam dan duduk bertiga di depan, tanpa menunggu teman- teman yang lain menyusul ke Lab sudah ada beberapa teman dari jurusan Sistem Informasi yang tidak saya kenal datang secara bersamaan, disusul pula oleh Double Ali dan Grady Askarika. Saat saya duduk bersama Isna dan Qory, menyalakan komputer eh, tiba- tiba komputernya rusak dan tidak mau jalan dengan baik dan saya terpaksa pindah tempat ke baris kedua di sebelah kanan, duduk sendirian. Tidak terlalu ramai di Lab karena hanya diperuntukkan pada yang mendapat Beasiswa diperkenankan ikut pelatihan Lab buat persiapan Tahun Ajaran baru ke depan nanti. Saat Bu Eva baru selesai memberi pengarahan tentang tujuan ini, kami diberi soal latihan tes mengetik selama 1 jam, ‘Kalian sudah pernah belajar mengetik kan? Coba kalian ditest mengetik cepat dalam 1 jam ini.. ‘ Begitu dia menjelaskan sambil menunjukkan kertas berisi bacaan yang lumayan sedikit isinya. Dibagikan kepada kami, terutama ke saya jadi langsung semangat dalam memulai mengerjakannya. Walaupun ada banyak format- format pengerjaan yang tertera di bacaan itu, saya jadi langsung mengerti dan tidak menyadari kalau ada yang bilang bahwa mengetiknya secara bebas dan yang penting harus rapi. Saya jadi kebingungan saat melihat ke teman sebelah, Gabriella Ratna Putri, yang hampir selesai dengan pengetikannya. Untungnya, saya sudah selesai mengetik walaupun belum satu jam pun sudah ada yang langsung mengumpulkan hasil tes pertama di Lab terutama pada Ali Furqon kemudian Ali Iqbal berikutnya Kevin Niasta, saya belum bilang apa- apa ketika Bu Eva memberitahu tentang hasil pengerjaan saya yang sudah bagus itu, lalu keluar dari Lab sebentar. Mereka sibuk mengembalikan kertas itu dan menandatangani absensi Pelatihan Lab di kertas HVSnya, dosennya belum kembali dan menunggu sambil memperhatikan satu sama lain teman- teman yang masih membetulkan pengerjaan sebelum men-Save itu ke Flashdisk milik Bu Eva. Saya belum terakhir yang mengumpulkan kertas dan tanda tangan absensi setelah menyelesaikan latihan itu dan melihat sebentar milik Gaby, walaupun sudah tahu kalau formatnya bebas dan saya kembali mengecek dan mengubah format tulisan dan yang lainnya, di samping saya itu, Qory Andrianni yang sudah selesai dengan latihannya tiba- tiba menghampiri di mejaku dan bersamaan dengan Ali Iqbal juga agar bisa melihat apa saya sudah selesai, saya seakan- akan bertanya pada Qory untuk membantu sekali sebelum hendak harus mengumpulkan kertas dan tanda tangannya. 10 menit kemudian, saya lari kecil ke meja dosen, mengembalikan kertasnya lalu tanda tangan. Bu Eva yang telah lama keluar kelas pun kembali lagi dengan buru- burunya, kami langsung kembali ke tempat duduk dan menunggu penjelasan berikut darinya sebelum hendak pulang. 5 menit hanya penjelasan dari Bu Eva bahwa minggu depan masih ada Pelatihan Lab sebagai peringatan sekali untuk kami yang sudah hadir di pertemuan pertama, kemudian dia bersiap- siap dengan kertas yang sudah ditandatangani sama kertas soal latihan itu dan keluar dari Lab, kami yang sudah menyelesaikan pertemuan pertama di Lab ikut pulang juga. Keluar dari Lab, langit pada sore hari menjelang malam sudah agak gelap dan cukup mengerikan padahal lampu- lampunya sudah dinyalakan  di satu lantai ini tapi tetap terlihat agak mengerikan maka saya buru- buru pulang setelah mengambil tas dari loketnya tanpa menyadari Ka Iind dan Ci Vrisca Fau masih ada di dalam atau sudah pulang. Begitu keluar yang paling saya lihat pada pertama kali di kampus ini sudah agak gelap gulita di luar, sepi pula di kampus dan saya cepat- cepat miscall maupun sms untuk minta dijemput walaupun masih ada 2 orang satpam yang jaga- jaga di depan kampus. 10 menit langitnya sudah hampir menghitam dan saya belum bisa melihat dengan jelas tiba- tiba ada sinar motor keluar dari gerbang kampus, saya tidak mengetahui siapa mereka. Ternyata Ka Iind dan Ci Vrisca Fau dengan motornya yang hendak bersiap pulang, yang cukup mengejutkan bagiku saat melihat penampakan mereka. ‘Chris, belum dijemput? Mau aku antar pulang ga? Naik motor ini...’ Ka Iind bertanya saat saya sibuk dengan BBm-nya, Ci Vrisca menanyakan pertanyaan yang sama dengannya, dia turun dari motor dan menawarkan saya untuk naik ke situ dan saya menolak dengan halus, ‘Ga perlu, saya sudah minta dijemput kok dari tadi. Makasiiih.. ’ Ka Iind langsung nyengir dan mencoba menggodaku sambil menunggu sampai saya dijemput.
Kembali lagi ke hari Senin awal bulan Oktober seperti biasanya, namun ada sesuatu yang membuat kami satu kelas menjadi kuatir sedikit. Apa yang sedang dikhawatirkan? Hari itu ada Quiz yang terakhir kali sering dibicara- bicarakan lewat bbm chat grupnya kemarin malam, ada yang nanyain, ‘Kawans, besok ada apa ya?’ itu yang ditanyakan oleh Yoshendi Giovanni, terus saya tidak memperhatikan ada chatting baru dari beberapa teman TI karena saya lagi sibuk, ‘Besok ada Quiz bu Evaaaaa Joes. ‘ Lisa Melyani membantu menjawab, bersamaan dengan Disya dan Anis menjawab hal yang sama. Hampir ada yang sengaja ngegalau di chat grup BBMnya karena membicarakan tentang Quiz-nya, ‘Besok Quiz??? Yang benar saja? Belajar dari mana saja?’ Izhhar memulai kegalauannya di chat grupnya karena dia belum terlalu siap dengan belajarnya, sama halnya juga dengan Mirza Al Faris, Rizky Natanael, David Meibert dan Sebastian, yang cukup ramai di chatnya dan hampir saja BB saya jadi ngehang. Walaupun saya tidak ikut- ikutan membalas chatnya karena bingung apa yang harus saya jawab setelah melihat kegalauan teman- teman TI di grup chatnya, yang cukup cetar membahana. Sudah 2 minggu kami bertemu dengan Bu Eva dan di awal bulan Oktober sudah ada Quiz yang sudah dipersiapkan oleh Bu Eva, kami di seisi kelas menjadi was- was saat menyiapkan selembar kertas dan bolpen. ‘Sudah siap kalian? Saya akan memberi soal Quiz di pptnya. ‘ Begitu Bu Eva menerangkan di hadapan kami yang hampir dengan kegalauan belajarnya dan tidak tahu apa yang harus dipelajari dan cepat- cepat menutup bukunya. Quiz di pertemuan 3, minggu terakhir dimulai dengan ada 2 soal dengan beberapa pertanyaan A, B dan C, kami membaca satu- persatu soal quiznya tiba- tiba mulai keliyengan saat mengerjakan soal pertanyaan sebelum hendak menjawab pertanyaan Quiz tersebut. Terutama dengan saya yang lagi sibuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis tanpa harus meminjam punya teman sebelah saya, Isna Oktaviani, satu- satunya mulai serius mengerjakannya. Setelah saya selesai menulis soal Quiznya, saya mencoba menjawab pertanyaan tanpa basa- basi, sedangkan teman- teman yang lain sibuk mengerjakan, ada yang sengaja menyontek jawaban milik siapa tanpa minta diajarkan terlebih dahulu karena tidak ngerti, termasuk pada Singgih Lomempow dan Hanim Siregar yang sudah dikerumuni oleh teman- teman cowok yang hendak melihat jawaban terus nyalin. Tidak hanya mereka saja, ada juga yang lain yang bertanya- tanya pada Isna Oktaviani yang duduk di depan, serta Disya Rizky Anindya, Vicky Nurchmawati dan Rizky Natanael di belakangnya, jadi bahan rebutan teman- teman cewek dan cowok. Saya hampir merasa terganggu saat mengerjakan jawaban, tanpa sengaja saya juga ikut melihat jawaban yang dikerjakan oleh Isna di sebelahku. Dan dia ikut melihat jawaban saya dan merasa bingung karena jawabannya berbeda dengan miliknya, saya tidak menyadari saat membaca jawaban soal no.1 bagian a yang belum saya ketahui adalah cara pengerjaan saya ada kesalahan. ‘Oh ya, itu pake Pseudocode ya na? Bukan pakai cara tertulis?’ Saya langsung bertanya kepadanya dengan perasaan was- was, ‘Iya, pake pseudocode yang pake coding sederhana, bukan pakai cara tertulis. ‘ Alhasilnya, saya jadi kewalahan sedikit walaupun belum selesai secara keseluruhan dan hanya setengah jawaban dan saya menghapus bagian yang salah kemudian memperbaikinya. Sudah agak lama kami mengerjakannya sampai ribut di seisi kelas, dosen, Bu Eva sibuk keluar kelas dan tak lama kemudian ada yang datang telat, mereka itu Dewi Kurnia Anggraeni, Adinda Indra Pebrianto, Izhhar Fauzan dan Mirza Al Faris yang dengan buru- buru masuk kelas tanpa sepengetahuan dosen. Ketelatan Dewi yang cukup mengejutkan saat dia duduk di sebelah saya dan mulai mengerjakan soal Quiznya dengan terburu- burunya karena takut waktu 90 menitnya habis. Saya ada salah jawabannya sudah diperbaiki dan melanjutkan mengerjakan jawabannya, walaupun sudah setengah jawaban yang dikerjakan dan masih bisa lihat jawaban ke teman sebelah saat saya mendengar keributan dari beberapa teman TI cewek yang duduk di belakang yang sibuk melihat jawaban punya teman terus dikerjakan sebagaimana caranya. Dan Dewi yang duduk di sebelah saya, yang masih terburu- buru mengerjakan jawaban Quiz tanpa merasa terganggu tiba – tiba ikut menoleh ke samping di mana saya masih mengerjakan jawaban dengan sedikit pasrah, ‘Eh dewi, sudah selesai? Bisa ga?’ saya menoleh ke arah Dewi yang tengah memperhatikan jawaban Quiznya. Lalu dia menjawab sambil menggaruk kepala dengan pensilnya sembari memperhatikan lembar jawaban di kertas dengan sedikit tertawa, ‘Ga tau deh aku, pusiingg.. Kalau kamu gimana? Sudah selesai?‘ Saya menjawab hal yang sama dengan Dewi, ‘Aku juga bingung, belum yakin jawaban ini benar apa ga. Hehe. ‘ Waktu mengerjakan Quiz Algoritma hampir habis, Isna yang tengah selesai dalam mengerjakan jawabannya, Singgih Lomempow dengan gesitnya dalam mengerjakan jawaban Quiznya, langsung mengumpulkannya di depan Bu Eva yang sibuk mengecek kerjaan di depan laptopnya, terlonjak kaget sedikit saat kertasnya diletakkan di samping buku absensi itu dan langsung melihat jawaban miliknya dengan cermat. Diikuti pula oleh Hanim Siregar kemudian Isna Oktaviani dengan lari kecilnya di hadapan dosen, menyerahkan jawaban untuk minta diperiksa. ‘Oke na, tunggu sebentar ya. Kumpul di sini saja. ‘ Begitu dosen menerangkan di depan Isna yang masih berdiri di samping dengan harapan untuk minta diperiksa, saya dari kejauhan memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan, demikian pula juga bersama Dewi Kurnia yang tengah menoleh ke belakang, ngobrol kecil dengan Nurul Endah Amelia yang baru saja selesai mengerjakan Quiznya. Saya sudah selesai dengan jawaban Quiz, saya seperti berharap- harap bisa mendapat hasil yang lebih baik untuk jawaban benar walaupun saya masih belum mengerti. Waktu 90 menit untuk Quiz pertama di pertemuan ke-3 habis, semua teman TI berhamburan mengumpulkan jawaban Quiz tersebut kemudian istirahat 15 menit sebelum materi berikut yang akan dipelajari. Kami istirahat sebentar, makan kecil dan kamar kecil karena tidak tahan akan AC-nya dan dosennya yang tengah membereskan kertas- kertas jawaban teman- teman TI lalu memeriksa satu- persatu yang dimulai dari Singgih. Saat saya mengumpulkan jawaban di kertasnya di depan dosen yang sibuk menilai hasil Quiz yang hampir sama kayak di sekolah, yang saya perhatikan.  Ada nilai 100 di kertas jawaban pertama yang dikumpul itu, ‘Aah, punya Singgih ternyata...’ (dengan sedikit kaget karena tahu bahwa dia lebih duluan cepat menyelesaikan setiap soal) Sambil memperhatikan jawaban miliknya, secara keseluruhan, tiba- tiba dikejutkan oleh Lisa datang telat mengumpulkan kertas jawaban terakhir dengan wajah pucat sedikit di depan dosen yang sibuk mengecek jawaban milik Isna di sampingnya. Saya sengaja menanyakannya kepadanya, ‘Bisa ga lis? Quiznya?’ Lisa hanya mengangkat bahu dan menandakan bahwa dia tidak tahu gimana hasilnya. Walaupun tidak ada komentar apapun, saya kembali ke tempat bangkunya dan ke toilet sebentar buat menghilangkan rasa penat setelah 1 ½ jam mengerjakan Quiz yang lumayan susah itu. Istirahat 15 menit habis, dosen hanya bisa keluar kelas ±10 menit setelah selesai memeriksa jawaban Quiz milik Isna ada kesalahan yang lumayan banyak sambil memberi penjelasan untuk jawaban benar. Saya kembali ke tempat duduknya, menunggu sekaligus relaks otak sebentar, teman- teman TI termasuk Lisa dan yang lainnya baru saja kembali dari kantin dengan menenteng tas ransel terus, sedangkan teman- teman TI ada yang sibuk makan roti, kue kecil jajanan di kantin, ada yang lagi main laptop walaupun tidak banyak yang bawa laptop karena masih permulaan kecuali Singgih Lomempow, yang hampir mulai dengan aktingnya membuka laptop terus membaca cerita di situ sambil mendengar lagu dengan headsetnya tanpa merasa terganggu oleh teman- teman sekelilingnya. Setelah istirahatnya selesai, kami kembali dengan materi barunya di pertemuan ke-3, kelas yang semula galau karena kuis berubah menjadi diam dan sunyi tanpa suara saat Bu Eva dalam 1 jam kemudian menjelaskan materi barunya tentang operasi- operasi pengerjaan Algoritma ditambah pula dengan latihan soal di papan tulis. Kelas mata kuliah pertemuan ke-3 yang sangat lama dan agak melelahkan akhirnya selesai, kami pun bubar satu- persatu keluar dari kelasnya untuk istirahat sebelum kelas berikutnya.
Hari Kamis awal bulan Oktober, seperti biasanya saya baru selesai MP tanpa Juwita dan Maria karena belum ada kabar dari mereka berdua sedikitpun dan saya jadi sendirian saat mengikuti MP bersama FIRE’s. Ada sms masuk dari Juwita di mana saat saya lagi dalam pembacaan Alkitab di MP, ‘Kamu ada di mana? Aku sudah di kampus....’ saya membalas smsnya secara singkat, ’Lg MP aku nih juu, km di mana? Masuk aja.. Di ruang AR310.’ Dan dibalas oleh Juwita, ‘Ooo, ga ah..Uda telat nih. Ga enak aku klo msuk ke situ. ‘ sms dengannya hanya sebentar sekali sambil mendengar sharing dari Kak Andri Zefanya hingga selesai MP.. Begitu saya keluar, saya sms lagi ke Juwita sekarang ada di mana, lalu saya ke lantai 4 bersama Kak Andri untuk mengembalikan gitarnya setelah berpisah dengan Edwin Surya Pratama, Zefanya Yessica, Glenn Ronadi, Erni Yesie dan Sarah Yuli yang harus ke kelas jam 8.20 dan naik lagi ke lantai 5 bersamanya, lalu berpisah dengannya saya mencari di mana Juwita itu berada. Akhirnya saya menemukannya, dia duduk sendirian di pojokan dekat jendela. Setelah bertemu dengannya, saya menyapanya dan ngobrol sebentar sambil menunggu kelas Lab Bu Eva yang sudah diganti jadwalnya dari minggu lalu sebelumnya supaya tidak ribet untuk datang. Bersamanya menunggu, sudah ada beberapa teman Cewek TI, Disya Rizky Anindya, Nurul Endah Amelia dan Anis Fitriyah duduk di lantai terpisah dari kami berdua, sedangkan Isna Oktavian hanya sibuk mondar- mandir bersama Windy Nurbani dan teman- teman cowok TI belum kelihatan dari tadi pagi. Kami duduk di dekat jendela, ngobrol berdua, tanpa sadar ada Kak Andri muncul dari kejauhan, hendak ke toilet, dia nyamperin ke arah Juwita, ‘Eh, kamu ga MP kenapa?’ (sambil ngoceh sedikit) Juwita dengan perasaan malu, ‘Iya, telat abis tadi pagi.. Maaf ya kak. ‘ (sambil tersipu malu dengan menutup mulut, tertawa kecil) Sudah sekitar 8.40 kami menunggu hingga mulai merasa kegerahan dan panas, ‘Juu, ke perpus aja yuukk.. Kepanasan nih aku. ‘  Juwita langsung mengiyakan dan memutuskan menemaniku ke perpustakaan. Akhirnya kami baru bisa merasakan kelegaan setelah jalan kaki secara cepat ke situ dan tidak menyadari juga untuk kedua kalinya ada Dicken Kusuma Putra yang lagi duduk di pojokan kanan dekat jendela sambil browsing dengan laptopnya bersama dengan Richart Junius juga melakukan hal yang sama. Kami kebingungan mau duduk di mana dan kami akhirnya memutuskan duduk di pojokan jauh dari mereka berdua dekat jendela juga walaupun sudah kena sinar matahari setengah dan panas sedikit. Duduk bersamanya, bbm-an dan sms-an serta mengecek status bbmnya, saya hanya bisa celingak- celinguk setelah teringat kalau ada Kak Andri yang baru ada di perpustakaan, saya tidak tahu dia ngapain. Karena Juwita sibuk dengan Bbnya, saya titip tasku ke dia dan pergi menemui Kak Andri di mana dia lagi browsing dengan laptop yang dibawanya dan saya bertanya padanya tanpa basa- basi, ‘Lagi ngapain?’ Lalu dia menjawab, ‘Lagi liat komik ini. ‘ Tidak ada rasa yakin untuk bisa mengganggu dia karena dia lagi tidak ada kerjaan setelah itu, saya mencoba mau ngobrol dengannya walaupun perasaanku jadi tidak enak. Hanya sebentar sekali ngobrol dengannya, sebentar- sebentar lihat jam yang tinggal 5 menit lagi sebelum dosennya datang dan tidak enak pula jika Juwita masih menunggu sendirian di sana. Setelah pamit padanya yang belum mau kembali ke kelasnya, saya langsung lari ke tempat yang tadi dan bersiap untuk kelasnya walaupun dosennya masih belum datang- datang juga padahal jamnya sudah menunjukkan pukul sembilan lebih. Teman- teman TI yang baru nyampai menjadi bingung dan pucat, ‘Dosennya sudah masuk apa belum?’ termasuk pula dengan chat grup di bb saya muncul itu, tidak salah lagi dari David Meibert itu dan ada lagi chat dari Ali Furqon, ‘Dosennya masuk kan?’ Hampir sebagian teman TI jadi galau tentang dosen Praktikum Lab saat ini, padahal hari Senin yang lalu dia tidak masuk karena sakit dan sekarang belum jelas kabarnya bagaimana, kami menunggu dan menunggu sambil ngobrol satu sama lain. Saya juga setelah bertemu dengan Lisa Melyani yang baru sampai di kampus dan lagi duduk bersama Davis Santoso dan yang lainnya di pojokan serong kanan dekat Lab. Bersamaan dengan jam sembilan lebih lima belas menit kami menunggu yang sangat lama itu, akhirnya dosen dengan penampilan formal lagi sambil menenteng buku absensi beserta alat tulisnya naik dari elevatornya menuju ke arah Lab namun masih terkunci, dia kembali mencari keberadaan satpam ke mana perginya sedangkan kami di tengah- tengah langsung berambisi seperti hendak merebut di depan Lab yang masih terkunci itu, terutama pada Dewi Kurnia Anggraeni yang membuat Disya dan Anis menjadi bingung ketika melihat tingkahnya. Setelah satpam yang baik hati itu membuka pintu masuk Lab, timbullah keributan mereka masuk ke dalam seraya mengeluarkan suara berisik, saya mengikuti mereka dengan berdesak- desakan di depan pintu Lab seperti terdorong- dorong oleh beberapa teman. Dan diakhiri oleh dosennya dan pintunya ditutup kembali tanpa dikunci karena belum lagi ada beberapa teman TI yang hadir, walaupun jadwalnya sudah berubah. Adi Permana, teman sebangku saya yang pernah saya kenal pada hari pertama di hari kuliah pun kembali lagi duduk di sebelahku, setelah Ali Iqbal dengan gaya nakalnya sengaja memindahkan tas miliknya ke depan dan saya jadi kebingungan melihat kelakuannya. Tak lama kemudian, Bu Eva memulai latihan praktikum lagi dengan materi lain yang berbeda dan cukup sulit dari yang sebelumnya, kami saat mengerjakan praktikum dengan perasaan gelisah sampai sakit kepala, terutama yang duduk di belakang ada yang merasa resah, ada juga sengaja main BB dan tidak peduli akan praktikumnya, bahkan juga ada yang bertanya ke dosennya yang sibuk mondar- mandir memonitori pekerjaan kami. Saya juga saat hampir gelisah sedikit karena tidak jelas di depan LCD proyektor yang agak gelap ditutupi oleh sinarnya, maka saya sengaja melihat pekerjaan milik Adi di sebelahku, yang juga meminta bantuan kepada Johan Gunawan dengan kesibukan melihat pekerjaan punya Eka Saputra yang kelihatannya bingung dan stres saat mengerjakan praktikum, sampai minta dikasih lihat ke Bu Eva dari depannya. Dosen membantu pekerjaan Eka kemudian melihat lagi pekerjaan punya Muhammad Hanim Siregar, lalu kembali ke belakang mencari suara panggilan beberapa teman yang masih kesulitan dalam mengerjakan praktikumnya. Sesibuk apapun kami kerjakan selama di Lab, dosen juga sibuk dalam memonitori pekerjaan kemudian menjelaskan kembali latihannya yang belum selesai karena ada beberapa teman masih tidak mengerti caranya, hanya ada beberapa teman sudah men-compile terus ada yang salah saking minta bantuan teman sebelah untuk memperbaiki sambil melanjutkan pekerjaan hingga selesai. Pada jam 12 tepat, Lab praktikumnya selesai dengan baik setelah dosen keluar menyusul teman- teman TI yang mulai ributnya saat keluar kelas. Dan kemudian saya terakhir keluar kelas menyusul Juwita dan 4 orang teman TI nya untuk makan siang sebelum kelas Web Programming yang diajarkan Pak Wawo.
Setelah waktu berjalan dengan cepatnya, kembali ke pertemuan ke-4 dengan Bu Eva seperti biasanya sebelum mendekati dengan UTS, hanya tinggal 2 pertemuan terakhir. Di lantai 4 setelah MP bersama Juwita dan Maria, kami hampir telat masuk kelas saat melihat dosen dengan pakaian formalnya, memegang alat tulis dan buku absensi yang cukup mengejutkan bagiku dan langsung lari kecil di depannya setelah teman- teman TI yang baru sampai dengan telat sedikit langsung mengikuti dan masuk kelas AR411. Dengan buru- burunya tanpa merasa takut dimarahin, saya masuk kelas lalu mencari tempat duduk terdepan lagi dan pas sekali saya duduk, di sebelahku itu Isna Oktaviani dan di sebelah kanan, Dyah Maharani Rahmadi. Materi lanjutan dari pertemuan ke-3 untuk pertemuan ke-4 dimulai tentang Aritmetika, kami sudah siap dengan posisi masing- masingnya, serius memperhatikan penjelasan dosen satu- satunya. 30 menit berlalu, akhir pertemuan ke-3 selesai dan ditutup dengan latihan soal mandiri. Tidak ada yang merasa keliyengan, tenang- tenang saja, tak terkecuali dengan saya hanya bisa meminjam soal punya Isna yang sudah mencatat cepat pada sebelumnya, langsung ngobrol dengan 2 orang teman yang duduk di belakangnya, Windy dan Dear. Dikasih 3 soal latihan, belum ada yang mengerti sedikitpun oleh beberapa teman TI, malahan ada yang sengaja mencontek punya Singgih yang sering saya lihat ke arah samping. Namun saya tidak mau memikirkannya, kembali melanjutkan menjawab pertanyaan tersebut sambil berpikir. Keributan di kelas mulai terjadi karena istirahat 15 menit dimulai, saya memutuskan tidak keluar kelas untuk sementara setelah habis dari kamar mandinya dan tetap melanjutkan mengerjakannya, ‘Aaaaa... Gimana ya?’ pikir saya di dalam hati (sambil memegang daguku dengan kedua jari) Saat Isna yang semula habis dari toilet, malah jalan bersama Dear dan Windy ke kantin untuk jajan terus duduk di kursi dengan meja melingkar itu yang berada jauh dari kelasnya. Sedangkan Lisa juga keluar bersama teman- teman cowok TI seperti biasanya mau ke kantin, hanya duduk dan makan sebentar. Saya sendirian di kelas, masih ada Singgih yang sibuk membaca cerita yang berbahasa Inggris di laptopnya sambil mendengarkan lagu dengan headsetnya dan di belakangnya ada keributan beberapa teman dari Tim Hore- Hore yang lagi main game di laptop, termasuk Dicken Putra Kusuma juga lagi main game, tidak peduli dengan soal latihan yang harus dikerjakan. Saya jadi terheran- heran saat melihat apa yang sedang mereka lakukan, saya tidak menggubrisnya dan melanjutkannya namun belum satupun saya bisa. Tak lama kemudian waktu istirahatnya habis, semua kembali ke kelasnya setelah dosennya masuk. Tiba- tiba ada 3 orang teman dipanggil satu- persatu oleh Bu Eva untuk maju ke depan buat menjawab soal latihan yang tadi. Mereka itu Yoshendi Giovanni, David Meibert dan Melvina Yosephine. Saat saya mendengar dosen menanyakan kepada David, ‘Kamu mengerjakan nomor berapa?’ (sambil memeriksa nama di buku absensinya) lalu David menjawab sambil menunjukkan angkanya dengan teriak keras, ‘DUA.....’ teriakannya cukup terdengar di seisi kelas, dia kembali mengerjakannya di papan tulis. Setelah mereka selesai dengan satu- persatu untuk jawaban soal latihan dan diperiksa oleh Bu Eva, saya menunggu sampai ada Isna atau Dyah mencatat jawaban yang di papan tulis karena tidak kelihatan dengan jelas dari kejauhan. Latihan di pertemuan ke-3 selesai dan dosen sibuk meng-close materinya, kami menyangka sudah selesai eh...........masih ada materi pertemuan ke-4. Kami jadi terbengong- bengong dan kembali pusing saat melihat materi barunya. Ada yang tertawa kecil, ada yang ngoceh dan ada yang diam. Dosen tidak peduli akan apa yang kami rasakan saat bertemu materi baru, langsung menjelaskan slide demi slide sambil mencoret- coret kalimat dengan menuliskan operasi pemrogramannya dan kami mencatat ringkasannya namun belum semuanya, sudah ketinggalan sedikit bahkan ada yang berhenti sampai mana dan kembali memperhatikan program Dev Cpp yang dikerjakan (dipraktikkan) olehnya tentang soal latihan program yang diberikan di materi tadi. Ada yang mencatat bahkan coret- coret karena takut ketinggalan bagian- bagiannya. Tak lama kemudian dosen itu maju ke depan, mulai menjelaskan jawaban soal latihan nomor dua karena ada yang belum mengerti. Begitu dia menjelaskan secara detail sambil coret- coret di samping soal yang ditampilkan di layar LCD, kami memperhatikan dengan seksama lalu mencatat bagian- bagiannya dan langsung mengerti sedikit. ‘Paham kan? Coba kerjakan soal nomor satu dan tiga yaaa... ‘ Dosen menyuruh kami untuk menjawab lagi seperti yang diminta olehnya, mendengar perkataannya ada yang menyimak dan ada yang diam tidak mendengarkan. ‘Sret...sreettt.....’ suara beberapa teman TI yang lagi sibuk mengerjakan jawaban soal yang di papan dan langsung berebutan sama teman yang di belakang atau di samping untuk bertanya bagaimana caranya. Saya sendiri berapa kali meminjam catatan milik Dyah dan Isna yang duduk di antara saya, lalu mengerjakan lagi nomor satu dan tiga sebelum disuruh untuk maju ke depan. 15 – 25 menit kemudian, ada yang sudah selesai dan menyerahkan jawabannya di depan Bu Eva yang kelihatan sibuk mengetik project di Dev Cppnya, Ali Iqbal beserta Rizky Natanael sengaja mampir di tempatnya dan bertanya. Secara bergantian mereka bertanya, disusul pula oleh beberapa teman TI yang lainnya dan waktu pengerjaannya belum selesai tiba- tiba mereka dimintain maju ke depan, Ali Iqbal dan Rizky Natanael. Mereka jadi panik dan bingung. Ada yang tertawa kecil dari belakang dan saya hanya kaget sedikit karena mendengar ada yang ribut. Setelah mereka selesai mengerjakan jawaban nomor satu dan tiga lalu kembali ke tempat duduknya. Dosen yang tengah memperhatikan sambil mengecek laptopnya, bangkit dari tempat duduknya, memeriksa jawaban mereka tersebut. ‘Yaaa,, ini ada yang salah, seharusnya........ ‘ (sambil mencoret bagian jawaban yang salah dan menggantikan jawaban yang benar dan selesai) Kami memperhatikan gaya dosen tersebut, kadang bingung, kadang mengerti dan langsung mencatat apa yang dijelaskannya. Tak lama kemudian pertemuan ke-4 hampir selesai walaupun belum sempat menjelaskan soal nomor empat, maka itu dijadikan tugas kedua lagi. ‘Untuk nomor empat dikerjakan di dev cpp ya, dikumpulkan minggu depan ya jangan lupa. ‘ lagi – lagi dosen itu menjelaskan sambil memakai bahasa tubuh, lalu dia berkata ‘Nanti kita ada kuliah pengganti tanggal 22 bulan ini ya sebelum UTS. ‘ Begitu dia menerangkan sambil melingkari tanggal yang ditulis sebelumnya supaya tidak ada yang bentrok dengan jadwal lain, melihatnya cara pengajaran dia cukup membuat kami jadi terkesan, walaupun belum ada yang merasa pusing atau bagaimana, mereka langsung berberes buku dan mengeluarkan flashdisk untuk minta softcopy materi yang di PPT karena disuruh olehnya. Saat saya melihat beberapa teman mengerumuni ke tempat Bu Eva dan saya bertanya ke Isna, lalu dia memberi isyarat kecil sambil berbicara pelan, ‘Itu minta materi Algoritma yang di PPT buat dipelajari saja. Kalau kamu mau, minta saja sama dia ci. ‘ Saya langsung mengangguk apa yang dimaksud olehnya dan segera mengambil flashdisk dari kotak pensilku, berlari kecil ke tempatnya dan meminta dicopy. 10 menit kemudian, banyak yang meminta sampai rempong dan dosen jadi kewalahan meng-copy satu- persatu materinya. Istirahat dimulai setelah kebubaran kelas Algoritma pertemuan ke-4.........
Pada hari kamis, setelah MP bersama Juwita, lagi- lagi ada pengalaman yang serupa dengan minggu lalu di mana masih ada Kak Andri yang kami temui di perpustakaan itu. Tiba- tiba ada feeling aneh yang saya rasakan saat melihatnya, dia ada teman dekat itu adalah Kak Lukas sama Kak Kiki yang lagi menunggu kedatangannya. Mereka masuk ke dalam perpustakaan, tepatnya di ruang diskusi tertutup. Sedangkan kami berdua duduk di ruang baca sambil ngobrol demi menunggu kelas Lab Praktikum Bu Eva itu. Ngobrol dengan dia sambil bercandaan, tiba- tiba ada sms masuk dari Maria di hpnya Juwita, ‘Ju, kamu di mana? Aku ada di perpus, duduk di lantai. ‘ lalu Juwita membalas smsnya, ‘Ada di perpus sama Chris, karena bb aku lowbatt jadi dicash. ‘ tiba- tiba dia mulai tertawa saat mendengar sms balasan dari Maria karena ada kata ‘Cash’ itu memakai bahasa Akuntansi dan saya jadi ikut tertawa kecil. Lalu saya berdiri karena hendak minum sebentar sekaligus memeriksa keadaan di luar, eh ada Eka Saputra datang mengejutkan kami berdua. Dia datang menghampiri dan bertanya, ‘Lagi ngapain?’ (sambil menarik kursi dan duduk) ‘Iya, kami lagi ngobrol saja.. ‘ Juwita menjawab saat dia mulai mengeluarkan headset dan dipasang ke kedua telinganya dan membuka majalah yang diambil dari rak majalahnya, dia mulai membaca setelah mendengar jawaban dari Juwita dan tidak menggubris sama sekali. ‘Tenang sekali dia membaca majalah seorang diri sama halnya yang terjadi pada minggu- minggu sebelumnya. ‘ melihatnya dengan terheran- heran lalu pamit sebentar di depan Juwita untuk keluar. Saat mendekati di depan loket, ada Maria yang lagi duduk sendirian dan di belakangnya ada teman- teman Hore- hore yang lagi browsing di laptopnya sambil ribut- ribut, sedangkan Dicken yang sudah lama datang dan duduk di pojok kiri dekat saklar kabel dan mulai browsing tanpa mau diganggu gugat. ‘Chris, tolong bilangin ke Juwita nanti ganti gw pulsa yang tadi ya. Gw uda kirim pulsa ke dia. ‘ Mari setengah memanggilku saat saya selesai minum. ‘Okee mar. Masuk aja ke dalam. ‘ Lalu dia menolak secara halus, ‘Ga usah... Di sini saja cukup... ‘ Sekembalinya saya ke tempat Juwita dan Eka, saya memberitahukan hal itu ke dia apa yang dikasih tau oleh Maria. 10 menit berlalu, jam tanganku menunjukkan pukul sembilan, kami bangkit lagi dari tempat duduk dan bersiap- siap untuk lab, Eka yang masih sibuk membaca saat Juwita memanggilnya untuk bersiap. Belum dijawab juga sama dia, fokus ke tulisan demi tulisan di majalahnya dengan telinganya dalam keadaan tertutup oleh headsetnya. Tiba- tiba dia melepas headsetnya, ‘Iya, sudah datang dia?’ Juwita menjawab, ‘Mungkin ka, aku ga tau..’ Eka berubah jadi diam seribu bahasa dan kembali fokus ke majalahnya dan headsetnya mulai dipasang kembali. Kami keluar meninggalkan Eka seorang diri di ruang baca, menengok ke arah kejauhan mulai ada keributan kecil dari sebagian teman TI yang bersiap untuk keluar dari perpus karena dosen, Bu Eva sudah datang saat dia barusan keluar dari liftnya dengan buku absensi serta peralatan tulis di tangannya dan tas berisi laptop ditenteng di bahunya. Tidak ada yang merasa heran atau kaget, kami langsung berlari menyusulnya ke arah Lab. Dengan cepat kilat, bersama sebagian teman TI yang lain yang baru bangkit dari lantainya mengikuti Bu Eva masuk ke Lab lalu duduk di posisi masing- masing seperti biasanya pula saya duduk di samping dengan Adi Permana itu. Setelah seisi kelas yang datang hanya sebagian, masih ada yang belum hadir sedikitpun karena kelasnya dimulai jam 9, dosen langsung menyalakan LCD proyektor dengan remote, lalu menuliskan sesuatu di papan tulis: ‘Praktek..... bla...bla... ‘ yang terbaca cukup jelas dari depan, saat saya menyalakan komputer lab itu dan bertanya kepada Adi apa yang dijelaskan dia tadi karena saya kurang mengerti. Saat dia menjelaskan apa yang diomongkan olehnya adalah Quiz Praktikum lab, ‘Lihat saja, apa yang akan dikerjakan di papan itu. ‘ Adi menunjukkan sesuatu di layar LCDnya agar saya tidak salah nangkap karena tidak kelihatan sedikitpun. ‘Oh Quiz Praktikum lab ternyata.... Okelah, thanks ya Adi. ‘ saya mengangguk pelan dan memulai mengerjakan praktikumnya. Hampir semua teman TI sibuk mengerjakan praktikumnya, ada yang bingung dan tidak mengerti sampai sengaja melihat sedikit jawaban punya teman. Apalagi saya juga sengaja melihat namun tidak secara keseluruhan karena ada perbedaan coding pengerjaannya. Tiba- tiba Bu Eva turun dari mimbar setelah menjelaskan secara detail di hadapan kami sambil menuliskan codingannya, ‘Gimana? Bisa kelihatan apa ga? Kalau tidak, saya akan tulis soal di kertas saja. Kamu coba praktikin ini ya. ‘ saya langsung mengiyakan apa yang ditunjukkannya lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas sama bolpen, dia mulai menulis soal satu- persatu beserta codingan pengerjaannya. Setelah dia selesai menuliskan soal- soalnya, Adi sengaja ikut melihat sebentar dari sebelahku terus menoleh ke belakang dan samping seperti sedang meminta bantuan. Sedangkan Johan masih bingung, Eka juga apalagi sampai ngegalau melihat jawaban punya Hanim yang duduk di pojokan kiri, yang terdekat dengan tembok. Saya mengerjakan apa yang telah dijelaskan olehnya, hampir saja selesai untuk harga- harga yang akan ditulis sebelum hendak dicompile. Tiba- tiba mulai muncul ‘Program is not responding’ setelah akhir dicompile, saya mulai kesal sedikit lalu meng-closenya dan mencari di mana kesalahannya. Waktu pengerjaan di Lab hampir habis setelah sekian lama, dosen dengan kesibukan mengabsensi teman- teman TI yang hadir berapa orang lalu meminta softcopy kuis yang tadi itu dikumpulkan dengan mengirim lewat komputer Lab ke komputer dosennya. Ada beberapa teman sudah selesai tugasnya, langsung mengirim ke dosen dan mampir ke tempatnya untuk memeriksa apakah sudah masuk apa belum. Dan terakhir saya yang masih kebingungan bagaimana caranya, lalu minta tolong ke Adi Permana untuk memasukkan nomor pin komputer Lab sama memindahkan file praktikum itu lalu mengirimnya. Beberapa menit kemudian kelasnya selesai dengan baik, saat sebagian teman TI baru saja keluar kelas dengan buru- buru karena sudah capek dan ada yang sakit kepala akibat Quiz tadi itu....
Pada hari Senin tanggal 15 Oktober, ketemu lagi di pertemuan ke-5 yang sangat mencengangkan, tidak seperti biasanya termasuk saya juga. Saat saya sampai di lantai 4 setelah MP bersama Juwita dan Maria, menuju ke rombongan teman TI yang lagi sibuk memeriksa jawaban Akuntansi yang harus dikumpul hari ini. Saya nyamperin ke Tantri Kusumastuti yang duduk di samping Disya Rizky Anindya yang sibuk memeriksa Jawaban Akuntansi dengan perasaan gelisah. ‘Hai tan, kemarin kamu sms aku tanya soal itu ya? Emang kamu dapat fotokopi itu punya siapa?’ lalu Tantri menjawab, ‘Yah, aku tidak tahu. Tidak ada nama soalnya, maka aku tanya kamu hehe. Kamu sudah selesai Akuntansinya kan? Aku takut jawabannya salah karena beda jawaban masing- masing. ’ Saya mendengar dia menjawab, saya langsung cemas dan buru- buru mengeluarkan kertas folio yang berisi jawabannya dan mencari teman terdekat lalu meminjam jawabannya untuk diperiksa sebelum dosen Algoritma datang. Karena semua lagi sibuk sana – sini, saya jadi bingung dan panik sedikit, tiba- tiba Vicky baru saja mengambil kertas folio kembalian dari Anis setelah memeriksa, saya langsung meminta izin untuk meminjamnya. Periksa satu demi satu jawabannya dengan penuh keringat dingin karena khawatir kalau jawabannya tidak sama. Tak lama kemudian dosen dengan pakaian tidak formal lagi, dia hanya memakai celana panjang bermotif, sambil menenteng tas laptop, buku absensi serta peralatan papan tulis. Kami kaget dan langsung bangkit dari duduknya, ada yang berlarian kecil menuju ke kelas, Dewi sengaja memotong jalan di depan Disya dan Anis dengan badannya sendiri langsung masuk ke dalam. Mereka yang dipotong olehnya hanya diam dan bingung saat melihat tingkahnya, tidak menanggapi sama sekali, sedangkan yang di belakang mengikuti mereka masuk tanpa berebutan atau berdesakan karena Bu Eva sudah di depan duluan. Di kelas, saya tidak duduk di depan lagi seperti minggu – minggu yang lalu karena kosong di sebelah kanan atau kiri saya tidak mau merasa kesepian kalau duduk di depan maka saya sengaja pindah ke baris kedua, duduk di samping Juwita. Mulai lagi materi baru di pertemuan ke-5 tentang Repetisi dan Looping, dosen menerangkan lewat LCD-nya sambil coret- coret di papan tulis sampingnya dan kami memperhatikan penjelasannya tiba- tiba langsung pusing dan ada yang mengantuk, ada yang datang telat terutama  setengah dari tim Hore- Hore, Isna Oktaviani, Chandra Kurniawan dan Dyah Maharani Rahmadi. Dosen tersebut terkejut melihat kedatangan mereka, tidak tertawa atau marah, hanya diam setengah bingung. Kembali mengajar dan menjelaskan materi secara terang- terangan kami memperhatikan dengan serius, walaupun yang duduk di belakang ribut- ribut. Setelah beberapa menit berlalu, Eka Saputra datang telat yang membuat seisi kelas tertawa keras, dosen jadi diam dan bingung lagi. Ketelatannya, dia tidak peduli apa yang sedang kami lakukan kecuali saya terhadap dia, langsung masuk dengan tersenyum kecil dan duduk di samping Singgih seperti biasanya. Tak lama kemudian ada seorang cowok TI berkacamata, dengan kaos merah di balik jaket biru ketuaan itu datang telat dengan menenteng tas ransel hitam berat isinya di punggungnya, Muhammad Hanim Siregar orangnya yang membuat bingung bagi Bu Eva. Dia berhenti menjelaskan karena ada yang tertawa kecil sambil ngoceh saat melihat ketelatan Hanim, lalu dosen itu mulai tertawa kecil sambil menutup mulutnya. ‘Kenapa akhir- akhir ini ada yang telat datang ya?’ dosen tersebut mulai sedikit mengoceh. Mendengar ocehan oleh sebagian teman TI maupun dosen , Hanim tidak peduli juga, berjalan begitu saja dan duduk di baris kedua dari depan sendirian karena di belakang sudah penuh. ‘Lucu sekali ya, sudah berminggu- minggu kuliah ini kenapa jadi banyak yang telat?’ pikir saya saat melihat Hanim terakhir datang telat tidak banyak bicara setelah mendengar ocehannya. ‘Sudah....sudah......... ‘ Bu Eva menenangkan beberapa teman yang sengaja mengoceh karena Eka dan Hanim, lalu kembali melanjutkan materinya sambil meringkas codingan dan looping dan sibuk lagi di depan laptop untuk melakukan pengodingan di Dev Cpp. Kami mencatat soal yang diberikannya serta jawaban codingan, namun ada yang belum selesai karena kecepatan pengerjaannya lalu dihapus secara sengaja. ‘Ali Iqbal..... Coba kamu maju di meja Ibu, lakukan pengodingan dalam segitiga sama sisi. ‘ saat dia dipanggil, langsung tertawa sekaligus kesal sedikit karena merasa dipanggil kenapa. Dan yang lain malah tertawa terkekeh- kekeh kecuali teman- teman cewek hanya diam. Saya jadi bingung sedikit karena tidak kelihatan dari depan saya ke papan tulis, sengaja pinjam punya Juwita ataupun Dyah namun saya belum mencatat secara keseluruhan. Dari jam 8 hingga jam 10 yang cukup panjang materinya belum habis- habisnya, kami istirahat selama 15 menit Bu Eva keluar kelas dengan buru- buru, disusul lagi oleh Lisa dan 7 orang teman TI dengan membawa tasnya, Disya dan yang lainnya kemudian tim Hore- Hore, kecuali saya masih bisa melanjutkan mencatat materi dari punya Dyah dulu setengah, sedangkan yang lain pada keluar kelas, ada yang mau ke kantin, ngobrol di luar kelas dengan duduk di meja melingkar dan sisanya sama seperti pada minggu lalu terutama dengan Singgih yang cukup asyik di depan laptop tanpa mau diganggu, Dicken juga apalagi, dia sengaja menghampiri ke bangkunya untuk ikut melihat juga terus main games dan Hanim sibuk dengan laptopnya bersama Dhanang, Faris dan Izhhar. ‘Aneh sekali ya, hampir setiap hari mereka jadi jarang keluar kelas. ‘ pikir saya dengan keheranan saat melihat kerjaan mereka yang cukup menggelikan. Saya sudah lama berpikir kalau mau ngobrol sama Singgih bagaimanapun di tengah kesibukan dia kayak gituan. Saya teringat akan perkenalan pertama sebelum ospek dengan dia setelah Maria, Tantri dan Dicken. ‘Kok dia jadi berbeda ya dari yang sebelumnya....?’ saya terus memperhatikannya namun tidak sampai ke ujungnya. Demikian juga dengan beberapa teman cewek yang tidak berniat keluar kelas setelah kembali dari toilet, hanya sengaja makan roti yang baru dibeli, dengan perasaan heran saat memperhatikan sebagian teman yang masih di kelas lagi sibuk di depan laptop, saya kembali mencatatnya sebelum jam istirahatnya selesai. Tak lama kemudian jam istirahatnya selesai, semua kembali ke kelas saat dosen masuk mendadak, ‘Kita mulai dengan latihan sekarang. ‘ Sebagian teman TI ada yang kaget dan bingung karena tidak mengerti apa yang dingomongkannya, disusul pula oleh sebagian lagi dari teman TI yang lain yang telah lama keluar untuk isitirahat jadi bahan pertanyaan serius kepada teman sebelahnya dan yang lain namun tidak ada yang menyahut sama sekali karena ada yang lagi kesal saat mendengar apa kata dosen itu. Dosen yang bermatakuliah Algoritma den Pemrograman, Bu Eva, dengan sigapnya mulai menuliskan soal latihan di papan tulisnya setelah LCD-nya dimatikan. Kami mulai panik satu sama lainnya termasuk saya saat Dyah memanggil saya untuk meminta kembali buku file untuk mencatat soal pertanyaan latihan itu. ‘Sreet....sreet...sreet...’ dengan buru- buru kami mencatat soal yang ada  di papan, saya masih bisa melihat soal ke teman yang duduk di sebelah saya, Juwita, lalu saya mencoba menjawab bagaimana ketika saya melihat ada yang ribut di belakang hanya minta diajarkan sama Melvina dan dia mulai mengomel sedikit ke 3 orang teman cowok TI yang mengganggunya. Tidak Cuma dia saja, ada lagi yang sengaja rebutan sama Kevin Niasta dan Chandra untuk minta diajari Algoritma, mereka itu Isna, Dear dan Windy. Mereka yang dimaksa- maksain jadi bingung sendiri. Beberapa menit berlalu, belum satupun yang bisa mengerjakan satu nomor saja tidak tahu bagaimana caranya, dosen bertanya di depan kami yang sibuk mengerjakan sendiri maupun berkelompok, hasilnya tidak ada yang bisa semua. Malahan ada yang ngasal menjawab termasuk saya juga apalagi. Dosen berubah jadi diam seribu bahasa karena tidak ada yang menyahut sedikitpun, lalu dia maju ke depan lagi membantu menjelaskan jawaban nomor satu dari 3 soal latihan tersebut. Kami memperhatikan sampai sakit kepala karena lelah mendengarkannya, hanya bisa mencatat begitu saja. Satu nomor pun sudah dijelaskan olehnya, dilanjutkan nomor dua harus dikerjakan lagi dan dosen menunggu sambil mengabsensi kami satu- persatu sebelum kelasnya selesai. Tak lama kemudian, sama seperti kejadian yang tadi soal nomor dua saja belum bisa – bisa, kami sekelas hampir mengeluh kecuali Hanim tiba- tiba mulai bertanya ke dosen yang tengah selesai mengabsensi. ‘’Hmmmph.....’ ada beberapa teman cewek jadi bingung saat melihat Hanim ada di depannya. Lalu dia disuruh oleh dosennya untuk menooba mengerjakan jawaban nomor dua, diperiksa lagi dan akhirnya jawabannya benar. Waktu kelas di pertemuan ke-5 hampir habis, dosen memberi tugas lagi......... ‘Ada tugas kelompok, 1 kelompok 5 orang yaa... Siapa yang jadi ketua kelompok? Ayo acungkan tangan, saya harus menuliskan nama untuk masing- masing kelompok. ‘ Bu Eva yang serius sekali dalam memperhatikan niat beberapa teman yang baru mengacungkan tangan lalu menghitung. ‘Ya, ada 9 kelompok ya... Silakan pilih setiap anggota. ‘ Saya dari awalnya diam berubah jadi panas dingin saat mendengar penjelasannya dan semakin tidak mengerti apa yang dibicarakannya, saya bertanya kepada Juwita yang duduk di sebelahku, ‘Ya, tugas kelompok...1 kelompok 5 orang untuk mengerjakan tugas Algoritma itu, Chris.’ Saya langsung mengiyakan, lalu mulai mencari siapa yang harus saya ikuti. (sambil mencari- cari dan perasaan was- was) Tiba- tiba Juwita memanggilku, ‘Kamu sama Melvina ya, 1 kelompok Chris. ‘ Dia menunjukkan diriku untuk dipanggil ke belakang ada Melvina memberi isyarat kecil untuk diminta 1 kelompok. ‘Chris, kamu sama aku ya. ‘ Lalu saya mengiyakan lagi, ‘Oke deh, vina. Siapa lagi?’ dan dia menjawab, ‘Sama Maria, Kevin Lim dan David. ‘ saya memperhatikan apa yang ditunjukkan jari telunjuk oleh Melvina, ‘Yaudah, oke aja. ‘ Saya jadi ngeblank dan pusing lagi, teman- teman yang lain langsung berlarian dan berpindah untuk tugas kelompok. Dosen bertanya lagi sebelum kami hendak keluar kelas, ‘Ada yang mau materi pertemuan 5 sama tugas kelompoknya. ‘ Beberapa teman berlarian menghadapinya agar tidak ketinggalan untuk mendapat softcopy. Saya sendiri tidak perlu bingung karena sudah tahu untuk minta materi dengan flashdisknya, saya langsung menyerahkan fd saya di meja. Sambil menunggu sampai dia selesai meng-copy satu- persatu, saya sengaja memotret tulisan yang ada di papan tulis karena ketinggalan beberapa bagian. Dan kami langsung keluar kelas untuk istirahat setelah mengambil kembalian fd darinya.....
Sebelum ada kelas di Lab hari Kamis, saya baru kelar MP tanpa ditemani Juwita dan Maria seperti biasanya karena mereka tidak datang, ‘Aduh, mereka ke mana ya? Ga MP kenapa..’ pikir saya setelah sms ke mereka berdua namun sedikit belum dibalas juga. ketika melihat situasi MP ada yang tidak beres. Dan saya juga jadi bingung setelah keluar dari ruang AR310 meninggalkan 2 kakak Senior itu. ‘Mau ke mana ya...?’ karena teman- teman FIRE’s yang habis MP ada kelas jam 8 dan saya kelasnya 1 jam lagi. Saya berpikir, ‘Oke, aku ke perpus saja. Siapa tahu ada seseorang di dalamnya. ‘ Naik ke lantai 5, yang saya lihat di dalam perpus itu ada Lisa Melyani duduk sendirian di bangku oranye terpisah dari Davis Santoso dan yang lainnya, ‘Tumben mereka datang lebih awal. Hmmm...’ saya tidak mau tinggal diam, langsung masuk ke perpus dan menyapa Lisa yang lagi bengong sambil memegang Bbnya. ‘Haiii Lisaaa... Tumben kamu datang pagi. ‘ lalu dia menjawab dengan ekspresi seperti lagi kelelahan, ‘Iya, karena ada yang jauh rumahnya jadi kami harus datang pagi saja Chris. ‘ saya hanya mengiyakan tanpa menjawab apapun, lalu saya duduk di sampingnya. Tanpa disadari, ada 3 orang teman dari Jurusan Akuntansi yang merupakan teman baik Kak Andri Zefanya lewat di depan kami, hanya Lisa tidak mengetahui siapa mereka. Saya mengira dia ada di perpus ternyata masih di ruang AR310 dan sekarang dia ada di mana coba. Tak lama kemudian, Kak Andri datang lagi dengan roti coklat yang dimakannya sambil menenteng tas berisi Laptop yang hampir mengejutkanku. ‘Hai ce, ngapain?’ lalu terdengar ada yang mengoceh dan bersiul sedikit oleh teman- teman Akuntansi. ‘Ciee...ciee.. ‘ Lisa tiba- tiba jadi tertawa ketika mendengar siulannya, ‘Hehehehe...’ dengan menutup mulut menahan tertawa sambil memperhatikan kami berdua. ‘Eh, lagi nunggu kelas Lab.’ Kak Andri belum sempet mendengar jawaban saya sudah langsung malu saat mendengar siulan mereka itu. Dia langsung marah sedikit di depan mereka yang suka bersiul. Lisa mulai ikut bersiul lagi seperti yang dilakukan oleh teman- teman Akuntansi itu, ‘Ya ampuun kamu.. Ssstttt... ‘ saya menyuruhnya diam sambil menempelkan jari telunjuk ke bibirku agar dia tenang. ‘Iyaa...iyaa..aku akan diam.. ‘ Gara- gara saya mengupdate status di twitter sebelumnya, pada siang hari ada 2 teman FIRE’s jadi tahu setelah membaca tweet saya dan tiba- tiba nge-mention ke saya lalu meng-sms juga dan saya jadi terkejut, tidak tahu harus berkomentar apa. Setelah kejadian tadi, Kak Andri harus keluar dari perpus karena mau bersiap ke kelas di lantai 4 bersama 3 orang temannya. ‘Duluan ya ce..’ dia pamit di depan saya, ‘Okee deh. ‘ saya mengangguk dan melanjutkan ke BB untuk mengecek lokasi di Foursquare demi menunggu kelas Lab. Sudah jam 9 lebih, dosennya belum datang – datang saat saya melirik ke arah jam tanganku dan Lisa berubah jadi gelisah sedangkan Regi Fasius lewat ketika memperhatikan kegelisahannya, menemani sebentar dengan bercandaan. Dosen baru datang bersamaan dengan tim Hore- Hore yang keluar dari Liftnya, ‘Ayoo teman- teman...’ Bu Eva melihat kami di dalam perpus ngapain, kami kaget dan langsung bangkit dari duduknya, berjalan kaki ke Labnya. Masuk ke Lab seperti biasanya, tidak ada yang berebutan. Dosen sibuk kelihatannya, meletakkan peralatan tulis dan menyalakan laptop dan komputer bersamaan, LCD Proyektor dihidupkan. Kami duduk tanpa bertanya padanya saat melihat kesibukannya, hanya langsung menyalakan komputer. Saya tidak menyadari kalau ada yang bawa Laptop di Lab karena ada tugas kelompok, ‘Oh yaa.. ‘ saya mulai teringat dengan Melvina yang sekelompok sama saya sudah dibuat apa belum tugasnya. Keributan terjadi saat Adi menanyakan ke saya tentang tugas Nasionalisme, ‘Kamu sudah buat tugas nasionalisme apa belum?’ Saya dari awal diam berubah jadi kaget, ‘Ha? Ada tugas emang itu? Bukannya sudah dibuat minggu yang lalu kok ada tugas lagi?’ (mulai lemes dan stress sedikit) ‘Iya ada tugas lagi... Yang pertemuan pertama sampai pertamuan ketiga diketik lagi. ‘ Namun saya kurang mengerti apa yang dijawab olehnya, saya meminta dia mengetik apa yang diomongkannya di BB saya. Saya berbalik bertanya kepada Dyah yang duduk di sebelah saya, berjauhan sedikit dari saya, ‘Nasionalisme ada tugas ya dy?’ (dengan perasaan agak malas) Dyah mengangguk, ‘Iya ada tugas kok. Dia lagi tulis tuh, coba dilihat tentang tugasnya. ‘ Saat saya membaca apa yang ditulisnya di notes BB saya dan saya mengangguk, ‘Oh, saya pikir Cuma tugas yang kemarin saja. ‘ Kami asyik ngobrol sebentar dan yang duduk di belakang juga hingga Bu Eva merasa terganggu akan keributan kami. Tak lama kemudian kami memulai praktikum baru untuk pertemuan terakhir di Lab, ‘Coba kita ketik codingan yang saya ketik di LCD proyektor. ‘ (sambil melihat ke arah LCD yang sudah dinyalakan sebelumnya, lalu melihat kembali ke arah laptop dan meneruskan codingan) Sedangkan kami mengikuti petunjuk Bu Eva tersebut tanpa diam, serius sekali kami mengerjakannya. Tidak ada keributan seperti biasanya, kami memperhatikan setiap codingan yang dibuat dosen itu tentang ‘Nilai IPK dan GRADE’. Termasuk saya, semua hampir mengerti caranya bagaimana dalam memasukkan perkiraan nilai yang diinginkan agar sesuai dengan IPKnya terus ditulis hasilnya menggunakan element codingan yang ada dan sebebas-bebasnya. Begitu setelah selesai mengerjakannya, saya mencoba me-compile hasilnya dengan ‘Run’ namun tidak mau keluar program compilenya, malah muncul stabilo merah tua di tengah- tengah codingan yang menandakan bahwa ada kesalahan dalam codingan. ‘Yaah.. Gimana nih?’ Saya jadi bingung, Adi melihat hasil compile saya salah dan dia mencoba menyelesaikan terlebih dahulu padahal sengaja melihat jawaban sedikit milik Johan Gunawan yang duduk agak berdekatan dengannya. Sedangkan saya melihat codingan milik Dyah yang awalnya duduk sendirian dan sudah ada yang menemaninya, Adinda itu. Saat melihat apa yang dikerjakan Dyah codingannya, saya berubah jadi bingung karena ada perbedaan sedikit dari beberapa element pengodingan dan dia meneoba me-compile hasilnya namun tetap saja sama tidak berhasil. Dia mulai pasrah dan mencari titik kesalahan di mana, sedangkan Adinda di sebelahnya mulai malas mengerjakan setelah melihat codingan yang rumit itu. Saya kembali ke tempat duduk yang tadi menunggu kalau ada yang bisa menolong untuk menyelesaikan masalah pengodiangan sebelum kelasnya kelar. Di lab sudah terasa lama sekali dari jam 9 lebih dan sudah agak telat 10 menit dari jam 12 siang yang seharusnya sudah selesai kelas namun masalah pengodingannya belum selesai, kebanyakan teman hampir mulai mengeluh mengerjakannya sampai ada yang sengaja mengupdate status di BBM statusnya. Saya sendiri menunggu Adi selesai pengodingannya dan sudah bisa dicompile, ‘Lama sekali ya, huuh.. ‘ sambil menyelesaikan solusi terkecil agar bisa keluar kelas. Hanya Singgih saja sudah selesai latihannya tanpa mengumpulkan jawabannya lewat kiriman ke dosen, dia langsung keluar dari Lab. Saya sendiri masih bingung apa yang harus saya lakukan, dosennya masih sibuk mengecek beberapa teman yang ada masalah codingan itu. Mondar- mandir dari sana sini tiada hentinya, Adi datang menolongku mengetik di mana kesalahan sekaligus memeriksa pengodingan saya agar sama dengan dia punya. ‘Jangan diubah- ubah ya codingan itu ya, kalau diubah ntar ada salahnya. Ngerti?’ dengan ketegasannya membuat saya langsung mengiyakan sambil memperhatikan di mana kesalahan dan diperbaiki agar cepat selesai walaupun tidak dikumpul seperti biasanya. Akhirnya kami selesai dengan pengodingannya, kecuali saya tetap di meja Lab karena harus bertanya ke dosen tentang codingan serta kisi- kisi untuk UTS. Saat dosen masih sibuk mengecek laptop untuk dimatikan, saya sengaja berlari di depannya untuk minta copy jawaban praktikum yang tadi sekaligus bertanya- tanya...............
Pada minggu terakhir, sehari sebelum UTS hari Selasa, masih ada Kuliah Pengganti Algoritma dan Pemrograman yang sebelumnya dosen tidak masuk karena sakit. Pagi- pagi sekali, saya seperti biasa bangun tidur dan bersiap ke Kampus karena ada MP terakhir bersama FIRE’s hanya berdoa bersama untuk persiapan UTS serta KP matakuliah Algoritma. Sudah di kampus, ikut MP bersama kakak Senior dan FIRE’s selama 1 jam. Sehabis itu, saya tidak menyadari kalau ada sesuatu yang tidak pernah saya tahu sesaat itu. Karena sudah menunjukkan pukul delapan tepat di jam tangan, bersama Maria, saya berpamitan dengan mereka secara bergantian dan keluar dari ruang AR310, kami langsung jalan kaki ke lantai 4 dan saya baru bertemu Melvina yang lagi mengecek codingan di laptop milik Maria. Saya jadi tercengang kalau Maria bisa ada di sini dan tidak datang MP kenapa. ‘Mar, kamu ga MP kenapa?’ lalu dia menjawab, ‘Ya, lagi sakit perut Chris. ‘ dengan ketegasannya menjawab di depanku. Saya hanya mengangguk saja. Tidak hanya mereka berdua saja yang lagi mengecek codingan, ada Adi bersama Ali Iqbal dan Bimo juga lagi mengerjakan tugas yang sama sedangkan Vicky yang baru saja dikejutkan oleh Juwita setelah MP bersama saya, dia ikut memeriksa jawaban codingannya. Karena sekelompok sama Maria dan Melvina, 2 orang teman saja belum datang dari tadi, saya menunggu kedatangan dosen di lantai 4 sambil memeriksa jawaban codingannya serta bertanya- tanya. Saat itu, saya tidak menyadari bahwa ada penampakan teman- teman cowok TI yang lagi duduk di lantai 5, tampaknya lagi main gitar. Dan tiba- tiba Bu Eva muncul di depan kami, yang cukup mengejutkan saat kami lagi mengerjakan tugas namun dia tidak melihat apa yang sedang kami lakukan, hanya berjalan terburu- buru ke lantai 5. Beberapa teman TI yang di lantai 4 langsung mengikuti dosen itu dengan berjalan kaki ke lantai 5, termasuk saya, Maria, Melvina serta Kevin Lim dan David baru saja datang menengok pekerjaan kami namun belum sempat minta penjelasan dari Melvina. Di lantai 5, dosen masuk ke dalam yang membuat mereka yang semula duduk sambil mengerjakan tugas dan sisa teman yang lain pada asyik ngobrol langsung berdiri dan buru- buru masuk ke dalam Lab tanpa berebutan. ‘Teman- temaan, saya tidak mengajar seperti biasa yaa. Ada presentasi langsung dari tugas yang sudah kalian buat. ‘ dia mulai menerangkan keras di hadapan kami sambil menyalakan proyektor dengan remote dan menghidupkan laptop untuk dicolokkan kabelnya. Kami dengan sekagetnya menoleh ke arah suara dosen itu dan berubah jadi bingung, walaupun sudah lama tidak mengikuti presentasi dari sejak kelulusan SMA dan sekarang baru sekali mengikuti itu di masa kuliah. ‘Chris, kembali ke kelompok kamu sekarang, nanti ada presentasi langsung. ‘ Saya dari awal tidak mengerti apa yang diomongkannya, untung dia memberi isyarat suara kecil di depan saya untuk pindah ke belakang dengan maksudnya kembali ke kelompok masing- masing. ‘Okee, thanks ya di..’ Saya menoleh ke belakang, sudah terlihat ramai di dekat meja David Meibert. ‘Ada apa ini?’ (dengan kebingungan) Bu Eva bersiap dengan buku absensi sama bolpen, berjalan ke meja komputer bernomor 6, tepat di sebelah saya dan berjauhan sedikit. Dia menulis tanggal terus......... ‘Ya, semua pada sudah bikin tugas apa belum? Kalau ada yang sudah silakan maju sekarang....’ dia mulai menoleh ke arah teman- teman yang sibuk berkelompok untuk diberi penjelasan agar siap untuk presentasi. Walaupun hampir sekali tidak ada yang menyahut, tiba- tiba terdengar suara jawaban beberapa teman, ada yang bilang sudah bikin namun belum siap dan ada yang belum selesai sedikitpun. Dosen jadi diam dan bingung, ‘Gimana? Masih tidak bisa? Masih bingung?’ saat dia bertanya lagi, belum ada jawaban baik dari beberapa teman kelompok. Serius sekali mereka dalam mengerjakan tugasnya, termasuk kelompok saya walaupun saya tidak mendengar apa kata dosen karena sibuk melihat codingan tugas Type B untuk kelompok kami tentang ‘Segitiga dan Menghitung Saldo dan Deposito’ yang diminta oleh dosen itu. ‘Kelompok Singgih harap maju sekarang.....’ kata Bu Eva. Kelompok Singgih yang terdiri dari Hanim, Dicken dan Eka, namun Eka tidak masuk pada KP Algoritma dan dosen tetap tidak tahu penyebabnya apa jadi dia mengabsensinya. Mereka mulai presentasi satu- persatu tentang codingan yang mereka buat itu, di belakang mereka ada yang sengaja mendengar pembicaraan mereka selama presentasi saking meneruskan pengodingan bersama sebelum bersiap presentasi berikutnya. Cukup cepat mereka mempresentasikan tugas bertiga secara bergantian tanpa Eka dan mereka diberi komentar oleh dosen terus dinilai. ‘Ayo tepuk tangan untuk mereka...’ Dosen menyuruh kami bertepuk tangan keras- keras setelah mendengar hasil akhir presentasi mereka. ‘Berikutnya kelompok Juwita silakan maju....’ Kelompok Juwita tersentak kaget saat dipanggil olehnya, termasuk Vicky, Dyah, Fia dan Qory. Mereka mengenakan name tag yang lama didapat dari layanan mahasiswa itu, Vicky mulai memasang flashdisknya ke komputer itu dan LCD proyektornya di-freeze dulu sama Juwita. Menunggu hingga program Dev CPPnya dibuka untuk dipresentasikan. Sambil menunggu giliran kami, saya mondar- mandir dari depan ke belakang, upaya diminta petunjuk sama Melvina dan Kevin Lim kalau saya tidak perlu mempresentasikan karena saya ada kurang pendengaran walaupun tidak disuruh oleh Bu Eva pada sebelumnya dan akhirnya mereka sekelompok mengerti. Lalu saya minta Melvina memberi penjelasan tentang codingan itu, saya membaca tulisan sambil mendengar penjelasannya dari komputer langsung ke Melvina yang berbicara kalau tidak, saya tidak akan mengerti apa-apa. Setelah kelompok Juwita dilanjutkan dengan kelompok Disya kemudian Adi Permana berikutnya Lisa dan Chandra. Sangatlah lama sekali mereka dalam mempresentasikannya dari jam delapan hingga jam sepuluh lebih, walaupun waktu presentasi mereka ada yang cepat dan ada yang lamaaaa karena sengaja diberi komentar tentang hasil tugas mereka. Tak lama kemudian, diganti lagi ke kelompok Adinda yang terdiri dari Dhanang, Grady dan Richart tanpa Reinaldo. Dosen tersebut tidak tahu juga tentang penyebabnya, walaupun dia tidak bertanya kepada kelompoknya karena mengira dia masuk, dia sengaja mengabsensi dulu bersaman mulai presentasi kelompok Dhanang itu. Menunggu dan menunggu bersama Melvina, Maria, David dan Kevin Lim. Dan David sebelumnya yang saya datangi lagi main Dota di komputer paling belakang bersama Kevin Niasta. Hal itu membuat Melvina hanya mengelus dada saja terhadapnya. Beberapa menit kemudian presentasi kelompok Dhanang selesai dikomentari dan dinilai oleh dosennya, ‘Kelompok Melvina silakan maju sekarang. ‘ Saat saya kembali ke meja depan lagi, mengambil name tag untuk bersiap- siap presentasi, baru saja melihat pembacaan bibir dosen tentang kelompok kami untuk maju. Kelompok kami pun maju ke depan, saya jadi pengontrol komputer sedangkan mereka berempat langsung presentasi bergantian yang dimulai dari Maria, Melvina, Kevin Lim dan David Meibert. 20-25 menit presentasi kelompok kami yang cukup lama dan sangat akurat penjelasannya karena Melvina sengaja memberi coretan kecil tentang Segitiga di papannya. Dosen serius mendengar penjelasan kelompok kami, lalu memberi komentar sedikit. Saya hanya diam dan memperhatikan apa yang dibicarakan olehnya, presentasinya selesai dan diberi applause oleh teman- teman TI yang menonton. ‘Lega sudah presentasi kami, semoga jadi yang terbaik. ‘ Begitu kata saya dan Melvina, ‘Terima kasih, terima kasih... ‘ Saya jadi senang saat mendengarnya dan kembali duduk di depan. ‘Terakhir, kelompok Ali Furqon harap maju sekarang... ‘ dengan sibuk, dia menulis dan mengabsensi setiap nama kelompok. Mereka mulai mempresentasikannya sebelum kelas pertemuan ke-6 selesai tanpa ada materi baru lagi. Menunggu dan memperhatikan penjelasan mereka secara bergantian, lama sekali mereka presentasinya. Yang duduk di belakang masih bisa main Dota sepuas- puasnya, termasuk David, Kevin Lim, Regi Fasius dan sebagian dari tim Hore- Hore setelah usai presentasi, dosen tidak mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan. ‘Lucu sekali mereka tuh. ‘ sambil memperhatikan kerjaan mereka ketika lewat jalan ke tempat Lisa yang lagi ngobrol dengan Davis, saya tidak sengaja nyamperin dia. Sedangkan kelompok Juwita, Fia lagi tiduran karena merasa bosan, Qory lagi BBM-an, Dyah duduk di dekat Juwita dan Vicky di sampingnya lagi main laptop milik Juwita hanya melihat- lihat foto. Kelompok Disya tampaknya lagi ngerumpi bersama dengan bercandaan. Tak lama kemudian kelompok terakhir selesai, sebelum pulang kami diberi kisi- kisi UTS teori dan praktikum Algoritma, ‘Presentasi kalian sudah selesai yaa... Tapi jangan lupa pelajari kisi- kisi itu yang di papan tulis.. ‘ (sambil menunjukkan kisi- kisi itu di papan tulis yang telah ditulisnya) Saya sengaja memotret kisi- kisinya kemudian bertanya sebentar sama dosen tentang Segitiga segala macam dengan pengodingan bagaimana, dia langsung mengajarkan saya lewat penjelasan fungsi coding itu tanpa menyadari kalau kelasnya sudah sepi............

*****

WHY MUST WE MEET A UN-IMPORTANT SUBJECT: INTRODUCTION TO ACCOUNTING
           


Seperti biasanya pada hari Senin minggu lalu, mata kuliah Akuntansi bersama Bu Wiratmi, kami hampir semua mendapati materi yang hampir persis dipelajari di masa SMA dulu. Di kelas saat ini, kami tidak bisa lebih serius belajar ataupun memperhatikan penjelasan dosen di papan tulis, kami hanya bisa mencatat apa yang dibahas olehnya. Sekali dijelaskan dan sebentar sekali kami berada di kelas Akuntansi dalam 1 ½ jam baru kelar setelah mendapat peringatan dari dosen untuk bisa meminjamkan buku milik anak Akuntansi untuk fotocopy materi yang ada di buku. Saya sendiri awalnya bingung dan langsung tersentak kaget saat melihat apa yang ditampilkan di layar Proyektornya berisi materi Akuntansi dalam bentuk buku yang berbahasa Inggris semua. Dan teman- teman yang lainnya di belakang memperhatikan setiap tulisan yang berbahasa Inggris itu langsung keliyengan, tidak ada komentar yang keluar dari mulut saat dosennya sibuk menjelaskan panjang lebar hingga kelasnya bubar. Setelah dosennya keluar sambil menenteng buku berat itu, kami jadi ikut dengan terburu- buru keluar kelas untuk pulang dan sisanya mau siap- siap untuk UKM CC termasuk saya saat mengikuti Juwita Oktaviani dan Dyah Rahmadi yang hendak ke Lab, yang sengaja mempertanyakan hal itu kepada saya, ‘Ikut CC ga?’ Saya awalnya bingung dan tidak tahu mau ikut apa engga, lalu saya langsung memutuskan ikut setelah naik ke atas dan melihat ada Lisa Melyani bersama Davis Santoso menoleh ke arah kedatangan saya bersama Dyah dan Juwita. ‘Kamu jadi ikut CC ya?’ lalu saya menjawab, ‘Jadi kok lis. ‘ Saya langsung mengikuti Lisa ke arah Lab AL502 yang sudah ada teman- teman TI cewek yang lagi duduk itu, diikuti pula dengan kakak Senior cowok TI angkatan 2010 yang belum saya kenal,  ada 3 orang pula bersama Ketua CC, Kak Bismo Wirayuda, yang cukup mengejutkan bagiku saat saya duduk di samping Lisa Melyani. Hampir semua teman- teman TI yang ikut CC walaupun tidak banyak. Mengikuti UKM CC di pertemuan pertama hari kuliah itu hampir membuat saya teringat akan Ekskul yang tidak terlupakan di masa sekolah. ‘Dulu aku suka gonta- ganti ikut kegiatan Ekskul di sekolah dan di masa kuliah sudah ada UKM... ‘ kenang saya. UKMnya dimulai saat Kakak Senior bernama Kak Jihansyah Muhammadiyah, memulai perkenalan baru di depan kami bersamaan dengan Kak Bismo Wirayuda. Setelah perkenalan selesai, dilangsungkan latihan praktikum tentang cara membuat Web sendiri dengan memasang gambar beserta tulisan bagaimana melalui program Notepad, saking karena duduk sama Lisa jadi kurang jelas saat membaca tulisan HTML di LCD proyektor di mana ada program yang dikerjakan oleh Kak Jihan. Tidak mau merasa tertinggal, saya langsung melihat tulisan HTML di Notepad milik Lisa yang cukup cepat dalam mengerjakannya tanpa merasa terganggu. Merasa sangat lama dalam mendengar penjelasan Kak Jihan serta dibantu oleh Kak Bismo, saya jadi serius mengerjakan sambil melihat pekerjaan punya Lisa yang hampir selesai dengan gambarnya saat dibantu oleh Kak Jihan dan dikelilingi pula oleh Kak Bismo dan satu kakak senior yang lain yang tidak saya kenal itu. Sambil menunggu dengan melihat pekerjaan punya Lisa yang sudah lumayan bagus itu dan hampir selesai, saya hampir merasa panik dan bingung karena belum selesai setengah pun. Akhirnya Lisa dengan sigapnya menolong saya mengetik tulisan- tulisan yang masih tertinggal sedikit itu, lalu kembali melanjutkan latihan berikutnya. Kakak Senior ada 5 orang cowok, dengan sibuk mondar- mandir ke sana – sini memeriksa pekerjaan hampir semua teman kelas TI maupun SI, dengan harapan mereka agar kami bisa mengerjakannya sendiri sebagaimana mestinya. Saat ada tambahan baru di Notepad yang dikerjakan Kak Jihan bersamaan dengan Kak Bismo, kami jadi serius mengerjakan walaupun agak kecepatan di beberapa bagian saya takut ketinggalan dan terpaksa melihat hasil pekerjaan milik Lisa itu sudah sampai mana. Saya kebingungan saat sudah mengerjakan sampai mana seperti yang sudah saya lihat milik Lisa, hasilnya belum keluar di Web Browsernya dan saya meminta bantuan sama Kakak senior yang lainnya untuk mengerjakannya gimana, yang saya perintahkan agar bisa menghasilkan gambar di webnya. Tidak pernah menyangka kelas UKM CC yang kami ikuti cukup lama 2 jam, dan sekarang waktunya tinggal beberapa menit lagi kelasnya akan berakhir. Saya belum sempat melirik ke arah jam tanganku sudah jam berapa karena merasa sibuk dan sedikit frustrasi saat mengerjakan latihan, tidak ada yang bisa menolong sedikitpun, mereka semua buru- buru pulang dengan menenteng tasnya masing- masing karena takut kalau langit di luarnya hampir gelap. Tanpa disadari, saya terakhir yang menyelesaikan latihan setelah dibantu oleh Kakak Senior itu, saya kaget melihat jamnya sudah menunjukkan pukul 6 lebih dan langitnya sudah berubah jadi biru tua dan hampir gelap dan saya buru- buru mengambil tas yang ada di loker lab itu dan langsung mengkilat pulang. ‘Ya ampun kelas ini......’ Lalu pada saat sore hari menjelang malam, saya masih kebingungan setelah teringat tentang chat BBM dengan Kevin Lim tadi sore yang baru pulang bersama teman- teman cowok TI itu sambil membawa buku Akuntansi besar itu untuk fotocopy, buku yang dia pinjam itu punya anak Akuntansi namun saya tidak tahu kepunyaan siapa, ‘Vin, kamu pinjem buku itu punya siapa? Boleh ga gw titip fotocopy itu? Nanti gw ganti uangnya..’ dibalas olehnya, ‘Iya, itu punya Melisa anak Akuntansi Chris. Coba kamu minta titip sama anak Akuntansi yang lain saja. Banyak yang minta fotocopy ini soalnya. ‘ Saat membaca BBM chat darinya, membuatku jadi bingung dan stress sedikit, ‘Aduuuh, gimana ya? Harus pinjam punya siapa coba. Ga banyak teman Akuntansi yang tidak aku kenal.....’ (sambil mikir- mikir sebelum membalas BBm-nya) Tak lama kemudian, saya membalas Bbmnya, ‘Yauda, oke deh. Gw usahain carinya yang punya saja. Thanks ya vin.‘ Pada esok harinya, saya berusaha mencari bukunya di perpustakaan namun tidak satupun buku yang persis seperti yang saya kirakan. ‘Beda judul, beda penerbit, beda edisi namun isinya bahasa Inggris semua. Cukup memusingkan.’ ......
          Kembali lagi ke hari Senin minggu ke-4 akhir bulan September, jam istirahat dimulai setelah kelasnya Bu Eva yang cukup melelahkan, akhirnya saya bisa keluar kelas dan ke Toilet sebentar setelah diingat- ingat oleh Lisa untuk makan siang bareng, dia menunggu saya kembali dari toilet dan 5 menit kemudian saya keluar, langsung berkumpul dengan Lisa dan bersama teman- teman baik Davis menuju ke kantin. Tak terasa makan bersama mereka sangatlah cepat dan selesai tepat pada waktunya, kami langsung beberes makan siangnya dan kembali lagi ke lantai 4 yang sangat sepi itu, kemudian duduk di lantai sambil menunggu teman- teman TI yang lain datang membawakan buku fotocopy Akuntansi tak lain itu adalah Mirza Al Faris, yang dimintain tolong oleh Juwita Oktaviani dan Qory Andrianni sejak minggu lalu. Dia datang dengan kardus yang sudah tersisa beberapa, lalu membagikannya ke teman- teman TI yang belum kedapatan fotocopi-annya. ‘Akhirnya aku mendapatkan itu juga, daripada tidak dapat fotocopi-an ini mana aku tidak bisa belajar. ‘ pikir saya saat teringat bahwa saya dikasih fotocopi-an ini oleh Faris tadi pagi setelah Morning Prayer. Beberapa menit kemudian, kami menunggu hingga sudah ada beberapa teman TI yang lain itu Juwita Oktaviani baru saja naik ke lantai 4 dari lantai 3 bersama Vicky Nurchmawati karena habis menunggu 3 orang teman lagi shalat namun belum kelar dari tadi juga, mereka langsung duduk di samping saya dan Lisa Melyani tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, malah Juwita lari ke kamar mandi setelah minum susu UltraMilk jajanannya. Disusul pula oleh teman- teman cewek lain itu Disya Rizky Anindya, Anis Fitriyah, Tantri Kusumastuti, Nurul Endah Amelia dan Dewi Kurnia Anggraeni yang juga sama- sama habis shalat namun saya tidak melihat siapa saja karena tidak bareng mereka juga dan langsung duduk di sebelah kami, agak berjauhan dari arah kami ngobrol seakan- akan ada yang minta diributin oleh tim Hore- Hore. 3 orang teman yang baru selesai shalat menyusul Juwita dan Vicky, sengaja ke kamar mandi sebentar agar tidak mengantuk saat kelas matakuliah Akuntansi. Saya belum pernah melihat 2 orang teman cewek TI terakhir, Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine itu belum datang dari tadi siang di mana kami sama- sama makan bareng namun tempatnya terpisah jauh. Dan pada akhirnya mereka berdua kembali berkumpul bersamaan dengan teman- teman TI yang lain itu Ali Iqbal, Adi Permana, Johan Gunawan dan sisanya terdengar suara... ‘PUK..PUK..PUK..’ itulah Dicken Putra Kusuma yang baru saja turun dari lantai 5 dengan hentakan kaki yang menyentuh ke tiap bagian elevator cukup keras mulai terasa dari lantai 4 di mana kami duduk sampai dikomentarin serta tertawa kecil oleh beberapa teman TI, ‘Kok suara kakimu seperti mau gempa bumi saja?’ Suara dari mereka yang lagi tertawa pun terdengar saat saya memakai alat bantu dengar juga merasakan adanya hentakan keras dari kedua kaki Dicken yang besar itu. Semua terkumpul kembali bersamaan dengan pembagian buku fotocopi-an, ada beberapa teman belum kebagian fotocopi-an juga langsung meminta ke Qory sambil menyodorkan uang 20ribu itu, sedangkan Lisa di sebelahku kebingungan saat say bertanya padanya, ‘Kamu sudah dapat fotocopi ini?’ Lalu dia menjawab sambil mengangkat bahunya dengan perasaan gelisah karena dia belum mendapat fotocopi-an dari tadi pagi, ‘Yah, aku belum dapat. Orang temenku belum datang membawa fotocopi-annya malah.’ Kami menunggu dan menunggu sambil melirik ke arah jam tanganku sudah menunjukkan pukul 13.30 lebih, dosen Akuntansi, Bu Wiratmi belum kelihatan batang hidungnya dan satpamnya sibuk, mondar- mandir memperhatikan kegelisahan kami di lantai 4 yang cukup panas. Dia bertanya kepada salah satu teman TI, Ali Furqon, ‘Permisi, ada kelas apa hari ini? Dosennya belum datangkah?’ lalu Furqon menjawab saat dikerjain oleh beberapa teman TI yang ribut- ribut soal Dicken Putra Kusuma dan Eka Saputra yang kelihatan merasa kesepian itu, ‘Akuntansi pak, iya, dia belum datang dari tadi. Sudah 5 menit yang lalu pak. ‘ Pak Satpam itu mengiyakan apa yang dimaksud Furqon, langsung berjalan ke tempat teleponnya dan dia menelepon ke layanan dosen tersebut. Tiba- tiba dosen wanita yang baru muncul dari kejauhan di depan mataku yang tidak kelihatan itu, berjalan menuju ke ruang AR412 di mana ada Dear Debora lagi mendengar musik di Bbnya bersama Windy Nurbani dan Isna Oktaviani yang lagi asik ngobrol pun kaget melihat kedatangan Bu Wiratmi dan langsung melepas headset, bangkit di samping dosen itu, menunggu satpam membuka pintu depan kelas AR412, kami mengikuti jalannya tanpa berlarian lalu masuk ke dalam. Dosennya menunggu dari belakang hingga kami selesai dengan masuk kelasnya tanpa ada yang keluar kelas. Keributan mereda setelah kami duduk di tempat masing- masing di mana saya duduk di depan lagi sedangkan di samping saya itu kosong dan di sebelah kanan saya itu, Dyah Maharani Rahmadi yang terakhir masuk kelas karena habis dari kamar mandi. Dosen Akuntansi, Bu Wiratmi, memulai pembicaraan sambil menyalakan komputer dan Proyektornya, kami mendengar apa yang diomonginnya sambil mengeluarkan buku catatannya serta buku fotocopi-an yang sudah dibagikan. Termasuk saya juga, tanpa disadari kalau saya dikasih fotocopi-an yang sama dari teman- teman Davis Santoso atas permintaan Kevin Lim minggu kemarin, ‘Ya ampun, aku sudah mendapatkan ini. ‘ (melihat sebuah jilid-an fotocopi yang dioper dari Vicky Nurchmawati dengan kaget) Dia mengembalikan itu ke Kevin Lim dengan upaya membatalkan apa yang saya minta karena mereka tidak tahu kalau saya sudah meminta lewat Qory Andrianni. Pelajaran untuk pertemuan ke-3 dimulai dengan membuka lembaran fotocopi yang sudah didapat, ‘Tolong buka halaman ..... sekarang. ‘ Begitu Bu Wiratmi teriak di depan kami, dia tidak bangkit dari tulis untuk menjelaskan sesuatu dengan menuliskan apapun di papan tulis. Saya dari semula mengeluarkan bukunya dengan kebingungan, ‘Halaman berapa dy. ‘ (Sambil melihat teman sebelahku mulai sibuk membolak- balik jilid fotocopi karena bingung di mana halaman itu berada) Menunggunya, saya mulai sibuk melihat ke teman yang duduk di belakang itu Isna Oktaviani yang berada di sebelah kiri berserongan dengan saya dari baru saja keep halaman berapa gitu dan menunjukkannya ke arah saya dan langsung mencari di mana. Sudah membuka halaman baru, tulisannya bahasa Inggris semua yang hampir membuat sebagian teman TI jadi keliyengan kecuali saya hanya terdiam karena bingung sendiri bahkan menulis tanggal di buku catatannya. Setelah 25 menit berlalu tiba- tiba terdengar suara amarah dosen saat melihat ada teman cowok TI yang duduk di belakang sengaja tidak memperhatikan penjelasannya, malah memperhatikan ke arah buku saja. Kami mendengar dengan kagetnya lalu mencari siapa yang sengaja, namun tidak jelas di mana sumbernya yang saya lihat dengan mataku sendiri dan meneruskan membaca bukunya. Sambil mendengar penjelasan dosen, mencatat apa yang dimaksudnya dengan melihat milik teman sebelahku, Dyah Maharani, muncullah keributan dan kemarahan dosen saat melihat ada yang ngobrol dan ribut di kelas, ‘Kalau kalian tidak suka mata kuliah ini. Silakan keluar.’ Begitu Bu Wiratmi dengan tingkat amarahnya yang cukup keras sehingga yang duduk di belakang menjadi diam ketakutan ketika mendengar omelannya. Tidak ada tertawa atau cela- mencela dari beberapa teman TI saat ada yang dimarahin, semua jadi diam dan sunyi senyap saat mendengar amarahnya. 10 menit kemarahannya mereda, semua kembali belajar dan konsentrasi mendengar penjelasan Bu Wiratmi menjelaskan tentang Transaksi Jual Beli yang merupakan materi yang sering dipelajari di masa SMA namun hanya mengulang materi yang sama dan ada yang berbeda materi dari yang sebelumnya. Hanya saya saja cukup mengerti apa maksudnya namun tulisannya berbahasa Inggris semua, yang cukup membingungkan bagiku. Tiba- tiba Dyah bertanya sambil menunjukkan kalimat ini dengan tujuan karena disuruh dibacakan oleh Bu Wiratmi, saya kebingungan saat ditanyakan olehnya, ‘Kalimat ini artinya apa?’ Belum ada jawaban yang saya keluar karena sibuk memperhatikan kalimat demi kalimat untuk dapat menjawabnya, belum pernah merasakan saat ada yang dipanggil untuk membaca arti kalimat itu. Kemarahan dosen itu mulai menjadi- jadi karena tidak mendengar atau memperhatikan penjelasan dosennya kecuali ada teman cowok TI yang duduk di depan yang sangat tenang duduknya adalah Singgih Lomempow, yang satu- satunya yang bisa mendapatkan softcopy dari mana, jadi lumayan bisa membaca ringkasannya di aplikasi Adobe Readernya di dalam laptopnya, dia membantu menjawab kalimat demi kalimat setelah mengacungkan tangannya. Disusul pula oleh Muhammad Hanim Siregar juga tapi jarang menjawab pertanyaan karena tidak terlalu suka matakuliah Akuntansi namun terpaksa mengikutinya, dia tidak membawa bukunya karena tidak minta fotocopi-an pula. Satu- persatu dari 46 orang, dipanggil dosennya untuk menjawab kalimat dan artinya, lembar demi lembar pun dibolak- balik hingga berpindah halaman ...... Halaman yang kami sampai itu berisi soal latihan Akuntansi yang harus dikerjakan, kami semua berubah jadi bengong saat mendengar perintah dosen itu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya melihat Dyah terus- menerus upaya meminta penjelasan karena saya tidak mengerti, dibantu olehnya sambil menulis artinya di buku fotocopi-an saya dengan berduaan. Karena diberi soal latihan, kami mengerjakan di selembar kertas sebelum disuruh kumpul ke dosennya. Ketika melihat beberapa teman cewek TI yang duduk di belakang itu Vicky Nurchmawati, Dear Debora dan Isna Oktaviani lagi serius memberi garisan di selembar kertas sebelum memulai mengerjakan jawaban. Saya jadi ikut mengambil selembar kertas dari tasku, siap mengerjakannya. Hampir semua teman TI mulai serius mengerjakan tapi belum benar- benar serius menjawab soal latihan yang ada di buku itu, jadi sengaja mencontek ke teman sebelah bahkan di depan atau di belakang upaya mencari jawaban. Dosen, Bu Wiratmi, tidak memperhatikan apa yang sedang kami kerjakan karena sibuk mengecek komputer untuk cek absensi kelas TI ini walaupun sudah ada yang teriak- teriak di depannya tentang kehadiran kami sambil mengerjakan latihan tersebut. Waktu kelas ini tinggal 30 menit lagi, kami masih mengerjakan soal latihan kadang bisa menemukan jawaban yang pas, kadang tidak menemukan jawaban karena tidak mengerti artinya, jadi beberapa teman suka bertanya satu sama lainnya, terutama ke Lisa Melyani dan Melvina Yosephine, belum ada rasa kepedulian mereka dalam membantu menjelaskan karena terlalu fokus ke soal- soal yang berbahasa Inggris itu. Dosen sibuk memonitori kami dari depan dia duduk, membantu menjelaskan artinya sebelum kami hendak menjawab soal latihannya dan........soal yang dikasih olehnya dijadikan tugas pertama untuk kami. Kegalauan sekaligus keributan di kelas ini mulai terjadi karena kaget saat diberi tugas olehnya, ‘Tugasnya dikumpulkan minggu depan ya, dalam bentuk kertas folio dari soal latihan itu ya dan kelas kita selesai. ‘ Belum sampai  setengah 4 pun langsung bubar kelasnya, ‘Kok sudah selesai ya?’ saya bertanya kepada Dyah yang masih kebingungan karena tidak mengerti soal berbahasa Inggris ini, ‘Iya, sudah selesai Chris. ‘ jawabnya dengan anggukan pelan. Tanpa merasa bingung setelah dosennya keluar kelas, disusul oleh teman- teman Hore- Hore serta Maria Tysna Danielle dan Melvina Yosephine dan terakhir pula dengan Lisa Melyani dan teman- teman baik Davis Santoso yang kelihatan buru- buru keluar, saya sengaja memanggil Isna yang baru saja selesai bertanya kepada Bu Wiratmi bersamaan dengan Singgih Lomempow, ‘Na, ajarin dong Akuntansi ini. Aku ga ngerti nih. ‘ lalu Isna menjawab, ‘Oke, tunggu sebentar yaa.. ‘ (sambil membereskan buku serta peralatan tulis dan sibuk ngobrol dengan Dear Debora yang mau ke kamar mandi) Tak lama kemudian Isna mulai mengajariku untuk tugas pertama Akuntansi yang sudah dia kerjakan di kertas itu, saya sambil memperhatikan apa yang ditulisnya di kertas saya. Sedangkan beberapa teman TI yang sudah beberes tas dan keluar bersama- sama hingga tinggal sedikit palingan saya dan Isna, sisanya ada Windy Nurbani yang sibuk dengan hpnya, Dyah Maharani Rahmadi langsung keluar setelah melihat 4 orang teman Juwita keluar. 15-20 menit kemudian bersama Isna dalam belajar Akuntansi yang cukup memusingkan itu akhirnya selesai dan saya pun mengerti bagaimana caranya. Dear Debora yang lama di kamar mandi itu kembali ke kelasnya, saya langsung bersiap pulang setelah mengucapkan terima kasih padanya.
          Selama istirahat di minggu pertama bulan Oktober yang cukup menegangkan adalah tugas Akuntansi yang diperintahkan oleh dosen minggu sebelumnya, lucunya hampir semua teman TI pada ngerjain tugasnya di kantin hanya setengah pun. Di kantin walaupun saya tidak makan bareng Lisa dan teman- temannya, karena saya tidak menyangka kalau mereka sudah keluar duluan. Saya tidak mau mempermasalahkan, semua hanya pertama kali saya bertemu dengan mereka. Saat itu, setelah kelas Bu Eva yang cukup pusing oleh Quiznya dan akhirnya bisa istirahat dengan makan siang. Saya langsung keluar kelas setelah mengumpulkan jawaban kuis yang lumayan sulit itu, menyusul Lisa namun dia sudah tidak tampak batang hidungnya, saya kebingungan mencari ke mana padahal sudah tahu bahwa dia ada di kantin bersama teman- temannya. Tiba- tiba saya melihat ada teman- teman Juwita yang hendak ke kamar mandi setelah saya menemui Dyah Maharani Rahmadi yang tengah diam mengikuti Rofiatul Koramah dan Qory Andrianni ke sana juga. 10 menit kemudian saya akhirnya ikut mereka untuk makan siang di kantin dalam kampus sebelum kelas berikutnya. Tidak terasa bahwa saya masih bisa makan siang bersama mereka berlima dan saya tidak lupa akan pertemuan saya dengan Ci Vrisca Fau dan Ka Iind Desmita Nathalia, yang barusan lewat di depan kami yang lagi makan terus berbelok ke samping kanan menuju ke meja kosong. Disusul pula oleh Kak Edward Guustaaf dengan topi baret abu- abunya dan Ka Izzatul Ilah bersama 2 cowok TI yang tampaknya saya kenal pas di UKM CC sebelumnya. Saya memutuskan makan sampai habis daripada banyak bicara ketika melihat Juwita, Vicky, Fia lagi habis jajan makanan nasi di tempat penjualan makanan itu kecuali Dyah dan Qory hanya membawa bekal dari rumah, padahal saya hanya bisa makan bareng mereka setelah lama menunggu. Di kantin yang cukup ramai, lewatlah 2 orang cewek TI yang hendak makan siang, Maria dan Melvina, yang tengah sibuk mencari meja yang tersisa dan langsung dapat lalu duduk di tengah- tengah secara berhadapan. Tidak hanya mereka berdua saja, ada pula 3 orang cewek TI yang lainnya itu Dear Debora, Windy Nurbani dan Isna Oktaviani tengah mencari meja yang masih tersisa, bersebelahan dengan meja Maria dan Melvina kemudian duduk dan makan santai. ‘Ya ampun... Asyik sekali saat ini juga ya, kenapa tidak bisa makan seperti biasanya kok suka terpisah- pisah....?’ (sambil melihat kondisi di mana mereka lagi makan dengan kebingungan) Selama di kantin cukup penuh dengan beberapa teman- teman TI yang terpencar di mana- mana, sehingga teman- teman dengan jurusan lain hampir tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa pulang bahkan makan di kantin luar. Di sisi lain oleh 2 teman FIRE saya, Sarah Yuli Yanti dan Erni Yesie, yang cukup mengejutkan saya adalah mencari meja makan yang masih kosong dengan arah yang jauh dari kami, namun mereka tidak melihat saya lagi makan, malah menyapa Maria yang lagi makan. Mereka sengaja makan berduaan setelah memindahkan bangku yang tersisa ke meja yang tersisa satu, ‘Lucu sekali mereka ya.. hihi...’ (pikir saya seolah- olah melihat tingkah mereka yang lagi mengangkat bangku yang berat untuk digeserkan ke meja) Dan saya juga sengaja melihat teman- teman Akuntansi yang ada Kak Andri Zefanya lagi asyik makan sambil ngobrol, untungnya teman- teman saya berlima itu tidak bertanya atau gimana bahwa saya lagi melihat dia satu- satunya karena masih lagi makan setelah saya selesai makan dan cuci tangan. Menunggu mereka selesai makan siang itu sangat lama, namun tidak masalah. Saya teringat kembali saat melihat kakak Senior yang baru saja lewat ke sana lagi memesan makanan, saya sengaja berlari kecil ke arah mereka dan nyamperin, ‘Haoiiiii....’ Saya mengejutkan Ci Vrisca yang lagi meletakkan makanan di meja kanan pun kaget, ‘Iyaa, haiii chris.. Udah makan?’ lalu saya menyapa lagi ke Ka Iind yang masih duduk, menunggu pesanan, ‘Chris, kamu ga makan? Uda selesaikah?’ Dengan perasaan senang saat mendengar mereka bertanya, ngobrol sebentar sambil mereka makan tapi tidak enak kalau meninggalkan teman- temanku berlima yang berada di pojokan jauh itu, jadi saya berdiri untuk memeriksa apakah mereka masih ada di situ. Sudah cukup lama ngobrol bersama Ka Iind, Ci Vrisca Fau dan Ka Ilah yang lagi makan serta dengan teman- teman cowok TI juga ikut memesan makanan yang sama kayak mereka namun dalam porsi banyak, saya bangkit dari bangku karena merasa tidak enak kalau harus nganggu mereka lagi makan, saya pamit untuk kembali ke tempat yang tadi sambil nyamperin ke Isna yang lagi makan bersama Dear dan Windy yang sama- sama membawa bekal dari rumahnya. Lalu berpindah sebentar ke mejanya Maria dan Melvina, saya tidak sengaja mencicipi makanan jajanan milik Melvina. Belum 1 jam berada di kantin, saya kembali ke tempat Juwita yang tadi baru saja selesai makan siang dan lagi ngobrol satu sama lain dan bersiap- siap keluar dari kantin ini dan naik ke lantai 3 karena ada 3 orang mau shalat dulu, maka saya dan Juwita menemani mereka di dalam musholla. Sambil menunggu mereka shalat, kami tidak bisa masuk ke dalam, hanya bisa duduk di dekat pintu masuk saja dan saya sengaja meminjam jawaban Akuntansi milik Juwita yang lagi sibuk meminta kertas folio yang berisi jawaban Akuntansi untuk dikumpulkan, saya memeriksa punyaku dan punya dia upaya kalau ada kesalahan bisa diperbaiki gimana. 10 menit, 15 menit mereka masih shalat sebelum bersiap- siap untuk masuk kelas lagi. Saya melirik ke arah jam tangan yang sudah tinggal 5 menit waktunya dan masih dalam pemeriksaan jawaban Akuntansi bersama Juwita di dalam musholla itu. Tiba- tiba ada suara aneh terdengar lagi dari luar pintu musholla, saya jadi kuatir kalau sudah harus kelas. Tak lama kemudian mereka selesai shalat, kami pun bersiap keluar dari sana dan menuju ke lift untuk naik ke lantai 4 namun tidak jadi. Di saat saya bersama mereka, saya tidak menyadari di belakang saya ada yang mencolek- colek sekaligus memukul pelan mengejutkan saya, ‘Iya...’ saya menoleh ke belakang, mengira Fia yang memukul ternyata teman Fikom ’12 yang saya kenal dari sejak Kalbisphere-days, Cita Suci Auliah dengan mungil badannya menyapaku. Saya jadi kaget dan hampir lupa tentang dia. ‘Haii, lagi ngapain???’ dia bertanya, saya menjawab, ’Iya, mau kelas aku chi. Kamu sendiri mau ke mana? Ga kelas?’ Uchi dengan gaya yang lucu saat menjawab pertanyaan, ‘Kelas apa? Iya sama aku juga ada kelas ntar. ‘ lalu saya menjawab, ‘Kelas Akuntansi. Oke aku duluan ya. ‘ Tiba- tiba ada yang turun jalan di eskalatornya, Kevin Niasta, dengan tangan memegang kertas folio jawaban Akuntansi yang belum dibuat, mencari kami... ‘Pinjam dong jawaban akuntansinya. Gw belum buat nih. ‘ (sambil mengobrak- abrik kertas folio dari kami berenam dan mengambil milik Qory) Namun saat itu, Qory lagi tidak ada bersama kami setelah shalat tadi. Kami jadi kebingungan dan panik sedikit melihat tingkah Kevin itu bersama Adinda langsung naik ke lantai 5 sambil berlarian. Kami berlima naik ke atas, bertemu lagi dengan beberapa teman TI yang ada Lisa Melyani beserta teman- teman Davis Santoso, menunggu sambil mengobrol ria kecuali Lisa hanya duduk di lantai dengan kakinya terdengkur, merasa sendirian. Saya sengaja nimbrung ke arah Lisa bersama mereka itu dan tak lama kemudian disusul pula oleh teman- teman cewek TI itu, Disya, Anis, Nurul, Dewi dan Tantri bersamaan dengan Maria dan Melvina. Lagi- lagi saya melirik ke arah jam tanganku yang sudah menunjukkan jam 13.40, dosennya tidak datang- datang beberapa menit yang lalu. Satpam yang berjaga di lantai 4 kebingungan melihat kami menunggu, sedangkan teman- teman yang lain sudah pada kelas duluan dari awalnya. Sudah lewat 30 menit, ‘Biasanya kalau sudah lewat 30 menit, dosen dikatakan tidak boleh ngajar setelah kami menunggu. ‘ kata- kata itu yang pernah dikasih tahu oleh siapa gitu masih terngiang- ngiang di benak saya. Saya menunggu bersama mereka, tiba- tiba ada cowok TI namanya Ali Iqbal menyuruh kami turun ke lantai 1 dengan upaya tidak ada kelas dan disuruh pulang. Kami kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa, bisa- bisanya mengikuti perintahnya untuk turun lewat eskalatornya tanpa harus melaporkan diri ke siapa- siapa. ‘Emang tidak ada kelas? Ada yang ngasih kabar?’ Begitu ada beberapa teman pada teriak- teriak di depannya dan Adi Permana yang juga menyuruh kami pulang karena tidak ada kelas. Setiba kami di lantai 1 dan bingung mau ngapain karena tidak ada kelas benar- benar padahal kami sudah mengerjakan tugas mandirinya untuk dikumpul dan tugas- tugasnya masih ada di tangan Qory Andrianni kemudian dipindahkan ke Adinda untuk langsung ke ruang dosen dan mengumpulkannya. Sedangkan Lisa yang tadi bersamaku saat turun ke lantai 1 langsung balik bersama teman- temannya tanpa menunggu ada kelas UKM CC jam 4 sore, Maria dan Melvina juga ikut pulang karena sudah kecapekan setelah diisengkan oleh Joes dan David Meibert. Sisanya hanya kami berempat kecuali Juwita dan Vicky yang lagi pergi ke luar dan ditambah oleh Disya, Anis, Tantri, Nurul dan Dewi berjalan ke Kantin untuk beristirahat duduk di bangkunya. ‘Bosennyaaaa..... Ngantuk sekali aku...’ Rofiatul Koramah ‘Fia’ yang mulai mengeluh pada kondisinya sekarang sambil mendengkur kepalanya di atas meja, Dyah juga melakukan hal yang sama dengan Fia dan Qory lagi sibuk BBM-an. Saya duduk dan mulai merasa bosan dengan diri saya sendiri, saking mengecek BB yang sudah mau low baterainya lalu melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 14.15 lalu minum air putih karena haus dan ingin pulang sebelum ada UKM CC nanti sore namun masih bingung mau ikut apa engga. (sambil melihat keadaan sekitar di kantin dengan pusing kepala) Tiba- tiba ada 3 orang cewek TI masuk ke kantin itu Isna, Dear dan Windy, mereka itu duduk bersebelahan dengan tempat duduk kami. Dengan perasaan lemes, Dear tiduran sambil mendengkur kepalanya ke samping lalu mendengar musik dengan headsetnya, sedangkan Windy mengeluarkan suatu benda asing buat foto- foto, dia sengaja memotret Isna dan Dear yang lagi ngapain. Teman- teman yang duduk di sebelahku menoleh ke arah mereka dengan perasaan heran dan tidak menanggapi apa yang sedang mereka lakukan karena sudah kelelahan. Beberapa menit kemudian, Disya bangkit karena harus pulang sama Tantri, saya memperhatikan mereka yang kelelahan melambaikan tangannya ke arah kami dan keluar. Lalu saya bangkit dari tempat duduk dan mampir ke tempat 3 orang cewek itu sebentar sebelum saya bersiap untuk pulang, saya tidak menyadari kalau mereka sengaja mengajak saya untuk foto sekalian. Setelah itu, saya pamit untuk pulang dan tidak lupa menitipkan pesan kecil ke Dyah untuk sms ke saya tentang UKM CC nanti sore, ‘Dy, kamu ikut UKM CC ga?’ saya mulai bertanya padanya, lalu dia menjawab saat saya berbisik di depan telinganya, ‘Kayaknya ikut sih, Chris. Kenapa? Kamu ikut kan?’ (dengan penuh berharap) Saya menjawab dengan kebingungan karena capek, ‘Kayaknya iya, nanti sms aku ya kalau kamu jadi ikut itu. Aku harus balik ke rumah dulu ya. Daaa.. ‘ Keluar dari kantin, berjalan ke lobby dan duduk di sofa warna hijau tua besar itu tiba- tiba dismsin oleh Juwita untuk mengajak main ke rumahku namun beberapa menit kemudian tidak jadi karena saya sudah di rumah dan tidak bisa janji untuk menunggu sampai dia balik ke kampus. 1 jam kemudian, saya ke kampus lagi untuk CC. Saya datang dengan perasaan lelah padahal sudah istirahat dengan tidur sebentar. Sesampai di kampus, naik ke lantai 5 dengan liftnya dan menuju ke AL502, yang saya lihat di dalam ternyata............ ‘Kok dikit banget ya yang datang?’ (sambil melihat sekeliling kelas ini) ‘Ke mana ya Juwita?’ (bingung saat mengamati teman satu- persatu namun tidak kelihatan mukanya) Dengan lemesnya, saya berjalan ke baris keempat di samping kanan dan duduk sendiri karena yang di depan sudah penuh, lalu tiba- tiba di belakang saya, Chandra Kurniawan memanggil saya, ‘Chris, duduk di depan aja. Yang di sebelah Singgih itu. Pindah saja sana. ‘ (sambil memberi petunjuk di depanku) Dan saya memutuskan duduk di depan dan duduk di sebelah Singgih yang lagi mengutak- atik laptopnya dengan serius. UKM CC dimulai seperti biasa, pengajarnya Kak Jihan dan dibantu oleh ketua CC-nya, Kak Bismo, kami mulai mengerjakan latihan praktikum tentang web sedikit demi sedikit, saya sendiri dibantu oleh Singgih sambil menunjukkan tulisannya lewat ketikan. Dari pukul 16.30 sampai jam 18.00 yang sudah didatangi oleh kakak Senior TI angkatan 2010, Ci Vrisca Fau yang lagi membaca novel sambil memonitori pekerjaan kami, lalu Kak Made yang sibuk memperhatikan kami dari sampingnya dan mulai asyik bercandaan dengan Kak Bismo dan 2 orang cowok TI itu. Tak lama kemudian kelasnya selesai dan yang membuatku teringat adalah ada doa malam bersama FIRE’s yang sudah saya diberitahu oleh Juwita namun sampai sekarang tidak ada kabar, saya BBM-an dengan Hanna malah pending dan sms Kak Andri ternyata tidak ada respon sama sekali, maka saya langsung pulang dengan perasaan kecewa.....
          Kembali lagi ke hari Senin, minggu kedua bulan Oktober, saya tidak mau mengingat lagi kejadian minggu lalu yang ada doa malamnya. Di saat istirahat setelah makan siang bersama Juwita dan 4 orang teman TI saya, habis shalat di lantai 3 dan naik ke lantai 4 menunggu kelas Akuntansi. Keasyikan ngobrol dan bercanda bersama mereka termasuk ada Lisa yang duduk di sebelahku sendirian, tiba- tiba saya melihat ada seorang teman dari jurusan FiKom ’12, Hanna Naomi Kojongian lewat menjauh di depanku sendirian, dia menyapaku. Saya membalas sapaannya lalu memanggilnya untuk mau ngomong sesuatu, ‘Na, nanti malam ada doa malam lagi ga?’ Saya mulai bertanya di depannya dengan pelan- pelan, dia membalas pertanyaanku, ‘Ga ada kok. Edwin yang bilang tadi, Chris. ‘ Saya langsung mengangguk untuk menyakinkan kalau benar- benar tidak ada. Kami langsung ‘TOS’ sebelum Hanna kembali ke teman- temannya, dia sudah disamperin oleh teman Fikom lainnya, yang tidak saya kenal siapa dan mereka langsung berlari meninggalkanku. Tak lama kemudian, dosen Akuntansi datang kami langsung ngoca- ngacir dan berlarian ke kelas AR412 terutama pada Dewi Kurnia yang lucu gayanya saat masuk kelas sambil berebutan dengan Disya dan Anis. Di kelas Akuntansi, saya sudah minta Juwita booking untuk bisa duduk di depan demi bantuin saya bersama Dyah yang duduk di sebelahnya. Dan apa yang telah saya rencanakan kepadanya untuk minggu ini sukses juga. Sudah berada di kelas untuk pertemuan ke-4 dimulai seperti biasanya, Bu Wiratmi menjelaskan tentang pembuatan laporan Akuntansi bagaimana, lalu menjelaskan tentang jurnal Akuntansi di depan kami lewat buku jilid fotokopi-an Akuntansi yang sudah didapat pada sebelumnya. Semakin lama semakin bosan saat mendengar penjelasan dosen, terutama oleh teman- teman cowok TI yang duduk di belakang ada yang main ribut sampai ada yang mengantuk. Setelah 1 jam lewat, sama halnya seperti pada minggu sebelumnya kelasnya sudah kelar dengan cepatnya namun kami sengaja diberi tugas kedua lagi untuk membuat Jurnal Akuntansi. Mendengar apa yang diminta oleh dosen, Bu Wiratmi, kami langsung pusing kepalanya, ‘Tugas lagi...tugas lagi....’ Namun dosennya tidak peduli, langsung keluar kelas meninggalkan kami yang masih kepusingan itu. Saat itu, saya juga kaget mendengar Dyah bilang ada tugas lagi, ‘Iya ada tugas. Bikin laporan Jurnal. ‘ (sambil menunjukkan halaman ini dan itu terus melipat ujung atas jadi bentuk segitiga kecil) ‘Oke deh... Dibuat di folio kan?’ Saya bertanya lagi padanya dan dia langsung mengiyakan pertanyaanku. Tak lama kemudian, kami juga mendapat pembagian hasil tugas pertama yang sebelumnya itu dari Adi Permana. Melihat nilai Akuntansi, saya langsung menyakinkan diri dan kembali membereskan buku catatan dan buku Akuntansinya, lalu keluar kelas bersama Dyah untuk persiapan UKM CC.......

*****

EASY SUBJECT: INTRODUCTION TO COMMUNICATION AND TECHNOLOGY
        Masuk siang untuk kuliah TIK yang diajarkan Pak Lufti kadang membuat teman- teman TI ada yang senang, kadang ada yang malas. Ada sedikit alasan yang membuat beberapa teman tersebut malas datang siang adalah panas, malas gerak/jalan ke kampus, tak terkecuali dengan saya. Saya masih bisa kuliah siang hanya bisa bolak- balik dari rumah ke kampus hanya ikut Morning Prayer walaupun tidak ada kelas pagi, jadi lumayan bisa ngobrol dengan Kakak Senior sedikit. Pada hari Selasa Minggu kedua, saya teringat ajakan dari Ka Iind Desmita Nathalia, untuk makan bareng sebelum dia ada kelas jam 10. Saya jadi bersemangat untuk ke kampus walaupun sedikit malas, tapi masih bisa ikut MP dan ngobrol bentar dengan Kak Andri dan Kak Indah di ruang AR310 tentang buku Akuntansi. Setelah MP selesai, teman- teman FIRE’s ada kelas jadi harus keluar duluan dan saya masih bisa santai sedikit sebelum hendak bertemu dengan Ka Iind dan Ci Vrisca Fau untuk makan bareng di hari ulang tahunnya Ci Vrisca. Di lantai 4, kami bertemu kembali setelah beberapa hari tidak ketemu, lalu duduk di lantai, membuka tutup bungkusan kotak merah yang dii dalamnya berisi kue coklat yang berbentuk bulat itu dan kami mulai berpesta sedikit di depan ci Vrisca sambil bertepuk tangan kecil, disusul oleh 2 orang teman baik ci Vrisca, mereka itu Ka Ilah dan Ka Viki, ‘Haiii Christyy... ‘ mereka menyapaku di depanku, sedangkan Ka Viki mulai minta kenalan sama saya terus ngobrol sebentar sambil makan sepotong kue coklat tersebut. ‘Senangnya bisa bertemu dengan mereka akhirnya....’ (dengan perasaan senang) 30 menit bersama mereka cukup menghibur diriku sebelum mereka hendak kembali ke kelasnya masing- masing dan saya bersiap pulang daripada harus menunggu sampai jam setengah dua.......... Berpindah ke jam sebelum kelas Pak Lutfi, saya sudah tidak perlu memikirkan untuk buru- buru berangkat seperti halnya pada pagi hari karena saya masuk siang. Tidak pernah saya lupa adalah BBM dengan Lisa Melyani yang sekarang ada di mana, ‘Lis, kamu di mana? Sudah di kampus?’ namun BBMnya masih bertanda ‘D’ dan belum diread sama dia, ‘Yaudahlah, kayaknya lagi di jalan kali.....’ Pikir saya, lalu bersiap- siap dengan pakaianku dan tas berisi buku tulis serta peralatan tulis dan berangkat. 10 menit di jalan, saya sampai di kampus seperti biasanya untuk kedua kalinya lalu saya berjalan kaki di tengah kampus yang sepi, 2 orang satpam masih menjaga di depan lobby sengaja menyapa kedatangan saya. Begitu saya masuk ke dalam, tampaknya ada seorang teman dengan badan yang mungil dan sebagian rambut dikuncir di tengah sedikit, yang lagi nunggu di lobby yang sepi itu. ‘Hmm.. Sepertinya aku telah mengenalnya. ‘ (sambil memperhatikan penampilannya di balik tas warna krem kecoklatan kotak- kotak) Tiba- tiba seorang tersebut berbalik arah saat melihat kedatanganku, ‘Haiii Christy.’ Dia itu Lisa Melyani yang baru saja sampai dan lagi nunggu teman, ‘Haii lis. Lagi ngapain? Nunggu siapa?’ lalu dia menjawab, ‘Ya, lagi nungguin Davis. Dia ada di toilet. ‘ Saya hanya mengangguk ‘Oohh..’ Tidak kepikiran untuk menemaninya dulu sebelum naik ke lantai 4 bersama- sama, akhirnya Davis keluar juga dan mengikuti saya dan Lisa naik tangga panjang itu menuju ke lantai 4. Tiba- tiba ada suara orang berlari di belakang kami, Dewi Kurni Anggraeni, yang satu- satunya tidak mau telat kelas siang. ‘Haiii kalian... Belum mulai kan?’ Dia mulai bertanya dengan terengah- engah karena habis berlari. Lisa menjawab langsung saat menoleh kedatangannya, saya hanya tidak mengerti apa yang dia ngomongkan setelah menolehnya. ‘Belum, wi. Kami baru datang kok. Hehehe...’ Dewi akhirnya menghembuskan rasa lega setelah sampai di kampus. Saya jadi tertawa kecil melihat kelucuannya, sedangkan Davis hanya diam dan berjalan di depan, kami bertiga mengikuti sampai ke lantai 4 dengan eskalatornya. Setiba di lantai 4, suasananya masih sepi kecuali hanya ada Disya, Anis dan Tantri bersama Ali Iqbal, Johan, Adi yang lagi duduk di lantai, ngobrol demi menunggu kelas TIK. Disusul pula oleh Vicky, Fia, Qory tanpa Juwita dan Dyah. Kami berkumpul kembali seperti biasanya, belum banyak bicara. Lalu di sudut kejauhan dari kami, ada Isna bersama Dear dan Windy tampak lagi duduk ngobrol bertigaan di dekat pintu kelas AR412 padahal matakuliahnya di kelas AR410. Setelah Juwita datang menyusul sendiri kemudian Melvina bersama teman TI cowok yang berbaik hati mau mengantarnya, David Meibert itu. Singgih baru saja turun sendiri dari lantai 5 yang belum pernah saya lihat pada minggu kedua, ada pula dengan Dicken yang baru muncul tiba- tiba dari lantai 3 bersama Dhanang, Grady, Izhhar dan Faris lalu berjalan ke kamar mandi sebentar. Tak lama kemudian jam tanganku yang sering ditanya- tanya oleh Tantri dengan perasaan cemas sekaligus bete, ‘Eh, jam berapa sekarang sih?’ saat saya lagi mengecek lokasi kampus di Foursquare setelah Wifi untuk di BB diaktifkan namun tidak mau minta konek sampai sengaja mengupdate masalah itu ke Twitter sekalian. Tiba – tiba jadi dimention reply oleh Kak Debby Devina, ‘Kalau mau konek ke wifi kampus ini, harus registrasi dulu. Hehehe.. ‘ saat membaca mention reply darinya, saya jadi ngeh dan berpikir karena baru ingat kalau kalbisphere saya tidak bisa dilog-in. Saya membalas mention reply dia, ‘Oo gitu ya, oke deh. Makasih ya buat infonya. Cuma saya ada masalah dengan kalbispherenya, ga bisa dilog-in gitu. (dengan perasaan sedih)‘ Ngobrol dengannya hanya sebentar walau sinyal di kampus kurang bagus jadi telat ngirim mention replynya. Teman- teman yang sudah hampir terkumpul masih bisa ngobrol sedikit walau belum jadi teman baik. Saya duduk di dekat Lisa yang sibuk BBM-an, begitu juga dengan yang lain bersamaan datangnya Juwita di depan Vicky. Ketika saya lagi mengecek BBku, Qory memanggilku dan menanyakan, ‘Kamu mau bayar 20ribu ga? Buat bayar fotokopi-an Akuntansi yang kemarin itu...’ Saya setengah kaget saat dipanggil olehnya, ‘Oh ya...’ tiba- tiba saya teringat sesuatu yang sudah dijanjikan oleh Joes untuk memberikan saya fotokopi Akuntansinya, saya berpikir panjang sebelum membayar. Qory sibuk meminta bayaran dari beberapa teman TI termasuk sebagian teman cewek yang mau membayarnya dan yang cowok belum sebagian karena ada kemalasan untuk belajar. ‘Gimana ya? Gimana yaa?’ Tidak habis pikir sebelum Pak Lufti datang, saya langsung mengeluarkan uang kertas senilai 20 ribu, bayar ke Qory itu. Sambil memeriksa note kecil miliknya, nama- namanya sudah terdaftar hanya beberapa teman saja dan belum keseluruhan yang mau karena dibagi kelompok untuk fotocopinya. 10 menit berlalu dari jam setengah dua, dia baru datang tanpa memperhatikan kami ada di pojok jauh darinya. Dia masuk ke dalam kelas AR410, disusul oleh Isna dan 2 orang itu kemudian kami di belakang mereka. Seperti biasa, kami masuk kelas tanpa menyapa dosen yang sudah duduk duluan sambil menyalakan komputer lalu kami duduk dengan pelan- pelan. Lagi- lagi saya duduk di depan seperti biasa, Tantri duduk di belakang saya, ‘Sedihnya.....’ (pikir saya dengan ekspresi kecewa saat melihat dia sengaja pindah tempat) Dia tidak ngomong apa- apa kecuali hanya melihat saya dengan tersenyum) Menunggu beberapa teman TI yang berniat menemani saya di depan, terutama pada Dyah yang lama sudah saya sms dan belum dibalas sama sekali. Isna sengaja duduk di depan lagi bersama saya, diam- diam berubah jadi sumringah akan kehadirannya di depan, Dear duduk di sebelah Isna sedangkan Windy duduk di baris kedua depan dekat dengan Dear, tiba- tiba Dear langsung keluar sebentar, hendak ke toilet bersama Isna yang di belakang menyusul. Saya jadi heran melihat tingkah mereka itu, kelasnya dimulai materi pertemuan kedua hanya teori semua. Walaupun hanya sekedar materi yang dijelaskan Pak Lufti, ada yang mengantuk bahkan tidak serius mendengarnya, langsung mencatat ringkasan yang ada di slide. Tak lama kemudian Dyah datang telat, masuk ke dalam dan memberi salam ke dosennya lalu duduk di sebelahku lagi. ‘Haiii.. ‘ menyapa biasa di depanku. ‘Kok telat kenapa?’ dia menjawab dengan kesal sedikit, ‘Jalannya macet Chris.’ Saya hanya mengangguk tanpa bertanya lagi dan kembali ka materinya dan mencatat beberapa, Dyah sibuk mengeluarkan buku file dari tasnya, meminjam catatan ke saya karena sudah ketinggalan beberapa slide. Menunggu dia selesai mencatat dengan gesitnya tanpa banyak ngomong, saya memperhatikan penjelasan Pak Lufti yang sungguh cepat dan komat- kamit di bibirnya sehingga beberapa teman TI ada yang mengerti palingan dalam bahasa Indonesia terjemahan dosen dan masih ada bahasa Inggris di semua slide materinya dan mereka tidak mengerti maksudnya apa. Saat dosen memberi pertanyaan, tidak ada yang menyimak karena pusing dengan tulisan- tulisan yang berbahasa Inggris kecuali Singgih dan Hanim yang serius memperhatikan materi sehingga mampu menjawab pertanyaannya tanpa mencatat sedikitpun, Eka juga apalagi yang seolah- olah membaca tulisan langsung mencatat secara singkat seperti sudah tahu maksud apa. 10 hingga 15 menit bersama dosen itu yang lumayan melelahkan karena capek mencatat ringkasan pendek di setiap slide dan slide yang berganti terus yang hampir membuat kami ketinggalan catatan sedikit. Sebelum jam istirahat dimulai, kami disuruh oleh dosennya untuk mencatat arti dari berbagai singkatan yang lumayan banyak itu. ‘Catat semuanya dalam waktu 10 menit, dimulai sekarang. ‘ Dengan kegemporan, kami mencatat satu- persatu arti dari singkatan itu berikutnya itu, saking melihat catatan punya Dyah yang sudah mencatat beberapa dan Isna juga. Saya dengan buru- buru mencatat semuanya sebelum waktunya habis dan slidenya akan diganti. ‘Aduuhh,, kecil sekali tulisan itu.. Aku tidak kelihatan. Perbesarin tulisan pak.‘ Ada beberapa teman sengaja ngambek ke bapaknya yang lagi mondar- mandir du dejat jendela tidak mendengar hirauan mereka tersebut, padahal yang di slide itu hanya gambar yang mencakup tentang arti dari singkatan itu. Ada yang tertawa mendengar kelucuan, ada yang marah bahkan frustrasi saat mencatat dengan buru- buru di buku file masing- masing dan.......slide mulai terganti oleh dosen. ‘Yaaaaahhh, belum selesai ini paaak. Kembalikan itu dulu. ‘ Kengambekan pun mulai melanda dan memecah suara seisi kelas ini. ‘Hahahahaha... ‘ dosen itu tertawa mendengar mereka ngambek, ‘Sudah berapa yang kalian catat?’ Ada yang menjawab ‘Sudah 15 pak’, ‘Tinggal dikit lagi selesai pak. ‘ dan seterusnya dari beberapa teman dan langsung tertawa terkekeh- kekeh mengingat kelucuan tadi upaya melepas rasa bosan. Termasuk saya juga, setelah menghitung jumlah yang tercatat, ‘Hanya 16 nih... Kalau kamu berapa?’ sambil melihat kepunyaan Dyah. ’15 chris’ (dengan kecewa kecil lalu tertawa ‘Haha’ ) kemudian ke arah Isna yang baru melihat catatan saya, ‘Kamu berapa na?’ lalu dia menjawab, ‘Sama kayak cici, 16 ‘ padahal tulisannya rapi dan jelas dibaca. Jam istirahat dimulai, semua pun keluar kecuali saya dan beberapa teman TI yang mau santai dengan laptop dan games NDS itu. ‘Chris, kamu ga keluar kelas? Aku mau shalat dulu yaa.. ‘ lalu saya berpikir mau ngapain keluar di saat cuaca yang tidak mendukung seperti itu, ‘Engga dyah, di sini aja. ‘ Kelas yang cukup dingin sekali, membuat badanku hampir membeku sedikit sehingga saya berlarian ke kamar mandi. Setelah Dyah keluar bersama Fia dan Qory ditemani Vicky dan Juwita ke Musholla di lantai 3 itu, saya keluar dari kamar mandi, secara tidak sengaja saya bertemu dengan Kak Agung Mulyadi lewat bersama Kak Gustaaf Andriannus Walangitang dan Kak Edo menyapaku. Kak Agung sengaja main tos-tosan sekali sama saya, ‘Tos dong.’ Saya langsung ‘TOS’ dengan kakak itu sambil tertawa. ‘Okee, duluan yaa.. ‘ Dia bersama mereka berdua pamit untuk kembali ke kelasnya, ‘Oke kak. ‘ (dengan tersenyum) Namun saya tidak melihat keberadaan Kak Andri sekarang di mana, ‘Mungkin lagi kelas kali sama mereka yang tadi. ‘ Saya kembali memeriksa ada BBM atau SMS di BB, lalu kembali ke kelas upaya ngobrol dengan bapaknya sebentar. Saat di depan bapak yang lagi mengecek materi di PPT dan yang lainnya, mulai menyapa kedatanganku, ‘Hai vant. Ada apa?’ lalu saya dengan tersenyum, ‘Tidak apa- apa pak. ‘ saya memulai pembicaraan kecil dengannya, ada Singgih yang duduk sendirian sambil main games di NDSnya. Saya sengaja melihat apa yang dia mainkan, ‘Ya ampun...malah main games segala. ‘ komentar saya di depan Singgih yang keasyikan main pun tertawa dengan heran saat mendengar saya berbicara padanya, ‘Ya, males keluar kelas. Mending main ini saja. Haha..’ dia main games sambil mendengar lagu di HPnya. Sedangkan di belakangnya, ada Dhanang, Izhhar, Faris yang lagi main games di laptop dan Dicken hanya mondar- mandir tidak jelas lalu main games bersama mereka itu. 30 menit hampir berlalu dan hampir berakhir masa istirahatnya, semua termasuk teman cewek kembali ke kelasnya dan disusul oleh teman cowoknya. Materi lanjutannya dimulai seperti biasa tanpa ada tugas, kami terus- menerus mendengar penjelasan bapak dalam terjemahan Indonesia berganti Inggris itu, saya mencatat ringkasan lewat buku file punya Isna dan Dyah bergantian kalau ada yang ketinggalan slide di PPT. Dari jam 4 sore hingga jam 5 lebih, kelasnya langsung bubar karena takut hujan di luar maka kami semua cepat- cepat pulang tanpa harus menunggu....

*****

NEED MORE LOGIC?? A CRITICAL THINKING LOGIC
        Berikutnya hari Rabu, sehabis MP bersama Kak Andri sebagai leader tanpa Ka Grace karena sakit dan bersama FIRE’s baru dalam 2 minggu itu. Saya keluar hanya sendirian, cuma Maria dan Juwita tidak datang. L Lalu saat saya menginjak di lantai 4, sudah cukup ramai dengan teman- teman TI dan jurusan lain, saya mencari keberadaan mereka di mana. Setelah menemukan mereka, saya bergabung dengan mereka setelah menyapa Tantri yang duduk selonjoran di lantai dengan Disya. Dan Maria dan Juwita baru datang, ‘Cukup mengejutkan saja.’ saya menoleh kedatangan mereka dengan berpakaian rapi, begitu juga tasnya. Ramai di mana- mana, padahal sudah jam 8 lebih namun dosen setengah batak jawa belum kelihatan. Kami dengan riuh ngobrol sana- sini, termasuk tim Hore- Hore yang suka mengajak ribut. Tak lama kemudian dosennya datang, kami langsung berdiri dan masuk ke dalam seperti biasa. Saat saya hendak mencari tempat duduk di depan lagi, ada Isna di depan saya mulai duduk dan saya langsung duduk di sebelahnya, ‘Hei... ‘ dia mulai tertawa saat melihat saya datang menghampirinya. Lalu Dyah baru datang telat 5 menit dan bersedia menemani saya. ‘Fiuuh, akhirnya...’ (melepas rasa lega) Dosen dengan semangatnya yang sungguh membara berdiri dari bangkunya dan mulai membuka pembicaraan bersamaan LCD proyektornya dinyalakan. Kadang saya tidak mengerti apa yang diomongkan dia biasa dibilang penting atau tidak, saya berusaha memperhatikannya namun dia ngomong terlalu cepat. ‘Yasudahlah...’ pikir saya di dalam hati dengan mulai mengeluh sedikit. Saat dosen menyelesaikan pembicaraan dan langsung duduk di bangku tersebut, kami mengeluarkan buku catatan tak terkecuali dengan saya. Materi pertemuan kedua dimulai dengan sangat cepat dan serius dalam catatan waktu 1 jam lebih 15 menit, ditambah absensi mahasiswa yang hadir. ‘Lucu sekali kelas ini ya...’ pikir saya sambil mencatat ringkasan yang ada di PPT di mana ditampilkan di layar. Walaupun ada yang tidak mendengarkan Pak Rusli, dosen matakuliah Logika Berpikir Kritis itu menjelaskan seputar ringkasan termasuk inti dan contoh, malah asyik ngobrol sedikit sambil mencatat. 1 jam berlalu, tiba- tiba datanglah seorang karyawan Kalbis yang tidak kami kenal masuk ketika saya lagi mencatat yang belum selesai dari catatan punya Isna yang dipinjam. Dia datang menyerahkan kertas memo kecil ke Dosen, ‘Tolong diinfoin ya pak, terima kasih. ‘ lalu dosen menjawab dengan tidak seriusnya, ‘Iya, oke. ‘ dia keluar dari ruang AR412, dosen membacakan memo tersebut walau saya tidak memperhatikan kecuali Isna memanggil saya dari samping. ‘Ci, nanti jam 4.30 kumpul di Lab hari ini. ‘ saya berhenti menulis dan mengembalikan catatannya berubah jadi kaget, ‘Oh ya? Ada apaan tuh?’ Isna menjawab dengan mengangkat bahu, ‘Aku ga tahu ci, katanya ada pelatihan Lab sama Bu Eva.... ‘ Saat mendengar dia menjawab sambil menulis di kertas dalam buku apa yang diomongkannya daripada mendengar ada yang mengoceh, saya menjawab dengan pelan, ‘Oh gitu, siapa aja yang ikut? Cuma aku doang?’ dia menggeleng kepala, ‘Engga, aku juga dipanggil kok ci, kalau yang lain aku ga tau siapa lagi, mungkin ada sih. ‘ Saya Cuma mengangguk kepala dengan mengerti apa yang dimaksud dia, ‘Oh gitu, oke deh. Thank you ya na. ‘ setelah itu, materi dari dosen dilanjutkan kembali hanya 20-30 menit sebelum kelas itu bubar. Saya jadi tidak serius memperhatikan pembicaraan dosen maupun yang di slide itu, saya langsung mencatat rapi di buku tulis dari pinjaman punya Dyah dan Isna bergantian. Beberapa menit lagi kelasnya akan bubar, dosen sengaja memberi tugas pertama saat saya melihat Isna mencatat ‘TUGAS.....’ semangat saya jadi down, ‘Tugas kelompok 3-4 orang per kelompok ya. Tolong setiap kelompok menuliskan namanya di kertas terus dioper ke yang lainnya, saya mau mencocokkan di buku absensi.‘ dosen tersebut menyuruh ke teman yang duduk di depan itu sibuk merobek selembar kertas dan menulis kelompok. Saya berubah jadi panik sedikit, lalu memberitahu ke Dyah yang lagi kebingungan, ‘Dyah, kamu sama aku ya gimana?’ Dia menjawab dengan sedikit bingung, ‘Iya, tinggal satu lagi siapa. ‘ (sambil mencari teman yang tersisa ternyata sudah pas semua) Sedangkan Isna sengaja berpindah tempat sebentar mencari teman kelompok yang paling dekat itu Dear dan Windy. ‘Yaudah, tunggu saja kalau ada yang kurang, minta sekelompok saja sama kami. ‘ Saya mencari arahan teman yang tidak ada yang menghampiri ke hadapan kami, saya jadi agak bersalah. ‘Apa salah aku ya, kenapa tidak ada yang mau sama aku?’ (dengan sedikit kecewa) Waktunya sudah habis untuk pertemuan kedua, Ali Iqbal tiba- tiba muncul mendadak dengan memegang selembar kertas, mengagetkanku ‘Kamu sama siapa kelompoknya?’ dia bertanya karena merasa kasihan, lalu saya menjawab dengan terheran- heran, ‘Sama Dyah doang tapi kurang 1 orang bal. ‘ dia hanya menjawab, ‘Ooo..’ kemudian menoleh ke belakang, mencari teman yang tersisa dan mengingat siapa yang tidak masuk. ‘Oh ya, mau ga sama Michael Wongkar?’ saya jadi ngeh karena tidak mengerti, Dyah menjawab, ‘Ya udah, gapapa kalau dia sekelompok sama kami. ‘ Saya menulis nama- nama kelompok yang dibantu oleh Dyah itu. ‘Oke deh, makasih ya Chris. ‘ Ali Iqbal pun kembali ke belakang, mencari yang tersisa siapa sebelum menyerahkan kertas itu ke Pak Rusli bersamaan bubarnya kelas. Setelah pertemuan kedua selesai, kami semua keluar seperti biasa namun belum pulang langsung karena ada kelas tambahan tanpa istirahat, Web Programming. Kami langsung naik ke lantai 5 bersama- sama.

*****
         
DIFFICULT SUBJECT: INTRODUCTION TO WEB PROGRAMMING
          Pada hari Rabu setelah kelar kelas Logika Berpikir Kritis, tidak ada istirahat seperti yang terjadi pada hari Senin dan Kamis biasanya di siang hari istirahat. Kami setelah keluar kelas, ke toilet bentar lalu naik eskalator yang belum jalan ke lantai 5 dan duduk di lantai menunggu Pak Alexander Waworuntu, dosen Web Programming datang. Ada yang sengaja ngerumpi ke kantin, mondar- mandir tidak jelas karena merasa bosan dan ada yang ke perpus sebentar untuk buka laptop. Saya bersama Dyah keluar dari kelas AR412, Isna juga di belakang mengikutiku dan dia bersama Dear dan Windy. Mau naik ke lantai 5 tiba- tiba saya kebelet dan mau ke kamar mandi yang di lantai 5 eh, tertulis di kertas yang ditempel di pintu toilet, ‘Maaf, ini sedang diperbaiki. Ada yang rusak. ‘ Saya jadi kesal sedikit bersama Dyah, lalu terpaksa pindah ke kamar mandi di lantai 4. Setelah lega dari kamar mandi dan naik lagi ke atas dan sudah ada dosen masuk ke dalam dari biasanya, ‘Kok cepat sekali ya dosen itu datang?’ (dengan keheranan) Padahal belum banyak yang datang ke Lab dari 10 menit yang lalu kecuali hanya Singgih masuk duluan bersama Chandra lalu Hanim dan Eka yang satu- satunya langsung duduk di depan. Lisa dan teman- teman Davis, Juwita dan 3 orang teman itu disusul oleh Disya dan 4 orang teman dan terakhir saya bersama Dyah. Awalnya saya berpikir untuk berharap agar Dyah bisa menemani saya di sebelahku, namun saya tidak enak sama Adi Permana yang suka membantu seperti 2 pertemuan yang sebelumnya. Menunggu sampai Adi datang terasa sangat lama sekali, beberapa menit kemudian teman- teman yang lain tak lain dari tim Hore- Hore sudah masuk dan Adi menyusul bersama Ali Iqbal itu, saya tidak sengaja melirik Adi yang masih berdiri dengan kebingungan lalu duduk, sedangkan Ali Iqbal juga duduk di sebelah saya namun berjauhan sedikit. Dyah malah duduk di barisan kedua sebelah kiri bersama Fia dan Vicky itu. Lalu dosen berdiri di depan mimbar dengan senyuman yang cukup menghanyutkan bagi kami, ‘Haii selamat pagi teman- teman, gimana kabar kalian hari ini?’ Senyumannya benar- benar ini........... ‘Hmm...’ (tidak ada komentar yang dikeluarkan dari mulutku karena bingung apa yang ditanyakan saat mereka menjawab sapaan dosen itu) ‘Okee, kalian sudah belajar tentang cara membuat web sendiri dengan menggunakan HTML minggu lalu?’ lalu terdengar jawaban yang jelas dari belakang yang membuat dosen tertawa, ‘Sudaaah paaak...’ diikuti suara tertawa tidak jelas dari beberapa teman cowok kecuali teman- teman cewek itu. ‘Okee, mari kita mulai belajar apa yang sudah diajarkan di kelas sebelumnya. ‘ (sambil menyalakan LCD Proyektor dengan remotenya, lalu meneruskan pencarian materi untuk dicopy ke flashdisk) Kami kembali dengan keributan kecil termasuk saya dan Adi yang suka diajak bercanda, Ali Iqbal juga apalagi. ‘Huuhh...’ Saya hampir merasa terganggu akan keributan Adi namun saya senang bisa dibantu sama dia untuk pertama kali dan Iqbal juga. Lalu Pak Wawo dengan cepatnya, menyerahkan fd yang sudah dicopy dari laptopnya ke Eka yang duduk di depan, ‘Tolong copy file pertemuan kedua dengan nama..... ‘ dosen itu memutar arah ke meja Eka dan mencari nama file lalu meng-copynya. Setelah dari Eka, dipindahkan ke Hanim lalu Johan dan fdnya dioper ke Adi berikutnya saya dan terakhir ke Ali Iqbal. ‘Chris, oper itu ke Iqbal. ‘ Menunggu sampai semua sudah mendapat file tentang soal latihan HTML, saya membuka file tersebut dari yang penuh rasa yakin berubah jadi ngeblank. ‘Hmmm...’ Adi juga begituan saat membuka file itu dan diam tanpa suara. Dosen itu berpindah jalan ke belakang untuk mengambil balikan flashdisk yang sudah dipinjam sebelumnya lalu kembali ke mimbarnya, ‘Sudah semuanya?’ (sambil mengangkat tangan tinggi- tinggi dengan flashdisk di tangannya) ‘Sudaaaaaah paakk..’ Yang di belakang beberapa teman berteriak keras di depan dosen tersebut. Dan dosen kembali ke meja dan meletakkan kembali flashdisknya, menyiapkan materi baru dibuka di LCD proyektor itu. ‘Mari kita mulai belajar.........’ dia membuka pembicaraan yang cukup terdengar di alat bantu dengar saya saat saya lagi melihat- lihat gambar yang baru dikasih itu. ‘Chris, buka notepad++ sekarang. Nanti perhatikan itu ya.. ‘ Adi memanggilku dengan mencolek- colek kasar sedikit, ‘Iya di. Ini lagi dibuka. ‘ Dosen itu menjelaskan dengan panjang lebar dan kami memperhatikannya sambil membaca gambar yang berisi tulisan itu. ‘Coba kita latihan dulu di Notepad’ Kami mengikuti bapaknya sambil menulis codingan HTML dan seterusnya karena diminta olehnya untuk meng-test dengan soal latihan yang diberikan sebelumnya. Dengan seriusnya, kami mengetik sambil melihat codingan yang ada di gambar itu tanpa harus melihat punya teman ataupun bertanya ke bapak. Bagian demi bagian dari HTML di soal latihan tersebut diketik sampai akhir tanpa merasa terganggu oleh siapapun, semua terlihat serius mengetik sambil melirik gambar selangkah demi selangkah. Dosen memonitori pekerjaan kami, termasuk milik saya dan bertanya, ‘Bisa kan?’ saya tidak mendengar saat bapak bertanya, saya menoleh, ‘Iya.. ‘ (asal menjawab karena lagi konsentrasi mengetik tulisan itu) Dia kembali ke meja laptopnya dan hendak mengabsensi teman- teman yang hadir sebelum waktu kelasnya habis. Saking sibuk dalam mengetik dan ada yang sudah selesai boleh pulang, dosen itu menunggu beberapa teman terutama pada saya sudah selesai dengan latihan proktikumnya. Singgih nomor satu baru saja keluar dari Lab dengan menenteng tasnya, disusul pula dengan teman- teman cowok lainnya dengan gesitnya dalam mengetik soal tanpa ada kesalahan kecil karena hasil yang keluar di Web Browser itu sudah benar. Lalu kembali ke saya, saya tidak pernah panik untuk pertama kalinya dan masih bisa menyelesaikan langkah demi langkah, bersamaan dengan Adi dan Iqbal yang memperhatikan dari samping kiri dan kanan. Beberapa menit sebelum jam 12 bubar kelasnya, Adi, Johan, Eka dan Hanim sudah selesai menyusul Singgih dan yang lainnya namun belum mau pulang kecuali Eka yang suka buru- buru pulang duluan. Jam 12 teng yang menandakan jam istirahat dimulai, sebagian dari teman TI sudah bersiap untuk pulang setelah soal latihan pertemuan kedua selesai. Saya terakhir jadi keliyengan karena merasa terganggu akan keributan mereka yang mondar- mandir itu, untungnya saya sudah menyelesaikan. ‘Hampir saja tidak mau keluar hasilnya.... Di web browser itu..... ‘ pikir saya saat memperhatikan hasil tersebut. Mau mengcopy file itu, saya tidak membawa flashdisk. ‘Oh yaa...’ (dengan perasaan kecewa sedikit) Saat saya hendak beberes buku tulis dan mau mematikan komputer, Dyah mampir ke tempat saya duduk di depan dari samping kiri bersama Fia dan Vicky. Dyah mulai kaget melihat hasil saya, ‘Bagus itu... Lihat, dia akhirnya sukses tuh.. Haha...’ dia mengomentari pelan di depan Fia, Vicky, Qory dan Juwita. ‘Hehehe...’ saya hanya tertawa, lalu kami pun bersiap pulang...... Saat keluar dari lab, berpisah dengan mereka berlima itu dan turun ke lantai 1 dan teringat mau ketemu Ka Iind dan Ci Vrisca Fau yang paling saya kangen padahal baru beberapa hari di Kalbis, saya langsung BBM-an Ka Iind sekarang ada di mana, ‘Kaa... Lagi kelas? Sudah kelar? Lagi di mana?’ sambil turun, BBMnya dalam keadaan pending yang bikin saya bete. Tiba- tiba BB saya berdering menandakan ada balasan chat darinya, ‘Haiii, uda kelar kok. Sekarang lagi di kantin nih aku, Chris. Kenapa? Sini saja..’ Saat membaca BBM chat darinya dan berpikir untuk bertemu apa engga sebelum hendak balik. ‘Oke’ dengan penuh yakin, ‘Ooo, ntar aku ke sana yaa.. Tunggu ya.’ Lagi- lagi BBMnya masih pending, saya baru menginjak di lantai 1 dan berjalan kaki ke kantin yang cukup ramai dengan teman- teman junior maupun senior. Masuk ke dalam, mencari keberadaan mereka ada di mana namun tidak kelihatan sedikitpun sama sekali. ‘Ketemuuuu....’ saya terlonjak kaget saat melihat ada yang melambaikan tangan di depanku, ‘Haiiii..... Sini, sini..’ Ka Ilah itu menyambut kedatanganku dari kejauhan. Saya berlari kecil menuju tempat mereka yang lagi makan, ‘Haii semuanya.. ‘ Ci Vrisca menoleh kaget, begitu juga Ka Iind baru baca BBM chat dari saya. ‘Kamu ngapain? Udah kelar kelas?’ Ka Iind bertanya, saya menjawab dengan perasaan senang karena bisa ketemu mereka di kantin, ‘Iya,  mau ketemu kalian hihi. Udah kok, sekarang mau balik. ‘ (dengan tersenyum lebar) Ci Vrisca bertanya lagi, ‘Uda makan?’ dan saya menjawab dengan heran sedikit, ‘Belum ci. Ga bawa bekal soalnya. Hehe. ‘ tiba- tiba Ka Iind menawarkan saya untuk makan bareng, ‘Makan yuuk sini, kalau mau beli makanan. Aku temenin deh. Yuk.’ Dia mengajakku, saya berpikir untuk bisa makan bareng mereka untuk kedua kalinya, ‘Okee deh. ‘ (sambil mengeluarkan dompet dari dalam tas) Bersama Ka Iind ditemani oleh Ci Vrisca, Ka Ilah juga sengaja mengikutinya karena mau beli indomie kuah. Saya melihat setiap makanan di balik kaca ada berbagai macam menu makanan, ‘Mau apa yaa...?’ (bingung) ‘Mbak, saya mau pesen yang ini. Pesen 1 porsi ya. ‘ (sambil menunjukkan menu Rendang yang merupakan makanan padang ditambah dengan sup ayam semangkok) Mbak dengan halus menjawab, ‘Oke, ditambah nasi juga?’ Lalu saya menjawab dengan santai sekaligus kaget ada Bu Eva di samping saya dan kepalaku jadi dingin, ‘Iyaa mbak..’ (menjawab pelan terus membayar pesenan itu yang diminta olehnya)  Bu Eva kelihatannya memesan makanan untuk makan siang juga bersama dengan dosen yang lainnya itu Pak Dion, Pak Anjar Dwi Astono dan Pak Wawo, saya dengan buru- buru mengambil pesenan itu ditemani oleh Ka Iind yang berbaik hati mau membawakan menu itu ke meja di mana kami bertemu. Setelah meletakkan menu yang dipesan tadi bersamaan dengan Ka Ilah, kami mulai makan bersama- sama. Sedangkan teman- teman cowok baik Kak Edward yang tidak saya kenal hanya diam memperhatikan saya, tanpa berkomentar apa- apa karena masih sibuk ngobrol satu sama lain di saat kami lagi makan. Teman- teman TI saya kelihatannya sudah pulang duluan, ‘Lega sekali ya untuk hari ini, masih bisa bersantai sedikit. ‘ pikir saya dengan tenang dalam makan. Seru adalah bisa ketemu mereka dan makan bareng kakak Senior seperti mereka bertiga itu. Saat saya lagi santai makan, Ka Iind sengaja menawarkan makanan yang dibawa dari rumah, ‘Mau ini ga?’ Ci Vrisca juga dengan tersipu malu menawarkan hal yang sama di depan saya, saya jadi terkekeh- kekeh mendengar tawarannya, ‘Ooo, makasih yaa.. Ini saja sudah cukup kok.’ Dengan lahapnya saya makan hingga habis dan tersisa hanya kuah sup saja, begitu mereka juga. Tiba- tiba Ka Ilah sengaja menyisakan Indomie yang terlalu banyak porsinya dan belum habis, ‘Iiindd... Mau ini gaa? Kalau mau, bisa ga makan ini dong,, aku uda kenyaaangg...’ Ka Iind langsung ngotot di depannya, ‘Engga ilah, aku uda kenyaang...kasih saja sama yang lain. Tuh kan kenapa kamu pesen itu. ‘ Saya jadi kebingungan saat melihat tingkah mereka yang lumayan lucu, Ci Vrisca yang baru saja selesai makan dan minum langsung menoleh keributan mereka berdua. Ka Ilah dengan paniknya karena sudah merasa kekenyangan tiba- tiba langsung kabur meninggalkan indomie yang tersisa, Ka Iind mulai mengomel, ‘Hey,, kok ini ga dihabiskan woii..’ Ci Vrisca juga mengatakan hal yang sama namun Ka Ilah sudah berlari menjauh dari hadapan kami. Ka Iind mengendus rasa kesal lalu menyambar tasnya untuk minum dan berdandan sebentar sebelum keluar dari kantin. ‘Chris, kamu ga ada kelas lagi? Atau mau ke mana?’ ketika saya menahan tertawa akan kelucuan mereka tadi itu sambil minum air putih, menoleh ke arah panggilan Ka Iind dan menjawab, ‘Ga ada kak. Mau balik kok aku sekarang. Kalau kamu ada kelas lagi?’ Ka Iind menjawab, ‘Iya, ada kelas. Sampe sore nih aku. Huhuhu.. ‘ Saya mengangguk dengan perasaan kasihan sama dia lalu berbalik bertanya ke Ci Vrisca, ‘Kalau kamu ada kelas juga?’ Dia mengangguk seperti yang dikatakan Ka Iind, ‘Iya, aku ada kelas ntar. Sama seperti dia, sampai sore. ‘ Keluar dari Kantin setelah melewati tempat makannya Bu Eva bersama 5 orang dosen itu, saya berpisah dengan mereka serta teman- teman cowok Ko Edward yang hendak menuju ke Lift, ‘Aku duluan ya, ada kelas soalnya. ‘ Saya mengiyakan setelah mereka berpamitan baik denganku di depan kantin, ‘Oke jam berapa kak?’ Lalu dia menjawab, ‘Setengah dua sama kayak mereka itu. ‘ Pada akhirnya, mereka masuk ke Lift setelah saya pamit untuk pulang................ 3 jam berlalu, saya teringat ada kelas pelatihan Lab jam 4.30 yang membuatku terkejut tadi pagi, ‘Ada apa ya? Yang membuatku terpanggil di jam segini...?’ (sambil bersiap- siap dengan baju biasa yang dipakai di kampus sebelumnya) Belum sampai jam 4.30 titik saya langsung berangkat dari rumah... Tiba di kampus lagi untuk kedua kalinya, yang membuatku malas untuk berpijak. ‘Aduuh.. ‘ lalu saya berjalan kaki hingga ke Lobby yang sangat sepiiiiiii tanpa suara, hanya saja ada angin sepoi- sepoi yang cukup menggeluti badanku padahal udaranya sangat panas. Saya tidak peduli akan panasnya udara itu, tetap melanjutkan jalan kakiku ke lift menuju lantai 5 dan tidak pernah lupa untuk BBM dengan Isna sekarang ada di mana, ‘Naa, kamu di mana? Masih di kampus?’ Lama belum dibalas juga sama dia, saya tetap bersabar menunggu pintu liftnya terbuka dan membawaku ke lantai 5. Tiba di depan lantai 5, tetap saja agak sepi seperti biasanya, saya hampir melewati ke perpustakaan eh malah berbelok ke arah Lab itu. Saya tersentak kaget saat tiba di depan Lab, ‘Kok sepi sekali ya di sini? Ke mana tuh orang- orang sekarang?’ (dengan perasaan was- was sekaligus lemes) BB saya berdering lagi, Isna baru membalas BBM chat saya, ‘Iya, aku lagi main di rumah Adinda nih. Bentar yaa ci. Kamu di mana sekarang? Dosen sudah datang emang?’ Saya jadi bingung tentang keberadaan Isna saat ini, ‘Oke deh, aku uda di kampus, udah di depan Lab. Tidak ada siapa- siapa pula. Sepi banget na. Ke sini doongg.. ‘ Setelah membalas BBMnya dan saya duduk di lantai sendirian. Tanpa sadar, saya sengaja mengupdate statusnya di bb status saya kalau saya ada di kampus, sampai ada yang menanyakan saya adalah Ka Iind Nathalia, ‘Eh, ngapain balik di kampus lagi?’ kemudian ada Melvina yang menanyakan hal yang sama, ‘Ngapan di kampus Chris?’ BB berdering beberapa kalinya, saya diam dan menahan sampai deringnya berhenti lalu membalas, ‘Ya ada pelatihan Lab soalnya. ‘ saya membalasnya ke kedua orang teman itu dan menunggu Isna datang. Sambil BBM-an dengan Ka Iind sebentar tanpa sadar kalau ada teman lewat dari kejauhan. Tau- taunya, ada seorang cowok TI yang tinggi badannya dengan baju merah itu, Ali Furqon, yang cukup mengejutkan saya. Dia tidak menyapaku karena belum mengerti siapakah saya. Saya melanjutkan kembali BBMnya, sedangkan Ali Furqon duduk di pojok kanan dekat ruang CC yang belum jadi karena masih dalam renovasi. Tiba- tiba muncullah seorang teman dengan jilbab pinknya berlari sampai berjingkrak- jingkrak di depan saya, ‘Haiii Ci.. Baru datang ya?’ Saya mengiyakan pertanyaannya, ‘Kamu dari mana na?’ dan dia menjawab dengan santai, ‘Abis dari rumah Dinda, sekarang mau ke perpus.. Mau ke sana ga?’ Saya tidak habis berpikir karena dosennya belum datang, akhirnya saya ikut dia ke perpus. Saya meminta tolong seperti yang disuruh Isna, ‘Kalau dosennya sudah datang jangan lupa bbm aku ya. Kami mau ke perpus sebentar. ‘ Furqon yang lagi bengong menunggu di pojokannya sambil memegang Bbnya, ‘Oke, aku lagi ga ada pulsa nih. Ntar aku kasih tau ya. ‘ Saya langsung mengacungkan jempolnya di depannya, Isna hanya mengangguk saja, ‘Oke, ditunggu ya qon. ‘ Kami berjalan meninggalkan Furqon sendirian di pojokan itu.  Setiba di perpustakaan yang cukup dingin, yang membuat saya terkejut adalah ada Eka Saputra yang lagi browsing di komputer milik perpustakaan itu sedangkan ada Qory Andrianni yang baru masuk ke perpustakaan mencari Isna. ‘Dia ikut juga?’ saya bertanya pada Isna, ‘Iya, kalau yang lain aku tidak tahu. Eka juga palingan. ‘ Saya mengangkat dagu, lalu kami bertiga menunggu di bangku oranye itu sambil ngobrol sebentar. Saya tidak menyadari ada ci Vrisca lewat di depan saya, ‘Hai, ngapain kamu?’ sambil mengambil tas untuk mencari kartu KTP buat check in di perpustakaan untuk loker. ‘Hai ci.. Ya, lagi nunggu pelatihan Lab sama dosen itu. ‘ lalu dia mengangguk- angguk dan berbalik ke librarian untuk mengisi datanya dan mengambil kunci, ‘Oke, aku duluan ya. Mau masuk ke dalam. Daaah.. ‘ Saya mengangguk cepat dan kembali menunggu di perpustakaan seperti biasanya, dosen dengan pakaian formalnya, rok panjang warna hitam bermotif bagus muncul di depan perpustakaan dari kejauhan Lab itu. Bu Eva menyapa di depan kami yang lagi duduk bersantai, ‘Hei, kalian. Lagi ngapain? Kumpul di dalam sana, ruang AL501 ya..’ dosen memperingatkan dan ‘Oke buu... ‘ saya tidak mendengar saat diberitahu olehnya, sudah ada Ali Iqbal yang baru naik ke lantai 5 bersama Grady Askarida, Ali Furqon menyusul dosen di depan perpustakaan dengan kebingungan. ‘Kalian juga kumpul di sana sekarang. ‘ dosen kembali memberitahu ke Ali Iqbal dan Grady yang bertanya – tanya, ‘Ada apa ini?’ Perundingan selesai, kami disuruh ke Lab, saya melihat Isna tidak membawa tas, ‘Na, tasmu ke mana?’ Isna menjawab, ‘Ada di loker ci. ‘ Saya berpikir sebagai punya ide, ‘Na, bisa titip tas aku ga?’ saya meminta tolong padanya, ‘Kamu mau dititipin? Oke. ‘ Isna hampir mau jalan dari perpustakaan langsung berbalik sebentar untuk membuka loker perpustakaan dan memasukkan tas saya ke dalamnya, sedangkan Qory juga ikut menitipkan tas di dalam lokernya. Kemudian kami berjalan kaki dari perpustakaan ke arah Lab yang hampir gelap itu hingga tiba di ruang AL501 itu. Sesampainya kami bertiga di ruang itu, Eka bersama Ali Iqbal dan Ali Furqon menyusul. Saya mulai bingung saat melihat situasi di Lab yang saya masuki itu, ‘Kok dikit banget yah, Cuma kami yang berada di sini? Atau Cuma hanya pelatihan Lab saja?’ Hampir setengah melamun sambil menunggu dosen, Bu Eva, mulai bersiap- siap maju ke mimbar dan tiba- tiba terbukalah pintu Lab, ada teman- teman dari jurusan mana itu masuk ke dalam seketika yang cukup mengejutkan kami kecuali dosen yang sibuk menulis sesuatu di papan tulis itu. Saya hendak membaca apa yang sedang ditulisnya namun tidak kelihatan jelas karena ada sinar dari jendela belakang kami itu. Dosen mulai memberi pengarahan atau briefing sebentar di hadapan kami yang baru datang beberapa dan belum ramai, ‘Kalian semua dari jurusan Teknik Informatika, Sistem Informasi dan Ilmu Komunikasi yang mendapat beasiswa diharapkan rutin mengikuti pelatihan Lab ini ya...bla...blaa...’ Dengan semula dia jelas sekali memberi peringatan sambil menunjukkan tulisan 3 jurusan yang di papan tulis lalu berubah jadi cepat bicaranya. ‘Hmm.. Oh ternyata teman- teman terakhir yang baru datang dan duduk di sebelah kanan itu dari Sistem Informasi ya..’ pikir saya saat memperhatikan teman- teman itu kebanyakan cewek dibanding cowok yang sedikit datang. Namun saya tidak melihat teman- teman dari Ilmu Komunikasi yang mendapat beasiswa itu siapa. Saya meneruskan briefing dengannya demikian juga teman- teman yang lainnya sampai jam 6 sore. Saat mendengar apa yang diomongkan, saya sengaja bertanya kepada Isna yang duduk di sebelahku, ‘Na, apa yang dibicarakannya?’ lalu Isna memberi isyarat dengan maksud, ‘Tunggu.’ ... ‘Ci, tunggu bentar ya..’ dia serius sekali mendengar pengarahan dia dengan perasaan was- was. ‘Ci, dia nanya kita jadinya pelatihan lab ini kapan gitu. Mau diatur jadwal sama dia. ‘ Saya hanya mengangguk ‘Oh gitu. ‘ Dosen tidak hentinya menjelaskan tujuan pelatihan lab, syarat- syaratnya sampai jadwal pelatihan lab yang direncanakan. Beberapa teman yang mendengar penjelasannya sampai pada pertanyaan serius dari dosen, ada yang bertanya bahkan memberitahu tentang masalah pembentrokan antara pelatihan Lab dan urusan lain, termasuk Isna itu dengan baiknya memberitahu permasalahan saat dosen berencana bahwa pelatihan Labnya dimulai hari Rabu, namun tidak ada yang setuju. ‘Bu, aku ada urusan, mau kursus Bahasa Inggris. ‘ Isna menimpali, begitu juga beberapa teman yang lain juga berkomentar yang sama. Dosen kembali bingung, ‘Yah, kalian maunya hari apa?’ (sambil mengangkat tangan dengan bersudut 90 derajat) Menunggu persetujuan dari beberapa teman untuk pelatihan Lab ini kecuali saya hanya diam karena bingung dan benar- benar tidak mengerti apa yang dibicarakan. Tak lama kemudian, ada yang setuju kalau pelatihan Labnya hari Kamis dan dosen itu menerima persetujuannya.  ‘Oke, kita pelatihan Labnya hari kamis ya, jam 4.30 di ruang ini yaa.’ Isna membantu memberitahu apa yang dijelaskan pada akhir briefing serta fix rencana. Saya langsung sumringah sedikit kalau hari Kamis mulai pelatihan Lab padahal jadwalnya padat yang saya pikirkan. ‘Oke, na. Thanks ya. ‘ Saya menerima persetujuan yang diminta oleh dosen itu. Dan briefingnya selesai, kami langsung pulaaangggg....  Jam tanganku yang dilihat, ‘Wah udah jam 6 kok sebentar sekali ya di sini. ‘ saya jadi kaget dan bingung sedikit. Isna dan Qory sibuk berjalan kaki, saat mendengar saya ngomong yang cukup keras. ‘Kenapa ci?’ Saya menggeleng kepala, ‘Gapapa kok na. Yuk ke perpus. ‘ Isna mengangguk, ‘Oke.. ‘ Kami bertiga berjalan ke perpustakaan lagi, berpisah dengan teman- teman yang ikut Lab itu harus pulang duluan. Masuk ke dalam, hawanya berubah jadi dingiiiinnn dan semakin dingin, saya baru menyadari kalau saya tidak membawa jaket setelah mandi sebelum berangkat ke kampus lagi. ‘Ya ampuuun dingin sekali di malam hari ya. ‘ Isna dan Qory diam saja, meneruskan jalannya ke dalam ruang diskusi yang kebetulan ingin saya janjikan sama Ka Iind sebelumnya. Sebelum itu, saya BBM dia sekarang ada di mana, ‘Kamu di mana?’ Lalu dia menjawab, ‘Masih di perpus nih, lagi nungguin ci Vrisca Fau selesai mengerjakan tugasnya. ‘ Saya membalasnya, ‘Oke, ntar saya akan ke sana. Menemanimu... Boleh ga?’ (dengan perasaan senang untuk kedua kalinya) dibalasnya, ‘Ha? Kami di sini sampai jam 7 malam loh. Kami tidak lama lagi mau pulang juga. Kamu belum pulang emang?’ Saya belum sempat membaca BBMnya setelah kelar briefingnya, langsung tiba di perpus dan menuju ke ruang diskusi yang saya janjikan. Saat memasuki ke ruang diskusi yang cukup dingin itu, dari kejauhan dari mata saya tampaklah ada beberapa teman yang lagi duduk bersila di bawah meja kecil dan mengerjakan sesuatu sama browsing di laptop. ‘Ketemu juga akhirnya...’ Lalu saya menyapa Ka Iind yang lagi browsing, sedangkan Isna dan Qory sengaja menuju ke tempat Windy yang lagi browsing dan ngobrol dengan Ci Vrisca. ‘Oh pantesan......’ saya melihat teman sebelah dengan kebingungan dan tidak menggubris juga. Saya memulai obrolan sama bercandaan dengan Ka Iind ditemani oleh Ko Edward Guustaaf dan Ci Gisela Vinda itu. Lagi- lagi Ka Iind menanyakan tentang Kak Andri di depan saya yang membuat Ko Edward tertawa geli. ‘Hahahaha...’ Saya langsung nyengir saat ditoel-toel sama Ka Iind dan Ci Vrisca. ‘Apaan sih kalian?’ mereka tidak menjawab apa yang membuatku kesal, mereka terus- menerus men-ciee-in saya, ‘Cieee eaaa..’ Lalu Ka Iind memberitahu sambil bercanda, ‘Tuh ada Kak Andri di belakang kamu, baru melihatmu. ‘ Saya menoleh ke belakang Cuma ada teman yang lain bukan Kak Andri dan saya langsung kesal saat diisengin olehnya. Ko Edward terus- menerus tertawa dengan mulut tertutup sambil memainkan Ipadnya, ‘Hehehehe.. ‘ Saya heran kalau kasusnya sudah ketahuan, untungnya Isna dan Qory tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan terhadap saya, Windy juga apalagi karena serius di depan laptop itu. Saya sengaja memukul dan mencubit lengan Ko Edward yang suka tertawa- tawa itu, ‘Apaan sih kamu ko?’ Saya jadi tertawa geli karena senang, lalu Ko Edward segaja menunjukkan fotonya Kak Andri di depan saya, saya jadi shock. ‘Apaan sih?’ Ka Iind dan Ci Vrisca langsung tertawa sambil menahan mulut karena takut berisik di perpus. ‘Ssssttttt....’ Ka Iind menyuruh kami tenang. Isna menoleh ke arah keributan kami dan bertanya, ‘Ada apa ini?’ (dengan tertawa kecil) Setelah tertawanya mereda, saya tidak mau diam di perpus dan saya meminta izin sama ko Edward untuk meminjam Ipadnya hanya untuk lihat foto- fotonya. ‘Oke, boleehh.. ‘ dia mengijinkan saya melihat- lihatnya, Ko Edward lagi- lagi dengan gaya nakalnya menunjukkan foto Kak Andri bersama teman- temannya. ‘Ituu...’ Saya langsung spontan memukulnya, ‘Sssttt.... ‘ dia langsung tertawa lagi. Saya kembali serius melihat- lihat tanpa harus memikirkan kalau ada Kak Andri di dalamnya, walaupun tidak semua ada dia. ‘Wah, jadi terharu sama masa- masa Kalbisphere days aku yaa.. Hiks...’ komentar saya di dalam hati sambil meneruskan melihat- lihat foto di seluruh albumnya. Tiba- tiba Ka Iind menanyakan, ‘Ada ga? Foto Chen Ponk itu?’ Saya langsung diam karena malu kalau suara terdengar oleh beberapa teman yang di sini. ‘Mungkin ada, saya sudah lihat kok ka. ‘ Lalu dia kegirangan saking mencolek- colek saya dari depannya, ‘Ciee cieee..’, ‘Di Laptop juga ada kok foto- fotonya. Mau lihat ga?’ Saya sengaja menolak dengan halus, ‘Ga usah kak. Hehee. ‘ Ka Iind langsung nyengir, ‘Loh kenapa? Gapapa kok. Ayuuk..’ dia mengangkat alis matanya tinggi- tinggi dengan maksud menggoda saya. Saya hanya diam dan melanjutkan ke foto- fotonya, tanpa sadar kalau Isna harus pulang bersama Windy dan Qory karena sudah terlalu lama di perpus. ‘Ci, kami harus pulang. Kamu gimana? Mau tinggal di sini sama mereka atau pulang?’ Lalu saya berpikir panjang, ‘Oke, gapapa. Saya di sini, mau lihat- lihat fotonya. Hehehe. ‘ Dan Isna mengangguk kepalanya, ‘Oke ci, bisa ga kunci lokernya saya kamu yang jagain? Kamu bawa kartu KTP kan?’ Saya berdiri menyusul mereka itu, Ipadnya saya titipin sebentar di meja karena belum selesai melihat – lihatnya. 10 menit kemudian berpisah dengan mereka bertiga itu pulang, saya kembali lagi ke tempat yang tadi dengan kunci loker ada di tangan saya dan melanjutkan melihat- lihatnya sampai puas. Saat saya masih sibuk dengan foto- foto yang begitu banyak dan yang tidak terlupakan, ada ci Gisela nyamperin saya lalu duduk di samping tiba- tiba tersenyum melihat saya mengoper foto lagi yang ada Kak Andri, dia sengaja mencolek lagi seperti yang dilakukan Ka Iind, ‘Eh, kenapa ci?’ Dia langsung tertawa kecil, ‘Hehehe, ciee.. ‘ (sambil men-toel ke bahuku) Saya berubah jadi diam dan malu kalau kayak ginian dan tetap melanjutkan melihat- lihat tanpa menyadari kalau jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7 malam. ‘Chris, pulang yuk. Kami sudah selesai tugas- tugasnya. ‘ Saya tertegun setelah melirik ke arah jam tanganku, ‘Okee..’ bersama Ka Iind dan Ci Vrisca check out dari perpus, berjalan kaki ke lift ke lantai 1. Sudah agak gelap dan hanya diterangi oleh lampu di setiap ruangan, ‘Cukup mengerikan ya kalau berada di kampus malam- malam. ‘ (sambil memperhatikan kondisi di kampus) ‘Chris, kamu dijemput kan?’ Ka Iind bertanya lagi, saya mengangguk sambil mengetik smsnya,  ‘Iya kak.’ Sambil menunggu saya dijemput di depan gerbang masuk kampus yang sudah agak gelap itu, kami ngobrol sebentar sambil bercandaan.......
          Hari Kamis tidak ada kelas karena tanggal merah maka seluruh kampus itu libur nasional......
          Kembali lagi ke hari Rabu akhir bulan September, setelah matakuliah Logika Berpikir Kritis selesai dengan cepat sekali saat Pak Rusli langsung ngacir keluar meninggalkan kami di kelas, asyik bercandaan. 10 menit istirahat masih bisa dilakukan, mereka ada yang hendak ke toilet, turun ke bawah hanya mau jajan. Saya terakhir keluar kelas bersama Isna, bingung lagi mau ngapain dan begitu juga dengan dia. Ketika saya habis dari toilet bersamanya, Dear dan Windy, mereka tidak ikut naik malah duduk bersantai di meja bundar itu. ‘Aduuh...’ Tiba- tiba saya melihat ada Lisa yang baru naik ke atas sendirian, saya langsung menyusulnya daripada bingung. Tiba di lantai 5 dengan berlari kecil karena berat di tas tangan itu, saya menemani Lisa yang sendirian di pojokan itu sedangkan teman- teman Davis ada di kantin katanya. Tak lama kemudian, sudah beberapa teman yang keluyuran 10 menit yang lalu akhirnya kembali terutama teman- teman Juwita, Disya lalu Singgih masih sendirian kelihatannya tidak ada teman kecuali Chandra yang jadi temannya. Eka dengan akting yang lucu mondar- mandir dari perpus ke Lab hanya memeriksa ke dalam tanpa bertanya sedikitpun. Hanim juga baru naik ke lantai 5 sambil ngemil makanan yang dibeli di kantin, roti coklat itu karena kelaparan. Disusul pula oleh Adi, Iqbal dan Johan yang ikut bergabung bersama Chandra dan Singgih tanpa diajak ngobrol serius lalu keluar lagi, mencari sumber yang pasti. 10 menit berlalu, dosen baru datang telat dengan persiapan yang seperti hendak mau ke kantor. Kami mengikuti di depan Lab yang dibuka oleh satpamnya, Pak Wawo menunggu sampai kami masuk ke dalam. Posisi tempat duduknya tetap seperti biasanya, tidak berubah dari yang sebelumnya. Isna, Dear dan Windy sengaja pindah duduk di tempat yang pernah sekali diduduki oleh Vicky, Fia dan Dyah itu dan mereka yang kehilangan posisi duduknya, langsung pindah ke tengah agar tidak ditempati oleh siapapun. Kecuali Dyah yang membuatku jadi kasihan adalah tidak mendapat tempat duduk, jadi dia duduk di depan baris kanan dekat dengan posisi saya, berjauhan sedikit. Saya duduk seperti biasanya dengan Adi Permana itu, untuk keempat kalinya. Sekembali teman- teman yang lainnya itu tim Hore- Hore dan Adinda masuk telat 10 menit dari yang kami mulai mengerjakan praktikum, ‘Teman- teman, bawa flashdisk ga? Saya mau meng-copy file baru nih. ‘ dosen itu mulai bertanya saat kami lagi ribut- ribut. Di belakang kami kosong, maka Ali Iqbal pindah tempat duduk sendirian. Adi bertanya padaku, ‘Kamu bawa flashdisk ga? Kalau bawa minta saja sama bapak itu buat copy filenya. ‘ Saya baru menyadari kalau tidak membawa flashdisk (sambil mencari-cari di dalam kotak pensil setelah melihat beberapa teman sengaja menyerahkan flashdisk ke dosen itu) Well, menunggu sampai ada yang berbaik hati memberi copian file yang dikasih bapak itu. Adi baru saja dioper dari Johan, lalu dioper ke saya dan cepat- cepat men-copy file pertemuan ke-3 ‘WebPro_HTML_CSS’. Setelah beberapa menit kemudian, dosen memulai praktikum tentang CSS. ‘Mari kita coba latihan soal dengan menggunakan CSS ya. Perhatikan di layar itu. ‘ dosen itu sengaja memperbesar tulisan agar saya dan yang di belakang bisa melihat dengan jelas walau sudah kasihan melihat ada yang memakai kacamata karena tidak kelihatan atau bahkan tidak serius. Sambil memberi instruksi dalam bentuk HTML ke CSS, kami memperhatikan dengan seksama dan mengetiknya sebagaimana cara yang akan dilakukan. 30 menit berlalu lewat latihan, selanjutnya kami disuruh melanjutkan pengetikan dari contoh soal web yang sudah jadi hasilnya, saya memperhatikan setiap format tulisan serta element penggunaan HTML dan CSS bagaimana walau ini terlihat sulit. Teman- teman yang lain bagaimanapun saya tidak tahu bisa atau tidaknya, seakan- akan ada yang bertanya ke bapaknya, termasuk saya juga. Ketika saya menemukan kesulitan setelah mengetik sebagian HTML dan CSS, hasil tidak mau keluar di web browser. ‘Kok aneh ya, ada suatu kesalahan ya?’ (sambil mengamati di mana kesalahan padahal sebelumnya bisa) Sedangkan dosen di belakang saya sengaja memperhatikan pekerjaan saya tanpa berkomentar apapun, hanya berbalik memonitori seperti biasa. Saking sibuk mengetik dan dosen tetap membantu jika ada yang bertanya. Saya hampir ketinggalan karena ada yang berebutan untuk bertanya. 1 jam berlalu di Lab sebelum waktu praktikumnya habis, Adi masih sempat memperhatikan pekerjaan saya sampai suka iseng dalam memuji hasil saya, Ali Iqbal jadi tertawa dari belakang. Saya jadi tidak fokus sedikit karena diganggu oleh Adi dan Iqbal. ‘Yaah, bagaimana menurut kalian?’ Dosen itu bertanya di depan mimbar saat saya hampir menangkap omongannya lewat lirikan kecil dan dia berubah ekspresinya jadi tersenyum, senyuman yang lebar. Saya tidak merasakan suara ada yang menjawab pertanyaan bapak itu karena sibuk di depan Komputer, takut waktunya habis. 2 jam berlalu, labnya selesai namun tugas latihan praktikumnya belum kelar padahal saya hampir menyelesaikan sedikit lagi di saat ada kesalahan format pengerjaan. Pada saat teman- teman langsung pulang, tinggal saya dan Eka, dengan cepat- cepat saya bertanya ke bapak itu. ‘Pak, bisa bantuin saya dong.. Saya agak bingung dengan format ini, kenapa kok agak gede dan agak berantakan tulisan itu?’ Hanim yang duduk di pojokan kiri itu dengan santai sambil main games setelah menyelesaikan tugas latihan dan Eka masih belum mau pulang, malah serius di depan Komputer. ‘Ya, kamu ada kesalahan di....... Seharusnya..... ‘ (dosen itu menjelaskan pelan- pelan di depanku, sambil membantu memperbaiki tulisan itu dan akhirnya beres juga) ‘Oke, makasih ya pak. ‘ Dosen itu mengangguk, ‘Ntar kamu lanjutin itu di rumah ya. Nanti saya akan cek kalau sempat. ‘ saya mengiyakan permintaannya, lalu beberes tas dan mematikan komputer. ‘Oh ya pak, boleh saya minta nomer HP bapak ga? Sama E-mail juga sekalian. Biar bisa tanya- tanya kalau saya tidak mengerti. ‘ dan dia berpikir sejenak lalu mengiyakan, ‘Oke, saya tulis nomer di papan tulis ya. ‘ Saya menunggu sampai dia selesai menuliskannya, saya langsung mengetik nomer HPnya di BBku sedangkan Eka yang akhirnya sengaja memotret no HP beserta emailnya di papan tulis itu. 10 menit berlalu, saya bersalaman dengan bapak itu, Eka dan Hanim juga lalu keluar dari Lab meninggalkan dosen itu........ Pas keluar dari Lab, saya merasa diriku jadi jauh tertinggal dari teman- teman yang sudah pada pulang 15 menit yang lalu, tiba- tiba saya jadi teringat mau ketemuan lagi dengan Ka Iind dan Ci Vrisca Fau, saya BBM-an dan sms juga. Namun apapun yang saya niatkan akhirnya batal karena saya harus pulang. (dengan ga enak perasaan) Saat tiba di lantai 1, saya menengok ke arah kantin dan berpikir mau ke sana apa ngga dan berbalik lagi karena mau ke kamar mandi dulu. Keluar dari situ saya tidak sengaja ketemu Ka Grace Simanjuntak bersama kakak senior yang saya kenal itu, ternyata pernah saya lihat pas Ospek sebelumnya, Kak Chrismi. ‘Haii Chris, mau ke mana? Makan yuk sama kami.’ lalu saya menjawab, ‘Mau balik nih ka. ‘ Ka Grace dengan rangkulan tangan ke pundak Ka Chrismi, ‘Oh gitu... Yauda, hati- hati ya. ‘ mereka langsung jalan cepat dan meninggalkan aku sendirian di lobby dengan perasaan bete. ‘Well....’ saya berjalan hingga di depan pintu Lobby dan berubah jadi kaget, Kak Andri baru saja masuk sambil membawa makanan jajanan di kantin depan itu. ‘Hai ce.. Mau ke mana? Mau pulang ya?’ Saya jadi malu- malu saat menjawab, ‘Iya kak. Udah ga ada kelas lagi setelah ini, hehe. Kamu lagi ngapain?’ dia menjawab sambil menunjukkan makanan yang baru dibelinya, ‘Ini... Mau makan di dalam ce.. Oke, hati- hati ya ce.‘ Dia melambaikan tangan di depanku lalu ‘TOS’ bersamaan kembalinya Ka Grace dan Ka Chrismi yang baru selesai membeli makanan jajanannya. Mereka sengaja menggoda Kak Andri dengan makanannya itu, Kak Andri hanya diam menghindarinya. 10 menit kemudian obrolan saya dan Kak Andri selesai, saya langsung pulang...........
          Hari Kamis lagi untuk pertemuan kedua karena minggu lalu libur nasional. Sehabis MP bersama Juwita dan Maria, berjalan kaki ke lantai 4 sudah ada teman- teman TI berkumpul dan mulai ramai dengan kumpulan teman- teman berbeda jurusan padahal masih pagi hari ini. Dengan sangat cepat, Pak Wawo dengan membawa buku absensi serta peralatan papan tulis di tangannya dan tas ransel hitam yang dirangkul di belakang,  yang membuat teman- teman kaget termasuk saya, Juwita dan Maria, kami berlari kecil ke kelasnya yang cukup jauh dari kami datangi di lantai 4 itu.

*****

NOT VERY IMPORTANT SUBJECT: NATIONALISM
        Pagi- pagi sekali yang mengharuskan saya bangun adalah kelas matakuliah yang tidak terlalu penting bagiku di semester 1 yang membuatku malas bergerak. Saat bangun tidur dan menemukan BB saya yang suka berdering terus lampu merahnya padahal sudah disilent agar irit batterai, begitu saya membuka BB ada bbm chat grup saya ‘TI KALBIS 2012’ yang sibuk membicarakan tentang matakuliah Nasionalisme yang membuat beberapa teman cowok TI galau karena tidak tahu jam masuknya jam berapa. ‘Woiiii hari ini masuk jem berapa sih? Jem 8 apa 9???’ ada yang bilang ‘Gimana klo bolos sekalian saja...?’ dan seterusnya yang membuatku bingung dan merasa terganggu, saya kembali tidur sebentar karena masih mengantuk dan malas bergerak. 30 menit berlalu, BB berdering terus saya tidak peduli apa yang terjadi di kemudian hari itu, saya bangun lagi dan memeriksa BBM chat grup itu, ada Juwita baru menuliskan bahwa, ‘Pada di mana? Kok sepi banget di lantai 4?’ walaupun tidak ada yang menjawab chat grupnya kemungkinan karena masih di jalan atau malas masuk. Tiba- tiba ada sms masuk di BB lagi, mataku semakin sipit dan cukup kesel, eh ternyata Tantri Kusumastuti yang sms, ‘Chris, Nasionalisme masuk jem berapa sih? Aku masih di jalan nih. ’ di mana saya baru kelar bersiap- siap dengan bajunya setelah mandi pagi, saya belum membalas smsnya karena sibuk mengecek bbm chat grup sudah pada ribut- ribut kalau kelasnya mulai jam 8 yang disuruh oleh Juwita. ‘Eh, teman- teman cepat datang, dosennya sudah datang tuh...’ yang cukup membuatku kaget setengah mati padahal saya masih lagi makan. Lalu David Meibert menjawab, ‘Seriusan???? Gw masih di jalan woii..’ ada pun yang masih di rumah dan belum jalan dari rumah setelah mendengar berita perubahan jam matakuliah nasionalisme ini. Saya tidak bisa menjawab apa- apa di chat tersebut dan kembali membalas sms ke Tantri, ‘Masuknya jem 8 bukan jem 9 nih.. Aku kesiangan bangunnya. :’( Udah sampai mana km tan?’ ngobrol seriusan dengan Tantri yang membuatku terkejut sedikit lalu BBM dengan Lisa, ‘Emang masuknya jem 8?’ lalu dia menjawab, ‘Iyaa, ada perubahan sama dosennya. ‘ saya langsung menjawab, ‘Oh gitu, okee deh. ‘ Walaupun saya sudah bersiap dari rumah dan baru berangkat jam 8.45, ‘Ya ampun dosen tuh........ Bikin susah saja sama mahasiswa. ‘ (mengedus rasa kesal sedikit saat sampai di kampus setelah 10 menit di jalan) Begitu masuk ke dalam yang sudah agak sepi itu eh ketemu dengan Ali Furqon bersama Rio, Richart, Yoga, Grady dan Sebastian di depan lift yang juga sama- sama telat seperti saya. Mereka pada ngedumel dengan santainya sampai tertawa- tawa saat memperhatikan kedatangan saya. Naik ke lantai 4 bersama mereka, saya hanya diam merasakan kebisingan mereka berenam itu. Berjalan kaki ke arah kelas AR402 yang terasa sepi sekali di lantai 4 kecuali ada anak- anak Fikom yang lagi duduk di pojokan dekat ruang AR406, menunggu dosen datang namun saya tidak melihat Hanna sama sekali dan saya langsung melewatkannya ke kelas 402, mereka yang di belakang saya hendak ke toilet dulu. Saya menoleh ke belakang apa yang sedang mereka lakukan dan langsung berpaling ke jalanku ke kelas tersebut. Saat masuk ke kelas, yang membuatku terdiam adalah kelasnya sudah terisi beberapa teman di tempat duduk masing- masing walaupun belum keseluruhan masuk. Saya pamit ke Pak Pater yang lagi setengah menjelaskan karena melihat kedatangan saya langsung mempersilakan saya masuk, ‘Ya ampuun.. How embarassing...’ (pikir saya di dalam hati) Saya masuk dan mencari tempat duduk terdepan lagi, lalu sengaja duduk di samping Dear Debora. Dia menoleh kedatangan saya dengan tersenyum, ‘Hai..’ Saya membalasnya dengan lelah sedikit, ‘Hai dear.. Masuk jem 8 ya? Bukannya jem 9?’ lalu dia menjawab, ‘Ada perubahan jam soalnya sama Pak Pater.’ Saya hanya mengangguk saja saat mendengar penjelasan singkat darinya dan dengan buru- burunya saya mengeluarkan buku catatan, meminjam punya Dear lalu mencatatnya karena sudah ketinggalan beberapa. Ada sms lagi dari Tantri, ‘Sudah datang dia Chris? Aduuuh aku masih di jalan, macet nih.... L’ Saya membalas smsnya secara sembunyi- sembunyi tanpa dilihat oleh dosen itu, ‘Iya, sudah datang dia. Aku baru datang nih. Cepetan gih km tan. Masih ada tempat duduk kosong buatmu. ‘ dan dia menjawab, ‘Oh gitu, okee deh.. ‘ Sudah lega bagi saya di kelas Pak Pater, disusul pula oleh tim Hore- Hore yang ribut- ribut masuk kelas tanpa permisi, lalu Melvina Yosephine juga ternyata telat masuk kelas karena jalannya macet di Tanah Abang. Sambil menunggu kedatangan Tantri, saya serius kembali mendengar penjelasan Pak Pater dan mencatat apa yang dijelaskannya lewat Dear Debora itu. Tantri dengan gempa- gempor masuk kelas dengan telat 1 jam 30 menit dari jem 8. Dengan perasaan bingung dia masuk kelas dan duduk di samping saya, kami sekelas langsung menolehnya dengan kaget namun merasa kasihan. Sedangkan dosen tidak peduli akan ketelatan siapa gitu dan tetap serius menjelaskan materi yang ada di slide yang sudah kelewatan beberapa bagian dan saya belum sempat melihat bagian sebelumnya. ‘Chris, pinjam dong catatan punya kamu. ‘ Saya meminjamkannya catatan itu sambil mendengar penjelasan dosen itu. Hanya 30 menit setelah ketelatan Tantri, kami langsung dikasih tugas kelompok yang harus dikumpulkan. Saya kaget dan bingung saat melihat Dear menulis satu kata ‘Tugas’ begitu juga dengan Tantri di sebelah saya yang baru sekilas dilihat, saya langsung mencatat sedikit apa yang harus dikerjakan ternyata tugas kelompok tentang materi pertemuan kedua yang telah diajarkan sebelumnya. Saya tidak mendengar dosen memberi penjelasan tentang tugas tersebut, maka Dear membantu menjelaskan malah dipotong pembicaraan oleh Isna di sebelahnya. Saya tidak marah atau kesal, saya langsung bertanya ke Tantri namun dia masih bingung dan tidak mengerti dan saya berpaling bertanya ke Vicky yang duduk di belakang saya yang pada akhirnya menjelaskan tujuannya, ‘Iya, 1 baris dijadikan 1 kelompok chris. Kumpulnya hari ini, langsung diringkas di kertas gitu. ‘ Saya langsung mengiyakan dengan perasaan lega tapi anehnya, sudah dibikin tugas buat presentasi namun tidak jadi presentasi malah langsung dikumpulkan dulu sama dosennya. Setelah mengumpulkan tugas yang sudah dibuat secara dioper ke sebelah kanan oleh Dear dari kepunyaan saya dan Tantri, 10 menit kemudian dosen itu keluar kelas, yang membuat saya bingung, ‘Kok aneh kelasnya cepat sekali? Biasanya lama?’ (dengan penuh tanda tanya) Dan Dear memberitahu lagi untuk minggu depan karena ada perubahan jadwal jam kelas, ‘Chris, minggu depan masuk jadinya jem 8 ya, bukan jem 9, dia ga bisa soalnya. ‘ Saya langsung mengiyakan setelah membereskan buku dan kotak pensil itu. Tiba- tiba Tantri pindah tempat ke Isna dan Windy untuk ngobrol sebentar malah diminta untuk tulis di selembar kertas tentang tugas yang diberikan, saya menghampiri ke tempat Tantri yang lagi mengerjakan tugasnya, saya membantu sedikit walaupun tidak terlalu suka matakuliah ini sedangkan Disya, Windy, Isna sibuk ngobrol sebentar sambil mengaktifkan wifi untuk bisa internetan. Saya seharusnya bisa internetan di BB namun tidak memakai paket full service jadi suka bingung mencari jawaban dari soal yang diberikan itu. Sambil menunggu mereka mencari jawaban di internet, saya membantu menjelaskan sedikit agar tidak salah, Isna dan Disya menunjukkan jawaban yang didapat dari internet itu, ‘Ini tan.. Cepat kerjakan ya.. ‘ Saya dari sebelah kiri Tantri langsung menggeser ke arah BB yang terlihat jelas jawabannya namun tidak terbaca jelas. ‘Pasrahlah aku dah.....’ (pikir saya) Sambil melihat Tantri lagi membolak- balik layar sentuhnya di BB dengan trackpad itu, saya membantu mencari jawaban singkat dan jelas walaupun di situ agak membingungkan karena terlalu panjang dan sukar dimengerti. Dan Tantri langsung mencatat jawaban panjang lebarnya dari yang didapat di internet itu, sedangkan Windy lagi sibuk ngobrol dengan Dear dan Isna, Disya juga baru saja kembali dari toiletnya bersama Nurul itu langsung nyamperin Tantri yang sibuk meringkas jawaban yang cukup susah itu. Mau pulang atau tidak mau, saya musti menunggu sampai dia selesai meringkas jawabannya baru boleh pulang setelah jawabannya dikumpul ke Adinda. 30 menit berlalu dari jam 10 pagi itu terasa sangat lama, kelasnya dari awal ribut berubah jadi sibuk satu kelompok dengan yang lainnya, belum ada yang pulang karena masih belum selesai walaupun tidak ada yang menolong karena malas bahkan ada yang BBM-an atau main laptop, tidak peduli akan tugas kelompok tersebut. Pukul 11 tepat dan hari itu sudah siang sekali, akhirnya tugas kelompoknya selesai dan ditulis nama kelompok lalu dikumpulnya ke Ketua kelas, Adinda sebelum hendak menyerahkannya ke Pak Pater...........
         
*****

UNFINISHED BUSSINESS: ADA APA DENGAN AKHIR DARI SEMUA CERITA ITU SETELAH UTS BERAKHIR.......?
       
          Selama berminggu- minggu secara berturut- turut, yang mengharuskan kami bertemu dengan dosen pengajar setiap mata kuliah yang berbeda itu sangatlah melelahkan dan membosankan. Ditambah lagi ada tugas yang sudah menumpuk sebelum mendekati UTS di akhir pertemuan, kami kadang ada yang semangat dan ada yang tidak semangat padahal UTS untuk angkatan 2012 yang berbeda jurusan hanya 3 hari. 3 hari UTS??? How can we imagine about it? Kedengarann katanya karena tidak ada tempat yang tersedia untuk UTS bagi angkatan kami, maka dosen setiap matakuliah jadi ketinggalan membuat jadwal persiapan UTS pada sebelumnya dan sengaja memberi kami sedikit tugas saja. Setelah pertemuan terakhir dengan matakuliah pengganti Algoritma, kami langsung pulang ada yang tidak pulang karena ada rapat persiapan, yang tidak terkecuali yang masih ada di perpustakaan itu cukup sepi yang pernah saya datangi sebelumnya. UTS dimulai hari Rabu yang dimulai pada siang hari masuknya, tidak terkecuali saya hanya bisa belajar di rumah sendiri dan tidak menyadari kalau ada sebagian teman- teman pada belajar di kampus pagi- pagi sekali. Saat saya baru sampai di kampus, masuk ke lobby sudah ada beberapa junior berbeda jurusan yang baru saja kelar UTS dan hendak pulang, kakak Senior belum terlihat sedikitpun, saya langsung naik ke lantai 5 hanya mau belajar lagi sebelum 30 menit UTS pertama dimulai. Tiba di lantai 5, masuk ke perpustakaan dari luarnya dan ternyata sudah cukup ramai dengan banyak senior maupun junior yang sibuk belajar buat UTS, ‘Waah, ramai benar di sini yaa... ‘ (dengan kaget setengah mati melihat keadaannya) Di tengah keramaian itu, saya mengecek buat loker dan tanpa sengaja saya bertemu dengan Lisa Melyani yang sudah lama tiba di kampus bersama teman- teman Davis, menyapaku yang baru datang, ‘Haiii... Baru datang yaa?‘ Saya mengangguk seperti biasanya karena sibuk check-in dan menitipkan tasku ke dalam loker, mempersiapkan sedikit buku catatan yang akan dipelajari. Karena bingung mau belajar gimana, begitu masuk ke dalam ruang baca yang sudah hampir penuh dengan senior yang lagi mengerjakan tugas serta belajar, apalagi juga dengan yang ada di dalam ruang diskusi serta ruang bebas main juga penuh dengan junior dan senior yang lagi belajar bareng. Saya jadi tidak berkomentar sedikitpun, langsung saya mendapatkan tempat duduk yang masih kosong, duduk serentak dan memulai belajar ulang. ‘Lupakan....lupakan.....’ (pikir saya) 30 menit hampir habis, saya kaget saat dipanggil oleh Tantri Kusumastuti bersama Disya Rizky Anindya, Nurul Endah Amelia, Anis Fitriyah dan Dewi Kurnia Anggraeni yang baru saja kelar belajar dan hendak bersiap untuk keluar dari perpusnya, ‘Yuk, sudah waktunya Chris..’ Saya hampir menyelesaikan belajar ulang sebelum UTS Teori, langsung bangkit dan mengikuti mereka keluar dari perpusnya. Kericuhan di perpustakaan mulai terjadi saat hampir mahasiswa termasuk angkatan saya, berbondong- bondong turun ke lantai 4, ada yang terpisah karena ada yang ke lantai 3 dan langsung ke Lab buat praktikum. Hanya kami UTSnya tetap di lantai 4, namun berbeda ruang. Begitu turun ke lantai 4, bersama mereka secara beramai- ramai, saya tidak benar- benar mengerti apa yang mereka bicarakan di sela- sela sibuk belajarnya. ‘Hmmm......’ (sambil memperhatikan perbincangan beberapa teman mengenai teori yang cukup memusingkan itu) Saya tidak menyadari kalau Lisa sudah di depan saya sambil memegang buku file yang sedang dipelajarinya, ‘Lis, sudah belajar semuanya?’ Lisa dengan tersenyum sekaligus bingung sedikit, ‘Iya sih, sedikit sih, takut kalau dapat nilai jelek...’ (dengan mengeluarkan gaya aksi takutnya seakan- akan menempelkan tangannya ke dada) Saya jadi tertawa geli mendengarnya. Teman- teman yang lainnya saya tidak tahu bagaimana, malah sibuk di depan buku file terus sambil menghafal di mana- mana, di luar kepalanya. Kecuali Singgih Lomempow, masih tenang di balik tas ranselnya yang ditentengnya, sedangkan Muhammad Hanim Siregar masih bingung saat membaca teorinya dan sibuk berbincang dengan Dhanang Fabiannada dan Reinaldo Noviandri. UTS teori Algoritma dimulai dari jam 1 siang sampai jam 3 yang cukup menegangkan bagi saya dan yang lainnya, saat mengerjakan UTSnya saya hanya bisa menjawab dengan menggunakan hati dan pikiran. Seperti teman- teman yang lainnya, malah tidak peduli mau dapat nilai berapa, mau bagus apa tidak juga tidak peduli. Termasuk juga UTS Praktikum Algoritma hari Selasa berikutnya, kami berada di Lab untuk pertama kalinya masih tidak tahu benar- benar saat mendapat posisi duduknya secara berderetan (tidak terpisah atau bolong 1-1nya). Kami cukup pasrah dengan UTS praktikumnya, saya hampir tidak fokus mengerjakan karena mendengar kericuhan dua teman sebelah saya, Grady Askarida dan Izhhar Fauzan, yang lagi galau mengerjakan dengan jawaban yang berbeda, sedangkan Chandra Kurniawan dengan gaya lucunya adalah sengaja melirik dengan gaya cepat di balik buku lembar jawaban praktikum yang ada kertas kecil berisi jawaban contekan. Saya mengira apa yang sedang dia lihat dengan akting yang cukup menggelikan saat mengerjakan praktikumnya yang sangat cepat sambil melihat jawaban contekannya. Dia hanya diam dan tertawa kecil saat diperhatikan oleh saya dan 2 teman sebelah, namun kami tidak mengalah atau gimana karena tidak enak sama dosen pengawas itu padahal dia lagi sibuk di depan komputernya. Sebaliknya UTS Teori Akuntansi yang membuat diriku jadi takut, begitu juga dengan teman- teman yang lainnya padahal tidak mengerti cara mengerjakannya bagaimana. Sebelumnya, saya sudah ingat janji untuk belajar bareng Kakak Senior Akuntansi yaitu Kak Debby Devina, namun dia tidak bisa karena ada tugas jadi pengawas ujian dan dia menyuruh saya minta diajari sama Kak Indah Carolina itu. Dan keputusan untuk belajar dengan dia akhirnya jadi, jelang sebelum UTS Akuntansi itu, saya disuruh ke Kampus lagi demi janji saya dengan Kak Indah untuk belajar privat. Dalam hampir 3 jam belajar bareng dengannya ternyata membuat saya semakin yakin untuk bisa mengerjakan UTS nanti. Saya tidak menyadari saat lagi belajar bersamanya, ada Kak Grace lewat di depan kami, duduk di tempat berjauhan arah dari kami belajar. Ternyata dia baru saja selesai UTS dan mau mengerjakan tugas, tahu- tahunya malah tidur dengan kepalanya terelungkup ke meja dan kedua tangannya terlipat sebagai penopang kepalanya. Sebelumnya, saya baru saja melihat ada Kak Andri yang tampaknya lagi belajar bersama teman- temannya di ruang diskusi. Beberapa jam kemudian, saya tidak melihat ada beberapa teman- teman TI lewat di depan kami, pindah tempat ke arah yang jauh dari kami. Saya mengira mereka mau belajar Akuntansi bareng tahu- tahunya lagi main laptop. Dan saya juga disamperin oleh Adi Permana bersama Ali Iqbal dengan keisengan bertanya- tanya, ‘Hei, lagi ngapain?’ Itu membuatku jadi kaget dan Kak Indah juga yang lagi sibuk di depan laptopnya. ‘Heh, lagi belajar Akuntansi sama dia. Kenapa? Kamu ngapain di sini?’ Adi hanya mengangguk dengan kebingungan, ‘Oh gitu, sama lagi belajar Akun sama Isna. Pusing aku....ga ngerti aku malah. Kamu ngerti kan Akuntansinya?’ Dia menjawab dengan gaya tubuh yang membuat saya mengerti maksudnya sambil melirik ke arah teman- teman yang lagi sibuk dengan belajar Akuntansinya. Saya menjawab, ‘Lumayan saja di, ga tahu deh gimana hasilnya nanti di... Kalau kamu ga ngerti tanya sama dia aja.’ (sambil menunjukkan ke arah Kak Indah yang lagi ditanya- tanyain oleh Ali Iqbal yang baru saja duduk di samping Adi) Saking ngobrol iseng- iseng dengan upaya mengganggu ketenangan belajar saya sambil mengharap- harapkan sesuatu untuk saya, ‘Oke, semoga kamu bisa ya buat UTSnya. ‘ Adi menjawab dengan iseng dan langsung tertawa, Ali Iqbal juga. Saya jadi bingung mendengar suara ricuh mereka berdua itu dan tidak tahu mau bilang apa. Janji belajar bersamanya pun berlalu, kembali ke UTS Akuntansi dan ternyata bukan seperti yang saya harapkan kemarin. Soal yang saya dapatkan ternyata cukup susah dan agak memusingkan. UTS 3 hari telah berlalu dengan cepatnya, ditambah pula dengan hari- hari libur yang bisa membuat tenang hati mahasiswa terutama angkatan kami yang bisa bersantai di rumah........

*****

          Dan setelah libur berakhirnya UTS itu, kami kembali ke perkuliahan seperti biasanya, tidak seperti yang saya ceritakan pada sebelumnya (yang berdasarkan kronologi yang pernah saya lihat selama kuliah). Lebih aneh lagi dan yang membuat saya bingung adalah perubahan situasi di mana saya berada dan saat saya berhadapan dengan teman- teman kuliah, tampaknya tidak seperti biasanya. Tidak ada rasa keramahtamahan baik yang pernah saya lihat kecuali kebersamaan yang terjadi di awal bulan September ini. ‘Ada sesuatu yang janggal ya?’ (pikir saya sambil mengamati keadaan teman- teman) Saya hanya bisa menerima respon baik saat saya bersama Lisa dengan teman- temannya untuk makan siang, bergantian terus dengan Juwita Oktaviani dan teman- temannya kadang makan di kantin maupun di kantin depan apalagi juga dengan Isna Oktavian dan 2 orang temannya yang hampir membuat saya jadi tidak tenang. Ada 1 hal yang paling mengkhawatirkan setelah saya ingat kata- kata dosen di akhir wawancara, ‘Tidak apa- apa kan kamu dapat teman baru di kampus ini?’ saya terus- menerus mengingatnya namun saya sulit menerima pernyataan itu, saya agak kuatir kalau mereka tidak terbiasa akan kehadiran saya, ‘Kalau sampai mereka tidak mau menerimaku sebagai pertemanan baik- baik ya mau gimana coba. ‘ (pikir saya di dalam hati ditambah merasa agak panas hati saat mendengar pernyataan terakhir olehnya) ‘Gimana ya, aku ga mau lagi diancam di dalam suatu kasus yang pasti. Saya berharap Tuhan akan melindungiku dari ancaman bahaya di antara pergaulan baru itu nanti.. Semoga yaa.. ‘ (dengan sedikit takut untuk menjawab ‘Iya’)  Lalu apa yang terjadi di hari berikutnya dan seterusnya saat ada sesuatu yang cukup menyangkut hidup saya selama kuliah di situ..............?

*****

          Kembali lagi ke matakuliah Algoritma dan Pemrograman, suasananya tidak sama seperti yang saya lihat pada sebelumnya. Kebanyakan yang datang telat terutama pada Hanim, Adinda, Isna, Chandra serta tim Hore- Hore yang membuat bingung dosen akhir- akhir itu, termasuk saya juga ada yang ganjal saat hendak duduk dengan teman, tidak ada yang menjawab seperti biasanya. Tak terkecuali dengan Tantri, Juwita dan Isna yang bisa menerima saya duduk di sebelahnya tanpa ada komentar sedikitpun. ‘Yasudahlah, semua demi apa yang harus dibantu kalau aku tidak mengerti suatu hal. ‘ (pikir saya setelah duduk) Setiap minggu dan setiap pertemuan di mata kuliah Algoritma ini yang cukup membuat hampir semua teman malas masuk karena materinya susah. Dosen yang berkacamata dan berwajah cina itu, Bu Evawaty Tanuar, yang tidak bosan- bosannya mengajarkan materi yang sama dan bergantian setiap menit bahkan memberi kami tugas mandiri dan kelompok. Tugas kelompok saya tetap sama Melvina Yosephine, Maria Tysna Danielle, David Meibert dan Kevin Lim seperti biasanya disuruh mengerjakan Matriks dengan menggunakan Array oleh dosennya karena harus dijelaskan di pertemuan berikutnya. Apalagi ada tugas kelompok yang sering saya tanyakan ke Melvina atau Kevin Lim, kalau sudah dibuat apa belum. Sudah dibuat dan langsung dipresentasikan di Lab secara bergantian, bahkan langsung dikirim ke dosen lewat saya. Dan selama di Lab Praktikum, seperti biasanya saya tetap duduk di sebelah Adi yang bersedia membantu saya kalau saya ada kesulitan.... Lalu saya tidak menyadari bahwa ada perubahan yang ganjal di mana saya berhadapan (bersosialisasi) dengan Adi dan yang lainnya yang duduk setara denganku. Tidak banyak yang bisa mengajak saya bicara selama mengerjakan praktikum kecuali Adi. Eka Saputra tiba- tiba menghilang dalam beberapa hari setelah UTS, yang cukup menegangkan bagi kami saat diabsensi oleh dosennya. ‘Eka ke mana ya? Sudah 4 hari ya tidak masuk?’ Bu Eva bertanya- tanya karena di sebelah Hanim kosong, hanya dia sendiri yang di depan tersebut. Sedangkan di belakang kami itu Anis dan Dewi yang tidak sadar telah muncul di depan saya karena di sebelah mereka ada 3 orang cewek adalah Disya, Nurul dan Tantri, yang ingin duduk di depan malah jadi rebutan oleh 3 cowok tim Hore- Hore itu. Dyah yang semula duduk di depan sengaja pindah ke baris kedua dari baris depan dan ditemani oleh Adinda karena sendirian. Setiap minggu secara berkali- kali dalam beberapa pertemuan setelah UTS yang kadang menyenangkan dan kadang membosankan bahkan malas karena materinya susah. Perantaraan bulan November hingga bulan Desember juga ada perubahan sedikit yang berhubungan bahwa dosen tidak dapat mengajar karena sakit, sebagian teman ada yang senang. Ceritanya pada hari Kamis tepatnya adalah hari Ulang tahun saya, yang kebetulan sekali baru saja selesai MP bersama Juwita, kami tidak menyadari kalau hari ini tidak ada kelas praktikum karena dosennya sakit dan langsung kegirangan sedikit kecuali Isna yang baru datang dengan raut wajah yang cemberut sambil memegang Bbnya. Sebagian teman tidak jadi ke kampus padahal sudah bangun pagi- pagi dan kembali merebahkan dirinya ke tempat tidur lagi sampai siang dan sebagian lagi yang kami temui sudah berada di kampus dengan raut wajah yang tidak menyenangkan walau sudah capek badan dan jauh- jauh dari rumahnya, mereka mulai ngomel sedikit di status BBm dan malah berubah jadi senang termasuk kami juga saat berkumpul di kantin. Sudah tidak ada kelas, tidak ada kesenangan atau kelegaan yang dirasakan oleh kami malahan jadi cemas kalau ada KP di saat yang tidak tepat di akhir bulan Desember dan sebelum menghadapi UAS bulan depan.......

*****

          Balik lagi berdebat dengan matakuliah Akuntansi setelah UTS, lagi- lagi mendapat kabar buruk dari dosen, Bu Wiratmi, bahwa dia tidak bisa mengajar selama 2 minggu untuk 2 kali pertemuan karena ada urusan penting. Dia sudah mengingatkan kepada dosen pengganti Akuntansi untuk kelas kami namun tidak ada kabar seperti yang dijanjikan oleh dosen itu. Kami sudah lama menunggu di depan kelas hingga duduk di meja melingkar hanya ngobrol, sedangkan teman- teman yang berbeda jurusan sudah masuk kelas masing- masing tepat pada waktunya. ‘Sudah jam 2 nih, dosen pengganti ke mana sekarang....? Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan di sini.. ‘ Ada seorang teman cowok pada ngomel di BB sambil melirik ke arah jam tangannya, bahkan juga dengan teman- teman Davis Santoso beserta Lisa Melyani yang sudah ingin pulang atau mau pergi kalau benar- benar tidak ada kelas. Mereka langsung ngacir duluan meninggalkan saya dan yang lain yang masih menunggu di lantai 4. Tim Hore- Hore juga tidak mau ketinggalan untuk mau pulang karena sudah capek setelah matakuliah Algoritma dan tidak memikirkan ada tugas kelompok Web Programming yang harus dikerjakan sebelum deadline. Itu- itu yang baru saya sadari saat melihat Qory Andrianni, Anis Fitriyah dan Disya Rizky Anindya sedang sibuk berdiskusi tentang tugas yang akan dikerjakan bareng di perpus. ‘Oh yeaah...’ (berubah jadi terdiam karena malas) Ketidakhadiran dosen setelah UTS berakhir itu membuat teman- teman termasuk saya semakin gelisah, walaupun sudah hampir marah dan kesal, terutama beberapa teman cowok yang baru selesai melaporkan tentang itu ke satpam yang berjaga di lantai 4, Ali Iqbal, satu- satunya yang dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas masalah itu. Namun setelah kejadian itu mereka langsung pulang dan sisanya ke perpustakaan hanya untuk mengerjakan tugas Web Programming. Selama di perpus, check-in dulu dan mengambil laptop beserta catatan lalu meletakkan laptopnya ke Loket. Saya mengikuti Anis dan Qory ke ruang diskusi terbuka dekat rak buku itu, bertemu lagi dengan beberapa teman cewek, Juwita beserta 3 kelompoknya, Dyah, Tantri dan Vicky. Sedangkan di sebelah mereka, kelompok Dewi bersama Nurul dan Rizky, di perpus pada siang yang bolong karena teman- teman yang lain pada kelas semua dan tidak ada yang tersisa di perpus kecuali kami. Saya bersama Anis dan Qory yang seharusnya berencana mengerjakan tugas itu, malah facebook-an bahkan twitter-an dulu dan browsing juga. Sebentar ini, sebentar itu tidak ada bedanya, karena masih bingung tentang perusahaan apa yang ingin dibuat kami berkelompok. Kecuali Disya, dia lagi ada susulan UTS Akuntansi dan tidak sempat membantu kami untuk tugas. Sambil menunggu, kami browsing dulu sebentar dan kami tidak menyadari kalau ada pengumuman dari Singgih Lomempow bahwa kelas Akuntansinya tidak ada karena dosen ada urusan dan kelas penggantinya belum tahu kapan, nanti diinfokan kembali. Saat saya diberitahu olehnya, saya langsung mengiyakan apa yang dikatakannya saat dibantu oleh Qory dari depan kami itu. Tak lama kemudian di perpustakaan mulai ramai seperti biasanya dengan kedatangan kakak Senior, Ka Grace satu- satunya bersama 2 orang teman, Kak Lucky dan Kak Najmi Syarief, mereka kelihatannya lagi berbincang- bincang tentang tugasnya. Selain mereka, yang belum saya lihat dari kejauhannya, ada Isna yang cukup terlihat jelas di balik pintu ruang diskusi bersama Dear Debora dan Windy Nurbani, di sebelah ruang diskusi mereka itu dan yang satu lagi ruang diskusi juga terlihat ada Lisa bersama Fia, Davis dan Kevin Lim, yang cukup sibuk dengan tugas yang sama seperti kami. Dan beberapa menit kemudian, Anis sengaja menemukan idenya untuk tugas yang akan dikerjakan mereka, nama perusahaan yang direncanakannya adalah perusahaan MIYA8I, saya menunggu sambil menoleh Anis yang sibuk melihat- lihat perusahaan yang telah ditemukannya dan Qory di sebelahnya juga ikut melihat dan berpikir- pikir. Saya tidak mengerti apa yang diperbincangkan Anis dengan Qory sambil browsing perusahaan tersebut. ‘Susah ya kalau pilih perusahaan itu, gimana kita mengerjakannya. ‘ Anis mulai berpangku tangan sambil melihat- lihat web perusahaan MIYA8I itu. Saya langsung mencoba mengetik nama perusahaan yang dicarinya di google search yang ada di laptop saya, yang saya kira itu perusahaan MIYABI padahal huruf B diganti dengan 8 jadi kesalahan dalam mencari nama perusahaan. ‘Oh yeah, nis...’ Saat Anis memperbaiki nama perusahaan yang saya cari itu salah. Sambil melihat- lihat webnya termasuk profil, foto galleri hingga akhir dan berpikir panjang. 1-2 jam kemudian, kericuhan di perpustakaan pun terjadi saat Dewi yang suka mulai gaduh tingkahnya, mondar- mandir dari meja Nurul ke tempat kami yang lagi mengerjakan, Disya baru saja kembali berkumpul dengan Tantri dan Nurul hanya ngobrol sebentar. Adi mulai datang mengganggu ketenangan saya yang lagi browsing di depan laptop, dia bersama Ali Iqbal yang mulai dengan isengnya di depan Anis dan Qory. Tiba-tiba kericuhan kedua terjadi lagi oleh apa yang mereka cari di laptopnya, ada foto Dicken Putra Kusuma, beserta profilnya dan suara tertawa mereka langsung meledak di seisi ruang perpustakaan termasuk saya, yang kaget setengah mati saat mendengar suara bising mereka dan langsung tertawa geli. Dewi yang setengah mendengar ocehan kami dan sengaja mampir ke kelompok kami dan langsung menahan tertawa setelah melihat foto Dicken yang lucu. Sssttttt.....’ Mereka tidak henti- hentinya dengan tertawa yang cukup membuat perutnya sakit, tapi untungnya Dicken tidak tahu karena masih serius di depan laptop bersama beberapa teman cowoknya dan tidak merasa terganggu akan kericuhan kami. 30 menit berlalu setelah 2 jam berada di perpus, rencana mengerjakan tugasnya jadi tertunda dan kami dibagi tugas untuk membuat web sebelum diminta disatuin oleh kelompok saya. Kami langsung beberes dan pulang karena sudah sore. Berganti lagi ke minggu berikutnya, tidak ada kelas Akuntansi seperti yang terjadi pada minggu sebelumnya, kami tidak ke perpustakaan lagi, hanya kembali berkumpul ke kelompok masing- masing yang berbeda karena mau berunding untuk menyelesaikan tugas kelompok dari Pak Lufti, Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang disuruh aplikasi perangkat lunak dari internet untuk dibuat di dalam presentasi kelompok. Kelompok saya ada 4 orang, Maria, Melvina dan Lisa termasuk saya, sudah hampir selesai dan tinggal melakukan Photoshoot berempat secara berkali- kali untuk contoh aplikasi yang direncanakan sebelumnya, PICASSA 3. Kami berunding dan selesai-lah tugas akhir kelompok kita sebelum hendak dipresentasikan besok siang, walaupun sudah 2-3 jam berada di lantai 4 bersama teman- teman TI. Keramaian di ruang bebas dan terbuka (lantai 4) yang biasanya suka dilalui oleh kakak Senior yang baru saja kelar kelas dan ada yang hendak pulang, ada yang hendak nongkrong sebentar. Karena tidak mau merasa terganggu oleh teman- teman yang baru kelar kelas, akhirnya kami memutuskan pulang termasuk saya juga. ‘Sudah selesai ya, teman- teman. Nanti aku yang edit ya buat besok.’ Melvina sengaja memberitahu setelah diganggu terus oleh Regi Fasius, David Meibert dan Kevin Niasta yang ingin ikut- ikutan foto. Lisa dan Maria hanya tertawa kecil melihat kelucuan mereka, termasuk saya. Tak lama kemudian, tidak ada sesuatu yang harus dipikirkan setelah tugas Pak Lufti tersebut selesai dan kami langsung turun bersama- sama. Kecuali saya, mulai kepikiran mau ke perpustakaan karena ada sesuatu hal namun tidak jadi dan bertemu lagi dengan 2 orang teman FIRE’s, Erni dan Sarah, yang baru saja naik ke lantai 5 hanya mau KIAS Akuntansi. Mereka menyapaku dan ngobrol sebentar karena tidak bisa kalau lama- lama.......
Sekian lama tidak bertemu dengan dosen, Bu Wiratmi, dosen pengganti masih belum jelas kabarnya dan malah membuat dosen yang baru masuk di pertemuan berikutnya jadi marah dan kesal. ‘Loh, kenapa tidak ada? Padahal saya sudah membuat janji dengan dosen untuk mengganti saya mengajar Akuntansi ini. ‘ dia mulai mengomel sedikit di depan kami yang hanya terdiam dan bingung. Tidak ada suara yang terlontarkan dari mulut ke mulut saat mendengar kemarahan dosen tersebut dan dia hampir saja tidak mau mengajar lagi gara- gara itu. Materi dari pertemuan kedelapan ke pertemuan berikutnya bahkan sampai mana, dia terus- menerus menjelaskan, kami serius mendengar dan mencatatnya. Saya masih bisa duduk di samping Tantri bergiliran dengan duduk di samping Nurul, Dyah, Lisa, Vicky maupun Fia dalam setiap minggu. Walaupun tidak ada respon baik dari beberapa teman yang bisa membantu kesulitan saya, kesabaran saya tetap diuji dan berusaha untuk tidak marah. Dari ketenangan di kelas berubah jadi galau dan pusing saat dosen memberi Quiz dadakan pada minggu ke-10 sebelum KPnya diadakan pada hari Selasa. Kami jadi kewalahan saat mengerjakan soal yang diberikan dosen di papan tulis dan tidak satupun bisa dijawab karena tidak mengerti, ada pula yang sengaja melihat jawaban punya teman terus menyalinnya cepat sebelum kehabisan waktu untuk pertemuan ini. Setiap pertemuan dari minggu ke minggu berikutnya, tiada ada KP seperti yang terjadi pada sebelum UTS, dosen tidak mengadakan KP lagi untuk 2 pertemuan yang ditiadakan itu. Pada minggu berikutnya, kami sudah dikasih tugas latihan soal Akuntansi tentang Laporan Penutup Jurnal, saya hampir jadi lebih mengerti cara mengerjakan soal nomor yang paling terakhir tanpa disuruh oleh dosennya. Sambil melihat contoh soal latihan di buku fotocopi-an Akuntansi kedua yang baru saja dibagikan oleh Faris kemarin, saya serius banget dalam mengerjakannya dan tidak menyadari kalau dosen sengaja melihat pekerjaan saya, berkomentar kecil tentang kesalahan, saya tidak mengerti apa yang dingomongkan olehnya setelah saya menoleh ke arah suaranya. ‘Ada jawaban salah itu, coba hitung lagi. ‘ dia menyuruh saya menghitung ulang walaupun tidak membawa kalkulator dan terpaksa menghitung memakai BB, dosen hanya diam saja, tidak marah kalau saya tidak membawanya. ‘Tidak masalah ya?’ (pikir saya sambil melirik ke arah Nurul yang masih mengerjakan soal nomor satu) Tiba- tiba dosen menggerutu keras ke arah teman- teman sebelah saya lagi sibuk mengerjakan soal pertanyaan, ‘Kerjakan dulu soal yang paling terakhir, pertanyaan yang di atas dikerjakan nanti saja. ‘ Saya cukup kaget akan suaranya saking melihat ke arah Nurul dan yang lainnya baru membalikkan kertas soalnya dan mulai mengerjakan terlebih dahulu. ‘Hmmm....’ Saya celingak- celinguk apa yang sedang mereka lakukan lalu kembali mengerjakannya, walaupun sudah hampir selesai dengan jawabannya. Waktu pertemuan dengan dosen, Bu Wiratmi di kelas Akuntansi habis, tugas yang kami latihan dibuat di kertas folio dan dikumpul minggu depan. Dan saya tidak menyadari lagi pada minggu berikutnya sebelum matakuliah Akuntansi, saya memperhatikan sebagian teman- teman TI pada lagi meringkas catatan Akuntansi sama memeriksa jawaban tugas tersebut. Saya sudah benar- benar menyelesaikan tugas, memeriksa lagi jawaban dengan beberapa teman dan memperbaikinya jika ada salah. Lalu bertanya pada Isna tentang meringkas tersebut, ternyata saya tidak dikasih tahu kalau ada tugas tambahan dari dosennya tentang kisi- kisi sebelum UAS akhir nanti.....maka saya jadi kebingungan dan berpikir bagaimana cara saya bisa meringkas sebanyak itu. Pada akhirnya saya bisa menyelesaikan ringkasan Akuntansi setelah meminjam milik teman, Isna Oktaviani, yang sudah mengumpulkan tugas ringkasannya bersamaan dengan tugas terakhir itu. ‘Lega juga aku......’ Walaupun telat masuk kelas Akuntansi pada pertama kali karena harus menyelesaikan ringkasan terakhir bersama Juwita, Dyah, Fia, Vicky dan Dewi setelah memeriksa jawaban tugas akhir yang sudah dikumpul duluan lewat Lisa itu. Dosen tidak mengetahui apa yang sedang kami perbuat selama seminggu ini sampai pada lupa membuat tugas bahkan tidak meringkas sedikitpun karena malas. Begitu pula hampir setiap pertemuan matakuliah Akuntansi yang hanya mengulang Materi hingga di akhir pertemuan sebelum UAS telah dipelajari tentang LIFO dan FIFO, saat dosen memberi penjelasan hingga latihan dan kami tetap saja tidak mengerti dan pusing setengah mati. Semua saling bertanya bagi yang bisa namun kadang jawaban yang didapatnya menyakinkan atau salah, malahan nanya ke dosen, Bu Wiratmi. Jelang sebelum liburan di bulan Desember, kami termasuk saya sudah boleh menghela napas rasa lega karena matakuliahnya sudah selesai namun dosen tidak mau memberi kesempatan ada KP Akuntansi yang telah ditiadakan pada sebelumnya, 2 kali. Kami hanya diam saja dan tidak bertanya sedikitpun ke dosen tersebut tentang hal itu hingga UAS yang sudah dikasih kisi- kisi. Dan sebelum UAS, saya baru ingat ingin belajar Akuntansi sama Kak Indah bukan hanya mau mendapat nilai bagus, saya memang tidak mengerti dan suka bingung akan jawabannya. Saya BBm-an dengannya di saat- saat dia lagi sibuk menyelesaikan skripsi dan ada acara di gereja setelah Ibadah Natal bersama FIRE dan KMK, tidak ada waktu lagi seperti biasanya untuk mengajari saya itu. ‘Yaahh,, oke deh.. Gapapa.. Saya akan berusaha sebaik mungkin. ‘ Saat membaca BBM terakhir darinya dengan perasaan kecewa. Tidak stress atau gimana karena Akuntansi bukan matakuliah penting, hanya diharuskan ada untuk membuat program kerja nanti. Itu- itu saya ingat pesan oleh Kakak Senior Akuntansi ’09.......

*****

          Bertemu lagi dengan matakuliah Logika Berpikir Kritis seperti biasanya dengan dosen, Pak Muhammad Rusli. Tidak terlalu lama materinya, sekali dia menjelaskan ringkasan yang cukup panjang dari slide awal ke slide berikut hingga selesai, walaupun jarang sekali memberi kami tugas. Kami mendengar penjelasannya seperti biasanya sambil mencatat, ada yang sengaja ngobrol di kelas sedikit dan tidak peduli apa yang dijelaskan dosen itu. Sebentar sekali kelasnya, tidak pernah memakan waktu lama seperti pada matakuliah Algoritma dan Pemrograman serta Web Programming. Dari minggu ke minggu bertemu matakuliiahnya Pak Rusli tanpa kebolongan hari seperti yang terjadi pada matakuliah Algoritma dan Akuntansi itu. Pada bulan Desember, tepatnya sebelum mendekati hari ulang tahun saya dan hari libur, kami dikasih info oleh dosen tersebut bahwa hari Rabu tidak ada kelas karena dia ada acara sampai hari sabtu dan KPnya hari Jumat pagi yang merupakan hari libur kuliah, tidak ada jadwal matakuliah. Saat itu juga, kami dikasih tugas kelompok Presentasi, 10 orang per kelompok, saya melihat apa yang dicatat Isna yang duduk di sebelah saya seperti biasanya hampir di setiap pertemuan matakuliah itu. ’10 orang ya per kelompok?’ lalu dia mengangguk, ‘Iya, ci. Buat presentasi kelompok. ‘ Saya jadi terdiam dan bingung sedikit, tidak mengerti karena tidak bisa mendengar apa yang dijelaskan dosen karena saya sibuk mencatat catatan serta tugas yang telah ditulis oleh Isna itu. Beberapa minggu kemudian dan sebelum mendekati presentasi kelompok, saya sendiri akhirnya ikut kelompok Isna bersama Dear dan Windy beserta tim Hore- Hore jadi pas bersepuluh dan tidak lebih dari itu. Kadang saya dikasih kabar untuk janji mengerjakan tugas kelompok walaupun belum mendapat topik yang akan dikerjakan. Termasuk saya, mereka masih bingung mau topik apa dan sengaja mendapat jawaban topik secara asal dari Internet, dia itu Ali Furqon, yang dibantu oleh beberapa tim Hore- Hore. Isi topik yang dia dapatkan cukup banyak, ada ringkasan penting yang akan dimasukkan ke PPT adalah tugas saya tanpa disuruh oleh siapapun di dalam kelompok saya. Biar cepat selesai dan lebih tenang, saya langsung mengerjakan tugas yang didapat dari kelompok saya itu dan lalu menyerahkan tugas yang sudah selesai dikerjakan ke Isna dan Dear untuk diperiksa dan sengaja dilanjutkan oleh Isna. Tugas yang diminta oleh Pak Rusli untuk PPT maksimalnya hanya 7-10 slide, Isna sengaja menambah slide lebih dari 10 karena isi topik bahasannya cukup banyak dan sangat penting. Saya melihat apa yang dikerjakannya jadi bingung dan bertanya padanya sambil menunggu giliran presentasi kami. Pada minggu terakhir sebelum libur, tidak ada materi pertemuan terakhir karena ada presentasi kelompok maka saya jadi bisa tenang daripada harus merasa stress mendengar penjelasan dosen itu. Sekian setelah selesai mengirim tugas kelompok yang sudah dibuat termasuk di word sama PPT ke email dosen, Pak Rusli sebelum hendak berangkat ke kampus karena Isna tidak membawa Laptop dan sudah berada di kampus, begitu dia mengabari saya dadakan. Beberapa menit kemudian sebelum kelas, kami sudah menunggu di lantai 4 yang cukup sepi tanpa suara seperti biasanya padahal ceritanya teman- teman yang lainnya sudah selesai kelas dan tinggal menunggu KP sebelum mendekati UAS...... Di kelas, presntasi yang sudah dijanjikan oleh Pak Rusli pun dimulai. Kelompok Lisa beserta teman- teman cowok juga termasuk Maria dan Melvina mulai mempresentasikan tugasnya, kadang saya beserta kelompok Isna yang digabung di satu dua barisan hanya berunding tentang tugas. Berikutnya oleh kelompok Juwita yang cukup lama presentasinya walaupun hanya sedikit dalam beberapa slidenya dan ditanya- tanyain terus oleh beberapa teman di belakangnya. Giliran kelompok saya harus dipresentasikan hari Jumat ini sebagai Kuliah Pengganti pada sebelumnya itu tidak ada kelas. Mereka langsung mengedus rasa kecewa dan kesal sedikit karena sudah seharusnya presentasi sekarang biar bisa libur di hari Jumat malah ada KP. Dan kelas pertemuan terakhir Logika Berpikir Kritis tersebut selesai, dosen keluar dengan buru- burunya. ‘Ci, nanti jumat datang jam 8 ya. Presentasi kelompok kita juga. ‘ Isna memperingatkan di depan saya, sedangkan Dewi hanya sendirian di samping saya karena dia tidak ada teman kelompok ceritanya jadi terpaksa mengerjakan tugas sendiri. Berikutnya, hari Jumat ketemu lagi dengan Pak Rusli dan merupakan hari terakhir kuliah penggantinya....kelompok Singgih bersama teman- teman cowok yang tersisa karena tidak mencapai max 10 orang. Menunggu mereka selesai presentasi, Isna meminjam laptop saya untuk menyelesaikan tugas yang ingin ditambahkan sampai dikomentari oleh Dear dan beberapa teman cowoknya kalau dia terlalu banyak menambahkan tulisannya. Saya jadi bingung saat melihat apa yang dikerjakannya. Tak lama kemudian, giliran terakhir dari kelompok saya mulai maju dan presentasi, kecuali saya sebagai pengendali di depan komputer untuk slide-an di PPT yang sudah dipersiapkan dan 9 orang teman itu mempresentasikan di depan teman- teman secara lisan. Sangat lama dan lama sekali mereka mempresentasikannya, tiada capeknya mereka dalam berbicara secara lisan di setiap tulisan yang dibacakannya bergantian teman, saya menunggu sampai mereka selesai membaca dan menjelaskan proyeknya. Dosen, Pak Rusli yang duduk di belakang mendengarkan dan membaca setiap tulisan di slide PPT tersebut. 15- 20 menit kemudian presentasi kami pun berakhir dan diberi pertanyaan oleh beberapa teman serta dosen. Setelah menyelesaikan presentasi terakhir, kami kembali ke tempat duduk dan bubarlah kelas pertemuan terakhir dengan dosen itu tanpa dilanjutkan dengan materi baru.........................

*****

          UTS berakhir, ketemu lagi dengan matakuliah Web Programming di Lab yang membuat kami semakin stress tangan dan kaki bukan hanya di benak saja, dosen berwajah cina dengan senyuman manis, Pak Alexander Waworuntu memberi file materi baru yang bukan lagi tentang HTML-CSS yang sudah dipelajari pada sebelumnya, dia memberi file baru namanya ‘JavaScript’. Kami menerima file tersebut dengan mata terbelalak kaget dan langsung lemes. ‘Yaaahh, tambah susah lagii....’ Ada beberapa cewek yang duduk di belakang saya dan Adi mulai mengeluh mendengar materi tersebut. Lebih aneh lagi di Lab setelah UTS, Eka Saputra tidak kelihatan batang hidung dalam 3 hari itu, kami tidak mengetahui apa alasannya. Dosen yang hampir di setiap pertemuan mengajar di kelas maupun di lab praktikum dari awalnya bingung saat mengabsensi siswa, dia selalu bertanya- tanya kepada Chandra, Singgih dan Hanim, yang satu- satunya teman terdekat Eka gara- gara duduk sebelahan pas mengikuti hampir setiap perkuliahan. Mereka bertiga hanya terbengong- bengong dari kiri ke kanan saat ditanya oleh Pak Wawo, mereka bisa saja mengangkat bahu yang menandakan tidak tahu penyebabnya. Kecuali saya sendiri juga baru ingat pernah smsan dengan Eka kalau ada pelatihan Lab setiap hari Kamis sore, jarang sekali dibalas olehnya apalagi pula dengan WhatsAppnya tidak aktif pula. Berminggu- minggu dan semakin lama semakin tidak beres situasi di mana saya berada termasuk di Lab, Johan Gunawan yang semula duduk di depan dan di samping Eka dan Hanim, tiba- tiba posisi duduk Eka diganti oleh Singgih tanpa disuruh. Dosen memberi materi lebih susah tentang Java Script sampai mana gitu, kami sampai keliyengan saat mengerjakan soal latihan sama Quiznya. Ada kejadian yang cukup mengagetkan saat ada Quiz yang diminta oleh dosennya adalah membuat Kalkulator menggunakan JavaScript, di seisi ruangan yang ada di lantai 4 hingga ke lantai 5 mati lampu beberapa kali dan menyebabkan datanya jadi hilang sebagian. ‘Yaaaaahhh.. Apa- apaaan ini? Pake acara mati lampu segala. ‘ beberapa teman cowok mulai menggerutu keras, sebagian cewek juga hampir ketakutan kalau ada bencana di Lab sampai panik sedikit sampai sengaja mengupdate statusnya di Bbmnya. Sudah nyala lampunya, kami melanjutkan project Quiznya yang belum selesai tiba- tiba mati lagi, kegaduhan teman- teman mulai terjadi saat komputernya mati dan berhenti bekerja. Dosen langsung tertawa, ‘Hahahaha... Maaf..Maaf... Ada perbaikan PLN di sini soalnya, di depan Lab ini. ‘ Saya juga hampir mengamuk sedikit bersama Adi dan yang di sebelahku, Dyah, malah diam dan bingung. Lampu dan Komputer menyala kembali, namun sayangnya data JavaScript yang dikerjakan di Notepad++ hilang sebagian dan harus mengerjakan mulai dari mana gitu saja pusing. Teman- teman yang lain mulai mengeluh dan malas mengerjakannya.  3 kalinya terjadi pemadaman listrik karena perbaikan tersebut, waktu pengerjaannya sudah habis, dosen tidak meminta tugasnya dikumpul malah memberi hadiah bagi 3 orang pemenang yang telah (hampir) menyelesaikan programnya di tengah kejadian tersebut. Mereka itu Singgih, Hanim dan Chandra. Setelah kejadian tersebut berlalu, di Lab berikutnya dengan materi yang sama dan lebih susah lagi tanpa dikasih tugas olehnya kecuali ada Quiz 1 kali. Ada keganjalan yang terjadi di Lab setelah Eka Saputra menghilang, Singgih menetap duduk di depan bersama Hanim bukan karena disuruh saja, lalu Johan Gunawan yang sudah lama duduk di depan dan di samping Singgih tiba- tiba sengaja pindah ke belakang dengan suatu alasan. Tak lama kemudian, di tengah pertemuan sebelumnya kami pada belajar sebelum menghadapi Quiz praktikum yang disuruh oleh dosen itu. Di lab, kita bertemu lagi dengan Quiz kedua tentang mengerjakan program perhitungan Matematika menggunakan Java Script. Sebelum Quiz dimulai, dosen dengan tegasnya meminta teman untuk ganti posisi tempat duduknya agar tidak saling menyontek. Beberapa teman termasuk saya jadi bingung saat dosen tiba- tiba menyuruh Dicken dan Yoshendi pindah ke depan tepatnya di baris pertama sebelah kanan. Lalu 1 cowok dari tim Hore- Hore dipindahkan ke baris kedua dari depan namun duduk di sebelah Dear, seterusnya dosen mengubah posisi duduknya kecuali saya dan Adi. Di belakang kami, Dewi dipindahkan ke belakang dan diganti oleh Ali Iqbal bersama Anis Fitriyah. ‘Sudah kuduga ya......’ (pikir saya saat mendengar suara perintah yang cukup tegas dari Pak Wawo di belakang itu) 10 menit kemudian pemindahan tempat duduk selesai, kami diberi copian file Quiz kedua secara bergantian. Begitu membuka filenya, ada yang langsung lemes saat membaca soal tersebut. Dosen memberi waktu yang cukup lama tanpa istirahat kalau yang sudah selesai boleh keluar. Begitu Adi memberitahuku apa yang dikatakan Pak Wawo. Quiz kedua pun dimulai seperti biasanya, kegalauan mulai terjadi di mana mereka mengerjakan soal Quiz secara open book. Kami ada yang bisa mengerjakan ada yang tidak bisa, bingung saat mengerjakan jawaban Quiznya. 40 menit berlalu hingga 1 jam berlalu yang begitu cepat berjalannya, tiba- tiba ada yang sudah selesai pada Quiz kedua itu Singgih Lomempow dengan gaya santainya di tentengan tas hitam yang besar mengumpulkan Quiz lewat Flashdisk milik dosen lalu keluar. Kami yang belum selesai langsung kebingungan saat melihat kecepatan dia. 1 jam 30 menit berlalu belum ada yang selesai, masih serius dalam mengerjakannya dan belum ada yang bisa. Saya juga tidak bisa mengeluarkan hasilnya di website browsernya setelah selesai mengerjakan Quiznya. ‘Aduuuh...gimana ini?’ Kegelisahan saya pun pecah di seisi Lab, Adi juga mulai ribut- ribut tentang hasil yang baru keluar di Websitenya dengan perasaan riang namun ada yang berbeda jawabannya. Sedangkan teman- teman yang lain hanya diam dan membisu tanpa suara saat mendengar keributannya, ada pula bertanya kepada Adi sampai ngoceh di depan dosen yang ikut tertawa mendengar kelucuannya. Ada pun yang belum selesai praktikumnya sampai pasrah, langsung keluar dari Labnya, Davis satu- satunya. Disusul pula oleh Yoshendi, David dan Kevin Niasta. Dicken sendiri langsung pasrah saat mengerjakan Quiznya, bolak- balik dia membuka file lain dan mencari sesuatu yang mau dikerjakan sampai bosan. Waktu pengerjaan Quiznya habis di saat istirahat pun tiba, semua pada keluar dengan wajah yang sedih sampai sakit kepala setelah kelar mengerjakan Quiz dan dicopy jawaban lewat FD-nya milik dosen. Saya bangkit dengan penuh kepasrahan dan stress mulai menyerang. Berjalan ke mejanya Juwita dan teman- temannya yang baru kelar setengah, ada hasil yang bisa keluar dan ada hasil yang belum bisa keluar sampai bingung dalam mengerjakannya, sambil dibantu oleh Rizky, Dhanang untuk memperbaiki jawabannya tanpa diketahui oleh dosen yang sibuk dengan FDnya untuk mengcopy semua Quiznya yang sudah dikerjakan teman- teman. Setelah Quiz berlalu, ke Lab berjalan seperti biasanya dan mulai merasakan stress dengan materi barunya hingga dikasih tugas Individu dari latihan soal yang telah dikerjakan dari file yang didapat tentang Love-O-Meter, menggunakan JavaScript. Dalam 2 jam menyelesaikan soal latihan yang didapat dari dosen tersebut, kami sudah lumayan bisa mengerjakannya karena format termasuk elemen dan fungsi yang akan dimasukkan selalu sama, tidak ada perubahan format lain sehingga hasil yang keluar sudah lumayan menarik saat diketik nama kita dan nama pasangan dengan upaya iseng- isengan. Untung saya dibantu sekalian oleh Pak Wawo, karena ada kesalahan dalam memasukkan nama elemen dan fungsi jadi hasil yang keluar malah jadi DECLINE. Saya bingung sebelumnya itu dan dia sengaja bantuin benerin elemen dan fungsinya, saya menunggunya sambil melihat keisengan Hanim yang baru saja selesai tugasnya yang cukup keren penampilan website yang bernuansa biru cantik, dia sengaja mengetik nama teman dan pasangannya sampai dipukuli oleh Lisa. Dhanang juga ikut- ikutan mengetik nama teman, langsung jadi bahan pembicaraan kecil dan tertawa di seisi kelas. Padahal beberapa teman yang lain sudah pada pulang, jadi tidak ada yang tahu dengan keusilan beberapa teman cowok tersebut. Juwita juga kena iseng oleh Vicky dengan mengetik nama dia dan kakak Senior yang pernah sering dia obrolkan, saya jadi tertawa. Menunggu sampai dosen, Pak Wawo selesai membetulkan terasa sangat lama, teman- teman yang masih di kelas masih saja bisa iseng sampai sengaja foto-in. Saya hanya bisa menggeleng- geleng kepala melihat tingkah nakalnya mereka itu. 30 menit berlalu, dosen memanggil saya bahwa dia sudah bisa menyelesaikan tugas terakhir saya setelah beberapa kali membantu membenerkan kesalahan penulisannya. Di kelas Lab praktikum berubah jadi lenyap secara perlahan- lahan setelah kami bersiap keluar dan pulang karena sudah lelah. Tidak terpikirkan oleh saya untuk mau pulang, padahal rencananya mau makan siang sama Lisa malah harus menunggunya yang lagi ngobrol dengan teman- teman cowok, Chandra, Hanim dan Singgih setelah sekian lama dia terlepas dari pertemanan dengan Davis dan yang lainnya karena suatu alasan. Saya tidak mengerti kenapa suasananya jadi membingungkan dan semakin berbeda, saya tidak peduli. 15 menit kemudian setelah makan siang selesai berduaan dengannya di kantin dalam kampus. Saat itu, yang membuat saya kaget adalah ada Kak Andri dan Ka Grace tepat di sebelah kami dari meja saya, cukup berdekatan. Saya tidak bisa ngobrol banyak dengan mereka itu karena harus menyelesaikan tugas individu yang tadi sebelum dikumpul besok. Kembali lagi ke perpustakaan, sudah muncul keramaian beberapa teman- teman TI yang lagi mengerjakan tugasnya masing- masing, termasuk Singgih, Hanim, Chandra, Windy, Isna, Dicken, Grady, Izhhar, Rio dan Richart. Mereka mengerjakan di lantai dekat pintu masuk. Saya jadi tertegun, Lisa juga apalagi. Namun sayangnya dia tidak membawa laptop, jadi langsung meminjam punya saya untuk menyelesaikannya. Tak lama kemudian, Singgih beserta Hanim keluar karena mau pulang. Tinggallah kami bersama yang lain pada sibuk mengerjakannya. Bersamaan dengan waktunya setelah makan siang, di perpustakaan yang cukup ramai oleh kakak Senior yang baru kelar kelas dan hendak mengerjakan tugas. Kami di lantai dekat sofa berwarna orange tidak peduli akan kebisingan mereka itu, langsung asik browsing sama facebook-an. Saya dan Lisa ikut tertawa geli saat Dhanang chatting dengan Richart itu lewat laptop Dicken itu. Disusul oleh Juwita dan 4 orang teman yang juga hendak mengerjakan tugas yang sama namun mereka duduk agak jauh dari kami yang lagi mengerjakan. 1-2 jam kemudian, keributan kecil di perpustakaan terjadi saat kedatangan Kak Jihan yang disuruh oleh Lisa untuk bantu mengerjakan tugas JavaScriptnya, saya di sampingnya memperhatikan. 30 menit berlalu sebelum kepulangan saya dan perpustakaan mulai sepi oleh beberapa teman TI yang sudah balik duluan karena capek, tiba- tiba muncul lagi Senior TI’09, Kak Bismo Wirayuda yang cukup mengagetkan saya dari belakang, ‘Yah, you scared me.. What’s up? But keep look at this.’ (sambil menunjuk ke arah Lisa yang sibuk dengan Kak Jihan) Kak Bismo langsung tertawa geli dengan godaan saya. Datang lagi pula oleh Ali Iqbal dengan iseng yang cukup mengejutkan saya tentang Kak Andri, ‘Itu dia memanggilmu...’ Lagi- lagi dia menggodaku, jantung saya langsung berdenyut kencang saat mendengar namanya dan langsung memukulnya, ‘Apa siih kamu bal?’ dia tertawa, ‘Yah, itu Andri...’ Saya langsung kaget dan menoleh ke belakang namun tidak ada siapa- siapa, ‘Mana sih dia? Salah orang kali kamu. ‘ (dengan gaya cueknya dan pura- pura tidak tahu) Menunggu sampai Kak Jihan selesai membenerkan tugas milik Lisa, Ali Iqbal juga ikut- ikutan minta dibenerkan juga sama kakak senior itu. Dia berubah jadi diam dan bingung, ‘Aduuh...Aku sibuk sekali. Tapi okelah, tidak masalah. ‘ saya juga teringat Kak Edward Guustaaf yang bisa bantuin saya untuk tugasnya namun dia ada acara di luar kampus. Dari jam 2 siang hingga jam 5 sore, kami masih di perpustakaan, Lisa akhirnya sudah selesai tugasnya dan mengirim ke dosen lewat email. ‘Kamu ga ngirim tugasnya? Mau ngirim sekarang apa ga?’ saya menggeleng, ‘Ga, saya belum selesai tugasnya, nanti saja ngirimnya. ‘ tak lama kemudian, saya langsung pamit ke Lisa dan Windy yang tersisa di perpustakaan. Pada esok harinya, setelah MP saya teringat janji untuk minta copy video tentang Reality Show korea RunningMan yang sering saya mintain dari awal bulan November yang sejak saya sudah memiliki laptop sendiri padahal hanya meminjam punya koko saya, ditambah lagi minta tolong sama Singgih untuk membetulkan sekali lagi ada yang salah setelah diperbaiki oleh dosen malah membuatku jadi bingung setelah menyelesaikan format untuk element HTML dan CSS buat tampilan belakangnya. Akhirnya janji saya terpecahkan bagi saya saat naik ke lantai 5 dan kebetulan sekali ada Singgih yang lagi main games dan di sampingnya, Dicken yang cukup sibuk browsing apa gitu. Di situlah agak sepi, termasuk di dalam perpusnya, saya menyapa mereka itu dan meminjam Harddisk Eksternal milik Singgih  lalu segera mengcopy-nya sekalian menyelesaikan tugas sedikit lagi dengan bantuan Singgih sebelum akan kekirim malah jadi bahan iseng-an oleh Dicken yang menulis namanya sendiri dan nama pasangan yang dia sukai, itu salah satu teman junior yang seangkatan seperti kita, namun dia hanya di jurusan Fikom. Lalu dia iseng lagi menulis namanya sendiri dan nama pasangan sesama jurusan kita namun cowok, saya langsung tertawa geli mendengarnya dan Singgih langsung meledek sedikit di depannya, Dicken langsung tertawa tidak jelas. Beberapa menit kemudian, saya langsung mengirim tugasnya sebelum bersiap untuk kelas praktikum Bu Eva, ‘Lega sudaah.......’ (menghembuskan napas panjang panjang) Lain dari materi praktikum di Lab yang cukup menegangkan dalam beberapa kali pertemuan, di kelas juga dosen mengajarnya sangat lamaaaaaa karena materinya sangat panjang penjelasannya. Sebelum mempersiapkan untuk Quiz teori untuk pertemuan berikutnya di kelas, kami sudah belajar banyak dan tidak satupun bisa dimengerti. Lalu quiz kedua tentang Operasi Perhitungan dimulai, yang tidak disangka mudah ternyata susah padahal kami sudah mengerjakan soal tersebut dengan cara JavaScript namun agak meragukan. Saat saya duduk di samping Tantri yang kebetulan open book, teman- teman yang lain juga sengaja open book tanpa sepengetahuan bapak. 3 orang terpintar dipindahkan ke depan secara terpisah dari kami, mereka itu Singgih, Hanim dan Kevin Niasta. 1 jam Quiz itu berjalan cukup lancar, belum ada yang bisa mengerjakan jawabannya dengan baik, dengan pasrah kami menjawab dengan cara yang sama seperti yang dipraktikkan di Lab tersebut. Quiz berakhir dengan mimik wajahnya tidak senang saat mengumpulkan lembar jawaban quiznya dan kami sengaja melihat jawaban yang diketik di Notepad++ oleh Singgih, satu- satunya yang paling mengherankan adalah sudah beberapa kali dalam pertemuan yang sering saya dan yang lainnya melihat kecepatan Singgih dalam menyelesaian jawaban Quiz tersebut tanpa bertanya dan Cuma bisa diam kebingungan. Setelah Quiz 1 jam selesai, diganti dengan pelajaran biasa dan tetap saja mendapat materi susah dari slide sebelumnya ke slide baru berganti- ganti terus, kami hanya bisa memperhatikan apa yang diringkas Pak Wawo di papan tulis dan saya bisa melihat catatan punya Tantri yang cukup gesit dalam mencatatnya. Berminggu- minggu kami bertemu kelas Web Programming teori di kelas maupun praktikum bersama seorang Bapak berwajah cina dan senyuman manis itu yang cukup menjadi pusat perhatian bagi kami. Mengikuti praktikum di Lab kayak biasa, saya tetap duduk sama Adi sudah ada perubahan yang membuat saya bingung dan jadi malas, terutama dengan keberadaan Adi yang bikin fisik saya jadi tidak terkendali saat mengerjakan latihan praktikum. Tidak Cuma masalah tidak kelihatan di layar LCD padahal sudah diperbesar sama dosennya, dia jadi jarang ngebantu saya seperti halnya pada praktikum Bu Eva, Algoritma dan Pemrograman, saya jadi bete dan semakin frustrasi. Bukan saya saja, Johan sudah tidak duduk di depan, baris kiri setelah ada Singgih dan Hanim tanpa sebab dan diganti oleh Chandra yang mau duduk di depan. Seperti yang pernah saya katakan selama di Lab bahwa Singgih baru ingat janji dari saya untuk meminjamkan HD eksternal untuk mengcopy Running Man yang sudah ketinggalan beberapa episode. Hingga akhir bulan Desember, saya terus meminjamkannya demikian juga minta copy file materi kuliah serta jawaban latihan praktikum Web Programming dan Algoritma hanya untuk dipelajari. Hampir sebagian teman- teman TI juga sengaja meminta dikirimin email tentang itu lewat bantuan Chandra. Di kelas, situasi di mana kami berada tidak terlihat sama seperti pada awal bulan september, teman- teman sekelas yang semula antusias di depan dosennya berubah jadi malas. Tandanya mereka tidak lagi duduk di depan, terutama pada baris pertama dekat meja dosen, malah pindah duduk di belakang tanpa alasan. Surprise pertama yang mengejutkan bagi Juwita Oktaviani dari Isna dan Dewi yang membawa 2 kue tart, namun Eka tidak masuk dan sengaja dikasih 2-2nya ke Juwita, diajak foto bersama dosen adalah Isna yang tidak disangka- sangka jadi perhatian, lalu ada beberapa teman disuruh oleh dosen untuk mengerjakan jawaban soal latihan, Dewi Kurnia Anggraeni dan Muhammad Hanim Siregar. Walaupun tidak ada komentar penting dan positif dari mulut ke mulut kecuali saya hanya bisa melihat dan membaca pikiran orang jadi senang hati. Di bulan Desember setelah Birthday saya dan Kevin Lim, dosen juga mendapat potongan kue sama seperti pada Juwita sebelumnya, diganti ke minggu keempat belas dan pertemuan terakhir bersamanya dan tidak ada kuliah Pengganti Web Programming seperti halnya pada 5 matakuliah yang suka bolong hari karena ketidakhadiran dosen itu dan kami diajak olehnya untuk foto bersama buat kenangan terakhir bersama dia karena semester berikutnya kami sudah tidak bisa bertemu dengan bapak seperti dia. Menunggu email baru dari bapak tentang Kalkulator Sederhana, itu yang membuat saya hampir badmood adalah tentang masalah tugas kelompok terakhir untuk UAS yang tidak bisa diajak kompromi bagi teman- teman saat ini. Saya terpaksa mengerjakan tugas kelompok sebagai tugas individu secara sendiri, padahal saya sudah bertanya sebagian teman TI termasuk pemimpin kelompok namun tidak ada hati yang tulus untuk berbagi dengan saya sebagai teman kelompok malah jadi lebih susah. Maka itu, saya hampir saja tidak mengerjakan tugasnya dan apapun yang saya dapatkan, mau nilai bagus atau jelek pun tidak apa- apa, saya sudah berserah sepenuhnya............................................................

*****

          Bertemu lagi dengan Nasionalisme setelah UTS berakhir yang benar- benar menghasilkan keuntungan sangat besar, matakuliah yang tidak penting sengaja tidak dijadikan sebagai UTS karena tidak ada tempat dan telat untuk mendepatkan jadwalnya yang telah diatur. Tidak seperti biasanya, kami masih saja sama pada sebelumnya adalah presentasi yang tidak terselesaikan. Saya tidak masuk pada pertemuan ke-8 karena ada acara di gereja saya padahal saya sudah meminta izin sama bapak itu. Minggu berikutnya, Nasionalisme tidak ada kelas tanpa ada alasan yang jelas. Ceritanya, saya sudah capek- capek datang pagi walaupun tidak ada Morning Prayer di hari Sabtu itu, dengan membawakan printan Ringkasan Materi yang banyaaaaakkkkkk sekali demi mendapatkan nilai. ‘Untung sekali Juwita bisa saja sms aku untuk bawa printan Ringkasan Materi Nasionalisme....setebal itu......’ pikir saya dengan menghela napas setelah lari kecil karena takut telat yang akhirnya bisa duduk tenang di meja kotak yang ada Fia itu lagi membereskan Print-an ringkasan Materi Nasionalisme termasuk Words sama PPTnya. Menunggu sampai bapak datang terasa sangat lama, ‘Ke mana ya bapak itu? Ngaret ya?’ ada beberapa teman cewek pada ngoceh, celingak- celinguk ke samping yang cukup sepiiii kecuali ada satpam yang berjaga. Dear mulai ngamuk dan sengaja melaporkan ke satpam dan satpam kebingungan, ‘Ada apa? Ada masalah?’ Dear mengulangi perkataannya, ditemani pula oleh beberapa teman cewek dan cowok yang lagi kesal karena sudah datang pagi – pagi dengan motor sendiri malah tidak ada bapak. Tak lama kemudian satpam menelepon ke layanan mahasiswa tanpa memberi respon untuk menjawab pertanyaannya, ‘Tunggu bentar ya......’ Satpam bagaikan preman yang ketakutan saat sedikit dimarahin oleh Dear, yang membuat saya dan Dyah yang disuruh oleh Ali Iqbal untuk naik ke lantai 5 hanya untuk menunggu jadi kebingungan tanpa memberi komentar sedikitpun, teman- teman yang baru datang juga ikut naik seperti kami daripada bosan di lantai 4. Menunggu selama 10 menit sampai satpam memberitahu kembali namun dia tidak tahu siapa, malah bolak- balik ke mana gitu dan Dear berubah jadi bete mendengarnya lalu naik ke lantai 5 dan mencari satpam yang satu lagi dan meminta tolong padanya untuk lapor dan hasilnya.........masih sama saja belum jelas jawabannya. Saya sama seperti Dear jadi bete dan masih agak mengantuk, teman- teman Juwita juga hanya sibuk ngobrol di depan jendela dekat perpustakaan, sedangkan Lisa duduk sendirian dan ditemani oleh Davis dan yang lainnya, Maria dan Melvina juga. Saya baru ingat hendak sms ke dosen, Pak Pater, namun tidak enak dan eh terpaksa kekirim. 20 menit kemudian, bapak tidak kunjung datang, ada yang mulai ngamuk di status Bbmnya yang tidak tertahankan untuk dibaca. Ada SMS masuk dari dosennya, ‘Maaf, hari ini tidak ada kelas, saya ada acara hari ini. Tolong kasih kabar tentang ini ke yang lainnya ya. Terima kasih..’ Begitu membaca smsnya, saya menginformasikannya ke teman- temannya lewat Dewi dan Maria. ‘Sudah kuduga.....’ (pikir  saya dengan sedikit kecewa) Teman- teman cowok tidak ada yang senang, malah berubah jadi kesal setengah mati dan langsung pulang lewat lift di samping Perpus itu, termasuk Dear dan Windy juga tanpa Isna yang sengaja tidak masuk karena sakit. Qory juga. Di lantai 5 berubah jadi sepi, hanya kami cewek yang tersisa, duduk dan ngobrol sebentar sebelum bersiap untuk balik ke rumah saja sudah terasa malas padahal tidak membawa laptop buat main....... Kembali lagi ke hari Sabtu, rasa was-was atau khawatir pun dirasakan saat beberapa teman TI termasuk saya hendak berangkat ke Kampus, sebentar berangkat sebentar malas karena takut kalau tidak ada kelas sampai ada ngamuk. Saya berusaha untuk tidak terburu- buru saat berangkat ke Kampus, padahal selama di kelas Nasionalisme hanya presentasi saja sama materi sedikit. Sudah di kampus sebelum jam 8 dosen datang, kami menunggu lagi seperti yang terjadi pada minggu lalu. Ada teman cowok TI yang lagi mondar- mandir lalu duduk jongkok di dekat tembok mulai ngoceh sedikit, ‘Tuh kaann......’ tidak Cuma dia saja, Dear yang baru saja datang mulai berubah sikapnya 180 derajat setelah bertanya- tanya ke beberapa teman tentang dosen tersebut. Tiba – tiba kesabaran dia hampir habis setelah mendengar jawaban mereka lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan di depan Saptam yang berjaga untuk kedua kalinya...kami kaget mendengar suaranya. Karena sudah tidak tahan setelah terlalu lama menunggu, kami disuruh naik lagi ke lantai 5. Sudah dua kali naik turun membuat beberapa teman cowok TI bete dan ingin pulang kalau benar- benar tidak ada kelas, lalu tiba- tiba ada kelucuan muncul di mana Dewi sengaja mengajak saya foto bersama Anis dan Nurul karena memakai baju merah semua. 20 menit berlalu, kami semakin cemas kalau dosen tidak datang dan mau ngapain kami di sini coba. Tiba- tiba Satpam memanggil seorang cowok TI yang baru saja turun, lalu dia memanggil kami untuk turun kembali namun tidak melihat apa dosen sudah datang. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan dan teman- teman yang lain sudah kehabisan rasa kesabaran untuk menunggu, sengaja cabut kelas lewat lift. Saya jadi bingung bersama Dyah dan beberapa teman cewek yang sudah malas turun lagi namun mereka juga bingung dan penuh tanya, ‘Kok bapak baru datang sih? Ketelatan malah....’ Turun ke lantai 4 dan masuk ke kelas AR402 yang sudah ada bapak dengan pakaian batik berwarna coklat. Kembali lagi ke materi seperti semula dan siap- siap untuk membuka mulut lebar- lebar atau bisa dibilang akan segera menguap. Materi pertemuan ke-9 berjalan seperti biasa dan cukup lama, diganti lagi dengan presentasi bagi yang belum mendapat giliran. Saya menunggu sambil menghafal beberapa ringkasan yang siap untuk dipresentasikan. Celingak- celinguk ke kanan- kiri dengan merasa kebingungan dan tampaknya ada kejanggalan dari beberapa teman yang tidak hadir itu Singgih dan Hanim, yang paling tidak suka matakuliah Nasionalisme maka itu mengapa mereka sengaja cabut kelas dan tidak ikut presentasi. Teringat pada sebelum mendekati UTS, lebih lucu saat mendengar Singgih suka mondar- mandir dari kelas ke kamar mandi dan membuat kami sekelas tertawa melihat tingkahnya, ada pun juga dengan Hanim yang sengaja tidur di belakang, tepatnya di pojokan dekat jendela daripada mendengar dosen tersebut, sama seperti dengan Singgih, dia sengaja ke Kamar Mandi. Saya juga baru merasakan kejadian ini terulang kembali dari sejak SMP-SMA ada pelajaran PKn dan sekarang malah ketemu matakuliah ini lagi dan lagi padahal Cuma 1 semester saja kami bertemu. Eka Saputra juga malah ikut- ikutan mereka berdua, bukan hanya tidak suka atau malas saja, dia sering dipanggil dosen itu untuk bantu nyalain komputer terus diminta membuka website apa gitu karena dia tidak tahu cara membukanya. Dan setelah UTS berlalu, Singgih dan Hanim tidak hadir di kelas padahal masuk dan tahunya mereka berdua jarang kelihatan kecuali bisa melihatnya di perpustakaan. Eka sudah tidak kelihatan dalam beberapa hari, membuat dosen jadi bingung saat mengabsensi mahasiswa di kelas kami, dia tidak bertanya ke siapapun yang hadir karena dia tidak peduli. Menghilang dia, dosen merasa tidak ada yang membutuhkan siapa yang bisa bantu nyalain atau matikan komputer serta membuka website, tiba-tiba dosen memanggil Adi Permana yang baru datang telat sebagai penggantinya. Dia bingung saat dipanggil, tidak tertawa dan ketulusannya membantu dosen untuk itu. Dari materi pertemuan ke-9 diganti dengan presentasi, saya menunggu sampai ada yang memanggil saya untuk giliran maju. Setelah Maria kemudian Disya yang presentasi tanpa harus melihat buku yang sudah diprint, harus diserahkan ke dosen itu. Terasa mengantuk saat mendengar presentasi setiap teman secara berganti sambil menghafal beberapa yang ada di buku padahal makalah yang saya bikin hanyalah sedikit. Tak lama kemudian Disya menyelesaikan presentasi dengan cepat, dosen tiba- tiba memanggil saya untuk segera maju...saya kaget mendengar panggilan, begitu juga dengan teman- teman yang lain jadi bengong. Disya dan Anis memberitahu ke dosen bahwa kalau saya presentasi takutnya susah buat ngomong di depan kami. Melihat mereka memberi isyarat lewat mulut, dia jadi terdiam dan mencoba membujuk saya untuk maju. ‘Gimana yaa....gimana yaaa...?’ Saya jadi ketakutan sedikit dan bingung saat dipanggil olehnya.  ‘Okelah...’ Saya maju ke depan dan menyerahkan makalah itu ke Pak Pater lalu memulai presentasi saya. Di dalam hati saya berdoa meminta pertolongan Tuhan untuk membimbingku hari ini. Presentasi yang dibicarakan oleh saya terasa sangatlah lama padahal saya bukan pengacara atau pendeta atau apalah karena saya memang manusia biasa yang ingin berbicara seperti apa yang ingin mereka dengarkan. Dari 10 menit hingga hampir 15 menit, dengan cepat saya berpresentasi walaupun saya berbicara agak pelan dan berharap mereka mengerti apa yang saya bicarakan. Presentasi saya selesai, tidak ada yang bertanya atau mengacungkan tangannya ke saya untuk bertanya tentang hasil presetasi saya dan malah jadi tepuk tangan serta pujian baik dari teman- teman sekelas atas perintah dosen itu. ‘Iya, terima kasih semuanya....’ Saya menoleh ke bapak yang sibuk memegang makalah yang diangkat tinggi- tinggi ke arah teman- teman dan ngomong sesuatu, saya tidak mengerti apa yang dia ngomongkan. ‘Hmmm.......’ Tidak bertanya apa yang dia bicarakan, dia sibuk mengembalikan makalah saya dan melanjutkan panggilan selanjutnya. Saya duduk kembali ke tempatnya dengan perasaan lega, mulai merasakan panasnya di tenggorokanku karena terlalu banyak bicara tanpa menghela napas. Masih banyak yang belum mendapat giliran untuk maju padahal sudah mempersiapkannya beberapa minggu yang lalu sebelumnya. Presentasi berlangsung dengan lancar dan cepat tapi lama, termasuk pula dengan beberapa teman cowok kalau presentasi suka lupa sehingga dapat teguran keras dari Pak Pater itu. Setelah presentasi untuk tugas pertama selesai hanya sebagian teman termasuk saya, dosen akan segera mengakhiri pertemuannya dan berkata lagi tanpa akan memberi tugas lagi karena masih ada yang belum maju. Beberapa minggu kemudian, sebelum akhir bulan November dan menuju bulan Desember, tidak ada presentasi seperti minggu kemarin hanya dilangsungkan dengan materi biasa, eh, tahu- tahunya kelasnya lamaaaaaa.....tidak sampai 4 jam sedikitpun malah sampai 5 jam bahkan lebih. Kami mendengar penjelasannya sampai mengantuk, termasuk pula dengan teman- teman cowok yang tidak doyan matakuliah yang bikin ngantuk. Ada yang berkomentar sampai nulis status di Bbmnya, ‘Ini seminar atau apa ini? Kok lama banget sih? Kapan keluarnya????’ (dengan emoticon marah) Setelah 5 jam terlewati, semua teman langsung ke kamar mandi karena kebelet gara- gara pelajarannya lama maka tidak diizinkan ke belakang sama dosen. Bulan Desember, keuntungan kami mulai muncul adalah hari Sabtu libur dan tidak ada kelas dan minggu depannya juga karena dosen, Pak Pater ada acara jadi lumayan santai di rumah, namun mereka agak kuatir dan malas kalau ada KP Nasionalisme kapan gitu setelah 2 kali tidak ada kelas bisa berjam- jam tanpa henti apalagi juga sebelumnya itu. Minggu berikutnya sebelum libur, kami presentasi lagi setelah dikasih tugas 3 minggu yang lalu itu dan.......ada sesuatu yang menjanggal di kelas saya adalah teman- teman yang hadir hanya 22 orang. Lalu dosen meminta kami mengeluarkan tumpukan Print ringkasan Materi termasuk Words sama PPT yang membuat aku bingung, ‘Loh itu harus dibawa di setiap pertemuan ya Qor?’ (sambil melihat Qory baru mengeluarkan beberapa print Nasionalisme) Dia menjawab, ‘Iya, disuruh sama Bapak, setiap pertemuan harus bawa ini, soalnya harus dinilai Chris. ‘ Saya jadi bengong saat mendengar jawabannya, ‘Yah, kok aku ga bawa itu sih?’ Padahal saya malas kalau harus bawa barang seberat itu di dalam tas maka saya tinggalin itu di rumah. ‘Duh gimana nih....?’ (Ekspresiku jadi kecewa dan pusing sedikit) Dosen yang sibuk menginterograsi keadaan kelas, ekspresinya jadi tidak menyenangkan dan seperti ingin marah. Tiba- tiba dia menyuruh Nurul untuk menulis sesuatu yang membuat saya dan Qory bingung, Disya juga. ‘Ada apa ini?’ Kami jadi penuh tanya saat disuruh oleh dosen untuk yang maju ke depan buat presentasi. Nurul orang pertama maju untuk presentasi langsung tanpa materi baru seperti biasanya. Dia kebingungan saat maju dan ngomong diri sendiri di depan Disya, ‘Aduh..gimana nih? Aku belum hafal semuanya. ‘ dengan gemetaran, dia maju sambil memegang makalah yang ada di tangannya. Disya hanya tertawa kecil, yang di belakang mereka hanya kaget dan bingung, ‘Kok langsung presentasi sih?’ ada yang berkomentar dari belakang saya. Nurul memulai presentasi dengan makalahnya tetap dipegang dan tidak boleh dilihat langsung, sedangkan dosen duduk di belakang, tepatnya di pojokan dekat dengan jendela memperhatikan serta mendengar apa yang dia presentasikan sambil menilai di bukunya. Beberapa menit kemudian, Nurul baru selesai presentasi, berjalan ke dosen sambil membawa makalah dan tumpukan printan ringkasan Materi Nasionalisme itu. Setelah Nurul duduk kembali dan melanjutkan menggaris selembar kertas dengan bolpen merah, Disya dan seterusnya secara satu- persatu, bergiliran untuk presentasi dan saya berpikir panjang bagaimana caranya saya bisa balik ke rumah dan mengambil tumpukan printan itu. Kesetressan saya mulau muncul dan panik sedikit, saya sengaja SMS secara diam- diam walaupun Pak Pater masih duduk di belakang. ‘Oh yeah...’ saya langsung SMS meminta untuk dibawain ke sini apa yang saya mintain. Dan ide saya pun muncuk untuk berpura- pura mau ke Kamar Mandi sebentar, setelah diminta tolong sama Qory agar tidak ketahuan sama dosen itu. ‘Oh yeah..oke” deh..’ Saat membaca apa yang ditulis Qory di kertas tanpa harus berbicara karena disuruh tenang di kelas selama presentasi. Menunggu giliran terasa sangat lama, saya tidak boleh kehilangan kesempatan demi mendapat nilai Nasionalisme dan Qory menyuruh Adi untuk meminta izin sama dosen yang masih di belakang bahwa saya hendak ke kamar mandi. Setelah diizinkan baik- baik, saya langsung keluar dengan buru- buru seperti disangka kalau saya lagi kebelet beneran. Untungnya, giliran siapa gitu masih berlanjut sebelum giliran baris kedua itu akan maju satu- persatu. ‘Ide aku benar- benar cemerlang bukan ya? Hihihi...’ (dengan perasaan senang, saya berlari ke lift untuk turun ke bawah) Setiba di lantai 1, saya berlari kecil tanpa sepengetahuan satpam dan eh, ketemu dengan Juwita, Dewi, Fia, Dyah dan Vicky yang cukup mengejutkan saya setelah terakhir bertemu dengan Isna di lantai 4 yang tidak mau ke kelas karena belum bikin tugas maka dia cabut kelas duluan. Dewi bertanya, ‘Loh, kamu ga kelas?’ saya menjawab, ‘Aku ada yang ketinggalan. Ringkasan Nasionalisme yang sudah diprint waktu itu wi.. Hari ini ada presentasi kedua.’  Dewi mengiyakan apa yang saya jawabkan dan tiba- tiba mereka mulai kaget dan tidak menjawab apa- apa dengan apa yang saya katakan adalah absensi kehadiran mahasiswa di kelas. Setelah mengambil barang yang ketinggalan itu, saya kembali lagi ke lift bersama mereka berlima itu namun mereka tidak berniat untuk kembali ke kelas malah naik ke lantai 5 dan melupakan matakuliah itu karena tidak membuat tugas sama sekali ceritanya. Kembali ke kelas sambil memegang tumpukan printan itu di balik plastik bening yang disembunyikan di dalam jaket merah agar tidak ketahuan. Dengan terburu- buru saya berlari dari lift, ke kamar mandi ternyata cukup menguras tenaga. Saya duduk lagi dengan perasaan lega, Qory melihat saya langsung tersenyum, ‘Udah kan Chris. Untung saja kamu bawa itu. ‘ Saya mengiyakan apa yang dikatakannya. Presentasi masih berjalan yang dimulai dari Davis, yang kelihatannya belum hafal benar sehingga kacau presentasinya. Dari Windy, Qory dan lagi- lagi giliran saya harus maju padahal belum siap untuk berpresentasi karena kejadian tadi. ‘Oke...’ Ada sesuatu yang membuat perasaan saya jadi kacau sedikit saat berpresentasi adalah lupa beberapa bagian yang sudah dihafalkan, maka saya sengaja memberi penjelasan lain serta contoh agar bisa menutupi kekurangan yang ada dan untungnya tetap diberi pujian biasa seperti pada sebelumnya. ‘Tenang sudaah......’ Saya dengan buru- buru mengumpulkan makalah tugas 1 dan tugas 2 serta printan Nasionalisme tersebut. Saya kuatir kena omel jika tugasnya tidak lengkap semua padahal saya tidak ngeprint semuanya. Presentasi masih berlangsung oleh Adi kemudian Chandra dan Dhanang dan seterusnya walaupun agak sebentar presentasinya karena banyak yang tidak masuk, kami juga disuruh tanda tangan kehadiran kelas serta berapa kali hadir dan tidak hadir di selembar kertas yang sudah dibuat oleh Nurul yang dibantu oleh Disya. Tak lama kemudian, kami dikasih tugas terakhir lagiiiiiiii...... Kami mendengarnya langsung menepuk meja dengan keras termasuk pula dengan beberapa teman cowok yang di belakang itu.  Kelas pertemuan ke-12 tidak lama, hanya sampai jam 11.30 langsung pulang dengan ekspresi yang tidak senang dan capek bahkan mengantuk. Adi dipanggil terus sama dosen untuk mematikan komputer serta laptopnya sebelum hendak pulang...... Minggu berikutnya adalah minggu terakhir kelas Nasionalisme kami bertemu, saya datang telat lagi bersama tim Hore- Hore dan Ali Iqbal di depan lift, saya tidak menyangka kalau hari Sabtu tetap ngampus padahal seharusnya libur sebelum jelang Natal. ‘Okelah, bersiap- siaplah untuk menguap atau gimana di hati terakhir kelas Nasionalisme. ‘ (pikir saya saat naik ke lantai 4 dengan lift bersama mereka, tidak peduli kalau mereka sengaja menertawakan saya kenapa) Melewati lorong yang sangat sepi, saya masih bisa melihat teman- teman Fikom di pojok kiri yang lagi menunggu kelas terakhir namun saya tidak melihat Hanna dan Uchi sama sekali. Saya mengira kalau saya telat datang ternyata belum mulai kelasnya, teman- temannya masih menunggu di pinggiran kelas sambil menghafal tugas terakhir. ‘Kok sudah ramai saja?’ pikir saya saat melihat keadaan mereka kembali seperti semula. Dosen datang, kami kaget dan buru- buru masuk kelas menyusul dosen tersebut. Seperti biasanya, tidak ada materi tambahan untuk pertemuan terakhir kelas ini, presentasi tetap dilanjutkan untuk tugas terakhir ini. Semua teman telah hadir kembali karena takut tidak mendapat nilai presentasi dan tugas yang lainnya, kecuali Singgih dan Hanim saja tidak ikut kelas pertemuan terakhir padahal saya sudah memberitahu ada tugas Nasionalisme ke Singgih setelah meminta copy RunningMan di perpus pada minggu yang sebelumnya. Ceritanya, dia tidak mau bikin tugas itu sampai akhir pertemuan bahkan tidak ikut kelas itu juga karena ketidaktarikannya terhadap mata kuliah yang kurang penting. Saya jadi shock mendengar perkataan saat dia sengaja melihat saya lagi bikin tugas. Di kelas terakhir Nasionalisme, saya lagi- lagi harus menunggu giliran untuk maju sambil menghafal tugas yang sudah dibuat namun kata dosen, tidak perlu dihafal, cukup dibaca dan diperjelaskan di depan kami. Sama halnya dengan minggu lalu, giliran untuk presentasi terakhir masih sama yang dimulai dari Nurul terus Disya kemudian siapa lagi hingga saya malah jadi kacau sedikit presentasi karena lagi banyak pikiran, tapi untungnya tidak kena marah sama dosen setelah diberi pertanyaan tentang presentasi saya adalah Lisa. Dari jam 8 pagi presentasi secara bergiliran dari Nurul sampai mana pun belum selesai- selesai, lamaaa pula kelasnya. Jam 11 lebih saja belum selesai presentasinya beberapa teman  sehingga ada yang sengaja menyuruh satu sama lainnya untuk mempercepat presentasi terhadap waktu agar tidak kelamaan. Sudah dipercepat atas permintaan teman malah belum selesai- selesai, kami mulai menguap dan bersiap untuk tidur di kelas termasuk saya juga tidak tenang mendengar keadaan di kelas yang cukup lamaaaaaa itu sampai ada yang ke kamar mandi karena tidak tahan dan suka kebelet. Jam dinding yang mereka perhatikan di kelas, saya melirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul 12 saja belum kelar. Ada yang mengomel di status BBM itu Grady Askarida, Mirza Al Faris, David Meibert dan Yoshendi Giovanni karena kesabarannya sudah habis dengan matakuliah terakhir ini. Ada pula yang sengaja kabur kelas setelah usai presentasi, Johan Gunawan satu- satunya yang paling tidak doyan saat berada di kelas yang membuatnya mengantuk. Lucunya dia pura- pura pindah tempat ke baris depan dekat dengan pintu masuk kelas sambil menenteng tasnya dari bawah kakinya, tahu- tahunya langsung keluar secara diam- diam bersamaan mulainya presentasi oleh siapa gitu. Kami berpangku tangan dan menunggu sampai presentasi semua teman di kelas selesai tanpa ada yang bolos. Dan jam 1 siang lebih baru kelar berarti kita berada di kelas Nasionalisme selama 6 jam........... ‘Ya ampuunn kelas ini.... Bikin aku tidak tahan saja. ‘ beberapa teman cewek dan cowok itu mengomel sambil menenteng tas di tangannya. Saya sudah bisa menghembuskan napas lega setelah bubarnya kelas terakhir ini, teringat kembali akan janji dengan Lisa untuk pergi ke Kelapa Gading hanya refreshing dan jalan- jalan. Bersama Lisa dan Dewi keluar kelas, ke layanan mahasiswa dan ke toilet dan bertemu lagi dengan Hanim yang ketahuan berada di Perpustakaan bersama Singgih seperti yang pernah saya lihat sebelumnya namun dia tidak ngampus hari ini ceritanya. Kami berempat langsung keluar setelah berjumpa dengan teman- teman Juwita yang tidak ikut karena takut pulang malam, demikian juga dengan teman- teman Disya yang masih serius dalam makan siangnya karena sudah kelaparan dari jam 12 siang gara- gara matakuliah terakhir. Dan kami berangkat ke Mall dengan naik Taxi.................................... Setelah libur untuk hari tenang dan karena banjir di mana – mana termasuk yang ada di kota Jakarta yang menyebabkan ujian 3 hari diundur sampai kapan gitu dan diganti ujian pengganti, UAS Nasionalisme dari hari Jumat diganti lagi hari Jumat depan lagi sebelum liburan akhir semester dimulai. Pengunduran jadwal UAS itu menyenangkan malah jadi menjengkelkan bagi mahasiswa, namun kami sudah menerima semua itu dengan ikhlas. Sebelum UASnya, kegalauan teman- teman TI di chat grup BBm pada nanyain tentang bahan apa yang harus dipelajari untuk UASnya karena dosen tidak memberitahu kisi-kisinya. Saya juga tidak tahu, maka saya ngasal belajar dari mana gitu sampai ada yang bertanya ke saya di BBm gara- gara saya menulis apa di status BBm itu, Qory satu- satunya mulai bertanya, ‘Nasionalisme km belajar dari mana saja?’ Begitu juga ada yang bertanya dengan pertanyaan sama, Maria Tysna Danielle, Lisa Melyani, Mirza Al Farisi dan Izhhar yang membuat BB saya berdering terus. Saya bingung apa yang harus saya jawab padahal saya lagi tidak ada mood belajar matakuliah seperti itu karena bikin ngantuk. UASnya dimulai dengan waktu yang cukup cepat dalam mengerjakan jawaban ujiannya, kami sengaja mengarang bebas untuk jawaban UAS terakhir dengan penuh kepasrahan karena soal yang keluar tidak sesuai yang dipelajari di catatan yang ada sebelumnya, maka sengaja dijawab secara mengasal dan langsung pulang dengan terburu- buru........................................

0 comments :

Posting Komentar