Juni 15, 2017
Evant Christina
Jawab Yesus : “Bukan dia dan bukan
juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di
dalam dia.” (Yohanes
9 : 3)
Apakah artinya disabilitas?
Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari serapan kata
bahasa Inggris yaitu disability
(jamak: disabilities)
yang berarti keadaan yang merujuk pada penyandang cacat. Disabilitas bisa
terjadi sejak lahir, maupun terjadi di tengah perjalanan hidup seseorang.
Sayangnya respons terhadap penyandang disabilitas masih minim bahkan terkesan
negatif. Alih-alih memberi bantuan positif, memandang rasa kasihan penyandang
disabilitas malahan memarjinalkan mereka.
Salah satunya kisah teman saya,
seorang penyandang tuna rungu seperti saya. Dia mulai mengenal disabilitas
sejak tahun 2013. Perjuangannya memperjuangkan haknya sebagai manusia yang
setara dengan mereka yang bukan menyandang disabilitas, perlu saya apresiasi. Saya
bisa memahami kerja keras dan usahanya, sebab saya tahu bagaimana rasanya
berjuang untuk menjadi setara sebagai manusia. Saya ingat beberapa kali saya
harus pindah sekolah sebab saya mendapat perlakuan yang tidak baik oleh
teman-teman sekelas. Di-bully,
disakiti, dan dikucilkan tanpa ada penyebab. Hal itu membuat hati saya menjadi
terusik dan tersinggung. Saya bertanya kepada Tuhan dan juga kepada orangtua
saya: “Mengapa saya
dilahirkan tunarungu? Kenapa mereka kerap memperlakukan yang tidak baik kepada
saya? Kesalahan apa yang telah saya perbuat, Tuhan?”
Satu ayat yang menguatkan saya adalah
Yohanes 9 : 3 yang berbunyi: Jawab
Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Ayat ini
saya baca berkali-kali. Saya pun dikuatkan oleh kisah kakak kelas saya yang
bersaksi bagaimana dia menerima keadaannya sebagai seorang tuna rungu. Walaupun
kadang dalam hati ini masih tersimpan tanya, “Mengapa
orang-orang di luar sana jarang sekali menunjukkan sikap yang peduli dan
menghargai penyandang disabilitas? Bagaimana masa depan mereka nanti?”
Namun saya telah belajar melihat karya Tuhan melalui keterbatasan tubuh fisik
saya.
Saya melihat ada titik terang dalam
perjuangan kesetaraan terhadap penyandang disabilitas. Ada beberapa yang sudah
menunjukkan tanda-tanda perubahan untuk penyandang disabilitas, seperti
kebutuhan aksesibilitas, pendidikan, sosialisasi, dan pekerjaan. Gereja pun
sekarang memiliki Pokja Studi Disabilitas sebagai upaya menjadi Gereja yang
terbuka bagi siapa saja. Tentu saja, perjuangan ini masih harus berlanjut. Saya
yakin Tuhan tidak buta dan tidak tuli. Dia menggerakkan hati semua orang yang
mencintai-Nya untuk peduli pada penyandang disabilitas. Tidak akan ada usaha
yang sia-sia ketika kebaikan didasari oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Soli Deo Gloria.
[Evant
Christina (Christy)]
==============================================================================
“Inilah
renunganku untuk dimuat di Warta Jemaat GKI Kayu Putih 28 – 05 – 2017 tentang
Disabilitas.
Ku menulis renungan ini dengan harapan agar
orang- orang dengar dan penyandang disabilitas, terutama yang sudah lama
mengenalku dapat memahami arti dari renungan tersebut dan juga harapan untuk ke
depannya nanti…”
==============================================================================
0 comments :
Posting Komentar